2.5. Pengambilan Keputusan 2.5.1. Definisi Keputusan
Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan - kemungkinan dari
alternatif tersebut bersama konsekuensinya.Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk
melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau
asumsi lemah.Keputusan adalah suatu ketetapan yang diambil oleh orang yang berwenang berdasarkan kewenangan yang ada padanya.
2.5.2. Bentuk atau Jenis Keputusan
1. Keputusan Terprogram
Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang dialami organisasi.Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi
mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi.Tingkat kepastian relatif adalah
perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah makan dimana
makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct cost.
Universitas Sumatera Utara
2. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat
memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan
atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya
kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik.
2.5.3. Teori Pengambilan Keputusan
Terdapat beberapateori pengambilan keputusan. Keputusan-keputusan yang diambil oleh individu dapat dipahami melalui dua pendekatan pokok, yaitu
pendekatan normatif dan pendekatan deskriptif. Pendekatan normatif menitikberatkan pada apa yang seharusnya dilakukan oleh pembuat keputusan sehingga diperoleh
suatu keputusan yang rasional. Pendekatan deskriptif menekankan pada apa saja yang telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan yang
dihasilkan itu rasional atau tidak rasional Suharnan, 2005. Dengan demikian, pendekatan normatif akan mengacu pada prinsip-prinsip
keputusan yang seharusnya dibuat menurut pikiran logis ideal. Sementara itu,
Universitas Sumatera Utara
pendekatan deskriptif akan mengacu pada kenyataan-kenyataan keputusan yang telah dibuat oleh kebanyakan orang realitas-empiris.
Menurut Hastjarjo yang dikutip oleh Suharnan 2005 pengambilan keputusan juga dapat dipelajari dari sudut tingkat resiko yang menyertainya.Sebagian keputusan
yang dibuat seseorang dalam keadaan yang sedikit atau tanpa resiko riskless choice. Sementara itu sebagian keputusan yang lain harus dibuat dalam suasana yang
mengandung resiko risky choice. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pendekatan dalam pengambilan
keputusan: a
Pendekatan Normatif Jika digunakan pendekatan normatif dalam pengambilan keputusan, maka
seseorang akan menempuh cara-cara yang rasional berdasarkan perhitungan matematis atau statistik. Suatu keputusan yang rasional harus memperhatikan prinsip-
prinsip berikut: memperbandingkan di antara pilihan, transitisitas, mengabaikan faktor umum, dominan, kontinuitas, dan invarian Plous, 1993; Suharnan, 2005.
1. Memperbandingkan pilihan. Prinsip pertama adalah seseorang pembuat keputusan
yang rasional harus membandingkan di antara dua pilihan atau lebih. Biasanya dilakukan dengan membuat daftar urut pilihan, termasuk sifat-sifat penting yang
dimiliki oleh masing-masing. Setelah itu, seseorang akan menentukan satu pilihan yang terbaik, atau mungkin semua pilihan tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan sehingga ia boleh memilih alternatif yang mana yang dikehendaki.
Universitas Sumatera Utara
2. Transitisitas. Prinsip ini mengatakan bahwa jika ada tiga pilihan misalnya A, B,
dan C; A lebih disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka A adalah paling disukai diantara kedua pilihan tersebut. Pilihan seseorang
seharusnya jatuh pada A, dan bukan B atau C. 3.
Mengabaikan faktor umum. Jika dua alternatif mengandung resiko yang keduanya memiliki peluang sama di dalam menghasilkan konsekuensi-konsekuensi tertentu,
maka faktor-faktor yang sama ini seharusnya diabaikan ketika menentukan salah satu pilihan. Dengan kata lain, menentukan satu pilihan diantara dua alternatif
seharusnya hanya tergantung pada konsekuensi hasil yang berbeda, bukan pada konsekuensi hasil yang sama-sama dimiliki oleh keduanya. Konsekuensi-
konsekuensi hasil yang sama di antara dua pilihan ini disebut faktor-faktor umum common factors, dan seharusnya dikeluarkan dari pertimbangan.
4. Dominan. Jika ada dua objek pilihan atau lebih yang semuanya memiliki sifat-
sifat sama, namun paling sedikit ada satu sifat menarik dan menonjol yang dimiliki oleh salah satu dari dua objek tersebut, maka seharusnya orang memilih
objek yang memililki sifat menonjol daripada objek yang lain. 5.
Kontinuitas. Untuk serangkaian hasil, pembuat keputusan harus selalu lebih berspekulasi antara hasil terbaik dan terburuk menjadi hasil yang pertengahan jika
untuk mendapatkan hasil terbaik terdapat rintangan yang cukup besar. 6.
