Pengaruh Persepsi tentang Kredensialing terhadap Keikutsertaan sebagai Provider BPJS Kesehatan

Hasil tabulasi silang juga menunjukkan bahwa responden dengan persepsi kurang baik yaitu 14 orang 50 menyatakan tidak ikut serta dalam program BPJS. Beberapa alasan yang dikemukakan adalah sistem jaminan jamsostek yang selama ini dijalankan hanya cukup untuk menutupi operasional klinik, ada juga yang mengemukakan akan melihat perkembangan ke depan sebab beberapa rekan yang telah menjalankan menyatakan sistem yang diterapkan masih sering berganti dari satu sistem ke sistem lain menyebabkan para provider agak kewalahan mengikuti perkembangan mekanisme yang terus berubah. Sebahagian lagi menyatakan lebih menguntungkan membuka praktik sendiri dengan sistem dan prosedur yang dibuat sendiri.

5.4. Pengaruh Persepsi tentang Kredensialing terhadap Keikutsertaan sebagai Provider BPJS Kesehatan

Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang kredensialing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keikutsertaan sebagai provider pratama BPJS kesehatan ρ=0,023. Artinya, banyaknya variasi pandangan dan motivasi yang mendorong yang berhubungan dengan kredensialing akan meningkatkan dominasi kredensialing dalam keikutsertaan provider swasta dalam program jaminan kesehatan nasional. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa provider yang memiliki persepsi baik tentang kredensialing ikut serta sebagai provider dalam BPJS kesehatan sebesar 36 orang 69,2. Kredensialing adalah suatu mekanisme yang harus dipenuhi oleh provider untuk menjadi salah satu pemberi pelayanan dalam program BPJS. Hal ini Universitas Sumatera Utara bukanlah hal yang baru dalam sistem jaminan sosial. Sebelumnya dalam program askes dan jamsostek prosedur kredensialing juga telah diterapkan. Responden memiliki beberapa tanggapan mengenai kredensialing yang diterapkan oleh BPJS. Responden yang sebelumnya adalah provider jamsostek sebahagian besar menyatakan proses kredensialing yang saat ini berlaku lebih mudah untuk diterapkan dibandingkan sebelum BPJS. Namun, tidak terlepas dari berbagai keluhan yang disampaikan oleh provider tentang krensialing sebahagian responden menyatakan bahwa menyediakan poli gigi hanya menjadi pengeluaran besar bagi klinik. Peralatan gigi dan obat-obatan yang harus disediakan memerlukan biaya yang sangat mahal, sementara pasien yang datang untuk berobat gigi sangat sedikit. Beberapa responden juga menyatakan bahwa kredensialing dilakukan setahun sekali sangat memberatkan. Hasil tabulasi silang juga menunjukkan bahwa responden dengan persepsi kurang baik tentang kredensialing tidak menjadi salah satu provider BPJS kesehatan sebesar 12 orang 42,9. Sedangkan responden dengan persepsi baik dan tidak menjadi provider sebesar 4 orang10. Kredensialing adalah satu dari beberapa alasan yang dikemukakan oleh responden yang tidak ikut bekerjasama dengan BPJS. Responden yang sebelumnya bekerjasama dengan askes sebahagian besar adalah praktek dokter dan dokter keluarga. Dalam program sebelumnya kredensialing tidak serumit kredensialing yang berlaku saat ini. Para dokter merasa biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kriteria yang ditetapkan sangat besar. Menurut perhitungan responden tidak sesuai dengan hasil yang akan diperoleh. Prosedur yang Universitas Sumatera Utara banyak dan berubah-ubah serta peraturan-peraturan yang tidak menentu membuat responden mengambil sikap untuk menjalankan praktik umun seperti biasa. Salah satu responden yang merupakan praktik dokter spesialis juga mengundurkan diri padahal sebelumnya sudah terdaftar sebagai PPK I di BPJS. Responden menyatakan tidak mungkin kapitasi dokter umum dengan dokter spesialis sama besar. Pihak BPJS menyatakan bahwa belum ada peraturan yang membedakan antara praktek umum dengan praktek spesialis. Menurut Saefuddin dan Ilyas 2001 kredensialing adalah hal yang membedakan antara asuransi tradisional dengan asuransi managed care. Kredensialing dikembangkan sebagai hasil ujian memperoleh lisensi sebagai dokter sehingga dokter yang dikontrak adalah dokter yang memiliki sertifikat kelulusan. Hal ini penting agar managed care memiliki keseimbangan antara biaya dan pelayanan. 5.5. Pengaruh Persepsi tentang Kapitasi dan Sistem Klaim terhadap Keikutsertaan sebagai Provider BPJS Kesehatan Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang kapitasi dan sistem klaim mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keikutsertaan sebagai provider pratama BPJS kesehatan ρ=0,018. Artinya, banyaknya variasi pandangan dan motivasi yang mendorong yang berhubungan dengan kapitasi dan sistem klaim akan meningkatkan dominasi keikutsertaan provider swasta dalam program jaminan kesehatan nasional. Diantara ketiga variabel, persepsi tentang kapitasi dan sistem klaim memiliki pengaruh yang paling kuat. Universitas Sumatera Utara Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan persepsi baik tentang kapitasi dan sistem klaim yang menjadi salah satu provider BPJS sebesar 42 orang 61,8. Sebahagian besar responden menyatakan sangat setuju dengan kapitasi yang diterapkan oleh BPJS. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiarto,Hendrartini dan Mukti 2003 menyatakan bahwa persepsi stakeholders dalam hal ini kepala puskesmas tentang sistem kapitasi sangat positif. Pola ini dirasakan mampu melakukan kendali biaya pelayanan kesehatan. Pola kapitasi yang berpusat di PPK I dan bukan di kabupaten akan menekan biaya dan memaksimalkan pelayanan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Karyati, Mukti A.G, Nusyirwan 2004 yang menyatakan bahwa 78,9 dokter keluarga tidak puas dengan besar kapitasi yang rendah . Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Chotimah 2000 yang menyatakan bahwa 73,57 responden merasa sangat tidak puas dengan gaji atau upah yang diterima dalam melayani pasien askes. Kapitasi dalam program BPJS ini sangat berkaitan erat dengan kepesertaan. Semakin banyak peserta yang terdaftar dalam satu provider, maka jumlah kapitasi yang diterima akan semakin besar. Sejarah kapitasi berasal sebuah program baru yang bernama managed care. Di Indonesia managed care diterjemahkan sebagai jaminan pelayanan kesehatan masyarakat JPKM. Metode pembiayaan yang selama ini dikenal dengan sistem fee for service FFS menyebabkan tingginya biaya pengobatan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat. Kesehatan menjadi sebuah barang mahal yang sulit untuk dihindari bagi setiap orang yang mengalami kesakitan. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu pemerintah mengadopsi managed care yang menggunakan sebuah system yang disebut kapitasi. Kapitasi adalah metode pembayaran diawal yang dihitung berdasarkan angka pemanfaatan pelayanan dan biaya satuan pelayanan dari seluruh peserta yang terdaftar di provider tersebut. Kapitasi dalam program BPJS ini menurut sebagian besar responden lebih besar dari kapitasi yang mereka peroleh dari program sebelumnya baik jamsostek ataupun askes. Besaran kapitasi tiap klinik berbeda, ada yang sepuluh ribu rupiah, sembilan ribu rupiah, dan delapan ribu rupiah. Besaran kapitasi sangat ditentukan oleh jumlah dokter, jumlah perawat dan tenaga kesehatan, tenaga administratif, fasilitas gedung, serta fasilitas medis dan penunjang medis. Pada umumnya angka kapitasi klinik lebih tinggi dibandingkan praktek dokter dan dokter keluarga yang memeperoleh kapitasi sebesar delapan ribu rupiah,angka kapitasi puskesmas hanya diberi kapitasi sebesar enam ribu rupiah per kepala. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan peserta yang terdapat di setiap klinik tidak merata. Beberapa klinik memiliki peserta yang sangat banyak, beberapa lagi memiliki peserta yang lebih sedikit. Beberapa responden yang sebelumnya memiliki peserta banyak di program sebelumnya mengalami kehilangan peserta. Pihak BPJS menyatakan tidak tahu mengapa terjadi kehilangan peserta di beberapa provider dan penambahan peserta di provider lain. Peserta PBI juga berhak untuk terdaftar di klinik manapun yang peserta inginkan, tetapi pada kenyataannnya peserta PBI lebih banyak terdaftar di puskesmas. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan wawancara dengan petugas BPJS dalam penentuan peserta yang berlaku saat ini tidak ada penentuan dari pihak BPJS ke klinik mana peserta tersebut terdaftar. Peserta memiliki hak mutlak untuk memilih ke fasilitas pratama yang sesuai dengan keinginan peserta. Penentuan peserta sangat tergantung kepada kemampuan pemasaran pihak klinik dalam memperkenalkan kliniknya kepada masyarakat. Apabila di kemudian hari peserta ingin pindah ke fasilitas pratama yang lain,hal itu dapat langsung diproses tetapi berlaku sejak tiga bulan setelah proses penggantian dilakukan. Peserta yang tidak dapat ditangani di fasilitas pratama akan dirujuk ke rumah sakit yang peserta inginkan. Hal ini diberlakukan karena peserta telah merasa puas ditangani oleh dokter yang menangani penyakitnya sejak awal. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan persepsi kurang baik tentang kapitasi dan sistem klaim yang tidak ikut serta sebagai provider BPJS kesehatan sebesar 13 orang 19,1. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Januraga, dkk 2009 yang menyatakan sebahagian besar stakeholders PPK I program jaminan kesehatan Jembrana memiliki persepsi negatif tentang sistem kapitasi. Beberapa alasan yang dikemukakan responden adalah besarnya kapitasi tidak begitu berpengaruh terhadap penghasilan sebab peserta yang terdaftar tidak cukup banyak sehingga kapitasi tersebut hanya cukup untuk memenuhi operasional, biaya pengeluaran lebih besar daripada penghasilan. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 19

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 10

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 48

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 3

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 23

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

0 0 18

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

0 0 7

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

0 0 31