Analisis Pendapatan ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA BUDIDAYA ANGGREK

Komponen penerimaan dibedakan atas penerimaan tunai dan penerimaan non tunai. Penerimaan tunai sangat ditentukan dari banyaknya jumlah pot anggrek berbunga yang terjual dan harga jual anggrek, sedangkan penerimaan selain dari usaha anggrek berbunga tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Jumlah pot anggrek yang dihitung dalam penelitian ini adalah pot anggrek yang sudah berbunga yang dijual oleh petani ke pedagang atau yang dijual langsung ke konsumen. Harga yang digunakan pada penerimaan tunai berdasarkan harga jual Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan pada penelitiaan ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai mengukur pendapatan petani tanpa memasukan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya. Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan usahatani dengan total pengeluaran usahatani.

6.2. Analisis Pendapatan

Selain itu, perbedaan struktur biaya yang dihasilkan masing-masing usaha pada setiap jenis anggrek disebabkan perbedaan biaya perolehan bibit yang besar. Jika diasumsikan biaya perolehan bibit yang dihasilkan adalah sama disetiap perusahaan maka akan menghasilkan struktur biaya yang kostan atau tidak berbeda jauh. Artinya peningkatan skala usaha luas lahan tidak berpengaruh terhadap struktur biaya produksi per pot yang dihasilkan. Hal ini disebabkan dalam usaha budidaya anggrek banyak terdapat biaya-biaya yang bersifat tetap untuk setiap potnya seperti biaya bibit dan biaya pot. Walaupun biaya bibit dan biaya pot berubah seiring berubahnya jumlah produksi namun perubahan tersebut sebanding dengan biaya per unitnya sehingga biaya per pot menjadi konstan. Dari keempat jenis anggrek menunjukan bahwa struktur biaya per pot untuk tanaman anggrek Dendrobium lebih rendah dibandingkan anggrek yang lainnya baik di usaha I, II maupun III. Hal ini berarti jika perusahaan ingin mengembangkan usaha anggrek dengan meningkatkan produksi sejumlah pot tertentu maka biaya untuk memproduksi anggrek Dendrobium yang lebih murah atau jika perusahaan memiliki modal tertentu dalam mengembangkan usahanya maka akan memeperoleh jumlah pot anggrek Dendrobium yang diproduksi lebih banyak dibanding memproduksi anggrek yang lainnya. 72 Jenis anggrek Usaha I lahan kecil Usaha II lahan menengah Usaha III lahan besar Jumlah pot Harga Rp Jumlah pot Harga Rp Jumlah pot Harga Rp Dendrobium 200 20.000 1.500 20.000 300 20.000 Phalaenopsis 20 60.000 4.000 35.000 50 40.000 Vanda 10 100.000 10 75.000 100 75.000 Catleya 100 85.000 10 100.000 100 80.000 Jumlah pot berbunga yang dijual selama satu tahun yang dikalikan rata- rata harga jual merupakan komponen penerimaan tunai sedangkan penerimaan non tunai ditentukan dari jumlah pot anggrek yang tidak terjual dengan memperhitungkan tingkat kematiaan dari budidaya anggrek. Tingkat kematian pada masing-masing usaha berbeda-beda yaitu 50 persen untuk usaha I, 15 persen Berdasarkan data tersebut volume penjualan anggrek Dendrobium dan Phalaenopsis yang tertinggi berada pada usaha II. Hal tersebut disebabkan lokasi kavling di TAR usaha II lebih strategis yaitu di depan kedua pintu masuk TAR. Selain itu, kavling di TAR hanya dijadikan tempat pemasaran dan penjualan anggrek. Tanaman anggrek yang didisplay hanya tanaman anggrek yang sudah berbunga saja sehingga konsumen lebih tertarik untuk melihat tanaman anggrek yang berbunga. Kondisi tersebut berbeda dengan kavling usaha I dan II. Selain digunakan sebagai tempat pemasaran, sebagian besar kavling usaha I dan II di TAR juga digunakan sebagai