42
D. Peran Advokat di Pengadilan Agama
Dalam suatu kondisi, dimana menyebabkan seseorang atau suatu badan tidak dapat secara langsung bertindak untuk dan atas nama dirinya dalam
melakukan suatu perbuatan hukum. Maka diperlukan surat kuasa agar pihak lain dapat mewakili dan bertindak untuk dan atas namanya dalam suatu perbuatan
hukum tersebut.
38
Dalam praktek pengadilan, penerima kuasa adakalanya keluarga para pihak yang disebut dengan kuasa insidentil. Idealnya kuasa tersebut berasal dari
ahli hukum misalnya advokat atau pengacara praktek. Dalam kaitan hubungan antara seorang klien dengan advokat, surat kuasa diartikan sebagai suatu dokumen
penting yang dapat dijadikan bukti bahwa seorang klien telah menunjuk seorang advokat atau lebih untuk mewakili dan bertindak alam suatu perbuatan hukum.
39
Tanpa surat kuasa dari klien, advokat tidak berwenang melakukan perbuatan apapun yang mengatas namakan klien dalam menyelesaikan perkara.
Peran advokat dalam pemberian jasa hukum bagi kepentingan klien dengan tujuan untuk melakukan islah bagi para pihak yang bersengketa sangat menentukan.
Dimaksud dengan peran disini adalah bagaimana ia dapat menjalankan profesinya sesuai dengan tugas dan fungsinya serta kode etik dan sumpah advokat.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemberian jasa hukum yang dilakukan advokat
38
Rahmat Rosyadi., Sri Hartini , Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif, Ghalia Indonesia, Jakarta 2003. hal 64
39
Ibid
43
adalah mendampingi , menjadi kuasa, memberikan advise hukum kepada klien, baik bersifat social, pro bono publico maupun atas dasar mendapatkan
honorariumfree.
40
Dalam menjalankan profesinya seorang advokat harus memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan, kebenaran. Advokat
adalah profesi yang bebas, yang tidak tunduk pada hirarki jabatan dan tidak tunduk pada perintah atasan, da hanya menerima perintah atau order atau kuasa
dari client berdasarkan perjanjian yang bebas, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang tunduk pada kode etik profesi advokat, dan tidak tunduk pada
kekuasaan publik.
41
Peran positif advokat itu digambarkan dalam beberapa hal sebagai berikut: 1. Mempercepat proses administrasi, baik permohonan cerai talak maupun
gugatan cerai bagi kelancaran persidangan di pengadilan. 2. Membantu menghadirkan para pihak yang berperkara di pengadilan sesuai
dengan jadwal persidangan . 3. Memberi pemahaman hukum yang berkaitan dengan duduk perkara dan
posisinya, terhadap para pihak dalam menyampaikan permohonan atau gugatan atau menerima putusan.
4. Mendampingi para pihak yang berperkara di pengadilan agama, sehingga mesara terayomi keadilannya.
40
Ibid
41
Ropuan Rambe, Tehnik praktek Advokat, Grasindo, Jakarta, 2001, hal 33
44
5. Mewakili para pihak yang tidak dapat hadir dalam proses persidangan lanjutan, sehingga memperlancar proses persidangannya.
6. Dalam memberikan bantuan hukum sebagai advokat professional, tetap menjunjung tinggi sumpah advokat, kode etik profesi dalam menjalankan
peran sesuai dengan tugas dan fungsinya.
42
Keberadaan advokat untuk berperan dalam memberikan jasa hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam perkawinan, khususnya perceraian
diatur melalui Pasal 70 ayat 3,4,dan 5 . Lebih rincinya sebagai berikut : Ayat 3 : Setelah penetapan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap,
pengadilan menentukan hari siding penyaksian ikrar talak, dengan memanggil suami dan istri atau wakilnya untuk menghadiri sidang tersebut.
Ayat 4 : Dalam siding itu suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus dalam suatu akta otentik untuk mengucapkan ikrar talak, mengucapkan ikrar talak yang
dihadiri oleh istri atau kuasanya. Ayat 5 : Jika istri telah mendapat panggilan secara sah atau patut, tetapi tidak
datang menghadap sendiri atau tidak mengirim wakilnya, maka suami atau wakilnya dapat mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya istri atau wakilnya.
43
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, sidang pengadilan penyaksian ikrar talak dihadiri oleh pihak pemohon dan termohon. Ini bererti suami istri hadir
42
Ibid
43
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama., Mahkamah Agung RI Direktorat Jenderal
Badan Peradilan Agama Tahun 2006
45
dalam persidangan. Cuma, kehadiran mereka menurut undang–undang tidak mesti secara pribadi atau in-person. Baik suami maupun istri dapat diwakili oleh kuasa.
Dengan demikian undang-undang memberi memberi kemungkinan bagi seorang kuasa mengucapkan ikrar talak. Begitu juga istri, dapat diwakili kuasa dalam
menyaksikan ikrar talak. Akan tetapi agar seorang kuasa mempunyai kualitas untuk mengucapkan
ikrar talak, harus berdasar kuasa khusus yang berbentuk “autentik”. Di dalam surat kuasa khusus tersebut harus dengan tegas dicantumkan bahwa pemberian
kuasa untuk “mengucapkan ikrar talak” jadi di samping bentuk surat kuasa khususnya autentik, redaksionalnya juga harus secara tegas memberi kuasa untuk
mengucapkan ikrar talak. Kedua unsur tersebut merupakan syarat formal keabsahan kuasa. Salah satu unsur tidak diipenuhi, mengakibatkan kuasa tidak
bisa mengucapkan ikrar talak.
46
BAB III IKRAR TALAK DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN
HUKUM POSITIF
A. Pengertian Ikrar Talak dan Dasar Hukumnya 1. Pengertian
Ikrar talak adalah kata majemuk dari ikrar dan talak. Kata majemuk ini memberikan faedah untuk kekhususan sesuatu yang dituju oleh kata tersebut.
Ikrar menurut etimologi adalah pengakuan, sedangkan menurut terminologi ialah mengatakan kebenaran yang ada pada diri orang lain.
1
Dikutip dari kifayatul akhyar fii halli ghayah al-ikhtishar, ikrar secara bahasa artinya
menetapkan, sedangkan menurut istilah adalah pengakuan adanya hak. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia ikrar diartikan pertama, janji
yang sungguh-sunguh ia membacakan kesetiaan di depan pemimpinnya. Kedua, mengakui, menetapkan, membenarkan, menjanjikan.
2
Poerwadarminta mengartikan ikrar talak atau berikrar itu dengan berjanji dengan sungguh-sungguh hati. Berteguh hati mengakui ikrar itu
juga berarti lepasnya ikatan perkawinan dan berakhirnya perkawinan.
3
1
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fikih Madzhab Syafi’I edisi lengkap Muamalat, munakahat jinayat, Bandung: pustaka Setia, 2000. hal 117
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998 , h. 323
3
H.S. Al-Hamdani, Risalah nikah, Jakarta : Pustaka Amin, 1985 , h. 176