Invarian. Prinsip ini mengatakan bahwa cara penyajian seharusnya tidak menentukan suatu pilihan. Misalnya, orang membeli sepeda motor merek A atau
Universitas Sumatera Utara
B, seharusnya tidak ditentukan oleh cara penyampaian pesan poromosi apakah melalui media pandang-dengar atau media cetak.
b Teori Prospek
Teori ini adalah salah satu pendekatan deskriptif.Teori ini dikembangkan oleh Danniel Kahneman dan Amos Tversky di sekitar tahun 80-an. Namun, di kalangan
ahli psikologi Indonesia teori prospek baru dikenal pada tahun 90-an Suharnan, 1999. Prinsip-prinsip yang diajukan oleh teori prospek meliputi: prinsip fungsi nilai
value function, bingkai keputusan decision frame, perhitungan mental-psikologis psychological accounting, probabilitas probability, dan efek kepastian certainty
effects. 1.
Fungsi nilai. Teori prospek mendefinisikan nilai di dalam kerangka kerja bipolar di antara perolehan gains dan kehilangan losses. Keduanya bergerak dari titik
tengah yang merupakan referensi netral. Fungsi nilai bagi suatu perolehan mendapatkan sesuatu akan berbeda dengan kehilangan sesuatu itu. Nilai bagi
suatu kehilangan dibobot lebih tinggi. Sementara itu, nilai bagi suatu perolehan dibobot lebih rendah.
2. Pembingkaian. Teori prospek memprediksi bahwa preferensi kecenderungan
memilih akan tergantung pada bagaimana suatu persoalan dibingkai atau diformulasikan. Jika titik referensi diformulasikan sedemikian rupa sehingga hasil
keputusan dianggap atau dipersepsi sebagai suatu perolehan, maka orang yang mengambil keputusan akan cenderung menghindari resiko risk averse.
Sebaliknya, jika titik referensi diformulasikan ke arah keputusan yang
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan kerugian atau kehilangan, maka orang akan cenderung mengambil resiko risk seeking.
3. Perhitungan psikologis. Orang yang membuat keputusan tidak hanya membingkai
pilihan-pilihan yang ditawarkan, tetapi juga membingkai hasil serta akibat dari pilihan-pilihan itu. Hal ini disebut perhitungan mental atau psikologis.
Perhitungan psikologis dibedakan menjadi dua macam, yaitu minimal accounting dan inclusive accounting Kahneman dan Tversky dalam Suharnan, 2005. Suatu
perhitungan disebut sebagai minimal accounting apabila hasil-hasil dari pilihan yang akan ditetapkan dibingkai menurut konsekuensi yang langsung
menyertainya. Suatu perhitungan disebut inclusive accounting apabila hasil-hasil keputusan dibingkai dengan memperhitungkan kejadian sebelumnya.
4. Probabilitas. Teori prospek berpandangan bahwa kecenderungan orang dalam
membuat keputusan merupakan fungsi dari bobot keputusan decision weight. Bobot keputusan ini tidak selalu berhubungan dengan besar-kecilnya peluang atau
frekuensi kejadian. Kejadian-kejadian yang memiliki peluang rendah cenderung diberi bobot nilai yang tinggi overweight. Sementara itu, kejadian-kejadian yang
berpeluang sedang atau tinggi justru cenderung diberi bobot nilai yang rendah underweight.
5. Efek kepastian. Teori prospek memprediksi bahwa pilihan yang dipastikan tanpa
resiko sama sekali akan lebih disukai daripada pilihan yang masih mengandung resiko meski kemungkinannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena orang-
Universitas Sumatera Utara
orang cenderung menghilangkan sama sekali adanya resiko eliminate daripada hanya menguranginya reduce atau memperkecil resiko.
c Pendekatan heuristik
Heuristik adalah cara menentukan sesuatu melalui hukum kedekatan, kemiripan, kecenderungan, atau keadaan yang diperkirakan paling mendekati
kenyataan. Heuristik merupakan suatu strategi yang cenderung menghasilkan keputusan yang tepat, tetapi tidak menjamin ketepatan secara mutlak.Sebagai
konsekuensinya, seseorang memliiki kemungkinan untuk membuat keputusan yang salah atau perkiraan yang melencengakibat kelemahan dari pemakaian strategi
heuristik. Beberapa strategi penting dari heuristik yang sering digunakan orang di dalam
proses pengambilan keputusan, yaitu: keterwakilan, ketersediaan informasi, pembuatan patokan, perangkap keputusan, kepercayaan yang berlebihan, dan
pembingkaian. 1.
Keterwakilan representativeness. Menurut Nisbett Matlin,1994 keterwakilan merupakan pendekatan heuristik yang paling penting dalam proses pengambilan
keputusan. Suatu sampel tampak mewakili apabila terdapat kesamaan karakteristik utama dengan yang dimiliki oleh populasinya. Lebih khusus,
keterwakilan sangat tergantung pada bagaimana sampel dipilih dari populasi yang menjadi asalnya. Keterwakilan pada umumnya merupakan strategi yang sangat
berguna, karena dapat mengarahkan seseorang kepada pengambilan keputusan
Universitas Sumatera Utara
yang benar. Meskipun begitu, apabila seseorang menggunakan strategi tersebut secara berlebihan, maka ia dapat mengambil keputusan-keputusan yang salah.
