3. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk. Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi suatu produk,
membuat atau melayani sesuatu; 4. Efektivitas penggunaan sumber organisasi;
5. Cara melakukan pekerjaan, digunakan standar kinerja jika kontak personal, sikap personal atau perilaku karyawan merupakan faktor penentu
keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan; 6. Efek atas suatu upaya;
7. Metode melaksanakan tugas; 8. Standar sejarah;
9. Standar nol atau absolut yang menyatakan sesuatu tidak akan terjadi. Dalam melakukan evaluasi kinerja, penilai wajib untuk terlebih dahulu
menentukan dimensi kinerja. Tujuan dari penentuan dimensi kinerja adalah untuk mengetahui menentukan apa saja yang akan dievaluasi dan mengetahui
batasan – batasannya. Pengembangan dimensi kinerja sama dengan pengembangan indikator kinerja, yaitu melalui serangkaian analisis
pekerjaan. Dimensi kinerja adalah kualitas – kualitas atau wajah suatu pekerjaan atau aktivitas – aktivitas yang terjadi di tempat kerja yang
konduktif terhadap pengukuran. Dimensi pekerjaan menyediakan alat untuk melukiskan keseluruhan cakupan aktivitas di tempat kerja. Sementara itu,
tanggung jawab dan kewajiban menyediakan suatu deskripsi personalisasi suatu pekerjaan, dimensi kinerja memungkinkan proses deskriptif untuk
mengambil rute situasional dan personalisasi.
2.5. Indikator Kinerja Utama
Pengertian Indikator Kinerja Utama IKU menurut Moeheriono
Dalam merumuskan IKU, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi sehingga tercipta sebuah indikator kinerja yang baik dan ideal. Kriteria
tersebut antara lain adalah: 1. Specific, yaitu IKU harus mampu menyatakan sesuatu yang khas sehingga
mudah untuk diinterpretasikan; 2. Measurable, yaitu IKU yang dirancang harus dapat diukur dengan jelas
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu juga harus memiliki satuan ukur dan jelas cara pengukurannya;
3. Achievable, yaitu IKU yang dipilih harus dapat dicapai oleh penanggung jawab dan bermanfaat;
4. Relevant, yaitu IKU harus sesuai dengan visi dan misi serta tujuan organisasi;
5. Time Bounded, yaitu IKU yang dipilih harus memliki batas waktu pencapaiannya;
6. Continously, yaitu IKU yang dibangun harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan strategi organisasi dan lingkup program
yang dibuat. Setelah merumuskan IKU, organisasi perlu untuk membentuk tim
yang bertanggung jawab untuk mengelola IKU dan juga menetapkan target. Besarnya target adalah hasil kesepakatan dalam organisasi. Penentuan
besarnya target dapat didasarkan pada pencapaian tahun lalu, keinginan stakeholder atau melihat kepada kondisi internal dan eksternal organisasi.
2.6. Matriks Eisenhower
Konsep matriks Eisenhower diciptakan oleh Presiden Amerika Dwight D. Eisenhower. Menurut Krogerus dan Tschappeler 2008, matriks
1. Memberikan panduan yang jelas dalam pembuatan prioritas; 2. Memudahkan orang lain untuk memahami prioritas yang telah dibuat;
3. Mengelompokan tugas-tugas sesuai dengan kategorinya sehingga lebih mudah dalam penyelesaiannya.
Matriks Eisenhower terdiri dari empat kategori yaitu: 1.
Urgent and Important sehingga pilihan atau kebijakan harus dilakukan secepatnya;
2. Urgent but Not Important adalah kategori yang memungkinkan
pengambilan pilihan atau kebijakan didelegasikan kepada pihak lain. Pertimbangan didelegasikannya suatu kebijakan dapat berdasarkan adanya
batasan wewenang dan biaya; 3.
Important but Not Urgent adalah kategori dimana pilihan atau kebijakan perlu untuk direncanakan kapan waktu pelaksanaanya;
4. Not Important, Not Urgent adalah kategori dimana pilihan atau kebijakan diambil setelah prioritas ketiga selesai dilaksanakan.
2.7. Hasil Penelitian yang Relevan