yang ditetapkan untuk creatine kinase, urea, atau iron Urhausen dan Kindermann, 2002. Biomarker stres oksidatif juga telah ditemukan berkorelasi dengan status
beban latihan Margonis et al., 2007. Marker hormonal menunjukkan beberapa hasil yang menjanjikan namun
memiliki banyak variabel pengganggu seperti siklus menstruasi, status gizi Meeusen et al., 2006. Kadar kortisol belum pernah diteliti antara atlet normal
dan atlet dengan overtraining Kreher dan Schwartz, 2012. Rasio testosteron terhadap kortisol juga telah dibuktikan dapat digunakan sebagai marker
overtraining, dimana rasio ini akan menurun dengan bertambahnya intensitas overtraining Halson dan Jeukendrup, 2004. Sebuah studi prospektif menemukan
peningkatan yang signifikan secara klinis pada rasio kadar kortisol urin semalam : kortisol selama periode beban latihan yang tinggi pada atlet Gouarne et al.,
2005.
2.2.3 Pelatihan Fisik Berlebih dan Stres Oksidatif
Aktivitas fisik berlebih dapat meningkatkan konsumsi oksigen sampai 100 - 200 kali lipat. Peningkatan oksigen yang luar biasa ini dapat memicu pelepasan
radikal bebas, yang akan terlibat dalam proses oksidasi lemak membran sel otot. Proses tersebut disebut peroksidasi lipid, dan menyebabkan sel menjadi lebih
mudah mengalami proses penuaan Cooper, 2001. Proses peroksidasi lipid terdiri atas tiga fase yaitu inisiasi, propagasi, dan
terminasi Gambar 2.2. Proses inisiasi adalah proses ketika atom hidrogen dikeluarkan dari molekul lipid. Beberapa senyawa dapat bereaksi dengan atom
hidrogen membentuk radikal hidroksil .OH, alkoxyl RO, peroksil ROO
mungkin juga H
2
O. Membran lipid umumnya adalah fosfolipid tersusun atas asam lemak tak jenuh, mudah terjadi peroksidasi karena dikeluarkannya grup
methylen -CH
2
dari atom hidrogen yang mengandung hanya satu elektron, sehingga terdapat atom karbon yang tidak berpasangan. Adanya ikatan ganda di
dalam asam lemak melemahkan ikatan C-H pada atom karbon yang berdekatan dengan ikatan ganda, sehingga mempermudah terjadinya perpindahan atom
hidrogen Catala, 2006. Reaksi inisiasi radikal hidroksil .OH dengan asam lemak tak jenuh
menghasilkan radikal lipid yang dapat bereaksi dengan molekul oksigen O
2
membentuk radikal lipid peroksil. Radikal lipid peroksil mengambil hidrogen dari asam lemak yang berdekatan untuk membentuk lipid hydroperoxide LOOH
serta radikal lipid yang kedua. Radikal alkoxyl maupun peroxyl memicu reaksi berantai peroksidasi lipid dengan mengeluarkan atom hidrogen Liu et al., 2013.
Gambar 2.2 Proses Peroksidasi Lipid Liu et al., 2013
Peroksidasi lipid mengganggu fisiologi membran, menyebabkan gangguan pada aliran cairan dan permeabilitas, mengubah transport ion serta menghambat
reaksi metabolisme. Peroksidasi lipid merupakan penyebab utama kerusakan sel. Proses peroksidasi asam lemak terutama terjadi pada membran fosfolipid.
Peroksidasi lipid mengubah psikokemikal lapisan membran lipid menyebabkan disfungsi sel yang signifikan. Berbagai produk dihasilkan akibat peroksidasi lipid
seperti MDA, 4-hydroxy-2-noneal HNE, 4-hydroxy-2-hexenal 4-HHE Halliwell dan Gutteridg, 2007; Wahjuni, 2012.
Peroksidasi lipid merupakan suatu proses yang rumit dan terjadi secara bertingkat. Peroksidasi lipid menyebabkan hilangnya asam lemak tidak jenuh
sehingga secara sederhana prinsip pengukuran peroksidasi lipid adalah memeriksa hilangnya lemak. Hasil akhir peroksidasi lipid terutama cytotoxic aldehydes
seperti MDA dan 4-hydroxynonenal dapat menyebabkan kerusakan pada protein dan DNA Halliwell dan Gutteridg, 2007; Wahjuni, 2012.
Selain itu, pada aktivitas fisik berlebih terjadi peningkatan metabolisme tubuh, peningkatan inflamasi dan penggunaan oksigen terutama oleh otot-otot
yang berkontraksi, sehingga terjadi peningkatan kebocoran elektron bebas oleh mitokondria, yang akan menjadi ROS. Umumnya 2-5 dari oksigen yang
dipakai dalam proses metabolisme akan menjadi ion superoksid, sehingga saat aktivitas fisik berat terjadi peningkatan produksi radikal bebas Sauza et al, 2005.
Aktivitas fisik berlebih dapat meningkatkan stres oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal. Meskipun O2 sangat
dibutuhkan ternyata juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS. Pada organ yang tidak mendapat O2 dan nutrisi yang cukup akan menimbulkan
keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular. Keadaan ini menyebabkan
Reperfusion Injury, yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan Radikal Bebas Miyata et al., 2011.
Gambar 2.3 Iskemia dan Reperfusion Injury Levy, 2014
Aktivitas fisik berlebih merangsang terjadinya leukositosis, peningkatan isoprostan dalam urine, protein carbonil 73, catalase 96, glutation
peroxidase serta glutathione teroksidasi 25. Dapat disimpulkan aktivitas fisik berlebih merangsang respon terhadap biomaker stres oksidatif Margonis et al.,
2007. Pelatihan fisik yang berlebih diakibatkan oleh 1 tipe pelatihan yang tidak
sesuai dengan kondisi tubuh; 2 intensitas pelatihan yang terlalu tinggi lebih dari 87 dari denyut nadi maksimal; 3 durasi pelatihan yang terlalu panjang lebih
dari 60 menit pada setiap latihan; 4 frekuensi pelatihan yang terlalu sering lebih dari 4 kali perminggu Hatfield, 2001.
Pelatihan fisik yang berlebih juga menyebabkan terjadinya penumpukan asam laktat dalam otot sehingga dapat menyebabkan stres fisik. Untuk itu
diperlukan masa pemulihan yaitu waktu yang dibutuhkan tubuh untuk kembali kekeadaan semula dari keadaan aktivitas pelatihan Hatfield, 2001.
Pada latihan fisik berat berupa lari 8 km terjadi ketidakseimbangan antara prooksidan dan oksidan intraseluler yang dapat menimbulkan kerusakan hepatosit
sehingga tejadi peningkatan plasma aspartat transaminase ASTSGOT empat kali lipat Droge, 2002
. Latihan fisik berat akut meningkatkan kadar
malondialdehyde MDA yang sangat bermakna pada hati, darah, dan otot yang merupakan pertanda oxidative stres Karanth dan Jeevaratnam, 2005.
2.2.4 Pelatihan Fisik Berlebih dan Osteoporosis