Ketergantungan Remaja Terhadap Media Telepon Seluler (Studi Deskriptif melalui Pendekatan Teori Dependensi tentang Ketergantungan Siswa SMP Negeri 1 Sei Suka Kabupaten Batu Bara terhadap Ponsel yang Memiliki Aplikasi Faceebook dan Twitter)

(1)

KETERGANTUNGAN REMAJA TERHADAP MEDIA TELEPON SELULER

(Studi Deskriptif melalui Pendekatan Teori Dependensi tentang Ketergantungan Siswa SMP Negeri 1 Sei Suka Kabupaten Batu Bara terhadap Ponsel yang

Memiliki Aplikasi Faceebook dan Twitter)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Depertemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh: Wulan Maya Sari

060904014

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Wulan Maya Sari

NIM : 060904014 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Ketergantungan Remaja Terhadap Media

Telepon Seluler

(Studi Deskriptif melalui Pendekatan Teori Dependensi Tentang Ketergantungan Siswa SMP Negeri 1 Sei Suka Kabupaten Batu Bara terhadap Ponsel yang Memiliki Aplikasi Facebook/Twitter)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Emilia Ramadhani. S.sos) (Drs. Amir Purba.M.A)

197310212006042001 195102191987011001

Dekan FISIP USU

(Prof. Dr. Badaruddin.M.Si) 196805251992031002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Departemen Ilmu Komunikasi oleh :

Nama : Wulan Maya Sari

NIM : 060904014

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Ketergantungan Remaja Terhadap Media

Telepon Seluler

(Studi Deskriptif melalui Pendekatan Teori Dependensi tentang Ketergantungan Siswa SMP Negeri 1 Sei Suka Kabupaten Batu Bara terhadap Ponsel yang Memiliki Aplikasi Facebook/Twitter)

Hari/Tanggal : Pukul : Tempat :

Panitia Penguji

Ketua Penguji :

Penguji :


(4)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Ketergantungan Remaja terhadap Media Telepon Seluler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketergantungan pelajar kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Suka terhadap ponsel yang memiliki aplikasi browser. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dependensi, komunikasi massa, teknologi komunikasi dan remaja.

Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 sei suka kabupaten Batu Bara. Jumlah populasi dalam penelitian ini 120 orang siswa, karena jumlah populasi sedikit kurang dari 150 peneliti menggunakan seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 120 orang siswa.

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah total sampling. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu penelitian kepustakaan serta penelitian lapangan dengan mengumpulkan data di lapangan meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian melalui kuisioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa tabel tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.

Dari hasil penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa ponsel yang memiliki aplikasi facebook/twitter sangat di senangi para remaja. Mereka menggunakan ponsel yang memiliki aplikasi internet tersebut tidak hanya untuk mengakses internet seperti facebook/twitter tetapi mereka juga dapat mengakses informasi lainnya. Selain bentuknya yang sangat simple, ponsel juga dapat dibawa kemana-mana. Selain itu, ponsel yang memiliki aplikasi facebook/twitter mereka dapat berkomunikasi dengan siapa saja, dimana saja bahkan dengan orang yang belum mereka kenal sebelumnya


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya yang berlimpah kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Ketergantungan Remaja terhadap Telepon Seluler. Skripsi ini merupakan tugas akhir perkuliahan penelit isebagai syarat pendidikan sarjana (S-1). Peneliti berharap kedepannya skripsi dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dalam mengembangkan penelitian. Tentunya skripsi ini masih sangat jauh sempurna, oleh kareena itu penulis senantiasa mengharapkan gagasan baru, kritik, serta saran yang membangun demi perbaikan ke depan.

Dalam penyelasaian skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepeda orangtua peneliti yakni Ayahanda Muhammad Ridha Ongah dan Ibunda Zaenah yang selalu ada di rumah untuk membimbing untuk memberi semangat, cinta, dan kasih sayangnya. Untuk adik-adik saya Putri, Ririn, Nurul, dan Arief, terima kasih telah selalu mendoakan peneliti dalam setiap kesempatan dan yang selalu berharap bahwa peneliti nantinya akan menjadi manusia yang berguna di masa yang akan datang.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberi kontribusi, baik berupa


(6)

materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata pengantar in penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA dan Ibu Dra.Dewi Kurniawati, M.Si selaku Ketua dan juga sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi sekaligus peneliti anggap sebagai orangtua kedua yang begitu baik memperlakukan peneliti selama proses pengerjaan skripsi.

3. Kak Yovita Sabarina Sitepu, S. Sos selaku dosen wali penulis.

4. Ibu Emilia Ramadhani S.Sos selaku dosen pembimbing peneliti yang memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai berbagai hal yang membuat peneliti termotivasi untuk membuat suatu penelitian yang cukup menantang, dan memiliki kesabaran, ketekunan dalam memberikan masukan-masukan bagi skripsi ini.

5. Para dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan contoh, masukan serta teladan yang patut untuk ditiru oleh peneliti berupa semangat untuk terus belajar dan meraih cita-cita.

6. Kak Ross, Kak Icut, Kak Maya, untuk semua dorongannya agar peneliti segera menyelesaikan studi, serta semua dukungan dan pengertiannya.

7. Kak Puan, Kak Anim yang sudah banyak sekali membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak memberikan masukan, memberikan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan tentang skripsi peneliti.


(7)

8. Mas Hidayat, terima kasih untuk semua semangat yang di berikan kepada penulis, terima kasih untuk rasa sayang dan cinta kamu, terima kasih sudah menjadi tempat amarah penulis jika sedang dalam kesulitan. Terima kasih calon suamiku.

9. Ghasie, Zara ,Suji, Yola, segala macam perbuatan kalian yang selalu membuat peneliti tersenyum setiap hari. Untuk persahabatan yang saat ini sudah merangkap persaudaraan.

10.Teman-teman satu angkatan 2006 Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnan. Untuk Itu, penulis mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Saran dan kritik dari pembaca juga sangat penulis harapkan demi perbaikan yang lebih bagus kedepannya, terutama bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat, tidak hanya sekedar lepas tanggung jawab perkuliahan saja, tetapi juga bisa bermanfaat bagi pihak lain yang menggunakannya sebagai referensi

Medan, Desember 2010


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I : PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 9

I.3. Pembatasan Masalah ... 9

I.4. Tujuan Penelitian ... 10

I.5. Manfaat Penelitian ... 10

I.6. Kerangka Teori ... 11

1.6.1. Pendekatan Teori Dependensi ... 11

1.6.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa... 12

1.6.3. Teknologi Komunikasi ... 13

1.6.4. Remaja ... 14

I.7. Kerangka Konsep ... 16

I.8. Model Teoritis ... 16

I.9. Operasional Variabel ... 16

I.10. Defenisi Variabel Operasional ... 18

BAB II : URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi II.1.1. Defenisi Komunikasi ... 20

II.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi ... 22

II.1.3. Fungsi dan Tujuan Komunikasi ... 25

II.1.4. Komunikasi dan Psikologi ... 28

II.2. Komunikasi Massa II.2.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 30 II.2.2. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Individu 31


(9)

II.2.3. Efek Komunikasi Massa ... 37

II.2.4. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat ... 40

II.3. Teknologi Komunikasi II.3.1. Pengertian Teknologi Komunikasi ... 41

II.3.2. Kebutuhan dan Pemenuhan Kepuasan ... 46

II.4. Pendekatan Teori Dependensi II.4.1. Sejarah Munculnya Teori Dependensi ... 47

II.4.2. Media Teori Dependensi ... 52

II.4.3. Asumsi Dasar Teori Dependensi Klasik ... 54

II.5. Remaja II.5.1. Perkembangan Remaja ... 55

II.5.2. Konteks dari Remaja ... 60

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1. Deskripsi Singkat Tentang Sekolah ... 63

III.1.2. Visi dan Misi... 63

III.2. Metodologi Penelitian III.2.1. Metode Penelitian ... 68

III.2.2. Lokasi Penelitian ... 69

III.3. Populasi dan Sampel III.3.1. Populasi ... 69

III.3.2. Sampel ... 71

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 72


(10)

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan ... 74 IV.2. Teknik Pengumpulan Data ... 75

BAB V : PENUTUP

V.1. Kesimpulan ... 88 V.2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Operasional variabel ... 17 Tabel 2 : Jenis Kelamin ... 75 Tabel 3 : Berapa besar pulsa yang anda keluarkan untuk mengakses

facebook/twitter ... 76 Tabel 4 : Apakah anda menjadi anggota facebook/twitter ... 77 Tabel 5 : Kapan saja biasanya anda mengakses facebook/twitter ... 77 Tabel 6 : Berapa lama pemakaian facebook/twitter yang anda lakukan

dalam sehari ... 78 Tabel 7 : Apakah anda tertarik dengan kualitas aplikasi facebook/twitter

yang terdapat di ponsel ... 78 Tabel 8 : Bagaimana menurut anda tentang fitur-fitur yang ditawarkan

ponsel yang memiliki aplikasi facebook/twitter ... 79 Tabel 9 : Bagaimana menurut anda halaman beranda facebook/twitter

yang terdapat di ponsel ... 80 Tabel 10 : Seberapa besar minat anda dalam mengakses facebook/twitter

melalui ponsel ... 80 Tabel 11 : Bagaimana menurut anda dengan jenis informasi yang anda

dapat melalui ponsel yang memiliki aplikasi facebook/twitter. 81 Tabel 12 : Apakah menurut anda pengetahuan yang anda dapat dari

ponsel yang memiliki aplikasi facebook/twitter berguna ... 81 Tabel 13 : Apakah anda sangat suka dengan ponsel yang memiliki

aplikasi facebook/twitter... 82 Tabel 1 4 : Apakah anda sering menggunakan ponsel yang memiliki

aplikasi facebook/twitter... 83 Tabel 15 : Apakah anda sangat senang jika mengakses facebook/twitter

melalui ponsel ... 83 Tabel 16 : Apakah anda sering memberikan dukungan moral terhadap


