Kalimat tanya yang menanyakan proses atau menanyakan pendapat bentuk dengan Metode Dasar Lokasi dan Sumber Data Instrumen Penelitian Metode Pengumpulan Data

18 Contoh : - Mengapa kamu sering terlambat? Jawab: - Karena rumah saya jauh. Atau - karena sukar mencari kendaraanya. - Kenapa anak itu menangis saja? Jawab: - Ditinggal ibunya. Atau - Perutnya sakit. - Mengapa anjing dan kucing selalu berkelahi? Jawab: - Entahla atau - Menurut dongeng karena kucing pernah menipu anjing.

d. Kalimat tanya yang menanyakan proses atau menanyakan pendapat bentuk dengan

bantuan kata tanya bagaimana, yang biasanya di letakkan pada awal kalimat, dan boleh pula diberi partikel tanya –kah. Tetapi kalau kata tanya bagaimana ini di letakkan pada akhir kalimat, maka partikel tanya –kah itu tidak perlu digunakan. Contoh: - Bagaimana cara mengangkut batu sebesar ini? Jawab: - Dengan bantuan mesin kontrol. atau - Ditarik beramai-ramai. - Dulu dia pernah menipu kita, kalu sekarang dia menipu lagi bagaimna? Jawab: - Kita laporkan kepada yang berwajib. atau - Tidak usah kita temui lagi dia - Kalau kita dapat rumah dinas bagaimana dengan rumah ini? Jawab: - Kita kontrakkan saja. atau - Sebaiknya kita jual; lalu uangnya kita pakai untuk beli mobil.

e. Kalimat tanya yang menyuguhkan mengharapkan jawaban untuk menguatkan

yang ditanyakan. Oleh karena itu, jawaban yang diharapkan adalah ’’ ya ’’ atau ’’ 19 betul ’’, meskipun secara eksplisit kata ’’ ya ’’ atau ’’ betul ’’ itu tidak di ucapkan. Kalimat tanya ini dibentuk dari sebuah pertanyaan diikuti dengan kata ’’ bukan ’’ dan disertai dengan intonasi tanya. Contoh: - Anda berasal dari Bogor, bukan? - Dia orang kaya, bukan? - Kamu sudah makan, bukan? Meskipun penanya bermaksud meminta jawaban yang menyuguhkan, adakalanya jawaban yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Misalnya, pertanyaan - Kamu sudah makan, bukan? Jawabnya mungkin berupa - Jangankan makan, mandi saja belum. Atau pertanyaan: - Anda sudah punya anak, bukan? Jawabnya mungkin berupa: - Jangankan punya anak, kawin saja belum.;.l Catatan: Selain meminta jawaban kalimat tanya dapat juga digunakan untuk keperluan lain, misalnya: 1 Untuk menegaskan. Di sini diandaikan orang yang ditanya sudah mengetahui jawabanya sehingga dia tidak perlu menjawab lagi atau orang yang ditanya diandaikan tidak akan menjawab karena takut atau segan kepada penanya. Contoh: - Benarkah imperialisme harus kita diamkan? 20 - “ Siapakah yang tidak senang dengan kebijaksanaan kami?” tanya PakDirektur kepada anak buahnya. 2 Untuk menyuruh atau memerintah secara halus. Contoh: - Apakah tidak sebaiknya kau menunggu dulu di luar? - Dapatkah anda menunjukan kartu identitas anda? 3 Untuk mengejek, misalnya seorang ayah bertanya kepada anaknya yang jatuh dari pohon, padahal sebelum itu sudah berkali-kali ayah memperingatkan anaknya itu agar jangan memanjat pohon. Dengan kalimat tanya berikut jelas si ayah bukan bertanya melainkan mengejek. Contoh: - Enak ya jatuh? - O, kamu jatuh? 4 Untuk menawarkan dagangan. Seperti biasa digunakan oleh penjaja koran, bua- buahan, dan sebagainya di simpang jalan oleh para penumpang kendaraan. Contoh: - Korannya, Pak? - Jeruk, jeru? - Bu, sayang anak? Sayang anak? Ramlan 2010: 28-37 mengatakan bahwa kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita, perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi tanya bernada akhir naik, di samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi berita. Pola intonasi ialah: [2] 3 [2] 3 2 Di sini pola intonasi tanya digambarkan dengan tanda tanya. Misalnya: 23 Ahmad pergi ? 21 Kalimat di atas berbeda dengan kalimat berita hanya karena intonasinnya. Kalimat berpola intonasi tanya, sedangkan kalimat berita berpola intonasi berita. Contoh-contoh lain misalnya: 24 Anak-anak sudah bangun ? 25 Ayahnya belum pulang ? 26 Murid itu masih belajar ? Kata-kata kah, apa, apakah, bukan, dan bukankah dapat ditambahkan pada kalimat-kalimat tanya di atas. Kah dapat ditambahkan pada bagian kalimat yang ditanyakan kecuali pada S. Di samping itu ada kecendrungan meletakkan bagian kalimat yang ditanyakan itu di awal kalimat. Misalnya: 29 Harus pergikah Ahmad ke Jakarta hari ini ? 29a Haruskah Ahmad pergi ke Jakarta hari in ? 29b Ke Jakartakah Ahmad harus pergi hari ini ? 29c Hari inikah Ahmad harus pergi ke Jakarta? Kata apa dan apakah sebagai pembentuk kalimat tanya selalu terletak di awal kalimat. Misalnya: 30 Apa Ahmad pergi ? 30a Apakah Ahmad pergi ? 31 Apa anak-anak sudah bangun ? 31a Apakah anak-anak sudah pergi ? 32 Apa ayahnya belum pulang ? 32a Apakah ayahnya belum pulang ? Kata bukan selalu diakhir kalimat, sebaliknya kata bukankah selalu di awal kalimat. Misalnya: 22 36 Ahmad pergi, bukan ? 36a Bukankah Ahmad pergi ? 37 Anak-anak sudah bangun, bukan ? 37a Bukankah anak-anak sudah bangun ? 38 Ayahnya belum pulang, bukan ? 38a Bukankah ayahnya belum pulang ? 39 Murid itu masih belajar bukan ? 39a Bukankah murid itu masih belajar ? 40 Orang itu tidak tidur, bukan ? 40a Bukankah orang itu tidak tidur ? 41 Kakaknya suka merokok, bukan ? 41a Bukankah kakanya suka merokok ? Kalimat-kalimat tanya 23–24 di atas hanya kalimat memerlukan jawaban ya atau tidak, atau jawaban yang mengiakan atau menidakkan. Karena itu, kalimat- kalimat tanya itu disebut kalimat ya–tidak. Di samping itu, terdapat kalimat tanya yang memerlukan jawaban yang memberi penjelasan. Kalimat tanya golongan ini ditandai oleh adanya kata tanya yang bersifat menggantikan kata atau kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata tanya itu ialah apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa.

