Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 7

I. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian Pembangunan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat untuk memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraannya. Pengertian ini, sejahtera bukanlah sekedar tercukupinya kebutuhan dasar basic needs untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi juga mencakup kemandirian untuk melepaskan diri dari ketergantungan dan kemiskinan lahir dan batin Kusnandar et al, 2010. Pembangunan dapat dilakukan secara nasional ataupun dimulai dari masyarakat, karena dari masyarakat penilaian pembangunan akan dimulai. Istilah pembangunan masyarakat telah masuk kedalam pemakaian kata- kata internasional yang mengandung arti proses- proses dimana usaha- usaha dari orang- orang itu sendiri disatukan dengan usaha- usaha pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi, sosial dan kultural masyarakat, menyatukan masyarakat- masyarakat itu menyumbangkan secara penuh bagi kemajuan nasional Slamet, 1994. Pembangunan salah satunya bisa dilakukan melalui sektor pertanian, hal ini didukung dengan sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Menurut Masyuhri yang dikutip Usman 2001 menyatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting baik dalam jangka panjang pembangunan ekonomi maupun jangka pendek dan selebihnya untuk pemulihan ekonomi jangka pendek. Oleh sebab itu, sekarang merupakan momen yang tepat untuk menggali pemikiran-pemikiran mengenai reorientasi kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian tersebut diarahkan agar pertanian menjadi sektor yang tangguh, dalam jangka pendek mampu mengkadapi krisis ekonomi, dan dalam jangka panjang mampu menghadapi globalisasi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan, dalam sistem ekonomi yang demokrasi dan dalam pemerintahan yang terdesentralisasi. 7 commit to user 8 2. Koperasi a. Pengertian dan jenis koperasi Koperasi bermakna sebagai suatu perkumpulan kerjasama yang beranggotakan orang-orang maupun badan-badan dimana ia memberikan kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai anggotanya. Dalam perkumpulan tersebut, kesejahteraan para anggota harus benar- benar diperjuangkan Anoraga dan Sudantoko, 2002. Koperasi adalah Suatu kerjasama antara orang- orang yang tidak bermodal untuk mencapai suatu tujuan kemakmuran secara bersama, bukan untuk mencari keuntungan Sulistyo et al, 2005. Menurut Anoraga dan Sudantoko 2002 Bentuk koperasi di Indonesia terdiri dari 2 bentuk, yaitu koperasi primer dan sekunder. Penjelasan masing-masing bentuk koperasi sebagai berikut: 1 Koperasi Primer adalah koperasi yang anggotanya adalah orang- orang yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan ia melaksanakan kegiatan usahanya dengan langsung melayani para anggotanya. Contoh : Koperasi Unit Desa KUD. 2 Koperasi Sekunder adalah semua koperasi yang didirikan dan beranggotakan Koperasi Primer danatau Koperasi Sekunder. Sedangkan tingkatan dalam Koperasi Sekunder ialah koperasi pusat, koperasi gabungan, dan koperasi induk. Koperasi Pusat, bertujuan untuk menghimpun kekuatan dari koperasi maka sekurang-kurangya 5 Koperasi Primer dapat pula menggabungkan diri dalam suatu tingkatan organisasi yang lebih tinggi, yaitu Koperasi Pusat. Koperasi Gabungan, dengan maksud yang sama seperti diatas, maka 3 Koperasi Pusat yang telah diakui sebagai badan hukum juga dapat membentuk tingkat organisasi lebih atas lagi, yang disebut Koperasi Gabungan. Koperasi Induk, tiga Koperasi Gabungan yang telah berbadan hukum dapat pula membentuk Koperasi Induk. commit to user 9 Jenis Koperasi dalam pasal 16 UU No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa : 1 jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan, dan 2 kepentingan ekonomi anggotanya. Dalam penjelasan pasal 16 UU No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Berdasarkan kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan ekonomi anggotanya, dapat ditetapkan fungsi-fungsi koperasi secara tepat sesuai dengan keinginan anggota. Uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jenis koperasi menurut fungsinya kegiatannya sebagai berikut : a koperasi pembelian pengadaan konsumsi adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumen akhir, b koperasi pejualan pemasaraan adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan konsumen, c koperasi produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi, d koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh anggota. Apabila koperasi menyelenggarakan satu fungsi disebut koperasi tunggal usaha single purpose cooperative, sedangkan koperasi yang menyelenggarakan lebih dari satu fungsi disebut koperasi serba usaha multy purpose cooperative. Jenis koperasi yang kedua menurut status keanggotaan terdiri atas, a koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya para produsen barangjasa dan memilikirumah tangga usaha, b koperasi konsumen. adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barangjasa yang ditawarkan para pemasok di pasar. Kedudukan anggota di dalam koperasi dapat berada dalam salah satu status atau keduanya. Dengan demikian pengelompokkan koperasi commit to user 10 menurut status anggotanya berkaitan erat dengan pengelompokan koperasi menurut fungsinya Hendar dan Kusnadi, 1999. Pasal 32 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian menyebutkan bahwa: i. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. ii. Dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada rapat anggota untuk mendapat persetujuan. iii. Pengelola bertanggung jawab kepada pengurus Iv. Pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku. Ketentuan pasal 32 tersebut mengandung arti bahwa pengurus dapat mengangkat atau tidak mengangkat pengelola, tergantung pada kemampuan pengurus dan usaha yang dijalankan. Dengan demikian, unsur yang ada dalam manajemen koperasi adalah rapat anggota, pengurus, pengelola usaha, dan pengawas. Hal ini berbeda dengan organisasi selain koperasi seperti perseroan terbatas yang mana manajemen dilakukan oleh direksi dan dewan komisaris. Pengurus dan pengelola seolah-olah dua lembaga yang berdiri sendiri, padahal tidak demikian karena pengelola diangkat oleh pengurus, sehingga kedudukannya hanya sebagai pegawai yang diberi kuasa dan wewenang oleh pengurus untuk mengelola usaha koperasi. b. KUD dan permasalahan- permasalahannya Koperasi Unit Desa merupakan badan usaha yang vital bagi masyarakat pedesaan yang dapat menggairahkan dan meningkatkan kerja penduduk pedesaan sehingga produk yang dihasilkannya kuantitas dan kualitas juga akan meningkat, pendapatan per kapita pedesaan makin tinggi dan kesemuanya ini berarti peningkatan kesejahteraan hidupnya Kartasapoetra, 1989. commit to user 11 Menurut Edilius dan Sudarsono 1996 Koperasi Unit Desa adalah koperasi aneka usaha, baik dari segi fungsi ekonomi yang dilakukan maupun dari komoditi yang diperdagangkan. Oleh sebab itu KUD adalah aneka usaha dalam pengertian aneka fungsi dan aneka komoditi atau dapat disebut sebagai koperasi serba usaha all purpose cooperative. Koperasi Unit Desa merupakan penyatuan dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya di pedesaan. Disamping itu, dalam periode ini, pengembangan koperasi juga diintegrasikan dengan pembangunan dibidang lainnya Baswir, 1993. Menurut Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang Koperasi, hambatan dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang tersebut antara lain : i. Rendahnya kualitas SDM yang berdampak pada kurangnya jiwa kewirausahaan, lemahnya daya inovasi, kreativitas, disiplin, etos kerja dan profesionalisme terutama dalam mengembangkan UKM dan Koperasi. Kesemuanya itu berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas usaha. Lebih jauh hal tersebut akan membatasi daya saing dan kemampuan dalam menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha. ii. Rendahnya kinerja UKM dan Koperasi juga dipengaruhi oleh ketersediaan pendukung faktor produksi dan tersedianya pra-sarana penunjang sector transportasi, informasi, telekomunikasi, listrik, pelayanan jasa pembiayaan yang belum proporsional dan masih bias. iii. Terbatasnya akses terhadap bahan baku, permodalan, teknologi, informasi pasar, produk dan lokasi usaha serta jaringan kerjasama dan kemitraan. iv. Kurangnya antisipasi anggota dalam kegiatan usaha koperasi commit to user 12 v. Tingkat kepedulian pembina dan instansi terkait terhadap pemberdayaan UKM dan Koperasi di masing-masing unit kerja belum optimal. 