(12)

Tabel 17 : Apakah anda pernah mendukung atau menolak keberadaan suatu aktivitas sosial yang ada di facebook/twitter ... 84 Tabel 18 : Apakah menurut anda facebook/twitter dapat menyelesaikan/

menimbulkan isu tertentu ... 85 Tabel 19 : Setelah mengerti tentang apa saja yang bisa anda peroleh dari

ponsel yang memiliki aplikasi facebook/twitter, bagaimana pendapat anda ... 85 Tabel 20 : Apakah anda menerima facebook/twitter sebagai salah satu alat

untuk mendapatkan informasi ... 86 Tabel 21 : Apakah anda akan terus menggunakan ponsel yang memiliki


(13)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Ketergantungan Remaja terhadap Media Telepon Seluler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketergantungan pelajar kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Suka terhadap ponsel yang memiliki aplikasi browser. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dependensi, komunikasi massa, teknologi komunikasi dan remaja.

Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 sei suka kabupaten Batu Bara. Jumlah populasi dalam penelitian ini 120 orang siswa, karena jumlah populasi sedikit kurang dari 150 peneliti menggunakan seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 120 orang siswa.

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah total sampling. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu penelitian kepustakaan serta penelitian lapangan dengan mengumpulkan data di lapangan meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian melalui kuisioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa tabel tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.

Dari hasil penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa ponsel yang memiliki aplikasi facebook/twitter sangat di senangi para remaja. Mereka menggunakan ponsel yang memiliki aplikasi internet tersebut tidak hanya untuk mengakses internet seperti facebook/twitter tetapi mereka juga dapat mengakses informasi lainnya. Selain bentuknya yang sangat simple, ponsel juga dapat dibawa kemana-mana. Selain itu, ponsel yang memiliki aplikasi facebook/twitter mereka dapat berkomunikasi dengan siapa saja, dimana saja bahkan dengan orang yang belum mereka kenal sebelumnya


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Untuk berkomunikasi pada zaman sekarang ini, manusia tidak lagi menyampaikan pesannya atau menerima informasi dari orang lain hanya dari berhadap-hadapan atau bertatap muka. Karena komunikasi manusia saat ini tergantikan dengan penggunaan medium yang lebih maju. Penggunaan komputer, internet, teknologi telepon, serta selular satelit memungkinkan manusia berkomunikasi dengan mudah (Purba, dkk, 2006:10).

Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal elektrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya.

Pada tahun 1871, Natonio Meucci mematenkan penemuannya yang disebut

Sound Telegraph. Penemuannya ini memungkinkan adanya komunikasi dalam bentuk

suara antara dua orang dengan menggunakan perantara kabel. Kemudian pada tahun 1875, perusahaan telekomunikasi The Bell mendapatkan hak paten atas penemuan Meucci yang disebut Transmitters and Receivers for Electric Telegraphs. Sistem ini menggunakan getaran multiple baja untuk memberikan jeda pada sirkuit, sehingga satu tahun kemudian perusahaan Bell mematenkan Improvement in Telegraphy. Sistem ini memberikan metode untuk mentransmisikan suara secar


(15)

Tahun 1877, The Charles Williams Shop merupakan tempat di mana telepon pertama kali dibuat dengan pengawasan Watson, yang selanjutnya menjadi departemen riset dan pengembangan dari perusahaan telekomunikasi tersebut. sebanyak tiga ratus telepon dapat digunakan. Perusahaan Bell juga telah mematenkan telepon electro-magnetic yang menggunakan magnet permanen, diafragma besi, dan dering panggilan. Namun pada perkembangan berikutnya, papan pengganti secara manual ditemukan sehingga memungkinkan banyak telepon terhubung melalui sebuah saluran pertukaran.

Di bawah kepemimpinan Theodore N. Vail, perusahaan Bell mempunyai 10.000 telepon yang dapat digunakan. Tahun 1880, sirkuit metalic pertama dipasang. Sirkuit ini merupakan perbaharuan dari sirkuit one-wire menjadi two-wire. Pembaharuan ini membantu mengurangi gangguan yang seringkali dirasakan dengan penggunaan jalur

one-wire.

Pada tahun 1891, telepon dengan nomor dial pertama kali digunakan. Telepon akan bekerja secara otomatis menghubungkan penelepon ke operator dengan cara menekan nomor dial berdasarkan instruksi. Hingga akhirnya tahun 1915, telepon dengan sistem wireless pertama kali digunakan. Sistem ini memudahkan pengguna telepon untuk saling berhubungan lintas negara (

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan kebutuhan berkomunikasi yang semakin mendesak, memicu munculnya inovasi baru. Dalam hal ini, masyarakat membutuhkan sarana komunikasi yang lebih efisien, sehingga


(16)

berkomunikasi tidak terpaku pada satu tempat. Masyarakat ingin dapat melakukan komunikasi di mana saja dan kapan saja tanpa harus bertatap muka. Oleh karena itu, telepon teknologi telepon selular akhirnya diciptakan.

Telepon selular adalah perangkat kemampuan dasar yang sama dengan dibawa ke mana-mana (portable) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunaka telepon wireless, yaitu siste dan siste

Komunikasi selular hanyalah salah satu dari sekian banyak layanan yang dimungkinkan karena adanya pengintegrasian komunikasi dengan komputer. Teknologi selular, yang tergantung pada banyaknya stasiun pemancar dan penerima berkekuatan dengan daerah layanannya yang tumpang tindih atau disebut sel-sel, membuka pasar telepon mobil yang secara signifikan menurunkan jumlah gelombang radio yang dibutuhkan untuk berkomunikasi tanpa kabel. Bukan hanya dari keuntungan yang dirasakan di mana telepon selular tanpa menggunakan kabel seperti telepon yang harus disambungkan pada jalur telepon di sebuah gedung, dan hanya dapat menerima dan melakukan panggilan.

Sejarah telepon selular atau yang kita kenal HP, ternyata sudah ada dari zaman penjajahan, yaitu kira-kira tahun 1947 di negara paman sam alias Amerika dan Eropa sana. Pada tahun 1910 adalah cikal bakal telepon selular yang ditemukan oleh Lars Magnus Ericsson, yang merupakan pendiri perusahaan Ericsson yang kini di kenal


(17)

dengan perusahaan Sony Ericsson. Pada awalnya, orang Swedia ini mendirikan perusahaan Ericsson memfokuskan terhadap bidang bisnis perlaan telegraf, dan perusahaannya juga tidak terlalu besar pada waktu itu.

Pada tahun 1921, pertama kalinya Departemen Kepolisian Detroit Michigan menggunakan telepon mobile yang terpasang di semua mobil polisi dengan menggunakan frekuensi 2 MHz. Pada tahun 1960, di Finlandia sebuah perusahaan bernama Fennis Cable Works yang semula berbisnis di bidang kabel, melakukan ekspansi dengan mendirikan perusahaan elektronik yang bernama Nokia sebagai handset telepon seluler. Tahun 1970-an perkembangan telepon mobile menjadi pesat dengan didominasi oleh 3 perusahaan besar, yaitu di Eropa dengan perusahaan Nokia dan perusahaan Motorolanya.

Pada tahun 1969, sistem telekomunikasi selular dikomersialkan. Setelah tahun 1970, telekomunikasi selular semakin sering dibicarakan orang. Motorola mengenalkan telepon genggam tiga tahun kemudian. Ukurannya memang cukup besar dengan antena pendek. Ada pula ponsel dengan ukuran koper. Dr. Cooper yang menjadi manajer proyek inovasi Motorola memasang base station di New York. Untuk proyek ini Motorola bekerja dengan Bell Labs.

Penemuan ini sekaligus diklaim sebagai penemuan ponsel pertama. Di suatu pagi, 3 April 1973, Cooper yang saat itu menjabat sebagai general manager pada Divisi Communication Systems Motorola menunjukkan cara berkomunikasi aneh dari terminal telepon portable. Dia mencoba ponsel ‘raksasanya’ sambil berjalan-jalan di berbagai lokasi di New York. Itulah saat pertama ponsel ditampilkan dan digunakan di


(18)

depan publik. Dalam pertunjukan itu, Cooper menggunakan ponsel seberat 30 ounce sekitar (800 gram) atau sepuluh kali lipat dibandingkan rata-rata ponsel yang beredar saat ini

Telepon genggam kini bukan menjadi kebutuhan mewah lagi, namun sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang. Dari masa ke masa bukan hanya fasilitas yang ditawarkan semakin lengkap, namun dari segi harga juga tidak semahal dulu, banyak pilihan untuk memiliki sebuah handphone yang sesuai dengan keinginan. Mulai dari yang hanya berfungsi untuk sms dan telepon saja, hingga mengakses internet (browsing) lewat HP sekarang pun bisa dilakukan.

