Analisis penerimaan usaha Analisis pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan payang

Biaya tetap yang dikeluarkan nelayan payang per trip adalah Rp 92.345,00 dengan biaya tertinggi pada komponen perawatan alat tangkap sebesar Rp 31.250,00 atau 33,8 dari jumlah biaya tetap yang dikeluarkan, sedangkan biaya terendah pada komponen penyusutan mesin sebesar Rp 3.571,00 atau 3,8 dari jumlah biaya tetap yang dikeluarkan.

6.1.2. Analisis penerimaan usaha

Penerimaan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap payang di Desa Bandengan diperoleh dari hasil penjualan ikan hasil tangkapan di Desa Bandengan. Jenis ikan hasil tangkapan yang paling utama adalah ikan tembang, sementara yang lainnya adalah ikan teri, kembung dan pepirik. Berdasarkan hasil wawancara terhadap para responden nelayan diperoleh hasil penerimaan hasil tangkapan rata-rata ikan per tripnya sebagaimana yang disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Rata-rata jumlah hasil tangkapan ikan, harga dan total penjualan nelayan payang per trip di Desa Bandengan pada bulan Juli 2008 No Jenis Ikan Rata-rata Jumlah Hasil Tangkapan per trip kg Rata-rata Harga Ikan Rpkg Total Penjualan Rp 1 Tembang 271 1.500 406.500 2 Kembung 34 5.200 176.800 3 Teri 19 4.750 90.250 4 Pepetek Pepirik 60 1.000 60.000 Jumlah 384 12.450 733.550 Sumber : Data primer, 2008 Hasil tangkapan ikan yang paling banyak adalah jenis ikan tembang Fringescale sardinella rata-rata sebanyak 271 kg dengan harga per kg-nya rata- rata berkisar Rp 1.500,00, sedangkan ikan yang lain adalah ikan kembung perempuan Short-bodied mackerel 34 kg dengan harga per kg-nya rata-rata berkisar Rp 5.200,00, ikan pepetek Slipmouths or Pony fishes yaitu 60 kg dengan harga per kg-nya rata-rata berkisar Rp 1.000,00 dan yang paling sedikit adalah ikan teri Anchovies 19 kg dengan harga per kg-nya rata-rata berkisar Rp 4.750,00. Jumlah rata-rata pendapatan yang diperoleh nelayan payang untuk satu trip rata-rata Rp 733.550,00.

