Makna hidup mahasiswa penikmat clubbing (studi fenomenologi)

(1)

MAKNA HIDUP MAHASISWA PENIKMAT CLUBBING (Studi Fenomenologi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Wahyuni Meilani Br Tarigan 131114077

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

MAKNA HIDUP MAHASISWA PENIKMAT CLUBBING (Studi Fenomenologi)

HALAMAN JUDUL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Wahyuni Meilani Br Tarigan 131114077

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

HALAMAN MOTO

Karena bagiku HIDUP adalah KRISTUS dan MATI adalah KEUNTUNGAN.

Segala Pujian, Hormat dan Kemuliaan hanya bagi Tuhan!”

(Ahok)

“Lakukan apa yang jadi bagianmu!

Selebihnya biarkan Tuhan yang lakukan bagianNya”

(–Unknow)

“..arti hidup adalah hidup yang berarti”


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini Yuni persembahkan bagi: Tuhan Yesus dan Bunda Maria,

Ia lah Tuhanku yang Kuasa sebagai penerang jalan kehidupan. Orangtua tercinta,

Ayahanda Bachtiar Tarigan (alm.), secara khusus Yuni tepati janji untuk Bapak di Surga.

Ibunda Hasnawati Br Ginting yang tak pernah lelah memanjatkan doa kepada Yuni dalam setiap sujudnya, memberikan kasih sayang, dukungan, dan semangat

yang luar biasa.

Keluarga besar Tarigan dan Ginting, Program Studi Bimbingan dan Konseling USD,

Teman-teman BK angkatan 2013.

Serta seluruh teman-teman dan sahabat yang senantiasa memberikan kasih sayang, cinta dan waktu selama menjalani pendidikan di Universitas Sanata


(7)


(8)

(9)

ABSTRAK

MAKNA HIDUP MAHASISWA PENIKMAT CLUBBING (Studi Fenomenologi)

Wahyuni Meilani Br Tarigan Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memaknai hidup. Clubbing adalah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di sebuah club. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang mahasiswa yang berdomisi di Yogyakarta. Keadaan yang jauh dari orang tua membuat subjek menjalani kehidupan yang bebas tanpa aturan dan larangan. Hal ini mengakibatkan subjek terjerumus ke situasi tersebut melalui pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Makna hidup dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana subjek yang terjerumus dan menerima pengalaman sebagai bagian dari hidupnya untuk menjalani kehidupan yang akan datang,

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Alat pengumpulan data ialah wawancara. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 6 aspek yang dianggap berpengaruh terhadap makna hidup mahasiswa penikmat clubbing, yaitu (1) Menikmati masa lalu, (2) Memandang masa depan, (3) Memaknai tanggung jawab sebahgai mahasiswa, (4) Memaknai tanggung jawab sebagai anak, (5) Relasi, (6) Memaknai masalah-masalah yang dialami. Analisis data yang dilakukan dengan proses editing, klarifikasi, pengelompokan kode. Untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi, dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek menikmati masa lalu dengan kebosanan, kesepian, dan sedih. Sehingga mereka mencari kesenangan semata untuk keluar dari masalah yang dialamai. Mereka memandang masa depan dengan perubahan agar menjadi lebih baik lagi. Mereka belum mampu bertangung jawab sebagai mahasiswa dan anak. Tetapi, mereka memiliki relasi yang luas dan cukup baik terhadap orang-orang di sekitarnya. Namun, mereka cendrung clubbing ketika mereka dihadapkan pada suatu masalah.


(10)

ABSTRACT

THE MEANING OF LIFE OF STUDENTS ENJOYING CLUBBING

(A Phenomenology Study)

Wahyuni Meilani Br Tarigan Sanata Dharma University

2017

This research was aimed at finding how students enjoying clubbing find the meaning of their life. Clubbing is an activity done at night time at a club. The subjects in this research were two students living in Yogyakarta. living far from parents gives them freedom without rules and restrictions. This makes subjects fall into the dire situation through the influence of surrounding environment, the meaning of life in this research was about how subjects have fallen into that dire situation and learned the experience as part of their lives to face the upcoming life.

This research was a qualitative research with a phenomenology study approach. The data collecting tool was interview. The data collection in this research was the interview compiled based on 6 aspects regarded as influential in the life meaning of students enjoying clubbing, namely: (1) Enjoying the past, (2) Facing the future, (3) Bearing the responsibility as students, (4) bearing responsibility as children, (5) Relation, (6) Understanding current problems. Data analysis was done with a process of editing, clarification, code grouping. To measure the validity of this research, the researcher used triangulation technique, where the researcher carried out an interview with the respective parties related to subjects.