Berbagai fasilitas yang ditawarkan dalam telepon genggam sekarang hampir mirip dengan komputer berjalan (mini komputer) atau bahkan mungkin bisa dikatakan memang sama persis fungsinya dengan komputer hanya bentuk dan dari segi harga yang berbeda, bisa jadi handphone yang memiliki fasilitas terlengkap sekarang harganya justru lebih mahal daripada sebuah komputer.

Perkembangan teknologi selular itu sendiri sekarang berkembang dengan sangat cepat, khususnya dalam bidang inovasi handset (handphone). Setiap saat muncul teknologi baru guna menyempurnakan teknologi yang ada sekarang.

Dengan kecanggihan teknologi saat ini, fungsi handphone tidak hanya sebagai alat komunikasi biasa, tetapi juga dapat mengakses internet, SMS, berfoto dan juga saling mengirim data. Dampak yang ditimbulkan dari handpone mungkin tidak kita sadari sama sekali.


(19)

Selain memudahkan dalam berkomunikasi sebagai dampak positif, terdapat pula dampak negatif sebagai akibat menggunakan handphone atau telepon genggam ini. Apalagi sekarang ditambah dengan masuknya aplikasi internet yang dapat memuat banyak situs jaringan sosial seperti facebook, twitter, dan ebuddy.

Selain situs jaringan sosial ini, dengan ponsel pengguna juga mendapat banyak informasi dari layanan internet tersebut. Tidak perlu lagi menggunakan komputer yang harus duduk di depannya atau laptop yang harus menggunakan modem atau harus berada di tempat yang memfasilitasi layanan internet. Dengan telepon genggam yang bisa dibawa ke mana-mana dan kapan saja, masyarakat jadi lebih mudah mengaksesnya. Contoh aplikasi yang dapat diakses dari ponsel adalah facebook dan twitter. Di mana facebook yang didirikan oleh Mark Zukerberg adalah salah satu jaringan sosial dimana para pengguna dapat berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia.

Penggunanya dapat bergabung dalam sebuah komunitas untuk melakukan koneksi dan berinteraksi. Facebook juga sebagai media pertukaran informasi, karena didalamnya berisi tentang kabar berita seputar penggunanya yang dapat dilihat orang. Hingga Juli 2007, situs ini memiliki jumlah pengguna terdaftar paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya seluruh dunia.

Dari September 2006-September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto


(20)

di Amerika Serikat, mengungguli situs public lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya (Kapang, 2009:1-2).

Lain halnya dengan Twitter, twitter adalah sejenis aplikasi layanan jejaring sosial dan microblogging untuk berkomunikasi untuk pesan – pesan singkat, bertukar informasi, atau sekedar memberitakan apa yang sedang dilakukan. Untuk menjawab pesan pada Twitter kita juga dapat menggunakan handphone,instant messenger maupun aplikasi web secara langsung. Sebuah penelitian yang dilakukan pada November 2008 menyebutkan bahwa twitter mempunyai 4,5 juta pengguna.

Tak hanya itu, sejumlah stasiun televisi dalam negeri pun kini mulai menggunakan twitter sebagai salah satu sarana komunikasi interaktif dengan pemirsa mereka dengan acara yang sedang berlangsung. Selain itu, twitter juga termasuk media penyebaran berita paling efektif dan cepat. Apabila mem-follow orang-orang terkenal atau stasiun televisi, misal CNN, maka akan dengan cepat menerima berita terkini dengan singkat dari mereka.

Kedua aplikasi ini sangat populer dan merupakan tempat mereka berkomunikasi dengan orang lain melalui jalur dunia maya. Dengan aplikasi-aplikasi tersebut, masyarakat dapat berinteraksi baik dengan orang yang sudah sangat dikenalnya maupun dengan yang baru dikenal, dengan tidak lagi memikirkan jarak sebagai hambatan komunikasi.

Handphone pada saat ini tidak hanya digunakan oleh kalangan dewasa saja. Anak-anak pun sudah banyak yang menggunakan handphone dengan kecanggihan yang


(21)

tidak kalah dengan handphone orang dewasa. Pada anak-anak selain sebagai alat komunikasi, handphone bertambah fungsinya sebagai pelengkap gaya hidup. Misalnya adalah jika dilihat dari segi sosial, kesenjangan akan sangat terlihat antara anak yang berasal dari keluarga mampu secara finansial dan yang tidak dalam suatu komunitas di sekolahnya. Penggunaan telepon selular secara tidak langsung juga dinilai dapat mempengaruhi lingkungan pergaulan anak-anak.

Peneliti memilih pelajar sekolah menengah pertama (SMP) sebagai sampel. Peneliti tertarik mengingat, untuk ukuran pelajar SMP, ponsel belum dikategorikan sebagai kebutuhan primer. Hal ini dikarenakan, anak-anak pada usia tersebut belum sepenuhnya menyadari fungsi dari ponsel. Pada akhirnya, fungsi ponsel pun bergeser hanya menjadi pelengkap gaya hidup mereka sehingga terjadi tolak ukur kelas sosial. Populasi dari penelitian ini adalah pelajar SMP negeri 1 Sei Suka Kabupaten Batubara.

Menurut saya SMP negeri 1 Sei Suka tersebut sudah bertaraf nasional yang ditetapkan Depdiknas. Selain itu SMPN I Sei Suka termasuk salah satu sekolah elit di Kabupaten Batu Bara. Mayoritas siswa-siswi yang ada didalamnya adalah anak-anak dari kalangan menengah keatas. Para pelajar di SMP tersebut rata-rata memiliki handphone yang cukup canggih dimana para pelajar tersebut dapat mengakses internet. Bahkan sebagian besar siswa mengaku bahwa dengan handphone mereka dapat lebih mudah untuk mencari informasi-informasi yang mereka mau dan butuhkan seperti misalnya fashion, pelajaran, atau info-info yang menurut mereka menarik.

Selain itu mereka juga suka dengan yang namanya facebook atau twitter yang saat ini sedang banyak disenangi orang banyak termasuk remaja SMP. Dari pernyataan


(22)

diatas jelas bahwa saat ini baik itu remaja, bahkan orang dewasa sekalipun sudah sangat tergantung dengan handphone yang memiliki aplikasi internet.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana ketergantungan siswa SMP Negeri 1 Sei Suka, Kabupaten Batu Bara terhadap ponsel yang memiliki aplikasi Facebook dan Twitter?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1 Penelitian bersifat deskriptif, yang mana hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2 Penelitian ini terbatas pada ketergantungan pelajar SMP Negeri 1 Sei Suka terhadap ponsel yang memiliki aplikasi facebook dan twitter.

3 Yang menjadi objek penelitian adalah kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Suka. 4 Penelitian dilakukan pada bulan November 2010.


(23)

I.4.Tujuan Penelitian

1 Untuk mengetahui bagaimana ketergantungan pelajar kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Suka terhadap ponsel yang memiliki aplikasi browser.

2 Untuk mengaplikasikan teori dependensi mengenai efek komunikasi massa pada khalayak.

3 Untuk mengetahui bagaimana intensitas pelajar kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Suka dalam mengakses internet melalui ponsel.

I.5 Manfaat penelitian

1 Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji kembali penggunaan teori dependensi dalam bidang penelitian Komunikasi Massa.

2 Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian bidang sosial, khususnya dalam bidang komunikasi di FISIP USU

I.6. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai dasar menjelaskan berbagai fenomena-fenomena yang penting dalam bidang yang diteliti. Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan


(24)

pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi,2001:39).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain:

I.6.1.Pendekatan Teori Dependensi

Hubungan media massa dengan khalayaknya tidak dapat dilihat secara terpisah melainkan sebagai satu kesatuan. Banyak penelitian komunikasi yang telah dilakukan untuk melihat hubungan antara media dengan khalayaknya. Salah satunya adalah menggunakan teori dependensi. Teori dependensi adalah teori komunikasi yang menyatakan bahwa media massa dalam melakukan fungsinya bergantung kepada sumber daya yang dikontrol oleh sistem politik, ekonomi, dan sistem-sistem lainnya dalam suatu masyarakat dimana media itu beroperasi.

Teori yang dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin De Fleur (1976) memfokuskan perhatiannya pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecendrungan terjadinya suatu efek media massa. Pemikiran terpenting dari teori ini adalah bahwa dalam masyarkat modern, audience menjadi tergnatung pada media massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan tentang, dan orientasi kepada, apa yang terjadi dalam masyarakatnya.


(25)

Lebih lanjut Ball-Rokeach dan DeFleur mengemukakan bahwa ketiga komponen yaitu audience, system media dan system social.

Jenis dan tingkat ketergantungan akan dipengaruhi oleh sejumlah kondisi struktural, meskipun kondisi terpenting terutama berkaitan dengan tingkat perubahan, konflik atau tidak stabilnya masyarakat tersebut (S. Djuarsa.2005:5.26-5.27)

I.6.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Menurut Carl Hovland dalam karyanya yang berjudul Social Communication memunculkan istilah science of communication yang didefenisikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara setepat-tepatnya asas-asas pentrasmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap (Effendy, 2005:13).

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin comunis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005:41).

Dalam setiap peristiwa komunikasi, meliputi lima unsur di dalamnya yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, efek (Effendy, 2005:10). Dalam buku Ardianto (2004:7), Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi massa, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang


(26)

tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak maupun elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi melalui massa (media cetak dan media elektronik). Ada beberapa bentuk komunikasi massa, antara lain: televisi, radio, majalah, koran, tabloid, buku dan film (Nurudin, 2004:2).

Menurut Mcquail (1996:7) komunikasi massa dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massa dan untuk menjangkau khalyak dalam jumlah besar.

Sehubungan dengan defenisi-defenisi komunikasi massa diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalyak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak dan elektronik sebagai pesan yang dapat diterima secara serentak dan sesaat.

I.6.3 Teknologi Komunikasi

Teknologi merupakan sebuah seperangkat untuk membantu aktifitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan (Noegroho, 2010:2). Sedangkan menurut Mulyana, teknologi didefenisikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek dengan atau tanpa bantuan alat mekanis, untuk melakukan suatu perubahan dalam objek tertentu.

Teknologi komunikasi (William, 1987) adalah istilah yang merujuk pada teknologi komunikasi modern yang terutama mencerminkan aplikasi computer,


(27)

telekomunikasi, atau kombinasi keduanya (Mulyana, 2008:164). Teknologi komunikasi dapat membawa seseorang individu melintasi batas ruang dan waktu serta mendapatkan informasi yang tidak di dapat sebelumnya.

Manusia telah menjadikan teknologi media sebagai jendela dunia atau “a window to the world” dan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang jauh jaraknya tanpa kita hadir langsung di lokasi kejadian.

Perkembangan teknologi komunikasi ini berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Menurut Dissayanake dalam Noegroho (2010:7) mengartikan revolusi komunikasi sebagai peledakan teknologi komunikasi seperti terlihat melalui meningkatnya penggunaan satelit, dan lain-lain.

I.6.4. Remaja

Menurut Konopka ( pikunas, 1976) masa remaja yang dimaksud itu meliputi remaja awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18 tahun) dan remaja akhir (19-22 tahun). Kebutuhan akan informasi di usia remaja inipun, menjadi salah satu alasan mengapa remaja menggunakan media. Remaja sangat mudah memahami perkembangan media, media online pada umumnya. Internet, adalah media yang paling digemari remaja. Remaja pada mulanya, memiliki hasrat yang sama untuk membaca, menonton, mendengar. Sehingga banyak perusahaan media massa menjadikan remaja sebagai pangsa bisnisnya, karena pada dasarnya remajalah yang paling mudah ditarik perhatiannya.


(28)

Ditambahkan oleh Monks, bahwa remaja tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dikarenakan alasan ekonomi, alasan psikologis, serta alasan sosiologis.

Alasan ekonomi dimaksudkan bahwa mereka diharapkan lekas dapat membantu mencarinafkah orang tuanya atau orang tua tidak sanggup membiayai ongkos pendidikan diperguruan tinggi. Alasan psikologis berhubungan dengan tingkat perkembangan yang telahdicapai, yaitu remaja ingin mewujudkan dirinya sendiri, ingin mempunyai nafkah sendiri,ingin merdeka dan menentukan hidupnya sendiri. Alasan sosiologis yang dimaksud sepertiyang diungkapkan oleh Rolf yakni berhubungan dengan ”watak sosial” kelas buruh. Wataksosial ini menyebabkan tingkah laku seseorang sangat terikat lingkungan. Remaja dari lingkungan sosial yang lebih rendah kurang terdorong untuk melanjutkan sekolahnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Murdock dan Phelps terhadapmurid-murid secondary modern school di Inggris menemukan bahwa dari anak-anak buruh kelas yang lebih rendah hanya ada 13 % yang mau melanjutkan sekolahnya sesudah umur 16 tahun (Monks, 2006: 296).

I.7. Kerangka Konsep

Menurut kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 2004:12). Bungin mengartika konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan semua fenomena yang sama (Krisyantono, 2006:17).


(29)

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ketergantungan remaja terhadap media telepon seluler.

I.8 Model Teoritis

Berdasarkan variabel yang telah ditetapkan apabila telah dikaitkan dengan variabel lainnya, maka terbentuklah model teoritis sebagai berikut:

I.9. Operasioanal Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, operasional variabel terkait yaitu sebagai berikut:

Variabel teoritis Variabel operasional

Efek media ponsel beraplikasi Facebook dan Twitter

• Kualitas aplikasi

• Fitur yang ditawarkan

• Tampilan

• Minat pemakaian

Ponsel beraplikasi facebook dan twitter


(30)

• Efek kognitif

-menambah pengetahuan

-Menciptakan/menghilangkan Ambiguitas

-Pembentukan sikap

• Efek afektif

-Menciptakan/menghilangkan ketakutan

-Meningkatkan/menurunkan Dukungan moral

• Efek behavioral -Mendukung/menolak keberadaan aktivitas social -Membentuk/menyelesaikan Issue tertentu.

Karakteristik responden • Jenis kelamin

• Penggunaan pulsa

• Keanggotaan facebook/twitter

• Waktu pemakaian

• Lama pemakaian

I.10. Defenisi Variabel Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel


(31)

yang sama (Singarimbun, 1995:46). Maka variabel-variabel dalam operasionalisasi penelitian ini didefenisikan sebagai berikut:

• Kualitas aplikasi, yaitu aplikasi di dalam ponsel harus menarik, menyerupai aplikasi jika di akses dari computer.

• Fitur yang ditawarkan, yaitu fitur yang terdapat dalam aplikasi tersebut

• Tampilan, yaitu halaman yang pertama dilihat ketika membuka aplikasi ini.

• Minat, yaitu tingkat kepedulian responden dalam mengakses facebook/twitter melalui ponsel.

• Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.

- Menambah pengetahuan, yaitu aplikasi ini dapat menambah pengetahuan/informasi.

- Menciptakan/menghilangkan ambiguitas yaitu menciptakan/menghilangkan kemendwi-artian terhadap suatu informasi.

-Pembentukan sikap, yaitu sikap pengguna aplikasi yang terbentuk sebagai akibat dari ketergantungan dalam menggunakan aplikasi ini.

• Efek afektif,efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi


(32)

lebih dari itu khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira,marah setelah menerima pesan dari media massa.

- Menciptakan/menghilangkan ketakutan/kecemasan, yaitu aplikasi ini dapat menghilangkan ketakutan/kecemasan terhadap suatu informasi atau sebaliknya menimbulkan ketakutan/kecemasan yang baru.

- Meningkatkan/menurunkan dukungan moral, yaitu dimana aplikasi ini dapat member dukungan moral terhadap suatu informasi dari aplikasi ini.

• Efek behavioral adalah merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan.

-Mendukung/menolak keberadaan aktifitas sosial, yaitu dimana dalam aplikasi ini dapat menolak/mendukung suatu keberadaan aktifitas sosial.

-Membentuk/menyelesaikan issue tertentu, yaitu aplikasi ini dapat menimbulkan issue yang baru atau menyelesaikan suatu issue.


(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

II.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan efektifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lainnya, baik dalam kehidupan di rumah tangga, masyarakat, tempat pekerjaan, atau dimana saja manusia itu berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi

Salah satu persoalan dalam memberikan pengertian atau definisi tentang komunikasi, yakni banyaknya definisi yang dibuat oleh para pakar menurut ilmunya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya disiplin ilmu yang memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistic, dan lain sebagainya. Jadi pengertian komunikasi tidak sesederhana yang kita lihat sebab para pakar memberikan definisi menurut pemahaman dan perspektif masing-masing (Cangara, 2007: 17).

Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari bahasa Latin “communicates” atau “communication” atau cummunicare” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Riswandi,2009:1).


(34)

Joseph A.Devito (1978) dalam bukunya “Communicologi: An Introduction to The Study of Communication” menjelaskan komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesan komunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan efek yang timbul dari kesempatan arus balik (Lubis, 2005:10).

Howard Stephenson (1971) dalam bukunya”Handbook of Public Relations” menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dan efek komunikasi dari seseorang kelompok kepada orang atau kelompok lainnya (Lubis,2005:10).

Carl I Hovland, Janis, dan Kelly mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses melalui dimana seseorang (komunikator) menyampailan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lain ataupun khalayak. Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lainnya. Sedangkam menurut Weaver komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lain.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi ilmu komunikasi antarmanusia bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama manusia melalui pertukaran


(35)

informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku iti (Cangara,2006:18-19).

Menurut Rogers bersama D Lawrence Kincaid, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaraninformasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2006:19).

Definisi-definisi yang dikemukakan diatas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan Shanoon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi wajah, lukisan, seni, teknologi. Karena itu, jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari symbol-simbol yang digunakan dalam berkomunukasi (Cangara,2007:19-20).

II.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bias terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bias terjadi


(36)

kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bias juga disebut komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2006:21).

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsure atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebut bahwa suatu proses komunikasi cukup didukung oleh tiga unsure yang mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan (Cangara, 2006:21).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsure yang mendukungnya yaitu pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa unsure-unsur komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Pengirim Pesan atau Sumber

Pengertian pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok.

2. Pesan

Pesan adalah sesuatu yang disanpaikan pengirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis


(37)

maupun lisan. Pesan nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi wajah, dan nada suara.

3. Saluran atau Media

Saluran atau media adalah jalan atau alur yang dilalui pesan dari sipengirim dengan sipenerima. Saluran yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan gelombang suara yang dapat kita lihat dan dengar. Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

4. Penerima Pesan

Penerima pesan adalah pihak yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok. Penerima bisa disebut dengan berbagai istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audiens.

5 Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan


(38)

balik juga berasal dari unsure lain seperti media. Meski belum sampai kepada penerima

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah factor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan social budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

II.1.3. Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Adapun fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut:

• Menyampaikan informasi (to inform)

• Mendidik (to educate)

• Menghibur (to entertain)

• Mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2005:8)

Widjaja (2000:64), menjelaskan apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide. Maka fungsinya sebagai berikut:


(39)

1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar,fakta,pesan,opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat

2. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif didalam masyarakat.

3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau penyalesaian perbedaan pendapat mengenai masalah public, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan


(40)

memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.

7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, symbol, suara,dan imaji dari drama, tari kesenian,kesusastraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok, dan individu

8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.

Berdasarkan kerangka yang dikemukakan oleh William I. Gorden, fungsi komunikasi terdiri dari empat bagian yaitu:

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

2. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut


(41)

terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal (Mulyana, 2005:21-22).

3. Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara ritual. Suatu komunitas yang sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, pernikahan, hingga upacara kematian.

4. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu menginformasikan, mengajarkan, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur.

II.1.4 Komunikasi dan psikologi

Ada 2 hal yang harus diperhatikan jika ingin berbicara tentang kegiatan komunikasi dalam psikologi. Pertama komunikasi amat esensial buat pertumbuhan kepribadian manusia. Ahli-ahli ilmu social telah berkali-kali mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Kedua komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia.


(42)

Dilihat dari sejarah perkrmbangannya, komunikasi memang dibesarkan oleh para peneliti psikologi. Tiga diantara empat orang Bapak Komunikasi yang disebut Wilbur Scramm adalah sarjana psikologi. Menarik sekali kenyataan yang mengungkapkan bahwa semua aliran besar dalam psikologi diwakili oleh para peletak dasar ilmu komunikasi. Walaupun demikian, komunikasi bukan subdisplin dari psikologi.

Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, yaitu sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan kondisi. Namun, untuk lebih memahami pandangan psikologi terhadap komunikasi, kita perlu menilik defenisi komunikasi menurut kamus psikologi dictionary of Behavioral Science, yaitu:

1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.

2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme

3. Pesan yang disampaikan.

4. Proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.

Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga berkaitan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain.


(43)

Daftar pengertian diatas menunjukkan rentangan makna komunikasi sebagaimana digunakan dalam dunia psikologi. Bila diperhatikan, dalam psikologi, komunikasi mempunyai makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, system atau organisme. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pengaruh. Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu, bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu yang lain. Psikologi meneliti lambang-lambang yang disampaikan.

Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi: penerimaan stimuli secara indrawi ( sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai stimuli dan respon (internal mediation of stimuli), prediksi respon (prediction of response) dan peneguhan respon (reinforrrcement of response).

II.2 Komunikasi Massa

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televise) yang dikelola oleh lembaga atau orang yang di lembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khususnya media elektronik).


(44)

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980:10): “Mass communication is massages communicated through a mass medium to a large number of people” ( Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).

Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci karakteristik komunikasi massa. Grebner (1967) menulis : “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of massage in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).

Merangkum dari defenisi diatas, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

Komunikasi massa sebenarnya sama seperti bentuk komunikasi yang lainnya. Komunikasi juga memiliki unsure-unsur seperti, sumber (orang), bidang pengalaman, pesan, saluran, gangguan dan hambatan,efek, konteks maupun umpan balik.

Meskipun berbagai pengertian komunikasi massa telah dikemukakan oleh banyak ahli, namun demikian secara umum komunikasi massa sebenarnya merupakan proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara professional menggunakan teknologi pembagi dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.


(45)

II.2.2 Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Individu

Pada umumnya studi mengenai komunikasi massa berkaitan dengan persoalan efek komunikasi massa. Efek atau pengaruh ini telah menjadi pusat perhatian bagi berbagai pihak dalam masyarakat yang melalui pesan-pesan yang hendak disampaikan berusaha untuk menjangkau khalayak yang diinginkan. Oleh karenanya mereka berusaha untuk menemukan saluran yang paling efektif untuk dapat mempengaruhi audience. Dalam konteks inilah pembahasan bagian ini akan ditujukan pada tiga teori, yaitu stimulus respon, two step flow dan difusi inovasi.

Stimulus-Respon (S-R).

Prinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan suatu reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah :

a) Pesan (stimulus),

b) Penerima/receiver (organisme), dan

c) Efek (respon).

Prinsip S-R ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik mengenai terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Dalam teori ini isi media dipandang sebagai obat yang disuntikan ke dalam pembuluh darah audience,


(46)

yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Di balik konsepsi ini sesungguhnya terdapat dua pemikiran yang mendasarinya:

1. gambaran suatu masyarakat modern yang merupakan agregasi dari individu-individu yang relatif terisolasi yang bertindak berdasarkan kepentingan pribadinya, yang tidak terlalu terpengaruh oleh kenda la dan ikatan sosial.

2. .suatu pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah sedang melakukan kampanye untuk memobilisasi perilaku sesuai dengan tujuan dari berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat (biro iklan, pemerintah, parpol, dsb).

Dari pemikiran tersebut, dikenal apa yang disebut masyarakat massa, di mana prinsip stimulus respon mengasumsikan bahwa pesan disiapkan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu, dan bukannya ditujukan pada orang perorang. Pengunaan teknologi untuk reproduksi dan distribusi diharapkan dapat memaksimalkan jumlah penerimaan dan respon khalayak. Dalam hal ini tidak diperhitungkan adanya intervensi dari struktur sosial atau kelompok dan seolah-olah tedapat kontak langsung antara media dan individu.

Konsekuensinya seluruh inidividu yag menerima pesan dianggap sama/seimbang. Jadi hanya agregasi jumlah yang dikenal seperti konsumen, suporter, dsb. Selain itu diasumsikan juga bahwa pesan-pesan media dalam tingkat tertentu akan menghasilkan efek. Jadi kontak dengan media cenderung diartikan adanya pengaruh tertentu dari


(47)

media, sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan media tidak akan terpengaruh.

Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individual differences). Di sini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota khalayak. Teori DeFleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek.

Berangkat dari teori perbedaan individu dan stimulus respon ini, DeFleur mengembangkan model psiko-dinamik yang didasarkan pada keyakinan bahwa kunci dari persuasi yang efektif terletak modifikasi struktur psikologis internal dari individu. Melalui modifikasi inilah respon tertentu yang diharapkan muncul dalam perilaku individu akan tercapai. Esensi dari model ini adalah fokus pada variabel-variabel yang berhubungan dengan individu sebagai penerima pesan, suatu kelanjutan dari asumsi sebab akibat dan mendasarkan pada perubahan sikap sebagai ukuran bagi perubahan perilaku.

Two Step Flow dan Pengaruh Antarpribadi

Teori ini berawal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld et.al., mengenai efek media massa dalam suatu kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940. studi tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa proses


(48)

stimulus respon bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah, dan asumsi S-R tidak cukup menggambarkan realitas khalayak media massa dalam penyebaran arus informasi dan pembentukan pendapat umum.

Dalam analisisnya terhadap penelitian tersebut, Lazarsfeld kemudian mengajukan gagasan mengenai ‘komunikasi dua tahap’ (two step flow) dan konsep pemuka pendapat (opinion leader). Temuan mereka mengenai kegagalan media massa dibandingkan dengan pengaruh kontak antarpribadi telah membawa gagasan bahwa seringkali informasi mengalir dari radio dan suratkabar kepada para pemuka pendapat, dan dari mereka kepada orang-orang lain yang kurang aktif dalam masyarakat.

Teori dan penelitian-penelitian two step flow memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. individu tidak terisolasi dari kehidupan social, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok social dalam berinteraksi dengan orang lain.

2. respond an reaksi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan social tersebut.

3. ada dua proses yang berlangsung;


(49)

b) berkaitan dengan respon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau penyampaian informasi.

4. individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai pesan yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya, dapat dibagi atas mereka yang secara aktif menerima dan meneruskan/menyebarkan gagasan dari media, dan semata-mata mereka hanya mengandalkan hubungan personal dengan orang lain sebagai panutannya.

a) individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai dengan -penggunaan media massa lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, aggapan bahwa dirinya berpengaruh terhadap orang-orang lain, dan memiliki pesan sebagai sumber informasi dan panutan.

Secara umum menurut teori ini media massa tidak bekerja dalam suatu situasi kevakuman social, tetapi memiliki suatu akses ke dalam jaringan hubungan social yang sangat kompleks dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan, dan kekuasaan.

Difusi Inovasi

Salah satu aplikasi komunikasi massa terpenting adalah berkaitan dengan proses adopsi inovasi. Hal ini relevan untuk masyarakat yang sedang berkembang maupun masyarakat maju, Karen terdapat kebutuhan terus menerus dalam perubahan social dan teknologi untuk mengganti cara-cara lama dengan teknik-teknik baru. Teori ini berkaitan dengan komunikasi massa karena dalam berbagai situasi di mana efektivitas


(50)

potensi perubahan yang berawal dari penelitian ilmiah dan kebijakan publik, harus diterapkan oleh masyarakat yang pada dasarnya berada di luar jangkauan langsung pusat-pusat inovasi atau kebijakan publik. Dalam pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusi inovasi umumnya petani dan anggota masyarakat pedesaan. Praktik awal difusi inovasi dilakukan di AS pada tahun 1930-an dan sekarang banyak digunakan untuk program-program pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang.

Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap. Jadi di dalamnya juga dikenal pula adanya pemuka pendapat atau yang disebut juga dengan instilah agen perubahan (agent of change). Oleh karena itu teori ini sangat menekankan pada sumber-sumber non media (sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli dsb) mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivai dan sikap.

Everett M. Rogers dan Floyd G. Shoemaker (1973) merumuskan teori ini dengan memberikan asumsi bahwa sedikitnya ada empat tahap dalam suatu proses difusi inovasi, yaitu:

1. Pengetahuan. Kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2. Persuasi. Individu memiliki/membentuk sikap yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut.

3. Keputusan. Individu terlibat dalam aktivitas yan membawa pada suatu pilihan atau mengadopsi atau menolak inovasi.


(51)

4. Konformasi. Individu akan mencari pendapat yang menguatkan keputusan yang telah diambilnya, namun dia dapat berubah dari keputusan sebelumnya jika pesan-pesan mengenai inovasi yang diterimanya berlawanan satu dengan yang lainnya.

II.2.3 Efek Komunikasi Massa

Menurut aliran uses and gratification, perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Lebih lanjut ini berarti bahwa efek media massa juga berlainan pada setiap anggota khalayaknya. Kepada pencari informasi, media massa diduga mempunyai efek kognitif yang menguntungkan. Kepada pencari identitas, media massa mungkin menimbulkan efek afektif yang mengerikan. Kepada pencari modal, media massa mungkin mendorong perilaku yang meresahkan.

Pendekatan uses and gratification diatas mempersoalkan apa yang dilakukan orang pada media untuk pemuas kebutuhannya. Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar, menonton televisi, atau bahkan mengakses internet, tetapi bagaimana media tersebut dapat menambah pengetahuan kita, mengubah sikap,atau menggerakkan perilaku kita. Inilah yang disebut sebagai efek komunukasi massa.


(52)

Uraian diatas meyakinkan kita bahwa media massa mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Perihal peranan media massa dalam kehidupan manusia dapat dirumuskan secara singkat antara lain:

1. Media massa memberikan informasi dan membantu kita mengetahui secara jelas segala ikhwal tentang dunia sekelilingnya kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.

2. Media massa membantu untuk berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain di luar masyarakat kita.

3. Media digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya. Melalui media banyak orang menikmati keuntungan karena selain pemilik media tetapi juga khalayaknya.

4. Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagian besar media melakukan fungsi sebagai media yang memberikan penghiburan bagi khalayak.

Sebenarnya salah satu cirri yang paling khas dalam komunikasi massa adalah sifat media massa. Komunikasi massa tampaknya lebih bertumpu pada andalan teknologi pembagi pesan dengan menggunakan jasa industri untuk memperbanyak dan melipatgandakannya. Bantuan industri mengakibatkan berbagai pesan akan menjangkau khalayak dengan cara yang cepat serta tepat dan terus menerus. Hal ini akan berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serentak dan menjangkau berbagai titik-titik pemukiman manusia dimuka bumi pada waktu yang sama.


(53)

Bagaimanapun juga komunikasi massa mempunyai efek tertentu. Secara umum terdapat tiga efek yaitu:

• Efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya.

• Efek afektif, dimana pesan komunukasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu khalayak. Orang dapat berubah jadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio, atau menonton televise.

• Efek konatif, akibat komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan sifat, instrument komunukasi massa telah memberikan peluang pada kita untuk merekam, mentransmisi berbagai pengalaman dan informasi secara cepat dam meluas untuk mencapai suatu khalayak yang heterogen. Komunikasi massa melalui medianya membantu kita berhubungan dengan khalayaknya. Media laksana jembatan yang mengatasi hubungan antara komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan batas-batas pelapisan social suatu masyarakat.


(54)

II.2.4 Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat

Dipelopori oleh DeFleur yang selalu mengembangkan teori tentang efek. Pengembangan awal yang dilakukan oleh DeFleur adalah memperhitungkan variabel psikologis dalam proses efek, maka selanjutnya dia mengembangkan teorinya dengan memasukan variabel norma budaya dalam efek media massa.

Teori yang disebut ‘Cultural Norms’ ini beranggapan bahwa media tidak hanya memiliki efek langsung terhadap individu, tetapi juga mempengaruhi kultur, pengetahuan kolektif dan norma serta nilai-nilai dari suatu masyarakat. Media massa telah menghadirkan seperangkat citra (images), gagasan dan evaluasi dari mana khalayak dapat memilih dan menjadikan acuan bagi perilakunya. Misalnya dalam hal perilaku seskual, media massa memberikan suatu pandangan komulatif mengani apa yang dianggap normal dan apa yang disetujui dan tidak.

Pergeseran pemikiran yang ditandai oleh perbedaan antara model psikodinamik dan teori norma budaya ini terlihat ari karakteristik efek pada kedua pemikiran tersebut. Pada model psikodinamik efek adalah sesuatu yang diinginkan oleh pengirim pesan; berlangsung secara singkat (segera dan sementara); berkaitan dengan perubahan sikap, informasi dan perilaku pada individu; dan relatif terjadi tanpa melalui media. Secara umum efek-efek itu relevan dengan gagasan kampanye, suatu usaha secara sadar direncanakan dengan menggunakan publisitas untuk kepentingan memberi informasi dan memotivasi.


(55)

Karakteristik efek dalam pandangan ini berbeda dengan sebelumnya, yaitu efek yang berlangsung dalam waktu yang lama, umumnya tidak terencana, lebih bersifat tidak langsung dan kolektif. Sebagai tambahan, fokus perhatian dalam pendekatan ini tidak pada pesan yang terpisah atau berdiri sendiri, melainkan pada keseluruhan sistem pesan yang serupa.

Dengan demikian kita akan mengacu pada hal-hal seperti sosialisasi, transmisi dan dukungan terhadap nilai-nilai sosial, kecenderungan media untuk menyiratkan ideologi tertentu, pembentukan situasi bagi pendapat umum; perbedaan distribusi pengetahuan dalam masyarakat, perubahan ajangka panjang dalam hal budaya, kelembagaan atau bahkan struktur masyarakat.

II.3 Teknologi Komunikasi

II.3.1 Pengertian Teknologi Komunikasi

Saat ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan menengah kebawah dan golongan menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik pembangunan individu maupun kelompok. Perkembangan teknologi yang saat ini sangat cepat adalah teknologi telekomunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan bentuk teknologi dan kecanggihannya. Saat ini terjadi persaingan yang ketat antara 2 teknologi komunikasi yaitu selular dan FWA (fixed Wireless Access).Adapun perkembangan teknologi komunikasi terutama teknologi selular sudah di mulai sejak pertengahan tahun 90 an


(56)

dengan mengusung teknologi 1G (Generasi Pertama) dengan menggunakan teknologi AMPS (Advance Mobile Phone System). Dimana teknologi AMPS ini pertama kali dipergunakan oleh pihak militer di Amerika Serikat.

Dalam kurun waktu 10 tahun sejak lahirnya AMPS suda terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai penemuan atau inovasi teknologi komunikasi dan , akhir tahun 90 an muncullah teknologi 2G (Generasi Kedua). perbedaan utama dari teknologi G1 dan G2 adalah g1 masih menggunakan sistem Analog sedangkan G2 sudah menggunakan sistem Digital. Teknologi 2G dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu TDMA (time division multiple access) dan CDMA (code division multiple access). TDMA sendiri berkembang ke dalam beberapa versi, yaitu GSM di Eropa, IDEN di Amerika, PDC di Jepang. Sedangkan CDMA berkembang pesat di AS dan Kanada.