1. Apa

Kata tanya apa, dipakai untuk menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan misalnya: 42 Petani itu membawa apa ? 43 Arsitek itu sedang merencanakan apa ? 23 44 Dokter hewan itu memeriksa apa ? 45 Bapak guru mengajarkan apa ? 46 Anak itu melihat apa ? Apabila kata tanya apa itu dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat- kalimat 42–46 itu menjadi : 42a Apa yang dibawa petani itu ? 43a Apa yang sedang direncanakan arsitek itu ? 44a Apa yang diperiksa dokter hewan itu ? 45a Apa yang diajarkan bapak guru ? 46a Apa yang dilihat anak itu ? Selain pemakaian di atas, kata tanya apa dipakai juga untuk menanyakan identitas, misalnya : 47 Anak itu membaca buku apa ? Dalam kalimat 47 di atas, kata tanya apa menanyakan identitas buku. Kata apa di situ tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Yang dapat di letakkan di awal kalimat ialah buku apa : 47a Buku apa yang dibaca anak itu ? Contoh-contoh lain, misalnya: 48 Ia menyaksikan pertandingan apa ? 49 Itu anjing apa ? 50 Gedung yang tinggi itu gedung apa ? Seperti halnya kalimat 47, kalimat 48–50 di atas dapat di ubah menjadi : 48a Ia menyaksikan pertandingan apa ? 49a Anjing apa itu ? 24 50a Gedung apa gedung yang tinggi itu ?

2. Siapa

Kata tanya siapa, dipakai untuk menanyakan Tuhan, Malaikat, dan orang. Misalnya: 51 Siapa nama anak itu ? 52 Yang patut disembah siapa ? 53 Siapa yang menulis sirat ini ? 54 Siapa yang mencabut nyawa manusia ? 56 Sepeda siapa ini ? 57 Engkau mencari siapa ?

3. Mengapa

Kata tanya mengapa, dipakai untuk menanyakan perbuatan. Misalnya: 58 Anak-anak itu sedang mengapa ? 59 Pegawai itu mengapa ? 60 Orang itu akan mengapa ? Sedang mengapa dan akan mengapa dapat dipendekatkan menjadi sedang apa dan akan apa sehingga di samping kalimat 58 dan 60 terdapat kalimat 58a dan 60a di bawah ini : 58a Anak-anak itu sedang apa ? 60a Orang itu akan apa ? Selain menanyakan perbuatan, kata tanya mengapa juga untuk menyatakan sebab. Misalnya : 61 Mengapa kepala kantor itu marah ? 62 Mengapa banyak mahasiswa tidak mengikuti kuliah hari ini ? 25 63 Mengapa anak itu kemarin berjalan kaki saja ? 4.Kenapa Kata tanya kenapa, dipakai untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa: 64 Kenapa musuh tidak berani menyerang pertahanan tentara Indonesia ? 65 Kenapa Ahmad tidak pergi kesekolah ? 66 Kenapa ayahmu tidak mengijinkan ? 5.Bagaimana Kata tanya bagaimana, dipakai untuk menanyakan keadaan. Misalnya: 67 Bagaimana nasib anak itu ? 68 Studi anak saya bagimana ? 69 Ujianya bagaimana ? Selain menanyakan keadaan, kata tanya bagaimana dipakai pula untuk menanyakan cara, inilah cara suatu tindakan dilakukan atau cara suatu peristiwa terjadi. Misalnya: 70 Bagaimana pencuri bisa memanjat dinding setinggi itu ? 71 Bagaimana orang itu dapat menjadi kaya ? 72 Bagaimana utusan itu dapat sampai sepagi ini ?