3. Organisasi Organisasi dicirikan oleh perilakunya yang terarah pada tujuan. Tujuan dan sasaran organisasi dapat di capai lebih efisien dan efektif melalui tindakan-tindakan individu dan kelompok yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama, serta variabel efektivitas ialah produksi, efisiensi, kepuasan, adaptasi, perkembangan Gibson, et al, 1992. Organisasi dapat dirumuskan sebagai kolektivitas orang- orang yang bekerjasama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Kolektivitas tersebut berstruktur, berbatas, dan beridentitas yang dapat dibedakan dengan kolektivitas- kolektivitas lainnya Thoha, 2009. Menurut Barnard 1978 dalam bukunya “The Functions of the Executive ” mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih. Pernyataan ini membuktikan bahwa dalam organisasi perlu adanya pengatur organisasi atau sering disebut pengorganisasian. Sehingga tujuan organisasi akan cepat dan tepat tercapai oleh seluruh angotanya. Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam- macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang- orang pada aktivitas ini, menyediakan alat- alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatiif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut Hasibuan, 1996. Menurut Terry 1978Organizing is the establishing of effective behavioral relationship among persons so that they may work together efficiently and gain personal satisfaction in doing selected task under given environmental conditions for the purpose of achieving some goal or objective. commit to user 13 Menurut Hasibuan 1996 tanda-tanda ciri-ciri organisasi yang baik dan efektif, antara lain: a. Tujuan organisasi itu jelas dan realistis. b. Pembagian kerja dan hubungan pekerjaan antara unit-unit, subsistem- subsistem atau bagian-bagian harus baik dan jelas. c. Organisasi itu harus menjadi alat dan wadah yang efektif dalam mencapai tujuan. d. Tipe organisasi dan strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan. e. Unit-unit kerjadepartemen-bagian nya ditetapkan berdasarkan atas eratnya hubungan pekerjaan. f. Job description setiap jabatan haarus jelas dan tidak ada tumpang tindih pekerjaan. g. Rentang kendali setiap bagian harus berdasarkan volume pekerjaan dan tidak boleh terlalu banyak. h. Sumber perintah dan tanggung jawab harus jelas, melalui jarak yang terpendek. i. Jenis wewenang authority yang dimilki setiap pejabat harus jelas. j. Mismanajemen penempatan karyawan tidak ada. k. Hubungan antara bagian dengan bagian lainnya jelas dan serasi. l. Pendelegasian wewenang harus berdasarkan job description karyawan. m. Deferensiasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi harus baik. n. Organisasi harus luwes dan fleksibel. o. Organisasi harus mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Organisasi dengan lembaga memiliki perbedaan yang jelas, menurut Mardikanto 2009 kelembagaan dapat diartikan dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, kelembagaan sering diartikan sebatas entitas kelompok, organisasi yaitu himpunan individu yang sepakat untuk menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Tetapi dalam arti luas, kelembagaan mencakup: nilai-nilai, aturan,budaya,dll. commit to user 14 4. Efektivitas koperasi a. Koperasi sebagai organisasi Menurut Hanel yang dikutip Baswir 1993 organisasi koperasi diartikan sebagai suatu sistem sosial ekonomi atau sosial teknik, yang terbuka dan berorientasi pada tujuan. Organisasi koperasi dapat ditinjau dari beberapa kriteria yaitu : i. Substansi suatu sistem sosial ii. Hubungan terhadap lingkungan suatu sistem terbuka iii. Cara kerja suatu sisem yang berorientasi pada tujuan iv. Pemanfaatan sumber daya suatu sistem ekonomi Koperasi merupakan organisasi swadaya atau organisasi atas bantuan eksternal, atau campuran dari keduanya, tergantung pada apa mereka menggunakan sumber-sumber daya persatuannya sendiri yang lebih utama priminarily atau perolehan dana eksternal yang didapat melalui saluran non-pasar. Sangat sering, ketersediaan dana-dana eksternal itu justru mengubah jenis organisasi swadaya tersebut Ropke, 2000. b. Efektivitas Koperasi i. Tingkat Produktivitas Faktor-faktor lain yang sebagian besar dapat dikendalikan oleh manajemen dan dapat mempengaruhi produktivitas dalam organisasi adalah tugas. Pelaksanaan tugas yang relevan dengan karakteristik kerja bisa mencakup tugas-tugas yang bervariasi dilihat dari segi kepentingannya, arti, identitas, otonomi, umpan balik pelaksanaan tugas itu sendiri. Begitupun pelaksaan tugas yang berkaitan dengan profesi keteknikan, sangat relevan dengan karakteristik kerja, terutama yang menyangkut masalah keterbatasan waktu, tatanan