1
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penulisan, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Krisis perekonomian yang berkepanjangan tidak hanya berdampak pada penghasilan saja, melainkan juga pada ketahanan pangan. Bersumber dari
koran Kompas bahwa industri rumah tangga di kota Tegal tahun 2008 yang bergerak dibidang pangan seperti: perusahaan tahu, dan tempe mengalami
kebangkrutan karena tidak mampu membeli bahan baku yang harganya semakin mahal dari harga 1 kg kedelai Rp. 3500,00 naik menjadi Rp. 8000,00
http:majidbz.wordpress.co.20080115. industri tempe tahu. Phenomena tersebut dapat berakibat banyak pengrajin tempe yang menutup usahanya, di
karenakan ketidak seimbangan antara harga bahan baku tempe dengan harga jual tempe yang hanya naik dari harga Rp. 3000,00 menjadi Rp.5000,00 per
kilogram. Sebenarnya, para pengrajin tempe sudah menyiasati dengan berbagai cara termasuk mencampur adonan kedelai dengan ampas tahu, akan
tetapi upaya tersebut tidak terlalu membantu mereka. Membuka industri rumah tangga dibidang pangan merupakan solusi yang
paling tepat karena modal yang dibutuhkan tidak harus besar juga dapat membuka lapangan kerja bagi para pengangguran. Usaha yang direncanakan
harus mempunyai kelayakan serta banyak diminati oleh masyarakat semua golongan baik golongan ekonomi atas, menengah dan bawah. Keberhasilan
suatu usaha dapat tercapai apabila perencanaan usahanya tepat, matang dan sarana yang memadai.
Tempe adalah makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang difermentasikan oleh kapang rhizopus ragi tempe. Tempe merupakan makanan
tradisional indonesia terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat jawa, khususnya diyogyakarta dan surakarta. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe
menyebar keseluruh indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat jawa yang bermigrasi keseluruh penjuru tanah air. Indonesia merupakan negara
produsen tempe terbesar didunia. Sebanyak 50 dari konsumsi kedelai indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 tahu, dan 10 dalam bentuk
produk lain seperti tauco, kecap dan lain-lain Doni Slamet Rayandi, 2008: 8
Usaha tempe sekarang ini memiliki kendala yaitu sulitnya mencari bahan baku dikarenakan harga kedelai melonjak tinggi. Untuk mengatasi kendala
dan solusi yang tepat adalah dengan cara melakukan deversivikasi bahan baku tempe yaitu kedelai dengan bahan lain yang kualitasnya seimbang atau setara
dan harganya relatif lebih murah. Bahan alternatif lain yang memungkinkan dipakai untuk menggantikan kacang kedelai adalah biji trembesi, disamping
sebagai pemanfaatan dari biji trembesi juga untuk kandungan proteinnya tidak terlampau jauh dengan kacang kedelai yaitu 20 tempe kedelai dan 17,05
untuk tempe biji trembesi.
Biji trembesi banyak ditemukan didaerah-daerah seperti Tegal, Kudus, Pati, Semarang, Rembang, Bandung dan daerah sekitarnya.
Perencanaan mendirikan usaha tempe biji trembesi sebagai usaha indusrti kecil dikarenakan bahan baku biji trembesi yang relatif murah yaitu Rp.
2000,00 per kg dibandingkan dengan kacang kedelai Rp. 8000,00 per kg serta tidak sulit untuk mendapatkan biji trembesi.
Berdasarkan pemikiran tersebut dapat mendorong penyusun untuk mengangkatnya sebagai tugas akhir dengan judul ” Studi Kelayakan Tentang
Perencanaan Usaha Tempe Biji Trembesi Di Kota Tegal Tahun 2009”.
B. Penegasan Istilah