Aspek Gaya Kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan

e. Mempunyai keterampilan manajemen untuk menghadapi persoalan masyarakat yang semakin maju. Sementara itu, Ki Hajar Dewantoro, Merumuskan tiga tingkah laku kepemimpinan yaitu : 1 Ing Ngarso Sung Tulodo, yang berarti kalau pemimpin itu berada didepan, ia memberikan teladan. 2 Ing Madyo Mangun Karso, yang berarti bila pemimpin berada ditengah, ia membangkitkan tekat dan semangat. 3 Tut Wuri Handayani, yang berarti bila pemimpin itu berada dibelakang, ia berperan kekuatan pendorong dan pengerak. Selain itu, sikap pemimpin akan tampak dari cara melakukan pekerjaan seperti memerintah, memberi tugas, berkomunikasi, menegakkan disiplin, melakukan kontrol, meminta laporan, menegur bawahan, meminta pertanggungjawaban, dan lain-lain.

B. Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan ialah memilih alternatif dari dua atau beberapa alternatif yang ada untuk menentukan arah tujuan yang ingin dicapai. 32 Alternatif- alternatif tersebut dapat berupa suatu kondisi fisik, atau usaha-usaha yang kreatif, 32 George R. Terry, prinsip-prinsip manajemen , jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, h. 34 atau tempat menghimpun pemikiran, perasaan dan pengetahuan untuk melaksanakan suatu tindakan. Didalam proses pengambilan keputusan, seorang manajer berurusan dengan nilai-nilai masa yang akan datang yang hingga suatu tingkat tertentu tidak diketahui. Pemilihan alternatif selalu didasarkan pada beberapa kriteria seperti misalnya bertujuan untuk menekan biaya, untuk menghemat waktu atau untuk mengembangkan para manajer. Kriteria yang digunakan itu berpengaruh kepada pilihan alternatifnya. Untuk mengambil suatu keputusan selalu harus ada dua atau beberapa alternatif. Namun demikian, didalam kenyataannya hanya ada dua alternatif yakni misalnya maksimumnya apa dan atau minimumnya apa. Setiap alternatif sudah diramalkan kemungkinan akan berhasil yang kemudian dievaluasi menurut keinginan manajemen yang condong dipilih ia alternatif yang paling mendukung sasaran yang ingin dicapai. Cara mengadakan evaluasi seperti itu sesungguhnya barbahaya, karena dipengaruhi oleh penilaian perorangan saja dan kemungkinan besar menimbulkan pertentangan diantara nilai-nilai yang ada. Didalam setiap alternatif juga terdapat elemen-elemen yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Aspek- aspek yang berlawanan itu harus “didamaikan”, supaya memudahkan dalam pengambilan keputusan, sebab arti kata dicision making ialah “memotong” atau “mencapai suatu kesimpulan” Didalam pemilihan alternatif tersebut juga dipertimbangkan dua faktor pendukung utama, yakni yang berwujud tangibel dan yang tidak berwujud intangible . Faktor yang berwujud mencakup unsur-unsur laba, uang, jam kerja, jam mesin, dan data kuantitatif lainnya. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan. Untuk mendapatkan laba secara maksimum misalnya, ditentukan oleh perbandingan berbagai faktor fisik. Didalam perencanaan produksi, pemanfaatan tenaga kerja dan beban mesin merupakan faktor pembatas fisik untuk mengukur jadwal program- program produksi. Jika faktor yang berwujud menempati kedudukan yang utama dan dapat diukur sedangkan faktor yang tidak berwujud menempati urutan kedua, maka pilihan alternatif tidaklah terlalu sulit. Walaupun demikian, perlu diingat bahwa faktor-faktor fisik umumnya didasarkan pada pemikiran dan forecast yang jarang tepat dan kurang akurat. Tetap masih ada kesalahan dan ketidak pastian. Faktor-faktor yang tidak berwujud umumnya sulit dievaluasi. Sekurang- kurangnya perlu diketahui dahulu, kemudian ditempatkan dalam urutan urgensi dan selanjutnya disesuaikan dengan tujuan akhir yang ingin dicapai. Artinya, tetap ada usaha untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang tidak berwujud. Agak sulit dinilai dan sering keliru. Seorang menajer dapat mengetahui bahwa produk penemuan barunya pada suatu hari akan menjadi usang, tetapi ia tidak dapat mengetahui “timing” tersebut. Didalam mengadakan evaluasi, sebaiknya berkonsentrasi pada faktor-faktor yang benar-benar penting atau pada faktor-faktor pembatas, yang berwujud atau tidak berwujud dan bersifat kritis terhadap pencapaian tujuan. melalui pendekatan tersebut, maka proses evaluasi dapat dilakukan dengan terarah. Walaupun demikian, tidaklah