tempat budidaya anggrek sehingga konsumen melihat banyak tanaman anggrek yang belum berbunga dan sedikit sekali tanaman anggrek yang berbunga. Ketersediaan dan keberagaman jenis anggrek yang berbunga akan mempengaruhi preferensi konsumen untuk membeli anggrek. Tabel 16 . Rata-Rata Penjualan Anggrek per Bulan di Tiga Skala Usaha Tahun 2010 rata-rata dari setiap jenis anggrek. Harga jual rata-rata dari masing-masing skala usaha berbeda-beda tergantung dari bentuk, warna dan ukuran anggrek. Jumlah anggrek yang terjual pada suatu usaha sangat dipengaruhi oleh beragamnya pilihan anggrek, ketersediaan anggrek yang berbunga, bentuk dan jenis anggrek. Untuk lebih jelas mengenai jumlah anggrek yang terjual dan harga rata-rata anggrek dapat dilihat pada Tabel 16. 73 Berdasarkan uraian diatas kondisi usaha I dan III berada pada keadaan perusahaan yang akan menutup usahanya karena penjualan tunai yang diperoleh lebih kecil dari biaya variabel tunai yang dikeluarkan. Walaupun usaha anggrek Untuk mengetahui efisiensi dari pendapatan suatu usahatani dapat dilihat dari perbandingan RC ratio. Analisis RC ratio penerimaan tunai atas biaya tunai dilakukan untuk mengetahui efisiensi usaha berdasarkan uang tunai yang diperoleh dan dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis RC ratio penerimaan tunai terhadap biaya tunai di masing-masing usaha diperoleh sebesar 0,77 untuk usaha I, 2,14 untuk usaha II dan 0,09 untuk usaha III. Nilai tersebut berarti setiap tambahan Rp 100 biaya yang dikeluarkan untuk usaha I memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 77, usaha II memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 214 dan usaha III memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 9. Pendapatan tunai atas biaya tunai yang diperoleh usaha I dan usaha III bernilai negatif sebesar Rp 56.028.000tahun dan Rp 2.555.020.196tahun sedangkan usaha II memperoleh nilai yang positif yaitu sebesar Rp 1.096.823.000tahun. Pendapatan total atas biaya total memiliki hasil yang lebih tinggi, tetapi untuk usaha I dan III pendapatan yang diperoleh masih bernilai negatif yaitu sebesar Rp 11.318.000 dan Rp 1.107.333.529 sedangkan untuk usaha II pendapatan yang diperoleh bernilai positif yaitu sebesarRp 1.212.861.333. Pendapatan yang bernilai negatif menunjukan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian pada tahun 2010 sedangkan hasil yang positif menunjukan hal yang sebaliknya. Komponen biaya dibedakan menjadi biaya tunai dan non tunai. Komponen yang termasuk biaya tunai adalah biaya tetap seperti biaya sewa lahan, pajak lahan, listrik, telepon, tenaga kerja dan biaya variabel seperti biaya bibit seedling, pupuk, obat-obatan, media tanam dan pot, sedangkan biaya non tunai adalah biaya penyusutan dan sewa lahan yang diperhitungkan. Semua biaya tersebut dihitung dalam jangka waktu satu tahun. untuk usaha II dan 20 untuk usaha III. Hal tersebut disebabkan hama penyakit dan faktor cuaca. Harga yang digunakan pada penerimaan non tunai merupakan harga pembelian bibit seedling di masing-masing skala usaha karena pot anggrek yang tidak terjual tersebut akan menjadi input pada produksi berikutnya. 