6. Mana

Kata tanya mana, dipakai untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada, dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan, dan kemana menanyakan tempat yang dituju, misalnya: 73 Pengusaha itu bertempat tinggal di mana ? 74 Dari mana pelajar itu mendapat buku baru ? 26 75 Nenek pergi ke mana? Kata tanya mana sering juga dipakai tanpa didahului kata depan di, dari, ke, untuk menanyakan tempat misalnya: 76 Dia orang mana ? 77 Buatan mana sepeda itu ? 78 Mana adik mu ? Selain menanyakan tempat, kata tanya mana sering juga dipakai untuk menanykan sesuatu atau seseorang dari suatu kelompok. Dalam hal ini kata tanya itu didahului oleh kata yang, menjadi yang mana, misalnya: 79 Sepedamu yang mana ? 80 Buku yang mana, yang kau inginkan ? 81 Rumah pedagang itu yang mana ? 7.Bilamana, Bila dan Kapan Ketiga kata ini dipakai untuk menanyakan waktu. Misalnya: 82 Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya ? 83 Sejak kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan ? 84 Bila bapak guru akan pulang ? 8.Berapa Kata tanya berapa dipakai untuk menyatakan jumlah dan bilangan. Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang 1 terdiri atas satu kalausa, ii unsur-unsurnya lengkap, iii susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan iv tidak mengandung pertanyaan atau 27 pengingakaran. Dengan kata lain, kalimat dasar disini merupakan urutan unsur-unsur yang paling lazim dalam satu kalimat Alwi, 2003: 319. Berdasarkan pernyataan di atas, untuk menganalisis struktur kalimat tanya peneliti merujuk kepada pola struktur kalimat dasar yang dikemukakan oleh Alwi. Dalam satu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis subjek S, predikat P, objek O, pelengkap Pel, keterangan Ket dapat terisi, tetapi paling tidak harus ada pengisi subjek dan predikat Alwik, 2003: 321. Dari hasil penjelasan di atas berdasarkan teori para ahli untuk menentukan ciri–ciri kalimat tanya penulis menggunakan teori Alwik dkk.Yaitu sebagi landasan teori dalam bahasa Melayu dialek Langkat di desa Secanggang. Sedangkan untuk menganalisis struktur kalimat tanya penulis juga menggunakan teori Alwik. 28

BAB III METODE PENELITIAN

Untuk memulai suatu penelitian tidak terlepas dari metode dimana metode tersebut adalah cara penulis untuk menadapatkan hasil dari analisisnya, agar penelitian dapat tersusun secara sistematis dan mendapatkan hasil yang sempurna. Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan, dsb.; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian dalam mengumpulkan data Djajasudarma, 2006:1 dan 4.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode kualitatif menjadi titik –tolak penelitian kualitatif, yang menekankan kualitas ciri-ciri data yang alami sesuai dengan pemahaman deskriptif dan alamiah itu sendiri Djajasudarma, 2006:14.

3.2 Lokasi dan Sumber Data

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini desa Secanggang kecamatan Secanggang kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara. Lokasi ini merupakan daerah penutur bagi Melayu dialek Langkat desa Secanggang yang masih tetap digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber data penelitian ini adalah dari lapangan yaitu penutur bahasa Melayu dialek Langkat dan kepustakaan. 29

3.3 Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data secara lengkap, diperlukan alat bantu penelitian agar data yang diperoleh tidak hanya mengandalkan daya ingat saja. Alat bantu yang dipakai antara lain: buku tulis, pulpen, handpon, dan alat perekam tape recorder.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode sebagai berikut: 1. Metode observasi, yaitu peneliti langsung turun kelapangan melakukan pengamatan terhadap masyarakat pengguna bahasa Melayu dialek Langkat. 2. Metode wawancara yaitu mewawancarai beberapa informan untuk mendapatkan data yang diperlukan dan dibantu dengan menggunakan : a. Teknik rekam b. Teknik catat 3. Metode kepustakaan sebagai referensi yang berkaitan dengan objek penelitian.

3.5 Metode Analisis Data