kerja, intensitas perubahan dalam penguasaan teknik Moelyono, 2004. commit to user 15 Kast dan Rosenzweigh 1991, berpendapat produktivitas ialah suatu ukuran efisiensi dari proses transformasi organisasi yang mengubah masukan input menjadi keluaran output. Peningkata produktivitas dihasilkan oleh 3 sumber primer: teknogi, keahlian manajerial, dan usaha manusia. ii. Tingkat Kepuasan kerja anggota Kepuasan kerja Job Satisfaction adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya Handoko, 2001. Kepuasan kerja Job Satisfaction mengacu pada sikap individu secara umum terhadap pekerjaanya. Seorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya. Seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya tersebut. Fakta menunjukkan bahwa faktor penting yang lebih banyak mendatangkan kepuasan kerja adalah pekerjaan yang secara mentalitas memberi tantangan, penghargaan yang layak, kondisi kerja yang menunjang, dan rekan kerja yang mendukung Robbins, 2002. iii. Tingkat Partisipasi Anggota Menurut Sastropoetra 1986 dikemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya gotong-royong merupakan modal utama dalam potensi yang esensial dalam pelaksanaan pembangunan desa yang selanjutnya telah tumbuh dan berkembang menjadi dasar bagi kelangsungan pembangunan nasional. Setiap organisasi apakah organisasi formal, informal, organisasi sukarela maupun bukan sukarela memandang penting peranan anggotanya. Partisipasi anggota mempunyai peranan penting commit to user 16 bagi pengembangan organisasiasosiasi. Setiap organisasiasosiasi mempunyai titik berat tujuan sendiri-sendiri. Dengan aktifnya anggota dalam asosiasi maka akan terjadi pertukaran pendapat, komunikasi yang lebih erat, dan ”konflik” argumentasi yang lebih menonjol yang pada gilirannya akan membawa pengembangan organisasi itu sendiri Slamet, 1994. Menurut Gibson, et al 1994, efektivitas organisasi adalah lebih banyak dari jumlah efektivitas individu dan kelompok, lewat pengaruh sinergistis kerjasama, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatnya daripada jumlah hasil karya tiap- tiap bagiannya. Menurut Robbins 1990 tidak ada kesepakatan secara umum mengenai arti dari keefektifan organisasi. Pendekatan nilai-nilai bersaing, pendekatan nilai-nilai bersaing menawarkan kerangka kerja yang integratif dengan mengidentifikasi variabel utama yang terdapat dalam bidang keefektivan dan lalu menentukan bagaimana variabel-variabel tersebut saling berhubungan. Dasar dari pendekatan nilai-nilai bersaing competing-values approach adalah bahwa kriteria keefektivan organisasi bergantung pada siapa yang menilai dan mewakili siapa. Sementara menurut Sterss 1985 efektivitas dipandang sebagai kemampuan mengorganisasi dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai dan memelihara suatu tingkat operasi yang efektif. Kata kunci pengertian ini adalah efektif, karena pada akhirnya keberhasilan kepemimpinan dan organisasi atau kelompok diukur dengan konsep efektivitas ini. commit to user 17 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Organisasi. a. Kualitas Kepemimpinan Pemimpin yang efektif harus berurusan dengan tujuan individu, kelompok, dan organisasi. Keefektifan pemimpin khususnya dipandang dengan ukuran tingkat pencapaian satu atau kombinasi tujuan tersebut. Individu mungkin memandang seorang pemimpin sebagai efektif atau tidak efektif dari sudut kepuasan yang mereka peroleh selama pengalaman kerja secara menyeluruh. Penerimaan atau permintaan seorang pemimpin sebagian besar terletak pada pengikut dimana tanggapan yang menyenangkan akan menimbulkan hasil yang menarik Gibson et al, 1996. Kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otorita dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama Thoha, 1993. Kepemimpinan sangat diperlukan dalam membina anggota organisasi ataupun kelompok, hal ini diperkuat dengan pendapatnya Yulk mengenai kepemimpinan. “Leadership is defined broadly as influence processes affecting the interpretation of event for followers, the choice of objectives for the group or organization, the organization of work activities to accomplish the objectives, the motivation of followers to achieve the objective, the maintenance of cooperative relationships and teamwork, and the enlistment of support and cooperation from people outside the group or organization” Yulk, 1994. Pergiliran kepemimpinan berarti adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya. Dengan demikian tiap anggota yang diberi kekuasaan akan dapat mengetahui kemampuan mereka masing-masing dan dapat menanamkan rasa tanggung jawab besar terhadap kelompoknya secara keseluruhan Santoso, 1999. commit to user 18 Mengenai kepemimpinan, Smith 1991 menyatakan “The core of leadership is influencing other people. A leader is someone who influences other people to do things they otherwise would not. In other words, a leader is someone who influences the direction of other people’s behavior. This definition presents quite a lot of problems since in any social interaction, influence is mutual.” Inti dari kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi orang lain untuk melakukan berbagai hal. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi arah dari perilaku orang lain. Definisi ini menyajikan cukup banyak masalah karena dalam setiap interaksi sosial saling mempengaruhi Smith, 1991. Kepemimpinan juga tidak lepas dari sifat kepemimpinan itu sendiri. Menurut Sulistyo, et al 2005, secara umum pemimpin perlu memiliki sifat- sifat yang dapat mendukung keberhasilan memimpin dalam mengantisipasi macam- macam kondisi yaitu: 1. Sosial sensivity, artinya dengan tepat dapat merasakan dan mengerti tingkah laku anggota kelompok dan peka terhadap kebutuhannya. 2. Behaviour flexibility, artinya dapat menyesuaikan tingkah lakunya untuk mengadakan perubahan sesuai dengan kebutuhan dan situasi kelompoknya. Menurut Thoha 1983 mengungkapkan teori Path- goal teori jalan kecil-tujuan versi house, memasukkan empat tipe atau gaya utama kepemimpinan sebagai berikut: 1. Kepemimpinan direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis adanya pola perilaku yang agresif ataupun apatis dianggap sebagai reaksi- reaksi atas frustasi yang disebabkan kepemimpinan yang otokratis dari lippit dan White. Bawahan tahu senyatanya apa yang diharapkan commit to user 19 darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan. 2. Kepemimpinan yang mendukung Suppotive Leadership. Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya. 3. Kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya. 4. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berprestasi. Demikian pula pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugs pekerjaan mencapai tujuan secara baik. b. Tingkat Kohesivitas kesatuanketertarikan kelompok Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai tertentu. Manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan lain-lain Maas, 2004. “Highly cohesive groups are those where group members are attracted towards each other, where they accept group norms and help the group to attain group goal. Many factor contribute towards group cohesion, such as, homogeneous composition that is, group members being similar to each other, a relatively small size of group, goals and successful group performance Martin, R. 1991.” Kelompok yang sangat kohesif adalah dimana anggota kelompok yang tertarik terhadap satu sama lain, dimana mereka menerima norma- norma kelompok dan membantu kelompok untuk mencapai tujuan commit to user 20 kelompok. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kohesi kelompok, seperti, komposisi homogen anggota kelompok yang mempunyai kemiripan, ukuran kelompok relatif kecil, tujuan dan kinerja kelompok tercapai Martin, R. 1991. Menurut Mc David dan Harari yang dikutip Rakhmad 2001 kohesivitas kelompok diukur dari: a Ketertarikan anggota secara interpersonal satu sama lain, b Ketertarikan anggota terhadap kegiatan fungsi kelompok, c Sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. c. Jaringan komunikasi Komunikasi Organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok Mulyana, 2005 Komunikasi organisasi menujuk kepada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk- bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadidan komunikasi kelompok. Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi an proses pengorganisasian, serta budaya organisasi Bungin, 2007. “It is usual to devide communication into three kinds, each of which is used for different purposes and has different reasons for its importance: 1 Downward communication, consisting of the giving of orders for work performance; training instructions; praising employees; telling subordinates about policy; giving reprimands etc; 2 Upwards communication, where subordinates give information, give advice; ask questions and make suggestions to their superiors; 3 Horizontal communication is where there is passing of advice, information etc. Between officers on the same management level but in different sections or department of the concern Denyer. 