Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Nelayan

dari total penduduk jumlah usia kerja 384 orang dibandingkan dengan jumlah penduduk dengan jenis mata pencaharian lain. Terjadinya kenaikan harga BBM yang signifikan diduga akan berdampak terhadap kelangsungan kegiatan penangkapan ikan, termasuk kegiatan penangkapan ikan nelayan payang di Desa Bandengan Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon yang pada umumnya dalam pengoperasian unit penangkapan payang menggunakan perahu motor tempel atau outboard engine yang menggunakan BBM. Hal ini berdasarkan pada laporan Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Cirebon tahun 2007 bahwa jumlah perahu motor tempel Desa Bandengan berjumlah 97 unit yang meliputi perahu garok rajungan 23 unit, perahu payang 27 unit dan perahu jaring rampus 47 unit. Penelitian dilakukan pada nelayan payang karena berdasarkan wawancara nelayan payang di Desa Bandengan memiliki ketergantungan kepada tengkulak yang paling dominan. Adanya kenaikan harga BBM diduga frekuensi penangkapan ikan akan terpengaruh oleh besaran tingkat pendapatan usaha penangkapan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka perlu kiranya penelitian ini dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan kondisi yang demikian maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Dalam kondisi tingkat harga BBM saat penelitian, berapakah tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan payang di Desa Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon?; 2. Faktor-faktor biaya produksi mana yang dominan berpengaruh terhadap perolehan volume hasil tangkapan ikan?; dan 3. Apakah terjadinya kenaikan harga BBM memberikan dampak negatif terhadap besaran tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan?.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendapatkan besaran tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan Payang di sekitar wilayah PPI Desa Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon pada kondisi tingkat harga BBM saat penelitian; 2. Mengetahui faktor biaya produksi yang berpengaruh terhadap perolehan volume produksi hasil tangkapan ikan; dan 3. Menentukan besaran pengaruh kenaikan harga BBM terhadap perolehan tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan payang.

1.4 Manfaat

Bagi pemerintah khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang dapat memberikan dampak positif terhadap kegiatan penangkapan ikan. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 2.1.1 Alat tangkap payang Payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas relatif cukup tinggi karena termasuk alat tangkap aktif, payang dikenal hampir di seluruh perairan laut Indonesia. Nama payang di berbagai daerah berbeda-beda antara lain payang Jakarta, Tegal dan Pekalongan, payang uras Bali, payang gerut Bawean, atau jala lompo Kaltim, Sulsel Anonymous, 2004. Melihat sudah lamanya alat penangkap ikan ini digunakan, payang dapat digolongkan sebagai alat penangkap ikan tradisional. Keberadaan unit penangkapan payang di dalam perikanan laut Indonesia dianggap penting baik dilihat dari produktivitas maupun jumlah tenaga kerja yang terlibat. Payang merupakan pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri atas bagian kantong bag, badan body dan sayap wing. Menurut Subani dan Barus 1989 menyatakan bahwa bagian kantong payang umumnya terdiri atas bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri yang tiap daerah umumnya berbeda. Dua buah sayap yang terletak di sebelah kanan dan kiri badan payang, setiap sayap berukuran panjang 100-200 meter, bagian badan jaring sepanjang 36- 65 meter dan bagian kantong terletak di belakang bagian badan payang yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan adalah sepanjang 10-20 meter. Deskripsi payang yang diterangkan oleh Subani dan Barus 1989 adalah sebagai berikut; besar mata mulai dari ujung kantong sampai ujung kaki berbeda- beda, bervariasi mulai dari 1 cm atau kurang sampai sekitar 40 cm. Berbeda dengan trawl dasar yang memiliki tali ris atas yang lebih pendek daripada tali ris bawah, payang memiliki tali ris bawah yang lebih pendek. Hal ini untuk mencegah kemungkinan ikan lolos ke arah bawah, karena pada umumnya payang digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian lapisan atas perairan dan mempunyai sifat cenderung bergerak ke lapisan bawah bila terkurung jaring. Menurut Monintja 1991, jaring pada payang terdiri atas kantong, dua buah sayap, dua tali ris, tali selambar, serta pelampung dan pemberat. Kantong merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut terpancung, semakin ke arah ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin kecil. Ikan hasil tangkapan akan berkumpul di bagian kantong ini. Semakin kecil ukuran mata jaring maka akan semakin kecil kemungkinan ikan meloloskan diri. Von Brandt 1984 menjelaskan bahwa payang termasuk ke dalam kelompok seine net atau danish seine. Seine net adalah alat penangkap ikan yang mempunyai bagian badan, sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong. Alat penangkap ikan ini dioperasikan dengan cara melingkari area seluas-luasnya dan kemudian menarik alat ke kapal atau pantai. Payang merupakan salah satu dari seine net yang dioperasikan dengan cara melingkari kawanan ikan lalu ditarik ke atas kapal yang tidak bergerak. Bentuk dan bagian-bagian alat tangkap payang dapat dilihat pada Gambar 1. http:auxis.tripod.comfishing.htm Gambar 1 Bentuk dan bagian-bagian pada alat tangkap payang.

