Cara Menerjemah Teori Terjemah

25 “Translation is a process of finding a TL equivalent for an SL untterance”. Dalam bahasa Indonesia dikatakan bahwa, “Penerjemahan adalah proses penemuan padanan ujaran bahasa sumber di dalam bahasa sasaran.” 14 5. Newmark 1988 Rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang. 15 Dari kelima tokoh tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa penerjemahan merupakan pengalihan bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dengan menggunakan padanan yang tepat dan selaras dalam menerjemahkannya.

2. Cara Menerjemah

Ada dua cara menerjemah: Pertama Æ penerjemah melihat kata perkata dari bahasa asal dan maksud yang terkandung di dalamnya, lalu ia mengalihkan bahasa itu ke dalam bahasa kedua dengan memperhatikan maksud-maksud yang tertuang dalam bahasa asal, lalu ia tulis kata-kata itu. Kemudian ia melihat kata-kata selanjutnya sehingga sampai pada untaian kalimat yang ingin diterjemahkan. Cara ini disebut aliran terjemah harfiyah. 16 14 Suryawinata dan Hariyanto, Translation, h. 13. 15 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000, h. 5. 16 Solihin Bunyamin Ahmad, Metode Granada Sistem 8 Jam Bisa Menerjemah Alquran, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000, h. 22. 26 Pemungutan konsep baru yang terjadi dalam menerjemahkan suatu teks dengan penerjemahan kata demi kata, sehingga bentuk terjemahan itu memperoleh arti makna baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Salah satu akibat proses perubahan makna yang terjadi adalah adanya satuan leksikal kuno dan satuan leksikal usang. Satuan leksikal kuno kehilangan acuannya yang berada di luar masa kini, sedangkan satuan leksikal yang usang menurun frekuensinya karena konotasi yang dimilikinya. Kadang-kadang satuan leksikal yang kuno atau usang digunakan kembali dengan makna baru. Kata kuno adalah satuan leksikal kata, frase, bentuk jamak yang a kehilangan acuannya di luar bahasa, b mempunyai konotasi masa yang silang, c berasal dari leksikon bahasa taraf sebelumnya, atau d masih dapat dikenali secara tepat ataupun secara kurang tepat oleh penutur bahasa yang bersangkutan. Contoh: Ancala gunung, balian dukun, baginda yang bahagia, graha rumah. Kata usang adalah satuan leksikon yang sarat dengan konotasi. Contoh: babu pembantu rumah tanggawanita, pelacur tuna susila, serdadu prajurit. 17 Sebenarnya terjemahan harfiyah dalam pengertian urut-urutan kata dan cakupan makna persis seperti bahasa sumber tidak mungkin dilakukan, karena masing-masing bahasa BSu dan BSa selalu mempunyai ciri khas sendiri dalam urut-urutan kata, adakalanya masing-masing ungkapan mengandung nuansa sendiri-sendiri. 18 KeduaÆ penerjemah melihat redaksi bahasa asal sampai memahami maknanya, kemudian ia ungkapkan dalam bahasa lain bahasa sasaran dengan redaksi yang 17 Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Pemahaman ilmu makna, Bandung: Refika Aditama 1999, h.75. 18 Ismail Lubis, Falsafati terjemahan Alquran Departemen Agama Edisi 1990, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya 2001, h. 61. 27 sama baik kata perkatanya memiliki kesamaan arti atau tidak. Cara ini disebut aliran terjemah maknawiyah atau terjemah bebas. 19 Contoh perbandingan antara dua aliran terjemah tersebut: 1. ﻚ ﺎ آ Terjemahan harfiyah, Bagaimana kabarmu? Terjemahan maknawiyah, Apa kabar? 2. ا ا ﷲا terjemahan harfiyah, tidak ada tuhan selain Allah terjemahan maknawiyah, yang berhak disembah hanya Allah 3. ﻬ أ ةﺮﻜ ﻰ اوؤﺎ Terjemahan harfiyah, mereka datang di atas unta betina bapak mereka Terjemahan maknawiyah, mereka datang semuanya tanpa kecuali. 20

3. Tahap-tahap Penerjemahan