mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah. Mekanisme pembunuhan mikroorganisme patogen sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya
dan mikroorganisme itu sendiri. Banyak zat pembunuh kimia termasuk klorin dan komponennya mematikan bakteri dengan cara merusak atau mengaktifkan enzim
utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel. Mekanisme lain dari desinfeksi adalah merusak langsung dinding sel seperti yang dilakukan apabila
menggunakan bahan radiasi ataupun panas. Oleh karena itu terdapat hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan kimia bila akan digunakan
sebagai desinfeksi, antara lain : Daya racun zat kimia tersebut, waktu kontak yang diperlukan, efektivitasnya, rendahnya dosis, tidak toksik tehadap manusia dan
hewan, biaya murah. Pemakian klor serbuk lebih efektif dibanding pemakaian klor tablet. Menurut DepKes RI tahun 2011, waktu kontak atau waktu tinggal di
dalam bak khlorinasi berkisar antara 10-15 menit. Setelah melalui bak klorinasi, limbah akan masuk ke bak effluen dan akan dialirkan ke drainase. Pada rumah
sakit X, hanya memiliki 1 tabung pasir silika dan tidak digunakan untuk pengolahan limbah sehari-hari, dikarenakan jumlah tabung yang sedikit dan tidak
dapat mengolah limbah cair rumah sakit, pasir silika digunakan hanya ketika akan dilakukan pemeriksaan kualitas air limbah yang akan dikirim ke Scifindo.
Pengolahan limbah dirumah sakit ini tidak memiliki ruang kontrol limbah, ruang kontrol limbah berfungsi untuk memantau pengolahan limbah rumah sakit.
5.2.4 Effluen Limbah Cair Rumah Sakit X
Berdasarkan hasil penelitian dirumah sakit X kota Medan, parameter TSS, suhu, BOD, COD, dan pH sudah memenuhi baku mutu, dan parameter Total
Universitas Sumatera Utara
Coliform tidak memenuhi baku mutu dengan membandingkan dengan PerMenLH No.5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha atau Kegiatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Nilai parameter TSS influent sebesar 108 mgL dan sesudah pengolahan
nilai TSS menjadi 86 mgL, dengan baku mutu 200 mgL, dapat disimpulkan parameter TSS susah memenuhi baku mutu, hal ini dikarenakan adanya
pengendapan pada bak pengolahan dan penambahan koagulan pada bak sedimentasi sehingga TSS mengalami penurunan sebesar 20,3. Penelitian ini
juga didukung oleh penelitian Akbar 2007, bahwa kadar TSS influent sebesar 145 mgL dan setelah dilakukan pengolahan pada effluent terjadi penurunan
dengan hasil sebesar 79 mgL. Hasil yang sama juga didapat pada penelitian Andi Saputra, dkk 2008 untuk mempercepat pengendapan partikel halus TSS,
dengan bantuan koagulan seperti tawas, PACL, atau FeCl
3
, sehingga terciptanya proses flokuasi
–koagulasi. Jadi, dengan proses ini partikel yang halus akan menempel pada koagulan yang diikuti proses pengadukan, sehingga dari partikel
halus menjadi partikel yang lebih berat, otomatis akan lebih cepat mengendap dikarenakan faktor berat jenis endapan lebih besar daripada berat jenis air.
Parameter suhu pada influent dan effluent sama , yaitu 28,3 C, dengan
baku mutu 38 C dapat disimpulkan bahwa parameter suhu sudah memenuhi baku
mutu. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Saputra 2008, dengan suhu influent sebesar 35,1
C dan suhu effluent 35,4 C, ini dikarenakan tidak adanya
perubahan suhu pada pengolahan limbah rumah sakit dan karena pencampuran limbah pada bak ekualisasi, sehingga suhu dari beberapa sumber akan
dihomogenkan pada bak ekualisasi. Tidak adanya ventilasi pada pengolahan
Universitas Sumatera Utara
sehingga minimnya transfer panas dari lingkungan. Penelitian ini didukung Cordova 2008, terjadi peningkatan suhu dikarenakan bak pengolahan terbuka,
sehingga penerima penetrasi sinar matahari yang lebih tinggi Parameter BOD influent pada air limbah sebesar 127,6 mgL dan sesudah
pengolahan menjadi 20,41 mgL, dengan baku mutu 50 mgL,dapat disimpulkan bahwa BOD rumah sakit X sudah memenuhi baku mutu. Menurut DepKes RI
tahun 2011, lumpur aktif dapat menurunkan BOD sebesar 80-95. Penurunan kadar BOD pada pengolahan air limbah rumah sakit X sebesar 84. Penelitian ini
juga didukung oleh Ali Arsad 2010 bahwa terjadi penurunan BOD, BOD influent sebesar 428,62 mgL dan effluent sebesar 27,895 mgL. penurunan BOD
terjadi karena proses dekomposisi bahan organik substrat yang terkandung dalam air limbah.
