15 dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina” Pratin dan Akhyar
Adnan, 2005 : 36. Pembiayaan atau financing menurut Muhammad 2005 : 17, yaitu
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Menurut Rachmadi Usman 2003 : 236, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Alokasi dana pembiayaan mempunyai beberapa tujuan Muhammad, 2005 : 55 yaitu :
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang rendah 2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi
likuiditas tetap aman
D. Non Performing Financing NPF
Menurut Kamus Bank Indonesia, Non Performing loan NPL atau Non Performing Financing NPF adalah kredit bermasalah yang terdiri dari
kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah.
16 Luh Gede Meydianawathi 2007 : 138 menyatakan bahwa, Non
Performing Loans NPLs menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai
lunas. NPLs merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang dikeluarkan
bank. NPLs mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit. Oleh kebanyakan bank sentral, kredit bermasalah dikategorikan
sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektabilitasnya. Untuk menjaga keamanan dana para deposan, bank sentral mewajibkan bank umum
menyediakan cadangan penghapusan kredit bermasalah. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo kredit bermasalah yang dimiliki bank, akan
semakin besar jumlah dana cadangan yang harus segera disediakan, serta semakin besar pula biaya yang harus mereka tanggung untuk mengadakan
dana cadangan itu. Sudah barang tentu hal ini mempengaruhi profitabilitas usaha bank yang bersangkutan.
Sebuah bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah dalam jumlah besar cenderung menurun profitabilitasnya. Return on Assets ROA yang
merupakan salah satu tolok ukur profitabilitas mereka akan menurun Siswanto Sutojo, 2008 : 25.
E. Return on Assets ROA
Menurut F.S. Mishkin 2008 : 306, oleh karena pemilik bank harus mengetahui apakah banknya dikelola dengan baik, mereka membutuhkan
pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar keuntungan
17 bank adalah imbal hasil atas aset Return on Assets-ROA, laba bersih setelah
pajak dibagi aset :
ROA merupakan rasio atau nisbah utama untuk mengukur kemampuan dan efisiensi aktiva dalam menghasilkan laba profitabilitas Triloka H. Putri,
2009 : 293. Sedangkan menurut Selamet Riyadi 2004 : 156, Return on Assets
ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan
aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
F. Penelitian Sebelumnya