6.1.3. Analisis pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan payang

Keberhasilan suatu usaha dapat diketahui dari keuntungan yang diperoleh, yaitu penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya. Pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan Payang per trip dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini. Tabel 21 Analisis pendapatan usaha penangkapan ikan per trip nelayan Payang di Desa Bandengan Kabupaten Cirebon tahun 2008 I. Penerimaan hasil tangkapan per trip TR 1 kali trip x Rp 733.550,00 Rp 733.550,00 II. Biaya-biaya 1. Biaya investasi Rp 45.400.000,00 2. Biaya variabel per trip 2.1 Biaya operasi melaut dikeluarkan sebelum melaut: 1 Bahan bakar 1 kali trip x Rp 105.000,00 Rp 105.000,00 2 Perbekalan 1 kali trip dengan rincian Rp 61.000,00 -Beras Rp 5.000 x 5 kg Rp 25.000,00 -Bumbu masak Rp 10.000,00 -Rokok Rp 14.000,00 -Minyak kompor 3 lt x Rp 4.000,00 Rp 12.000,00 3 Pelumasoli 1 kali trip x Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 4 Air tawar 1 kali trip x Rp 4.000,00 Rp 4.000,00 2.2 Upahbagi hasil untuk TK nelayan ABK, nakhoda, dll 1 kali trip x Rp 733.550,00-Rp 200.000,00 x 50 Rp 266.775,00 Total biaya variabel A Rp 466.775,00 Biaya tetap per trip Penyusutan perahu Rp 22.850.00010th.12.21 Rp 9.067,00 Penyusutan mesin Rp 4.500.0005th.12.21 Rp 3.571,00 Penyusutan alat tangkap Rp 13.500.0003th.12.21 Rp 17.857,00 Perawatan perahu Rp 15.600,00 Perawatan mesin Rp 15.000,00 Perawatan alat tangkap Rp 31.250,00 Total biaya tetap B Rp 92.345,00 Total biaya usaha A + B TC Rp 559.120,00 Pendapatan per trip : TR-TC Rp 174.430,00 Rp 733.550,00 – Rp 559.120.00 Keterangan : 12.21 Payang 1 th beroperasi 12 bulan, 1 bulan 21 trip Sumber : Data primer 2008 Berdasarkan pada Tabel 21 tersebut diatas dapat dilihat bahwa penerimaan per trip setelah dikurangi biaya-biaya, keuntungan yang didapat adalah Rp 174.430,00. Keuntungan yang didapat per bulan atau setara 21 trip pada musim puncak Februari s.d Juli sebesar 21 x Rp 174.430,00 = Rp 3.663.030. Berdasarkan pada sistem bagi hasil, nelayan pemilik payang memperoleh bagian sebesar Rp 266.775,00 50 × Rp 533.550,00 sedangkan tenaga kerja ABK memperoleh bagian sebesar Rp 266.775,00 50 × Rp 533.550,00 dengan jumlah tenaga kerja ABK sebanyak 15 orang, maka masing-masing tenaga kerja ABK mendapatkan pendapatan sebesar Rp 17.785,00 per trip. Nelayan pemilik payang di Desa Bandengan juga merangkap sebagai nakhoda tenaga kerja dalam operasi penangkapan ikan di laut meskipun demikian besaran sistem bagi hasil tangkapan ikan yang diterima nelayan pemilik dan tenaga kerja ABK adalah sama setengah-setengah. Berdasarkan pada wawancara nelayan, pada umumnya nelayan payang di Desa Bandengan melaut pada musim puncak yaitu berkisar bulan Februari s.d Juli tahun 2008 dengan daaerah penangkapan ikan antara lain daerah perairan Bandengan, Cirebon, Losari, Klangenan dan Brebes. Pada musim puncak tersebut nelayan mendapatkan hasil tangkapan ikan antara lain ikan tembang, ikan kembung, ikan teri dan ikan pepirik. Adapun selain jenis ikan tersebut terdapat hasil tangkapan ikan sampingan yaitu ikan talang, ikan alu-alu, ikan tempul dan ikan kakap putih, namun dalam penelitian ini hanya membahas hasil tangkapan ikan yang dominan atau utama disebabkan nelayan lebih banyak mendapatkan hasil tangkapan ikan ini. Saat musim sedang yang berkisar bulan Agustus dan September tahun 2008 nelayan hanya melaut di daerah perairan Desa Bandengan dengan hanya mendapatkan jenis ikan tembang. Dan pada musim paceklik yang berkisar bulan Oktober s.d Januari tahun 2008 nelayan payang tidak melaut. Karena tidak ada pekerjaan lain selain melaut maka pada umumnya nelayan memilih aktivitas untuk memperbaiki jaring atau di rumah bersama keluarga. Nelayan payang dengan keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha penangkapan ikan di laut pada kenyataannya masih belum mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari disebabkan oleh mereka pada umumnya masih bergantung pada tengkulak sehingga harga tangkapan ikan bisa rendah karena permintaan tengkulak. Disamping itu adanya harga BBM yang masih relatif mahal bagi nelayan membuat nelayan menggunakan minyak tanah dalam kebutuhan melaut dan bahkan karena tidak terjangkaunya harga BBM ada yang tidak melaut. Selain hal-hal diatas faktor kondisi cuaca seperti gelombang tinggi, curah hujan tinggi dapat mengurangi pendapatan nelayan karena pada umumnya nelayan payang tidak melaut. Masyarakat nelayan Desa Bandengan mengandalkan mata pancaharian hanya sebagai nelayan tidak berprofesi ke yang lain. Dalam penanganan hal diatas perlu adanya kepedulian dari pemerintah untuk membantu para nelayan yang sedang mengalami kesulitan yakni dengan memberikan subsidi harga BBM bagi nelayan dan mengaktifkan Tempat Pelelangan Ikan TPI Desa Bandengan, meskipun telah ada Peraturan Daerah Perda No 52002 tentang TPI, tetapi nyatanya pelelangan tidak berjalan. Padahal, pemerintah daerah telah mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk membangunnya. Para nelayan Desa Bandengan meminta agar aktivitas di Tempat Pelelangan Ikan TPI berjalan sehingga nelayan dapat melakukan pelelangan hasil tangkapan ikannya dan harga ikan pun stabil tidak dimonopoli oleh tengkulak. Hal ini disebabkan para nelayan tergantung kepada para tengkulak yang telah meminjamkan modal untuk biaya operasional melaut agar hasil tangkapan bisa dijual. Selain itu, nelayan Desa Bandengan mengharapkan adanya tindakan tegas dari aparat terkait banyaknya alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti garuk, arad, trawl, pukat harimau, dan apollo.

6.2 Faktor-faktor Biaya Produksi yang Mempengaruhi Perolehan Produksi