62 a.  Konstanta  a  =  4,563.  Ini  menunjukkan  tingkat  konstan,  dimana  jika
variabel  harga  X
1
,  Kualitas  produk  X
2
,  dan  Promosi  adalah  0,  maka Keputusan  Pembelian  Y  produk  Teh  Kotak  Ultra  pada  mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sebesar 4,563. b.  Koefisien  b
1
X
1
=  0,290.  Ini  menunjukkan  bahwa  variabel  Harga  X
1
berpengaruh  secara  positif  terhadap  Keputusan  Pembelian,  atau  dengan kata  lain,  jika  variabel  Harga  ditingkatkan  sebesar  satu  satuan,  maka
Keputusan  Pembelian  produk  Teh  Kotak  Ultra  pada  mahasiswa  Fakultas Ekonomi  dan  Bisnis  Universitas  Sumatera  Utara  akan  meningkat  sebesar
0,290 dengan asumsi variabel lain tetap. c.  Koefisien  b
2
X
2
=  0,286.  Ini  menunjukkan  bahwa  variabel  Kualitas produk  X
2
berpengaruh  secara  positif  terhadap  Keputusan  Pembelian, atau  dengan  kata  lain,  jika  variabel  Kualitas  Produk  ditingkatkan  sebesar
satu  satuan,  maka  Keputusan  Pembelian  produk  Teh  Kotak  Ultra  pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara akan
meningkat sebesar 0,286 dengan asumsi variabel lain tetap. d.  Koefisien b
3
X
3
= 0,235. Ini menunjukkan bahwa variabel Promosi X
3
berpengaruh  secara  positif  terhadap  Keputusan  Pembelian,  atau  dengan kata  lain,  jika  variabel  Promosi  ditingkatkan  sebesar  satu  satuan,  maka
Keputusan  Pembelian  produk  Teh  Kotak  Ultra  pada  mahasiswa  Fakultas Ekonomi  dan  Bisnis  Universitas  Sumatera  Utara  akan  meningkat  sebesar
0,074 dengan asumsi variabel lain tetap.
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
Universitas Sumatera Utara
63
4.2.3.1 Uji Normalitas
Uji  normalitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  distribusi  sebuah  data mengikuti  atau  mendekati  distribusi  normal.  Ada  dua  cara  untuk  melihat  apakah
residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu menggunakan analisis grafik dan uji statistik.
1.  Pada  grafik  histogram,  dikatakan  variabel  berdistribusi  normal  jika berbentuk  lonceng  yang  tidak  menceng  ke  kiri  atau  ke  kanan.  Hasil
pengujian dapat dilihat pada gambar grafik berikut :
Gambar 4.1 Pengujian Histogram Normalitas
Pada  grafik  histogram  pada  Gambar  4.1  terlihat  bahwa  variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak miring
ke kiri atau ke kanan dan membentuk pola lonceng.
Universitas Sumatera Utara
64 2.  Apabila  plot  dari  keduanya  berbentuk  linear,  maka  berindikasi  bahwa
residual  menyebar  normal.  Bila  pola  titik-titik  yang  terletak  selain  di ujung-ujung plot masih berbentuk linear, meskipun ujung-ujung plot agak
menyimpang dari  garis lurus, dapat  dikatakan bahwa sebaran data adalah normal.  Berikut adalah hasil  Normal P
– Plot of Regresson Standardized Residual :
Gambar 4.2 Pendekatan Grafik Normalitas
Pada  Gambar  4.2  tersebut  dapat  dilihat  bahwa  titik-titik  menyebar disekitar  garis  diagonal  dan  mengikut  arah  garis  diagonal,  hal  ini  berarti  data
berdistribusi  normal.  Untuk  lebih  memastikan,  dapat  dilakukan  uji  Kolmogorov Smirnov
,  dengan  melihat  data  residual  apakah  berdistribusi  normal,  dengan keputusan :
Universitas Sumatera Utara
65 1.  Jika  nilai  Asymp.Sig  2-tailed    0,05  maka  tidak  mengalami
gangguan distribusi normal. 2.  Jika  nilai  Asymp.Sig  2-tailed    0,05  maka  mengalami  gangguan
distribusi normal.
Tabel 4.11 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 81
Normal Parameters
a,b
Mean 0E-7
Std. Deviation ,64925486
Most Extreme Differences Absolute
,098 Positive
,069 Negative
-,098 Kolmogorov-Smirnov Z
,880 Asymp. Sig. 2-tailed
,421 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan  Tabel  4.11  diketahui  bahwa  nilai  Asymp.  Sig.  2-tailed adalah 0,421 dan diatas nilai signifikan 0,05, dengan kata lain variabel residual
berdistribusi normal dan nilai Kolmogrov-Smirnov Z  yaitu 0,880 lebih kecil dari 1,97  berarti  tidak  ada  perbedaan  antara  distribusi  teoritik  dan  distribusi  empiric
atau dengan kata lain data dikatakan normal.
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Universitas Sumatera Utara
66 Prinsip pengujian Heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah adanya
gangguan yang ada pada suatu penelitian. Metode untuk menguji penelitian untuk mencari keberadaan heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode grafik dan
statistik, yang menggunakan uji Glejser. 1.  Pendekatan Grafik
Dengan pendekatan grafik, dapat dilihat pada Gambar 4.3 :
Gambar 4.3 Pendekatan Grafik Heterokedastisitas
Dari grafik scatterplot yang disajikan pada Gambar 4.3, dapat dilihat titik- titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu  yang jelas
serta  tersebar  baik  diatas  maupun  dibawah  angka  nol  pada  sumbu  Y.  Hal  ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
1.  Pendekatan Statistik
Universitas Sumatera Utara
67 Pendekatan statistik dilakukan dengan uji Glejser. Berikut adalah hasil dari
pengolahannya :
Tabel 4.12 Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta
1 Constant
1,177 1,183
,995 ,323
Harga -,090
,061 -,180
-1,468 ,146
K.Produk ,029
,057 ,068
,514 ,609
Promosi ,029
,062 ,059
,478 ,634
a. Dependent Variable: absut
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Dari Tabel 4.12, dapat
dilihat  probabilitas  signifikansinya  di  atas  tingkat  kepercayaan,  yaitu  0,05  maka dapat disimpulkan regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
4.2.2.3 Uji Multikolinearitas
Pengujian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  apakah  dalam  model  regresi ditemukan adanya korelasi  antar variabel  bebas. Multikolinearitas berarti adanya
hubungan  yang  sempuran,  diantara  beberapa  atau  semua  variabel  yang menjelaskan  dari  model  regresi.  Dasar  untuk  melihat  suatu  model  yang  tidak
Universitas Sumatera Utara
68 terkena  multikolinearitas  adalah  dengan  melihat  besar  Variance  Inflation  Factor
VIF  dan  tingkat  Tolerance.  Jika  VIF    5  dan  Tolerance    0,1,  maka  terkena multikolinearitas,  tetapi  jika  VIF    5  dan  Tolerance    0,1,  maka  tidak  terdapat
masalah  multikolinearitas  dalam  penelitian  ini.  Hasil  pengujian  dapat  dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas
Berdasarkan  Tabel  4.13,  semua  nilai  VIF  adalah  lebih  kecil  daripada  5 VIF  5 dan Tolerance lebih besar daripada 0,1 Tolerance  0,1, maka dari itu,
dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  terdapat  masalah  multikolinearitas  dalam penelitian ini.
4.2.4 Pengujian Hipotesis