The research result showed that both subjects enjoyed the past with boredom, loneliness, and sadness, so they were looking for displacement to get out of the problems they faced. They viewed the future with changes to be better. They were not capable of being responsible as students as well as children. However, they had a wide range of relation and they were quite nice to people around them. Nevertheless, they tended to go clubbing then faced with a problem. Keyword: The Meaning Of Life, Clubbing


(11)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian

laporan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “MAKNA HIDUP

MAHASISWA PENIKMAT CLUBBING (Studi Fenomenologi) dapat terselesaikan tepat waktu. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Selama proses menulis skripsi ini, peneliti menyadari bahwa begitu banyak pihak yang berperan dalam membimbing, mendampingi, mengingatkan dan mendukung setiap proses yang peneliti jalani. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Bapak Drs. R. Budi Sarwono, M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(12)

5. Bapak dan Ibu Dosen atas dampingan, nasihat dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis selama kuliah di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

6. Mas Stefanus Priyatmoko selaku petugas sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang senantiasa ramah dan penuh kesabaran melayani administrasi selama peneliti menempuh studi.

7. Orang tua tercinta, Bapak Bachtiar Tarigan (alm.) dan Ibu Hasnawati Br Ginting atas seluruh doa, cinta, kasih sayang, dukungan, dampingan, nasehat serta penguatan yang diberikan kepada peneliti selama ini.

8. Seninaku tersayang, Tianna Melisa Br Tarigan atas segala dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada peneliti selama ini.

9. Keluarga besar Tarigan dan Ginting atas doa, nasihat, kasih sayang, kebahagiaan, keceriaan, kebersamaan yang selalu dirindukan peneliti selama ini dan saat peneliti sedang menempuh kuliah di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

10.Sahabat, saudaraku sekaligus keluarga keduaku: Zena Vania, Pretty klara, Endamia, Theodora, Mersy C, Mba Monik, Lory, Stella, Katerina, Wulan, Nadet, Larisa, Fina, Indah, Henny, Flo, Eka, Sakeus, Boy, Bruder Dinus, Bima, Pindon, Prilly, Yogi, Midun, Berma atas kegilaan, keceriaan, kebahagiaan, cinta, kasih sayang, kebersamaan, keluh kesah, dan semangat serta dukungan yang diberikan kepada penelit selama ini. “I Love you


(13)

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Definisi Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Hakikat Makna Hidup ... 8

1. Pengertian Makna Hidup ... 8

2. Landasan Logoterapi ... 9

3. Karakteristik Makna Hidup ... 10


(15)

5. Metode-metode menemukan Makna Hidup ... 13

B. Hakikat Mahasiswa ... 14

1. Pengertian Mahasiswa... 14

2. Karakteristik Kehidupan Mahasiswa ... 15

3. Tugas Perkembangan Mahasiswa ... 17

C. Hakikat Clubbing ... 19

1. Pengertian Clubbing ... 19

2. Faktor Penyebab Clubbing ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 24

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 25

D. Keabsahan Data ... 26

E. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Pelaksanaan Penelitian ... 29

B. Subjek Peneliti Terdiri dari Dua Subjek ... 30

C. Deskripsi Data Penelitian ... 36

D. Pembahasan ... 51

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Keterbatasan Penelitian ... 63

C. Saran... 63


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Panduan Wawancara ... 25


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Persetujuan Menjadi Subjek ... 66

LAMPIRAN II Surat Persetujuan Menjadi Informan ... 69

LAMPIRAN III Verbatim Wawancara Subjek ... 72

LAMPIRAN IV Verbatim Wawancara Informan ... 88


(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang

Dunia pemuda ini banyak sekali dijumpai pemuda yang terjerumus atau terpengaruh dalam dunia malam. Khususnya kaum pelajar yang belum mampu mengendalikan diri dan masih mencari jati diri. Dunia malam adalah aktivitas yang dilakukan pada malam hari. Biasanya aktivitas yang dilakukan hanya untuk mencari kesenangan duniawi. Berbagai hal yang dilakukan adalah nongkrong (kegiatan yang dilakukan anak muda maupun dewasa di suatu tempat untuk berkumpul dan melakukan kegiatan untuk mengisi waktu luang), clubbing/dugem (dunia gemerlap), merokok, minum-minuman keras dan lain sebagainya.

Banyak remaja yang menilai bahwa untuk menjadi gaul harus mencoba hal-hal tersebut. Gaul (bahasa anak muda sekarang yang artinya mengikuti arusnya zaman). Jika belum pernah mencobanya maka dianggap tidak gaul, cupu, dan jadul (katinggalan zaman). Dengan kata lain remaja mendapatkan kebanggaan jika mereka sudah merasa gaul.