Parameter COD influent 354,6 mgL dan sesudah pengolahan menjadi 56,69 mgL, dengan baku mutu 80 mgL, dapat disimpulkan bahwa COD rumah
Sakit X sudah memenuhi baku mutu. Penurunan kadar COD pada rumah Sakit X sebesar 84, sesuai dengan Depkes RI tahun 2011, lumpur aktif dapat
menurunkan BOD dan COD sebesar 80-95. Menurut Kusnoputranto 1997, Lumpur aktif merupakan endapan lumpur dari tangki aerasi yang mengandung
mikroorganisme. Mikroorganisme berfungsi untuk mengurangi jumlah zat organik didalam air limbah dengan menggunakan oksigen, sehingga jumlah COD dalam
air limbah akan berkurang. Menurut penelitian Soraya dkk, bahwa pH yang netral dapat mempengaruhi penurunan COD, hal ini disebabkan mikroorganisme akan
dengan mudah menguraikan bahan organik, dan pada penelitian ini, pH limbah
Universitas Sumatera Utara
bersifat normal, sehingga terjadi pengurangan COD pada air limbah rumah sakit X.
Parameter pH influent 5,89 dan sesudah pengolahan menjadi 7,28, dengan baku mutu 6-9, dapat disimpulkan bahwa parameter pH dirumah Sakit X kota
Medan sudah memenuhi baku mutu. pH yang normal memungkinkan kehidupan biologis dalam air limbah tersebut berjalan dengan baik. Air limbah yang tidak
netral akan menghambat proses biologis, bahkan akan menyebabkan kematian mikroorganisme dalam air. Penelitian ini juga didukung oleh Akbar 2007, pH
influent dan effluent sebesar 7, sehingga mikroorganisme didalam bak aerasi dapat menguraikan zat organik dengan baik.
Parameter Total Coliform pada influent limbah rumah sakit sebesar 1.700 MPN100ml dan setelah dilakukan pengolahan terjadi peningkatan jumlah Total
Coliform menjadi 16.000 dengan baku mutu 5.000 MPN100ml, dapat disimpulkan bahwa parameter Total Coliform tidak memenuhi baku mutu. Hal ini
desebabkan pemberian kadar klorin tidak efektif. Pemberian Klorin mempengaruhi jumlah Total Coliform, berdasarkan penelitian rumah sakit X kota
Medan, pemberian Klorin sebanyak 200 gram untuk 1 hari pengolahan limbah, dengan cara meneteskan sedikit demi sedikit tanpa menghitung waktu tinggal
dalam bak pengolahan. Menurut Sugiharto 2008 Efektivitas desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Daya racun zat kimia tersebut,
waktu kontak yang diperlukan, efektivitasnya, rendahnya dosis. Pemberian dosis klorin mempengaruhi jumlah Total coliform. Menurut Mukono 2004, jumlah
klorin yang dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme patogen dalam air dapat dihitung dengan rumus berikut :
Universitas Sumatera Utara
�ℎ =
1.000.000 ×
� × 100
� =
⋯ � � Dengan :
D = Volume air yang akan didesinfeksi S = Sisa klor yang diinginkan mgL atau ppm
X = konsentrasi klor aktif =
�ℎ �
� � =
⋯ � Berdasarkan hasil penelitian, lumpur endapan sisa lumpur aktif tidak
pernah diolah sampai saat ini, sehingga endapan lumpur menumpuk pada bak sedimentasi. Penumpukan lumpur pada bak sedimentasi dapat mengakibatkan
pembusukan lumpur sehingga jumlah Total Coliform dapat meningkat. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Sidabutar 2013 bahwa, Total Colifom pada bak
sedimentasi pengolahan air minum lebih rendah di pagi hari, dikarenakan pada malam sebelumnya dilakukan pembersihan lumpur dalam bak sedimentasi.
Penelitian juga dilakukan oleh Djaja, dkk 2006 bahwa 80 lumpur sisa dari lumpur aktif dan pengendapan harus diolah. Penelitian yang dilakukan oleh Djaja,
dkk menunjukkan peningkatan amoniak, dikarenakan lumpur endapan tidak diolah.
Universitas Sumatera Utara
108
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Sumber Daya
1. Tenaga kerja dirumah sakit X sudah mencukupi, dan pada tenaga kerja
yang mengolah limbah cair hanya menggunakan APD sepatu boot, masker
dan sarung tangan, sementara kostum, topi tidak digunakan.
2. Sumber dana rumah Sakit X menjadi rahasia bagi rumah sakit, tetapi
anggaran untuk pengolahan limbah cair perbulannya Rp.4.680.000,00 dan
sudah mencukupi.
3. Sarana dan prasarana sudah memenuhi syarat. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk pengolahan limbah cair sudah lengkap. Bak pengolahan limbah cair rumah sakit X belum memenuhi.
b. Influent Rumah Sakit X Kota Medan
1. Sumber-sumber limbah cair rumah sakit X yaitu, ruang keperawatan ruang
operasi, laboratorium, Haemodialisa, Instalasi Gizi, laundry, karyawan,
kafetaria dan pengunjung.
2. Pengukuran Influent limbah cair rumah sakit X, TSS 108 mgL, Suhu
28,3 C, BOD 127,6 mgL, COD 354,6 mgL, pH 5,89 dan Total
Coliform 1.700 MPN100ml.
Universitas Sumatera Utara