Berbeda dengan Tya, Af adalah anak yang memiliki daya pikir yang lambat dan pendiam di kelasnya. Ia kurang percaya diri jika tampil di
depan, ditambah dengan kebiasaannya dugem. Hal ini mungkin sangat berpengaruh pada studinya. Bisa saja ia sering mengantuk di kelas pada
saat mata kuliah berlangsung akibat sering pulang pagi karena dugem semalaman. Hal ini dapat dilihat pada wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap informan Af: “Kalau masalah studi dia tergolong sebagai anak yang agak
lambat dan diam. Dalam arti setiap kali ada kesempatan berbicara di kelas. Dia cendrung diam dan kurang percaya
diri.” WINA-17.M1
Dapat disimpulkan bahwa kedua subjek memiliki kesamaan dalam kelancaran studi mereka. Studi mereka terhambat oleh kebiasaan yang
mereka lakukan.
4. Cara subjek memaknai tanggung jawab sebagai anak:
Salah satu tanggung jawab sebagai orang tua terhadap anak ialah memenuhi setiap kebutuhan anak. Sama halnya dengan Tya, ia masih
dibiayai oleh kedua orang tuanya. Dalam kehidupannya sehari-hari, ia tergolong anak yang royal. Dapat dilihat dari hasil wawancara yang
dilakukan terhadap subjek: “Aku dikasih sama orangtua engga nentu sih dek. sekitar 1,5
jutabulan dek.” WSIT-26.A1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Upaya yang dilakukan Tya kepada orang tua untuk meminta uang sakunya dengan cara berbohong. Jika ia jujur, ia takut akan dimarahi oleh
kedua orang tuanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap subjek:
“Ya kurang dek kalau aku dugem pasti aku minta uang lagi dengan berbagai macam alasan ke orangtuaku.” WSIT-27.A2
Ternyata perilaku Tya yang suka berbohong sering terjadi ketika ia meminta uang kepada orang tuanya dan banyak sekali alasan yang ia buat
demi memenuhi keinginanya. “Ya lumayan sering dek. aku juga sering diomelin gara-gara
uangku cepat habis. “WSIT-28.A3
Tidak jauh beda dengan Af, ia juga sering berbohong kepada orang tuanya mengenai uang sakunya. banyak alasan yang ia buat demi
memenuhi keinginan pribadinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap subjek:
“Orang tuaku nggak tau dek. aku banyak alasan untuk bisa mita uang ke mereka. Alasannya ya macam-macam dek kadang
bilangnya udah habis beli sepatulah apalah.” WSIIA-33.A1
Peneliti beranggapan bahwa orang tuanya percaya kepadanya karena ia adalah anak satu-satunya. Sehingga apa pun yang ia minta
kepada orang tuanya selalu terpenuhi meskipun di imbangi dengan omelan. Berikut wawancara terhadap subjek:
“Kadang diomelin dulu dek karena uang yang dikirim cepat banget habi
snya.” WSIIA-34.A2 “Engga sih dek. Nyeselnya kalau pas habis uang aja. Apalagi
klau uangnya baru dikirim lalu dengan sekejab habis. Harus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cari- cari alasan lagi sama orang tua agar dapat uang lagi.”
WSIIA-44.A3 Peneliti menyimpulkan bahwa kedua subjek mmemaknai tanggung
jawabnya sebagai anak dengan cara membohongi orang tuanya demi keinginan semata.
Peneliti memperoleh data dari hasil wawancara terhadap informan bahwa orang tua dari Tya belum mengetahui kebiasaannya yang suka
dugem. Hal yang sama yang diungkapoleh informan bahwa ia sering ngambur-ngamburin uang tanpa sepengetahuan orang tuanya. Hal ini dapat
dilihat dari hasil wawancara terhadap informan: “Enggak dong dek. kalau masalah dia dugem kedua
orangtuanya belum tahu sampai saat ini. Kadang ia kasihan juga sama kedua orang tuanya dek. soalnya dia sering
ngambur-ngamburin uang buat hal-hal yang kurang penting
gitu.” WINT-16.A1
Peneliti memperoleh gambaran dari informan bahwa ia adalah salah satu orang yang dipercaya oleh kedua orang tuanya. Orangtua Af
selalu menanyakan apa-apa saja yang berkaitan dengan Af. Hal ini dapat dilihat dalam wawancara yang telah dilakukan dengan informan:
“Engga tau dek. Makanya dulu tuh waktu zamannya masih aktif kuliah, saya sering di telfon oleh orang tuanya. Orangtuanya
sangat mengutamakan pendidikan dek. Beliau sangat ingin anak satu-satunya ini menjadi anak yang berguna untuk kelak dimasa
depannya.” WINA-11.A1 Kedua orangtua Af juga meminta informan untuk mengawasinya
karena Af adalah anak satu-satunya dan jauh dari kedua orang tuanya. Mereka sangat mencemaskan keadaan Af terutama dalam studinya, karena
kedua orangtuanya sangat mengutamakan pendidikan. Hampir semua kebutuhan Af terpenuhi oleh kedua orangtuanya. Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara terhadap informan: “Beliau meminta saya untuk mengawasi Af ini supaya serius
dalam kuliahnya sampai-sampai orangtuanya pernah datang menemui saya.” WINA-12.A2
“Dia tuh paling manut sama orang tuanya. Dia bisa dibilang anak mami gitu dek. Dia di manja di rumahnya. makanya setiap
apa-apa gitu selalu dituruti orangtuanya. Orangtuanya selalu memberikan apa yang diminta. Pokoknya orang tuanya selalu
memberikan pelayanan yang terbaik buat anaknya.” WINA- 15.A3
Kebutuhan yang selalu terpenuhi mengakibatkan Af menjadi boros dan selalu meminta uang ke orang tuanya demi memenuhi keinginannya
semata. Dengan ini Af sering berbohong kepada orangtuanya mengenai uang yang ia minta. Hal ini dapat di lihat dari wawancara terhadap
informan: “Uang habis dia minta lagi dek sama orangtuanya. Cari alasan
buat beli apa gitu..” WINA-19.A4
Af sangat dimana oleh kedua orangtuanya. Hal ini membuatnya menjadi anak yang mana dan sering berbohong agar mendapatkan sesuatu
yang ia inginkan dengan cara berbohong. Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara terhadap informan:
“Orang tuanya kalau untuk beli keperluan Af engga masalah bagi mereka. makanya dia sering bilang kalau mau beli sepatu
atau baju gitu.” WINA-20.A5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti memperoleh hasil observasi melalui observasi tidak langsung bahwa dalam kehidupan sehari-hari kedua subjek hanya
mementingkan keinginan masing-masing dan bukan untu kebutuhan mereka. Apapun itu mereka tidak merasa rugi demi memenuhi keinginan
mereka.
5. Relasi subjek dengan lingkungan: