24
bahwa pernyataan kehendak yang merupakan rukun akad adalah murni pernyataan kehendaknya.
15
2. Advokat Kuasa Hukum Menurut Hukum Positif
Kata advokat, secara etimologis berasal dari bahasa latin advocare, yang berarti to defend,Berfungsi untuk mempertahankan to call to one, said
to vouch or warrant.Untuk memanggil atua terpanggil, bekerja untuk seseorang degan cara menjamin Sedangkan dalam bahsa inggris advocat
berarti : to speak in favour of or depend by argument, to support, indicate, or recommended publicly.
16
Secara terminologis, terdapat beberapa pengertian advokat yang didefinisikan oleh para ahli hukum, organisasi, peraturan dan Perundang-
Undangan yang ada sejak masa Kolonial hingga sekarang, seperti dibawah ini: a. Advokat adalah orang yang mewakili kliennya untuk melakukan tindakan
hukum berdasarkan surat kuasa yang diberikan untuk pembelaan atau penuntutan pada acara persidangan di pengadilan atau beracara di
pengadilan. b. Menurut Asosiasi Advokat Indonesia AAI advokat didefinisikan,
termasuk penasehat hukum, pengacara, pengacara praktek, dan para konsultan hukum.
15
As-Sarakhsi, Al-Mabsuth, Beirut: Daar al-Ma’rifah, 1406 H. XII: hal 203 Seperti yang dikutif Syamsul Anwar., Hukum Perjanjian Syariah Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007, h. 291
16
Frans Hendra Winarta, advokat Indonesia, cita, Idealisme, dan keprihatinan Jakarta : Sinar Harapan,1995, hal. 19
25
c. Pada pasal I butir 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana, menyatakan bahwa : “ Seorang
penasehat hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan Undang-Undang untuk memberikan bantuan
hukum.” d. Dalam Rancangan Undang-Undang Advokat, pada Bab I, pasal 1 ayat 1
disebutkan bahwa : “advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik dalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.”
17
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa advokat adalah profesi yang memberikan jasa hukum kepada masyarakat atau
kliennya, baik secara litigasi maupun non litigasi dengan mendapatkan atau tidak mendapatkan honorariumfree.
Bertitik tolak dari ketentuan pasal tersebut, dalam perjanjian kuasa, terdapat dua pihak, yang terdiri dari :
a. Pemberi kuasa atau lastgever instruction, mandate b. Penerima kuasa atau disingkat kuasa, yang diberi perintah atau mandat
melakukan sesuatu untuk dan atas nama pemberi kuasa.
18
17
Rahmat Rosyadi, Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003,h. 73
18
M. Yahya Harahap, S.H. Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika; 2008, h..5
26
Lembaga hukumnya disebut pemberian kuasa atau lastgeving volmacht, full power, jika :
a. Pemberi kuasa melimpahkan perwakilan kepada penerima kuasa untuk mengurus kepentingannya, sesuai dengan fungsi dan kewenangan yang
ditentukan dalam surat kuasa. b. Dengan demikian, penerima kuasa berkuasa penuh, bertindak mewakili
pemberi kuasa terhadap pihak ketiga untuk dan atas nama pemberi kuasa. c. Oleh karena itu, pemberi kuasa bertanggung jawab atas segala perbuatan
kuasa, sepanjang pebuatan yang dilakukan kuasa tidak melebihi wewenang yang diberikan pemberi kuasa.
19
Pada dasarnya, pasal-pasal yang mengatur pemberian kuasa, tidak besifat imperative. Apabila para pihak menghendaki, dapat disepakati selain
yang digariskan dalam undang-undang. Pada bagian ini, dijelaskan secara ringkas jenis kuasa yang diatur dalam
Undang-Undang. Penjelasan ini berkenaan dengan surat kuasa yang dapat dipergunakan di depan sidang pengadilan, yaitu:
a. Kuasa Umum Kuasa umum diatur dalam pasal 1795 KUH Perdata. Menurut pasal ini,
kuasa umum bertujuan memberi kuasa pada seseorang untuk mengurus kepentingan pemberi kuasa, yaitu :
19
Kamarusdiana, dan Nachrowi, Hukum Acara Perdata, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Syariah dan Hukum, Jakarta: 2006, h. 14-15
27
- Melakukan tindakan pengurusan harta kekayaan pemberi kuasa
- Pengurusan itu, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan pemberi kuasa atas harta kekayaannya.
- Dengan demikian titik berat kuasa umum, hanya meliputi perbuatan atau tindakan pengurusan kepentingan pemberi kuasa.
20
Dengan demikian, dari segi hukum, kuasa umum adalah pemberian kuasa mengenai pengurusan, yang disebut beherder atau manajer untuk
mengatur kepentingan pemberi kuasa. Oleh karena itu, ditinjau dari segi hukum, surat kuasa umum, tidak dapat dipergunakan di depan sidang
pengadilan untuk mewakili pemberi kuasa. Sebab, sesuai dengan ketentuan pasal 123 HIR, untuk dapat tampil di depan sidang pengadilan
sebagai wakil pemberi kuasa, penerima kuasa harus mendapat surat kuasa khusus.
21
b. Kuasa khusus Pasal 1795 KUH Perdata menjelaskan, pemberi kuasa dapat dilakukan
secara khusus, yaitu hanya mengenai satu hal kepentingan tertentu atau lebih. Bentuk inilah yang menjadi landasan pemberian kuasa untuk
bertindak di depan pengadilan mewakili kepentingan pemberi kuasa sebagai pihak prinsipal. Namun, agar bentuk kuasa yang disebut dalam
pasal ini sah sebagai surat kuasa khusus di depan pengadilan, kuasa
20
M. Yahya Harahap, S.H. Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika; 2008, h..6
21
Ibid
28
tersebut harus disempurnakan terlebih dahulu dengan syarat-syarat yang disebut dalam pasal 123 HIR.
22
Jadi, kalau tindakan khusus yang dilimpahkan kepada kuasa tidak dimaksudkan untuk tampil mewakili pemberi kuasa di depan pengadilan,
tidak diperlukan syarat tambahan, cukup berpedoman pada ketentuan yang digariskan Pasal 1975 KUH Perdata. Misalnya, kuasa untuk melakukan
penjualan rumah. Kuasa itu merupakan kuasa khusus, terbatas hanya untuk menjual rumah. Akan tetapi,meskipun bersifat kuasa khusus, kuasa
itu tidak dapat dipergunakan untuk tampil di depan sidang pengadilan mewakili kepentingan pemberi kuasa.
23
Alasannya sifat khusus yang dimilikinya bukan untuk tampil di pengadilan, tetapi hanya untuk menjual rumah yang perlu dimuat dalam
surat kuasa khusus antara lain : 1 Identitas pemberi dan penerima kuasa yaitu nama lengkap, pekerjaan,
alamat atau tempat tinggal. 2 Apa yang menjadi pokok sengketa. Atau uraian yang menjadi pokok
sengketa perkara dan yang menunjukkan kekhususan perkara. 3 Batasan tentang isi kuasa yang diberikan. Penerima kuasa melakukan
tindakan berdasarkan apa yang disebutkan dalam kuasa tersebut. Hal yang tidak disebutkan penerima kuasa tidak berwenang untuk
22
Ibid, h. 7
23
Ibid
29
melakukan. Pembatasan tersebut juga menyangkut apakah kuasa itu berlaku hanya di pengadilan tingkat pertama atau termasuk juga
banding dan kasasi. 4 Memuat hak substitusi hak pengganti. Hal ini perlu apabila penerima
kuasa berhalangan, ia dapat melimpahkan kuasa kepada pihak lain untuk menjaga jangan sampai perkara itu tertunda, karena
berhalangannya penerima kuasa. Hak retensi jika perlu.
24
Pemberian kuasa khusus dapat ditempuh tiga cara, yaitu : -
Diterapkan dalam surat gugatsurat permohonan atau dalam jawaban gugatan dan tergugattermohon sama-sama membubuhkan tanda
tangannya di atas surat gugatansurat permohonan dan surat jawaban gugatanjawaban termohon.
- Dengan cara membuat surat kuasa khusus tersendiri dilakukan dimuka
pejabat yang berwenang yang paling tepat adalah di muka
kepaniteraan pengadilan atau Notaris. - Dengan dikemukakan langsung secara lisan oleh penggugattergugat,
pemohontermohon pemberi kuasa dimuka sidang.
25
24
Moh. Tafik Makarao, Pokok-pokok Hukum Acara perdata, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 23-24
25
Roihan. A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 59-60
30
c. Kuasa Istimewa
26
Pasal 1795 KUH Perdata, dan dikaitkan dengan pasal 157 HIR atau pasal 184 RBg. Jika ketentuan pasal-pasal ini dirangkai, diperlukan beberapa
syarat yang harus dipenuhi agar kuasa tersebut sah menurut hukum sebagai kuasa istimewa.
Ruang lingkup kuasa istimewa hanya terbatas pada : 1 Untuk memindahtangankan benda-benda milik pemberi kuasa, atau
untuk meletakkan hipotik hak tanggungan diatas benda tersebut. 2 Untuk membuat perdamaian dengan pihak ketiga, untuk mengucapkan
sumpah penentu decisoireed atau sumpah tambahan suppletaoireed sesuai dengan ketentuan pasal 157 HIR atau pasal 184 RBg. Menurut
pasal ini, seharusnya sumpah dilakukan oleh pihak yang berperkara secara langsung, akan tetapi apabila suatu keadaan yang sangat penting
maka sumpah dapat dilakukan oleh penerima kuasa, karena pemberi kuasa dalam keadaan sakit. Dan melalui persetujuan hakim, penerima
kuasa dapat mengucapkan sumpah dengan syarat diberi kuasa istimewa oleh principal dan principal dengan jelas bunyi sumpah yang akan
diucapkan.
27
26
Ibid.
27
Kamarusdiana, dan Nachrowi, Hukum Acara Perdata, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Syariah dan Hukum, Jakarta: 2006, h. 16
31
3. Dasar Hukum Advokat Kuasa Hukum