2. Ketersediaan informasi availability. Tversky Kahneman Matlin, 1994
mengatakan bahwa seseorang akan menggunakan strategi ini ketika ia sedang membuat estimasi atau taksiran terhadap frekuensi peristiwa atau kemungkinan
pemunculan kejadian berdasarkan tingkat kemudahan contoh-contoh yang dapat diperoleh. Dengan kata lain, orang mempertimbangkan frekuensi kejadian dengan
cara menetapkan apakah contoh-contoh informasi yang relevan dapat ditemukan dengan mudah di dalam ingatan ataukah memerlukan usaha yang keras. Faktor-
faktor yang mempengaruhi ketersediaan informasi atau ingatan seseorang antara lain Matlin, 1994; Suharnan, 2005 adalah a kekinian informasi recency.
Ingatan mengenai informasi pada umumnya makin menurun bersamaan dengan semakin berlalunya waktu. Semakin baru suatu informasi diterima atau peristiwa
dialami seseorang, maka semakin baik hal itu diingat kembali.; b keakraban familiarity. Keakraban dengan contoh-contoh juga mempengaruhi kesalahan
perkiraan seseorang mengenai suatu peristiwa.; dan c kejelasan vividness. Informasi yang dapat dibayangkan dan diingat kembali dengan jelas oleh
seseorang juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi taksiran terhadap frekuensi suatu peristiwa. Jika orang dapat membayangkan kembali dengan jelas
di dalam ingatannya mengenai beberapa peristiwa yang relevan dengan peristiwa yang akan ditaksir, seolah-olah peristiwa itu sedang terjadi sekarang, maka ia
akan menggunakan informasi itu sebagai acuan.
Universitas Sumatera Utara
3. Patokan dan penyesuaian ancor and adjusment. Seseorang sering menggunakan
strategi memasang jangkar atau menetapkan patokan awal lalu melakukan penyesuaian pada saat akan membuat estimasi-estimasi. Strategi ini dimulai
dengan menebak suatu keadaan awal yang paling mendekati, dan ini dijadikan patokan, kemudian dibuat penyesuaian-penyesuaian secara bertahap sesuai
dengan informasi tambahan yang diterima. 4.
Perangkap entrapment. Perangkap atau jebakan ialah suatu proses pengambilan keputusan yang berarti menambah atau memperkuat komitmen terhadap pilihan-
pilihan yang telah dibuat sebelumnya. Seseorang atau kelompok dikatakan terperangkap apabila orang atau kelompok itu berusaha mempertahankan
keputusan yang pernah dibuat. Faktor yang mempengaruhi orang terperangkap, yaitu pertama, orang lebih melihat imbalan reward yang akan diperoleh apabila
tujuan yang diinginkan tercapai daripada melihat kerugian yang akan diderita apabila ia mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan tersebut. Kedua, orang
mempersepsi bahwa tujuan yang diinginkan sudah tampak di depan mata dan hampir dipastikan akan dapat dicapai dalam waktu singkat, sehingga hal ini lebih
mendorong orang itu untuk meneruskan perjalanan daripada mundur atau menyerah. Ketiga, orang sudah terlanjur menanamkan sejumlah besar investasi
atau mengorbankan banyak uang, tenaga, pikiran, dan waktu. Keempat, kecenderungan orang dalam situasi kompetitif untuk tetap mempertahankan
keunggulan, sehingga keinginan untuk mematikan lawan menjadi sangat besar. Kelima, muncul perasaan malu pada diri seseorang, karena apabila ia menyerah
Universitas Sumatera Utara
maka berarti harga dirinya menjadi rendah di mata orang lain. Keenam, adanya rasa tanggung jawab yang terlalu besar berlebihan terhadap kegagalan tugas
atau keberhasilan tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang. 5.
Kepercayaan yang berlebihan overconfidence. Terdapat banyak keputusan yang salah atau melenceng disebabkan antara lain oleh kepercayaan yang berlebihan
dari pembuat keputusan. Orang tidak jarang membuat perkiraan kedepan yang ternyata tidak terbukti kebenarannya. Orang juga sering melakukan penaksiran
yang tidak realistis terhadap kemungkinan apakah suatu peristiwa sering terjadi atau jarang terjadi, karena hanya didasarkan pada perhitungan statistic yang
dianggap sudah tepat. 6.
Bingkai keputusan decision frame. Bingkai keputusan adalah cara-cara yang digunakan di dalam mengajukan pertanyaan dan konteks pilihan atau
permasalahan agar dihasilkan keputusan tertentu Matlin, 1994; Suharnan, 2005. Cara-cara ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pilihan atau
permasalahan yang hendak diputuskan. Suatu cara penyajian atau konteks yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda pula, meski persoalan yang
diangkat sebenarnya sama.
2.5.4. Keputusan yang Kompleks