Salah satu tempat hiburan yang dikunjungi adalah diskotik. Diskotik menjadi tempat hiburan bagi remaja, khususnya menghilangkan kejenuhan


(19)

dan mengisi waktu luang di malam hari. Hal ini dikarenakan diskotik hanya buka pada malam hari sampai menjelang pagi sebagai tempat hiburan.

Sebagai mahasiswa yang berpendidikan diharapkan mampu memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Baik itu dalam keadaan-keadaan yang menyenangkan maupun dalam penderitaan sekali pun selama kita mampu melihat hikmah-hikmahnya. Banyaknya mahasiswa gagal dalam memaknai hidupnya dan menganggap semuanya hanya berlalu begitu saja tanpa tujuan yang jelas.

Krisis multidimensi (ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, moral, dan sebagainya) yang melanda negeri tercinta ini konon berakar dari krisis identitas yang bersumber dari tidak jelasnya jati diri sebagai pribadi dan

bangsa. Krisis identitas dan “hilangnya” jati diri ini, dalam tataran psikologi

berkaitan erat dengan tidak jelasya nilai-nilai penting dan berharga yang dapat dijadikan pedoman kehidupan. Dalam teori sering di bedakan antara nilai-nilai (values) dengan makna (meaning). Nilai-nilai dianut sekelompok masyarakat karena dianggap penting dan bermanfaat, sedangkan makna berdimensi personal dan unik. Nilai-nilai maupun makna layak untuk dijadikan tujuan hidup dan perlu diraih dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Bastaman, 2007).

Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti menemukan contoh kasus beberapa mahasiswa penikmat clubbing. Dari beberapa contoh kasus tersebut mahasiswa penikmat dunia malam memiliki kebiasaan nongkrong di sebuah kafe bersama teman-temannya sampai pagi dan biasanya pulang ke kost pada


(20)

saat subuh sehingga menggunakan waktu pagi untuk beristirahat. Seperti halnya mahasiswa tersebut menggunakan waktu yang seharusnya untuk beraktivitas tetapi digunakan untuk beristirahat dan sebaliknya. Setiap kali nongkrong, beberapa mahasiswa ini hanya duduk dan bercanda tawa dengan teman-temannya. Dilihat dari kesehariannya, beberapa mahasiswa ini memiliki pergaulan yang cukup bebas dan mempengaruhi perilakunya terhadap orang-orang disekitarnya. Beberapa mahasiswa ini juga pecandu rokok dan minuman beralkohol. Seringkali beberapa mahasiswa ini merokok di hadapan banyak orang dan bahkan didepan orangtua yang seharusnya menunjukkana sikap dan perilaku yang pantas. Kemudian peneliti juga mengamati penampilannya yang sering menggenakan pakaian yang seksi. Dari kasus ini peneliti ingin melihat bagaimana mahasiswa penikmat dunia malam memaknai hidupnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “MAKNA HIDUP MAHASISWA PENIKMAT

CLUBBING”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Beberapa mahasiswa menilai bahwa untuk menjadi gaul harus kenal dengan clubbing, pulang pagi, merokok, minum-minuman keras dan lain sebagainya.


(21)

3. Adanya mahasiswa kurang mampu memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya

4. Adanya mahasiswa menunjukkan perilaku yang tidak pantas dengan merokok dihadapan orang sekitarnya terutama orangtua.

5. Beberapa mahasiswa menggunakan waktu istirahat dan beraktivitas yang salah.

6. Adanya mahasiswa yang sering menggunakan pakaian seksi. C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan untuk mengetahui gambaran hidup mahasiswa kurang mampu memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mahasiswa penikmat clubbing menikmati masa lalunya? 2. Bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memandang masa depannya? 3. Bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memaknai tanggung jawab

sebagai mahasiswa?

4. Bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memaknai tanggung jawab sebagai anak?

5. Bagaimana relasi mahasiswa penikmat dunia clubbing?

6. Bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memaknai masalah-masalah yang dialami?


(22)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana penikmat clubbing menikmati masa lalunya.

2. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memandang masa depannya.

3. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memaknai tanggung jawab sebagai mahasiswa.

4. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memaknai tanggung jawab sebagai anak.

5. Untuk mengetahui bagaimana relasi mahasiswa penikmat dunia clubbing. 6. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa penikmat clubbing memaknai

masalah-masalah yang dialami. F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan informasi dan mengembangkan pengetahuan Bimbingan dan Konseling, khususnya yang berkaitan dengan makna hidup mahasiswa penikmat clubbing.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Subjek

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman untuk lebih mengenali dirinya.