Kemampuan mencolok teknologi 2G adalah tidak hanya dapat digunakan untuk telpon,(voice) tetapi juga untuk mengirim SMS (Short Message Service) yaitu mengirim pesan singkat dengan menggunakan text.Dengan adanya kehadiran teknologi generasi kedua, maka muncullah telnologi selular yg baru yaitu, GSM (Global System for Mobile communications) Suatu sistim komunikasi wireless 2G. Frekuensi yang dapat digunakan dalam GSM adalah 850Mhz, 900Mhz, 1800Mhz dan 1900Mhz.

Generasi selular kedua yang mempebaharui generasi pertama dalam bidangteknologinya yaitu digital, yang pada teori dasarnya merupakan pembaharukan dalam bidang transfer data, contohnya adalah GSM (menggunakan protokol CSD, HSCSD, GPRS dan EDGE) dan cdmaOne.Dengan adanya teknologi Generasi Kedua


(57)

ini membuat perkembangan teknologi semakin cepat dengan menghadirkan berbagi kelebihan/fitur yang ditawarkan teknologi generasi kedua ini selain mengirim SMS dan voice. Tapi semua kelebihan ini juga masih belum memuaskan para ahli untuk mengembangkan teknologi yang lebih bagus dengan segala kelebihannya dri teknologi terdahulu (generasi pertama dan kedua).

Maka awal tahun 2000 an muncullah teknologi generasi 2.5 (2.5 G) yang mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) Suatu protokol yang mengatur cara kerja transfer data pada sistim wireless GSM. Dalam teorinya kecepatan transfer data EDGE dapat mencapai 384 Kbps. Teknologi 2G ada perbaikan cukup signifikan, sehingga muncullah variannya, yaitu 2.5G dan 2.75G. Varian ini tidak dibuat oleh konsorsium, tetapi sebagai strategi pemasaran oleh beberapa pabrik ponsel. Ciri khas teknologi 2.5G (generasi dua setengah) adalah teknologi GPRS (global package radio service) yang dapat digunakan untuk berkirim data dalam jumlah besar, tidak seperti SMS yang hanya dapat mengirim dan menerima alfa numerik saja.

Generasi 2.5G ini ada juga yang menamakannya dengan generasi 2.75G, karena lebih dekat dengan teknologi 3G. Teknologi 2.5G (atau 2.75G) ini, di sistem GSM disebut sistem EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) sedang pada sistem CDMA disebut dengan CDMA 2000 1x. Keduanya memiliki kecepatan transfer data mendekati 144KB/detik. Evolusi dan perkembangan teknologi komunikasi ini tidak berhenti sampai disini, Negara-negara besar di Dunia baik itu Eropa, Asia & Amerika


(58)

secara berlomba-lomba mengembangkan inovasi dan penelitian untuk menghadirkan teknologi yang mutakhir.

Setelah adanya teknologi Generasi Pertama, Kedua dan teknologi 2.5 G, maka disusul kemudian dengan Generasi Ketiga (3G) yang menawarkan kelebihan yg lebih baik lagi baik dari segi kemampuan fitur dan Transfer Data dengan memiliki kecepatan Transfer data lebih cepat dari sebelumnya dalam menghadirkan layanan yang sangat dibutuhkan oleh pelanggan.

Akses jaringan berpita lebar memang jadi impian bagi pengguna teknologi yang hobi Internet, transfer data, dan multimedia. Kini konsumen sudah bisa menikmati akses Internet pita-lebar nirkabel di ponsel tanpa harus repot-repot mencari hotspot– sentra akses wireless fidelity (Wi-Fi) yang tak selalu gampang ditemukan. Kini Andalah yang jadi hotspot-nya.Semua itu berkat teknologi evolution data optimized (EV-DO), evolusi teranyar dari teknologi seluler CDMA2000 1x. Layanan multimedia, seperti video streaming, video sharing, tele-conference, hingga mobile TV, akan dapat dinikmati dengan mudah di ponsel–semudah menggunakannya di laptop.Sejak versi Rilis-0 dengan kecepatan data maksimum 2.400 kilobita per detik (kbps), generasi ketiga dari jalur CDMA ini berkembang dengan cepat. EV-DO Revisi-A, misalnya, memiliki kecepatan maksimal 3.100 kbps dan EV-DO Revisi-B memiliki kecepatan maksimum mencapai 46 ribu kbps alias 46 megapita per detik!Bandingkan dengan generasi teranyar jalur GSM: 3G W-CDMA/UMTS, hanya memiliki kecepatan maksimum 2.000 kbps, dan 3,5G high-speed downlink packet access (HSDPA) memiliki kecepatan maksimum 14.400 kbps.


(59)

Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia selalu berjalan dari masa ke masa. Sebagai negara yang sedang berkembang, selalu mengadaptasi berbagai teknologi informasi hingga akhirnya tiba di suatu masa di mana pengunaan internet mulai menjadi ”makanan” sehari-hari yang dikenal dengan teknologi berbasis internet (internet based technology). Berikut ini merupakan sejarah perkembangan teknologi yang terjadi di Indonesia, teknologi adalah hasil penemuan manusia dapat saling berhubungan, berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain.

Jaman dahulu sebelum berkembangnya teknologi, orang-orang Indonesia harus menempuh jarak yang jauh untuk mengantarkan sebuah surat atau pesan kepada orang lain, tetapi lain dnegan jaman sekaranga dan perkembangan itu sendiri di Indonesia dimulai dengan Satelit Palapa (9Juli 1976) yang memudahkan arus komunikasi dan teknologi, yakni telepon, fax, dll. Setelah itu perkembangan dilanjutkan dengan berkembanganya jaringan sellular, yaitu GSM pertama di Indonesia, yakni sebuah teknologi komunikasi bergerak yang tergolong dalam generasi kedua (2G).

Perkembangan teknologi dengan penggelaran secara serempak dual ban penggelaran GPRS secara serempak, telah berhasil menghantar industri memasuki fase 2,5 secara tidak terasa. Belum lama teknologi 2,5G bergulir, lahirlah teknologi 3G yang membawa revolusi dalam teknologi seluler Indonesia. Beberapa provider di Indonesia, seperti baru dengan mengusung teknologi 3G. Banyak masyarakat indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di kota besar deperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya yang


(60)

menggunakan berbagai layanan 3G yang tersedia seperti panggilan video, download content, akses internet kecepatan tinggi, dll. Dan yang terakhir adalah perkembangan internet, yang digunakan dalam segala aspek kehidupan manusia, ekonomi ( transaksi bisnis, seperti online shopping, dll), pendidikan (e-learning, video conference,on-line learning), dsb.

II.3.2 Kebutuhan dan Pemenuhan Kepuasan

Suatu akibat dari ledakan teknologi komunikasi tercermin dalam perhatian pada efek media massa pada masyarakat. Bukti keprihatinan ini adalah ketakutan sebagian orang terhadap hal-hal dimana alat-alat elektronik yang canggih. Untungnya, ketakutan ini telah dilunakkan oleh pengkajian ilmiah yang serius tentang efek media massa pada rakyat yang menerimanya. Sementara penelitian yang terdahulu tentang efek media dimulai dari suatu intrepretasi mekanistis tentang pesan-pesan melalui media.

Penggunaan dan pemenuhan kepuasan menekankan pendekatan motif dan kebutuhan yang dirasakan diri-anggota audiensBlumler dan Katz (1974) menyimpulkan bahwa orang yang berbeda dapat menggunakan pesan komunikasi yang sama untuk tujuan yang sangat berbeda. Isi media yang sama dapat memuaskan kebutuhan yang berbeda untuk individu yang berbeda. Sebaliknya, ada adalah sebagai banyak alasan untuk menggunakan media sebagai media ada pengguna (Blumler & Katz, 1974).

Dasar kebutuhan, situasi sosial, dan latar belakang individu, seperti pengalaman, kepentingan, dan pendidikan, mempengaruhi ide-ide orang tentang apa yang mereka


(61)

inginkan dari media dan media mana yang terbaik memenuhi kebutuhan mereka. Artinya, penonton sadar dan dapat menyatakan motif mereka sendiri dan pemenuhan kepuasan untuk menggunakan media yang berbeda.

Teori ini juga menunjukkan bahwa orang-orang sadar memilih media yang bisa memuaskan kebutuhan mereka dan khalayak mampu mengenali alasan mereka untuk membuat pilihan media Dengan demikian, terdapat persaingan tidak hanya antara internet dan media tradisional lainnya, namun di antara masing-masing pilihan di internet itu sendiri juga.

II .4 Pendekatan Teori Dependensi

II.4.1 Sejarah Munculnya Teori Dependensi

Pendekatan teori dependensi pertama kali muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya, teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang telah dijalankan oleh Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Amerika Latin.. Pada tahun 1950-an banyak pemerintahan di Amerika Latin, yang dikenal cukup “populis”, mencoba untuk menerapkan strategi pembangunan yang menitik beratkan pada proses industrialisasi melalui program industrialisasi subsitusi impor (ISI). Dari padanya diharapkan akan memberikan keberhasilan yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan hasil pembangunan, peningkatan kesejahtaraan rakyat, dan pada akhirnya akan memberikan suasana yang mendorong pembangunan politik yang lebih demokratis. Yang terjadi adalah sebaliknya, ekspansi ekonomi amat singkat, dan segera berubah menjadi stagnasi ekonomi.