1972.” commit to user 21 Menurut Denyer 1972, Komunikasi dibagi menjadi tiga jenis, masing-masing digunakan untuk tujuan dan kepentingan yang berbeda:1 komunikasi ke bawah, berupa pemberian perintah kerja; petunjuk pelatihan; memuji karyawan; memberitahu bawahan kebijakan kepada bawahan; memberikan teguran dll. 2 komunikasi ke atas, dimana bawahan memberikan informasi, mengajukan pertanyaan dan memberikan saran kepada atasan mereka. 3 komunikasi horisontal adalah suatu nasihat, informasi dll. informasi antara pegawai yang satu management dari suatu perusahaan. Menurut Robbins, 2002 komunikasi dapat berjalan secara vertikal maupun horisontal. Dimensi vertikal dibagi menjadi dua arah yaitu ke bawah dan ke atas. 1. Komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang berlangsung dari tingkatan tertentu dalam suatu kelompok atau organisasi ke tingkatan yang lebih rendah. Pola tersebut digunakan oleh para pemimpin untuk mencapai tujuannya, seperti memberikan instruksi kerja, menginformasikan suatu peraturan dan prosedur-prosedur yang berlaku kepada anak buahnya, menentukan masalah-masalah yang perlu perhatian, dan memberikan umpan balik terhadap kinerja. 2. Komunikasi ke atas merupakan komunikasi yang mengalir ke tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi. Pola ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada pimpinan, menginformasikan tentang kemajuan dalam menuju sasaran kerja, dan menyampaikan masalah yang terjadi. Para pemimpin bergantung kepada komunikasi ini untuk mendapatkan gagasan berhubungan dengan ide-ide meningkatkan kinerja. 3. Komunikasi horisontal merupakan komunikasi yang terjadi diantara anggota dari kelompok kerja yang sama, antar anggota kelompok, antar manajer pada tingkat yang sama, atau sesama staf commit to user 22 yang sederajad. Komunikasi horisontal diperlukan karena dapat menghemat waktu dan dapat mempermudah koordinasi. Rakhmat 2001, menyatakan ada lima jaringan komunikasi, yakni sebagai berikut: Roda Rantai Y Lingkaran Semua saluran Gambar 2.1. Macam-macam jaringan komunikasi Jaringan komunikasi roda, seseorang biasanya pemimpin menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya. Jaringan rantai, A dapat berkomunikasi dengan B, B dengan C, C dengan D, dan begitu seterunsnya. Jaringan ’Y’, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang- orang disampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapar berkomunikasi dengan seseorang disampingnya saja. Pada lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang samping kiri dan kanan, karena tidak ada seorang pemimpin. Pada bintang atau semua saluran all chanels, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok lainnya, disebut juga dengan istilah comconsemua saluran komunikasi terbuka. Untuk memecahkan masalah yang komplek pola lingkaran lebih cepat daripada pola roda. Pola yang paling efektif adalah pola semua saluran, karena pola saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin, pola ini memberikan kepuasan kepada anggotanya, dan paling cepat menyelesaikan tugas yang berkenaan dengan masalah yang sukar. E C B A D A B C D E D A B C E D C B E A B A E D C commit to user 23 Menurut Krech 1962, “Various studies have consistently found “all-channel” net to require less time and to yield fewer errors than nets of lower connectivity. Studied the relative effectiveness of three communication nets in solving two complex human relations problems. Again the “all-channel” net was more effective, as measured by mean time to reach a decision, than nets of a lower degree of connectivity. Berbagai studi sudah menemukan bahwa jaringan semua saluran memerlukan lebih sedikit waktu dan menghasilkan kesalahan yang lebih rendah dibanding jaringan lainnya. Efektivitas tiga jaring komunikasi lebih kompleks dalam memecahkan permasalahan mengenai dua hubungan antar manusia. Pola semua saluran lebih efektif ketika diukur oleh waktu untuk menjangkau suatu keputusan, dibanding dengan jaringan derajat tingkat konektivitas yang lebih rendah Krech, 1962. d. Tingkat Kebutuhan Interpersonal Manusia pada masa bayi mulai didorong terutama oleh kebutuhan-kebutuhan fisik