2.1.2 Kapalperahu payang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 pasal 1 tahun 2004 tentang perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi Tali ris Sayap Badan Kantong penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup penggunaan dalam aktivitas penangkapan ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training dan inspeksi sumberdaya perairan. Pada kapal perikanan dilakukan kerja menangkap, menyimpan dan mengangkat ikan Nomura dan Yamazaki, 1977. Kapal perikanan yang umum digunakan pada pengoperasian unit penangkapan payang adalah perahu, dengan menggunakan mesin penggerak berupa motor tempel atau outboard engine. Perahu ini mempunyai konstruksi khusus, yaitu mempunyai tiang pengamat yang disebut kakapa Monintja, 1991. Perahu yang digunakan pada pengoperasian payang di berbagai daerah di Indonesia memiliki ukuran yang berbeda-beda. Selain itu, mesin yang dipakai serta jumlah nelayan yang mengoperasikan juga berbeda. Misalnya kapal payang di Bengkulu memiliki ukuran rata-rata kapal payang 2,68 GT, mesin 12,9 HP dan jumlah nelayan 11 orang Ta’alidin Z, 2003. Adriani 1995 menjelaskan bahwa dengan bertambahnya kekuatan mesin akan mempercepat kapal menuju fishing ground , mempercepat waktu untuk kembali ke fishing ground, mempercepat waktu kembali ke fishing base, mempercepat kapal dalam melakukan pelingkaran gerombolan ikan pada saat operasi penangkapan ikan sehingga operasi penangkapan ikan menjadi lebih efisien.

2.1.3 Metode Pengoperasian Payang

Alat tangkap payang biasanya dioperasikan di lapisan permukaan air water surface dengan tujuan untuk menangkap jenis ikan pelagis yang membentuk kelompok schooling. Metode pengoperasian payang dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penurunan dan tahap penarikan jaring Ayodhyoa, 1981. Dalam operasi penangkapan ikan dengan payang, nelayan terlebih dahulu melakukan persiapan sebelum berangkat dari fishing base menuju fishing ground. Persiapan tersebut meliputi penyusunan alat tangkap diatas perahu dan persiapan bahan bakar serta perbekalan Monintja, 1991. Tahap pengoperasian payang terdiri atas penurunan jaring setting dan penarikan jaring hauling. Tahap setting dilakukan setelah gerombolan ikan ditemukan dengan cara menduga-duga keberadaan gerombolan ikan. Setting dilakukan dengan cara menurunkan tali selambar depan dengan pelampung tonda yang dibawa oleh seorang perenang. Perahu dengan kecepatan penuh melingkari kelompok ikan hingga seluruh jaring terentang dan mengurunginya Monintja, 1991. Setelah dilakukan setting maka segera dilakukan hauling. Pada waktu penarikan jaring semua nelayan berada di sisi kiri perahu dan terbagi menjadi kelompok. Kelompok pertama menarik sayap kiri jaring dari arah haluan perahu dan kelompok kedua menarik sayap kanan jaring dari arah buritan perahu. Kecepatan penarikan jaring antara kedua kelompok harus sama, yaitu dengan mengetahui jumlah pelampung yang sudah naik ke atas perahu. Setelah seluruh bagian jaring dinaikkan ke atas perahu, kemudian dilakukan pemindahan ikan dari kantong ke palka perahu Monintja, 1991. Penangkapan ikan menggunakan payang dapat dilakukan baik pada siang hari maupun malam hari. Untuk meningkatkan hasil tangkapan saat pengoperasian alat tangkap payang digunakan alat bantu berupa lampu petromaks kerosene pressure lamp dan atau rumpon atau payaos fish agregating device. Alat bantu petromaks biasa digunakan jika pengoperasian alat tangkap payang dilakukan pada malam hari. Alat bantu rumpon atau payaos biasa digunakan jika pengoperasian alat tangkap payang dilakukan pada siang hari. Kadangkala pengoperasian alat tangkap payang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu, yaitu dengan cara menduga-duga keberadaan ikan atau mencari gerombolan ikan Subani dan Barus, 1989. Menurut Ayodhyoa 1981, indikator yang digunakan dalam menduga keberadaan gerombolan ikan adalah dengan melihat : 1 Adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan air; 2 Adanya ikan yang melompat-lompat di permukaan air laut; 3 Adanya riak-riak kecil karena gerakan renang ikan di bagian permukaan air laut; 4 Adanya buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan; 5 Adanya burung yang menukik dan menyambar ke permukaan laut. Jenis ikan yang biasanya tertangkap oleh payang di perairan Laut Jawa adalah tongkol Auxis sp, cakalang Katsuwonus pelamis, kembung Rastrelliger sp, peperek Leiognathus sp, tembang Clupea sp, layang Decapterus sp dan lain- lain. Sebagian besar ikan yang tertangkap dengan payang tergolong sumberdaya ikan pelagis, yaitu ikan yang hidup di permukaan laut atau didekatnya Subani dan Barus, 1989. Alat bantu pendeteksi gerombolan ikan “fish finder”, umumnya di Indonesia belum digunakan untuk perikanan payang.

2.2 Pendapatan usaha penangkapan dan analisisnya

Biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa Rony,1990. Biaya operasional penangkapan ikan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan komponen biaya yang tidak berubah besarannya dan tidak dipengaruhi oleh besaran tingkat produksi penangkapan ikan. Sementara biaya variabel adalah komponen biaya yang sangat dipengaruhi oleh besaran tingkat produksi penangkapan ikan. Biaya produksi dalam usaha nelayan terdiri atas dua kategori, yaitu biaya berupa pengeluaran nyata dan biaya yang tidak merupakan pengeluaran nyata. Pengeluaran-pengeluaran nyata ada yang kontan dan tidak kontan. Menurut Mulyadi 2005, pengeluaran-pengeluaran kontan adalah : 1 Bahan bakar dan oli 2 Bahan pengawet es dan garam 3 Pengeluaran untuk makanan konsumsi awak 4 Pengeluaran untuk reparasi 5 Pengeluaran untuk retribusi dan pajak Pengeluaran-pengeluaran yang tidak kontan adalah upahgaji awak nelayan pekerjaan yang umumnya bersifat bagi hasil dan dibayar sesudah hasil dijual. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak nyata adalah penyusutan dari perahu, mesin dan alat tangkap karena pengeluaran ini hanya merupakan penilaian yang tidak pasti. Soekartawi 1986, mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan dengan pendapatan yaitu : 1 Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk 2 Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi industri 3 Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai 4 Penerimaan kotor, produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual 5 Pengeluaran total usaha, yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. 6 Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usaha.

2.2.1 Analisis biaya kebutuhan melaut

Biaya kebutuhan melaut per trip penangkapan merupakan total biaya yang dikeluarkan nelayan untuk melakukan satu trip penangkapan terkait kebutuhan nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Perhitungan volume kebutuhan BBM per trip penangkapan dilakukan dengan rumus pengkonsumsian bahan bakar yang dikeluarkan Pertamina tahun 2001 yaitu : c H W F × × = Keterangan : F : Konsumsi BBM per trip tontrip W : Daya mesin kapalperahu HP H : lama waktu mesin beroperasi per trip jam c : Fuel Consumption Rate 0,16 Biaya konsumsi BBM per trip Fuel Consumption Cost dihitung dari : HET V FCC × = Dimana : FCC = Fuel Consumption Cost biaya konsumsi BBM per trip Rp V = Volume BBM per trip tontrip HET = Harga Eceran Tertinggi BBM Rp.

2.2.2 Analisis pendapatan usaha penangkapan ikan

Analisis pendapatan usaha penangkapan ikan bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat dalam usaha penangkapan ikan dan besar keuntungan π yang diperoleh dari usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan untuk melakukan operasi penangkapan ikan yaitu dengan rumus Soekartawi, 1995 π = TC TR − dimana : TR Total Reveneu per satuan waktu = Pendapatan total per satuan waktu TC Total Cost per satuan waktu = Biaya total per satuan waktu π = Keuntungan Apabila : TR TC maka usaha menguntungkan TR TC maka usaha mengalami kerugian TR = TC maka usaha impas. Biaya total Total Cost terdiri atas biaya tetap Fixed Cost dan biaya variabel Variabel Cost. Biaya tetap Fixed Cost terdiri atas investasi, penyusutan dan komponen biaya tetap lain seperti perizinan, retribusi dan perawatan. Biaya variabel terdiri atas biaya operasional melaut dan biaya upah bagi hasil. Dalam menghitung penyusutan digunakan metode garis lurus stright line yaitu biaya penyusutan benda setiap tahun dibebankan dalam jumlah yang sama, secara matematis perhitungan nilai penyusutan ini dapat dirumuskan sebagai berikut Soekartawi, 2002 : penyusutan = T NA NB − Keterangan : NB = Nilai beli T = Tahun atau umur teknis NA = Nilai akhirnilai jual