74 Berdasarkan uraian diatas kondisi usaha I berada pada keadaan perusahaan yang mengalami kerugian tetapi masih dapat beroperasi karena peneriamaan total yang diperoleh lebih besar dari biaya variabel yang dikeluarkan tetapi masih lebih kecil dari biaya total sehingga usaha skala I masih dapat menutupi sebagian biaya tetapnya. Untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan, usaha I melakukan usaha rental tanaman hias. Kondisi usaha II berada pada keadaan memperoleh laba karena penerimaan tunai yang diperoleh lebih besar dari biaya tunai yang dikeluarkan. Kondisi usaha III berada pada keadaan perusahaan yang akan menutup usahanya karena penjualan total yang diperoleh lebih kecil dari biaya variabel tunai yang dikeluarkan. Walaupun usaha anggrek tersebut memproduksi tetapi tidak mampu menutupi biaya tetap yang dikeluarkan. Tetapi hal ini tidaklah berarti usaha anggrek usaha III harus membubarkan usahanya karena dengan keahlian memproduksi bibit melalui kultur jaringan, penerimaan tambahan dapat diperoleh dari penjualan bibit anggrek baik berupa botolan, seedling ataupun anggrek remaja tergantung dari permintaan konsumen. Selain itu, usaha III juga melakukan usaha rental tanaman hias untuk perkantoran. Untuk lebih jelas mengenai analisis pendapatan budidaya anggrek di tiga skala usaha dapat dilihat pada Tabel 17. Analisis RC ratio penerimaan total atas biaya total dilakukan untuk mengetahui efisiensi usaha secara keseluruhan dengan mempertimbangkan komponen penerimaan dan biaya non tunai. Berdasarkan hasil analisis RC ratio penerimaan total terhadap biaya total di masing-masing skala diperoleh sebesar 0,96 untuk usaha I, 1,86 untuk usaha II dan 0,63 untuk usaha III. Nilai tersebut berarti setiap tambahan Rp 100 biaya yang dikeluarkan untuk skala I memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 96, usaha II memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 186 dan usaha III memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 63. tersebut memproduksi tetapi tidak mampu menutupi biaya tetap yang dikeluarkan.Tetapi hal ini tidaklah berarti usaha anggrek usaha I dan III harus membubarkan usahanya karena dalam analisis ini tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya karena tidak memperhitungkan penerimaan dari anggrek yang tidak terjual. Kondisi usaha II berada pada keadaan memperoleh laba karena penerimaan tunai yang diperoleh lebih besar dari biaya tunai yang dikeluarkan. 75 Uraian Usaha I lahan kecil Usaha II lahan menengah Usaha III lahan besar Penerimaan Penerimaan tunai 192.600.000 2.061.000.000 261.000.000 Penerimaan non tunai 56.400.000 196.745.000 1.623.000.000 Total Penerimaan 249.000.000 2.257.745.000 1.884.000.000 Pengeluaran Pengeluaran tunai Biaya tetap 47.220.000 142.000.000 187.689.996 Biaya Variabel 45.408.000 142.927.000 502.080.200 Bibit anggrek dendrobium 91.000.000 110.000.000 803.250.000 Bibit anggrek bulan 30.000.000 540.000.000 850.500.000 Bibit anggrek catleya 15.000.000 3.000.000 135.000.000 Bibit anggrek vanda 20.000.000 2.250.000 337.500.000 Bagi hasil pemeliharaan 24.000.000 Total pengeluaran Tunai 248.628.000 964.177.000 2.816.020.196 Pengeluaran non tunai Penyusutan 11.690.000 51.706.667 103.313.333 Lahan 29.000.000 72.000.000 Total biaya tidak tunai 80.706.667 175.313.333 Total Biaya 260.318.000 1.044.883.667 2.991.333.529 Pendapatan tunai atas biaya tunai 56.028.000 1.096.823.000 2.555.020.196 Pendapatan total atas biaya total 11.318.000 1.212.861.333 1.107.333.529 RC atas biaya tunai 0.77 2.14 0.09 RC atas biaya total 0.96 1.86 0.63 Break even point atau titik impas merupakan suatu kondisi dimana jumlah penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan laba sama dengan nol. Analisis titik impas merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mengetahui berapa volume produksi atau penjualan minimum agar usaha tidak memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian. Hasil utama ke tiga usaha ini adalah tanaman anggrek berbunga maka penerimaan lainnya tidak diperhitungkan.

6.3. Analisis Break Even Point BEP Tabel 17.