mereka. Pada titik selanjutnya kebanyakan dari kita mulai agak terjamin tentang kemampuan kita untuk memperoleh makanan, dan dari titik tersebut kita mulai memperluas perhatian kita ke arah keselamatan safety. Dengan adanya kepastian pada taraf tersebut, masih muncul lagi motif sosial, cinta kasih, menggabungkan diri. Kemudian motif egoistis sampai akhirnya dengan adanya rasa kepastian tentang kebutuhan-kebutuhan fisik, kebutuhan- kebutuhan keselamatan, kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan- kebutuhan ”ego”, maka kita akan meneruskan perjalanan kebutuhan- kebutuhan untuk aktualisasi diri self actualization. kebutuhan- aktualisasi diri adalah motif yang bertujuan ke arah memenuhi kebutuhan diri sendiri menurut cara kita sendiri Leavitt, 1986. commit to user 24 Sarwoto 1981, mengklasifikasikan kebutuhan manusia menjadi dua kategori yaitu: 1. Kebutuhan material, yaitu kebutuhan yang langsung berhubungan dengan eksistensi manusia. Kebutuhan ini masih dapat digolongkan menjadi dua yaitu: a. Kebutuhan yang sifatnya ekonomis, meliputi kebutuhan- kebutuhan akan makanan, pakaian dan rumah. b. Kebutuhan yang sifatnya biologis, meliputi kebutuhan yang akan kelangsungan hidup, perkembangan dan pertumbuhan jasmani. 2. Kebutuhan non material yaitu kebutuhan yang secara tidak langsung berhubungan dengan kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan non material dapat diklasifikasikan dalam dua golongan yaitu: a. Kebutuhan yang sifatnya psikologis, meliputi berbagai macam kebutuhan kejiwaan, antara lain, hubungan akan kasih sayang, perhatian, kekuasaan, kedudukan sosial, kebebasan pribadi, keadilan, kemajuan, dan sebagainya. b. Kebutuhan yang sifatnya sosiologis, meliputi berbagai macam kebutuhan, antara lain kebutuhan akan jaminan keamanan, persahabatan, kerjasama, rasa menjadi bagian dari suatu kelompok lainnya. Seseorang memasuki kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan interpersonal : inklusion ingin masuk, menjadi bagian dari kelompok; control ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatana hierarkis; dan affection ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain Rakhmad, 2005. e. Tingkat Kesadaran berkelompok Menurut Santoso 1999 menyatakan adanya peranan, fungsi dan kegiatan masing-masing dalam kehidupan berkelompok maka tiap-tiap anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, commit to user 25 terhadap sesama anggota kelompok dan pentingnya untuk berorientasi satu sama lain. Menurut Feldman 1998 according to many social psychologist, though, the most useful view of groups involves the consideration of several basic criteria that all groups seem to share. In this view, a groups consists of two or more people who 1 interact with one another, 2 perceive themselves as a group, and 3 they are interdependentFeldman, 1998. Feldman1998 mengungkapkan, menurut para psikolog sosial, pandangan mengenai kelompok memiliki beberapa ukuran-ukuran dasar bahwa semua anggota kelompok saling berbagi. Dalam pandangan ini, suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih, saling berhubungan satu sama lain, merasa diri mereka sebagai kelompok, dan saling tergantung. The effectiveness of a work group is determined by the ability, knowledge, experience, and communication skills of facilitator, as mediated by the personal characteristics which includes appearance, gender, and race. The model suggests that a work group is likely to perform well if its facilitator is very knowledgeable and skillful with regard to the task at hand, make a great effort in guiding the group members, is a good listener and have good communication skills to convey the necessary notions and prerequisites for successfully completing the task. Efektivitas kelompok kerja ditentukan oleh kemampuan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan komunikasi fasilitator, seperti yang ditengahi oleh karakteristik pribadi yang mencakup penampilan, jenis kelamin, dan ras. Model ini menunjukkan sebuah kelompok kerja cenderung berperforma baik jika fasilitator berpengetahuan luas dan terampil dengan tugasnya, membuat usaha besar dalam membimbing para anggota kelompok, pendengar yang baik dan mempunyai keterampilan berkomunikasi untuk menyampaikan gagasan dan prasyarat yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan tugas. Baninajarian dan Zulhamri, 2009. commit to user 26

B. Kerangka Berpikir