2.2.3 Analisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi volume hasil tangkapan

Uji korelasi urutan Spearman The Rank Correlation Test digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel atau data ordinal. Hal ini dikarenakan data yang digunakan bersifat homogen dalam distribusi populasi sehingga digunakan analisis uji korelasi urutan Spearman Hasan, 2001. Untuk suatu variabel A yang memiliki hubungan yang erat atau kuat dengan variabel B lainnya yang diuji, maka dapat diduga variabel A bersifat mempengaruhi variabel B lainnya tersebut; sehingga dapat dikatakan variabel A merupakan faktor yang termasuk mempengaruhi variabel B. Dalam konteks penelitian ini, maka variabel-variabel yang diukur dan kemudian diuji melalui uji korelasi urutan spearman diharapkan menjadi faktor yang termasuk mempengaruhi volume hasil tangkapan. Menurut Iqbal Hasan 2001 koefisien korelasi urutan Spearman dirumuskan : r s = 1 6 1 2 2 − ∑ − − n n d Keterangan : d = beda urutan dalam satu pasangan data n = banyaknya pasangan data Adapun langkah-langkah pengujian korelasi urutan Spearman adalah sebagai berikut : 1 Menentukan formulasi hipotesis H : tidak ada hubungan antara urutan variabel yang satu dengan urutan dari variabel lainnya dan H 1 : ada hubungan antara urutan variabel yang satu dengan urutan dari variabel lainnya. 2 Menentukan taraf nyata α dan nilai ρ s tabel Taraf nyata dan nilai ρ s tabel ditentukan sesuai dengan besarnya n n ≤ 30. Pengujiannya dapat berupa pengujian satu sisi dan dua sisi. 3 Menentukan kriteria pengujian : H diterima apabila r s ≤ ρ s α dan H ditolak apabila r s ρ s α 4. Menentukan nilai uji statistic yaitu merupakan nilai r s situ sendiri 5 Membuat kesimpulan yaitu menyimpulkan H diterima atau ditolak

2.3 Nelayan

Menurut UU Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan Anonymous, 2004. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan, untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Berdasarkan status penguasaan modal, nelayan dapat dibagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan adalah orang yang memiliki sarana penangkapan seperti kapalperahu, jaring dan alat tangkap, sedngkan nelayan buruh adalah orang yang menjual jasa tenaga kerja sebagai buruh dalam kegiatan penangkapan ikan di laut, atau sering disebut anak buah kapal ABK Satria, 2002. Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, maka nelayan juga dapat dibedakan menjadi : 1 Nelayan penuh ; adalah orang yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan di laut; 2 Nelayan sambilan utama adalah orang yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan ikan, nelayan kategori ini dapat mempunyai pekerjaan lain; dan 3 Nelayan sambilan tambahan adalah orang yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan Anonymous, 2002. Menurut Hermanto 1986, kelompok pelaku dalam usaha penangkapan ikan bila ditinjau dari bagian yang diterima oleh pelaku, diantaranya: juraganpemilik dan ABK. 1 Juraganpemilik adalah orang yang mempunyai perahu dan alat penangkapan ikan tetapi tidak ikut dalam operasi penangkapan ikan di laut. Juragan darat hanya menerima bagi hasil tangkapan yang diusahakan oleh orang lain. Pada umumnya juragan darat menanggung seluruh biaya operasi penangkapan. 2 ABK adalah orang yang tidak memiliki unit penangkapan dan hanya berfungsi sebagai buruh atau pandega, umumnya menerima bagi hasil tangkapan dan jarang diberi upah harian. Kedua kelompok diatas juga terdapat pada perikanan payang. Jumlah nelayan dalam pengoperasian unit penangkapan payang berkisar antara 10-20 orang. Biasanya nelayan payang telah membentuk satu kesatuan kerja yang tetap dan dipimpin oleh juru mudi yang sekaligus bertindak sebagai fishing master Monintja, 1991.

2.4 Bahan Bakar Minyak dan Dampak Kenaikan Harganya