(62)

Disamping itu, lahirnya teori dependensi ini juga dipengaruhi dan merupakan jawaban atas krisis teori Marxis ortodoks di Amerika Latin. Menurut pandangan Marxis ortodoks, Amerika Latin harus mempunyai tahapan revolusi industri “borjuis” sebelum melampaui revolusi sosialis proletar. Namun demikian Revolusi Repuplik Rakyat Cina (RRC) tahun 1949 dan revolusi Kuba pada akhir tahun 1950-an mengajarkan pada kaum cendikiawan, bahwa negara dunia ketiga tidak harus mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut. Tertarik pada model pembanguan RRC dan Kuba, banyak intelektual radikal di Amerika Latin berpendapat, bahwa negara-negara Amerika Latin dapat saja langsung menuju dan berada pada tahapan revolusi sosialis.

Teori dependensi pada awalnya diusulkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur (1976). Teori ini digabung dari disiplin komunikasi. Teori dependensi mengintegrasikan beberapa perspektif: pertama, ia menggabungkan perspektif dari psikologi dengan bahan dari teori kategori sosial.. Kedua, mengintegrasikan perspektif sistem dengan unsur-unsur dari pendekatan kausal lebih. Ketiga, menggabungkan unsur-unsur menggunakan dan penelitian gratifikasi dengan orang-orang dari tradisi efek media, meskipun fokus utama adalah kurang pada efek per se daripada alasan-alasan mengapa efek media biasanya terbatas.. Akhirnya, suatu filsafat kontekstualis adalah dimasukkan ke dalam teori, yang juga menampilkan kekhawatiran tradisional dengan isi pesan media dan efeknya terhadap khalayak. Penelitian yang dihasilkan oleh model ini telah cenderung lebih deskriptif dari penjelasan atau prediksi.

Teori Dependensi mengusulkan hubungan integral antara penonton, media dan sistem sosial yang lebih luas. Teori ini memprediksi bahwa kita tergantung pada


(63)

informasi media untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan mencapai tujuan tertentu. Tapi kita tidak bergantung pada semua media yang sama.. Dua faktor yang mempengaruhi tingkat ketergantungan media. Pertama, kita akan menjadi lebih tergantung pada media yang memenuhi beberapa kebutuhan kita dari pada media yang menyediakan hanya beberapa. Kedua, dari ketergantungan adalah stabilitas sosial. Ketika perubahan sosial dan konflik yang tinggi, didirikan lembaga, kepercayaan, dan praktik ditantang, memaksa kita untuk mengevaluasi kembali dan membuat pilihan baru.. Pada saat seperti ketergantungan anda pada media untuk informasi akan meningkat.

Salah satu kebutuhan yang tidak selalu benar-benar pribadi, namun mungkin dibentuk oleh budaya atau kondisi social. Dengan kata lain, kebutuhan individu, motif, dan penggunaan media tergantung pada faktor di luar yang mungkin tidak pada kontrol individu. Faktor-faktor luar bertindak sebagai kendala tentang apa dan bagaimana media dapat digunakan dan pada ketersediaan alternatif non-media lainnya.. Selanjutnya, alternatif yang lebih dan individu telah untuk memuaskan kebutuhan, kurang bergantung ia akan menjadi pada setiap media tunggal. Jumlah alternatif fungsional, bagaimanapun, tidak hanya soal pilihan individu atau bahkan ciri-ciri psikologis tetapi dibatasi juga oleh faktor-faktor seperti ketersediaan media tertentu.

Penggunaan dan pemenuhan kebutuhan pendekatan adalah tradisi berpengaruh dalam penelitian media.. Konsepsi asli dari pendekatan ini didasarkan pada penelitian untuk menjelaskan daya tarik besar isi media tertentu. Pertanyaan inti dari penelitian tersebut adalah: Mengapa orang menggunakan media? Terdapat sebuah dasar


(1)

KUISIONER PENELITIAN

KETERGANTUNGAN REMAJA TERHADAP MEDIA TELEPON SELULER Studi Deskriptif Melalui Pendekatan Teori Dependensi tentang Ketergantungan

Siswa SMP Negeri 1 Sei suka Kabupaten Batubara Terhadap Ponsel yang Memiliki Aplikasi Facebook dan Twitter

Petunjuk Pengisian Kuisioner

1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh alternative jawabannya. 2. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut anda.

3. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang disediakan.

4. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti, tanyakan langsung kepada peneliti.

No.Responden

I.Karakteristik Responden: 1.Jenis Kelamin:

1. Laki-laki 2. Perempuan

2.Berapa besar pulsa yang Anda keluarkan untuk mengakses facebook/twitter: 1. >dari Rp 10.000

2. >dari Rp 20.000 3. < dari Rp 50.000 4. < dari Rp 100.000


(2)

3. Apakah Anda menjadi anggota di Facebook/Twitter : 1. Ya, saya anggota aktif

2. Ya, tapi member pasif 3. Tidak, hanya sekedar saja 4. Tidak,hanya untuk hiburan saja

4 Kapan saja biasanya Anda mengakses Facebook/Twitter: 1. Jam istirahat sekolah

2. Disela-sela jam belajar 3. Setelah pulang sekolah 4. Kapan saja

5.Berapa lama pemakaian Facebook/Twitter yang Anda lakukan dalam sehari: 1. 1-2 jam dalam sehari

2. < dari 5 jam dalam sehari 3. < dari 5 jam dalam sehari 4. < dari 7 jam dalam sehari

II. Efek Media Ponsel Beraplikasi Faceebook dan Twitter Terhadap Siswa-Siswi SMP Negeri 1 Sei Suka Kabupaten Batu Bara

6.Apakah Anda tertarik dengan kualitas aplikasi Facebook/Twitter yang terdapat didalam ponsel:

1. Sangat Tertarik 2. Tertarik

3. Tidak Tertarik 4. Sangat Tidak Tertarik


(3)

7. Bagaimana menurut Anda tentang fitur-fitur yang ditawarkan ponsel yang memiliki aplikasi Facebook/Twitter:

1. Sangat Menarik 2. Menarik

3. Tidak Menarik

4. Sangat Tidak Menarik

8. Bagaimana menurut Anda tampilan halaman beranda Facebook/Twitter yang terdapat

didalam ponsel: 1. Sangat Menarik 2. Menarik 3. Tidak Menarik

4. Sangat Tidak Menarik

9. Seberapa besar minat Anda dalam mengakses Facebook/Twitter melalui ponsel: 1. Sangat Berminat

2. Berminat 3. Tidak Berminat

4. Sangat Tidak Berminat

10. Bagaimana menurut Anda dengan jenis informasi yang Anda dapat melalui ponsel yang memiliki aplikasi Facebook/Twitter:

1. Sangat Banyak 2. Banyak


(4)

11. Apakah menurut Anda pengetahuan yang anda dapat dari ponsel yang memiliki aplikasi Facebook/Twitter tersebut berguna:

1. Sangat Berguna 2. Berguna 3. Tidak Berguna

4. Sangat Tidak Berguna

12. Apakah Anda sangat suka dengan ponsel yang memiliki aplikasi Facebook/Twitter: 1. Sangat Suka

2. Suka 3. Tidak Suka

4. Sangat Tidak Suka

13.Apakah Anda sering menggunakan ponsel yang memiliki aplikasi Facebook/Twitter: 1. Sangat Sering

2. Sering 3. Jarang

4. Sangat Jarang

14. Apakah Anda senang jika mengakses Facebook/Twitter melalui ponsel: 1. Sangat Senang

2. Senang 3. Tidak Senang


(5)

15. Apakah Anda sering memberikan dukungan moral terhadap suatu organisasi ataupun seseorang melalui aplikasi Facebook/Twitter:

1. Sangat Sering 2. Sering

3. Jarang

4. Sangat Jarang

16. Apakah Anda pernah mendukung/menolak keberadaan suatu aktifitas social yang Di Facebook/Twitter:

1. Pernah 2. Tidak Pernah 3. Sering

4. Sangat Sering

17. Apakah menurut Anda dengan Facebook/Twitter dapat menyelesaikan/menimbulkan

isu tertentu: 1. Sangat Dapat 2. Dapat 3. Tidak Dapat


(6)

18. Setelah mengerti tentang apa saja yang bisa Anda peroleh dari ponsel yang memiliki

aplikasi Facebook/Twitter, bagaimana pendapat Anda? 1. Sangat Bagus

2. Bagus 3. Tidak Bagus

4. Sangat Tidak Bagus

19 Setelah Anda mengetahui bahwa ponsel yang memiliki aplikasi Facebook/Twitter dapat memberikan informasi serta dapat nenjadi wadah untuk membentuk suatu organisasi, apakah Anda menerima Facebook/Twitter sebagai salah satu alat untuk mendapatkan informasi:

1. Sangat Menerima 2. Menerima

3. Tidak Menerima

4. Sangat Tidak Menerima

20. Apakah Anda akan terus menggunakan ponsel yang memiliki aplikasi Facebook dan

Twitter:

1. Sangat Mau 2. Mau

3. Tidak Mau