(23)

b. Bagi Konselor

Diharapkan agar penelitian ini dapat menambah wawasan diri sebagai kaum intelektual yang peka dengan masalah sosial di masyarakat terkhusus bagi kaum konselor dan mampu memahami penikmat clubbing agar dapat mengarahkan tujuan yang ingin dicapai.

c. Bagi Masyarkat

Hasil penelitian ini diharapkan agar bisa jadi sumber informasi bagi masyarakat untuk memahami lebih dalam lagi bagaimana penikmat clubbing.

G. Definisi Istilah 1. Makna Hidup

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (Bastaman, 2007).

2. Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademik, dan yang paling umum adalah Universitas

3. CLUBBING

Clubbing/dunia gemerlap (dugem) dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai dua arti, yaitu gaya irama dalam bentuk musik yang digemari oleh remaja-remaja yang bersifat kontemporer dan club


(24)

malam tempat muda-mudi mendengarkan musik atau menari irama disko.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas hakikat makna hidup, hakikat mahasiswa, dan hakikat dugem.

A. Hakikat Makna Hidup 1. Pengertian Makna Hidup

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (happiness). Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan. Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi (Bastaman, 2007).

Menurut Frankl (dalam Schulttz, 1991) setiap apapun peristiwa yang terjadi di dalam hidup setiap orang ditegaskan bahwa hanya ada satu jawaban terhadap setiap situasi. Masalah yang terjadi bukanlah beberapa situasi yang mempunyai arti. Semua situasi mempunyai arti, tetapi bagaimana seseorang menemukan arti dari setiap situasi tersebut. Orang-orang yang menemukan arti dalam kehidupannya mencapai keadaan transendensi-diri, keadaan ada yang terakhir untuk kepribadian yang sehat.


(26)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dimana manusia mampu memaknai setiap peristiwa yang ada dalam hidupnya baik suka maupun duka bahkan penderitaan sekalipun untuk mencapai tujuan hidup yang bermakna.

2. Landasan Logoterapi

Menurut Frankl (Bastaman, 2007) kata “logos” dalam bahasa

Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan”

terapi” adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum

dapat digambarkan sebagai corak psikologi/psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna seperti yang didambakan.

Bataman (2007) mengemukakan beberapa aspek dari makna hidup. Aspek tersebut ialah:

a. Kebebasan Berkehendak

Kebebasan memiliki sifat yang tidak terbatas. Kebebasan yang dimaksud adalaah kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologis, sosiokultural, dan kesejarahannya, namun harus diimbangi dengan tanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan. Hal ini menujukkan bahwa manusia dalam batas-batas tertentu memiliki kemampuan dan


(27)

kebebasan untuk mengubah kondisi hidupnya agar meraih kehidupan yang lebih berkualitas.

b. Hasrat untuk Hidup Bermakna

Kehendak untuk hidup bermakna merupakan keinginan setiap manusia untuk menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar yang mampu memotivasi untuk mencapai kehidupan yang bermakna. c. Makna Hidup

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga seta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan.

3. Karakteristik Makna Hidup

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, perlu dipahami sifat khusus dari makna hidup menurut Bastaman (2007):

a. Makna hidup itu sifatnya unik, pribadi dan temporer, artinya apa yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Mungkin pula apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini bagi seseorang, belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat ini. Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya biasanya sifatnya khusus, berbeda dan tak sama dengan makna hidup orang lain, serta mungkin pula dari waktu ke waktu berubah.


(28)

b. Sifat lain dari makna hidup adalah spesifik dan nyata, dalam artian makna hidup benar-benar dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak perlu selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak-filosofis, tujuan-tujuan idealistis, dan prestasi-prestasi akademis yang serba menakjubkan, contohnya mengagumi merekahnya matahari di ufuk timur pada waktu terbitnya fajar, memandang dengan penuh kepuasan tumbuhnya putik-putik bunga hasil tanaman sendiri, merasa gemes melihat bayi montok tersenyum, menghayati perasaan kasih dan haru yang mendalam menyaksikan anak kita berbaring sakit, bersemangat melaksanakan pekerjaan yang disenangi, mendengarkan kotbah yang mengungkapkan kebijakan, kebenaran, dan sebagainya merupakan contoh-contoh dan peristiwa-peristiwab nyata yang bermakna secara pribadi bagi seseorang.

Mengingat keunikan dan kekhususan itu, makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapa pun, melainkan harus dicari, dijagai, dan ditemukan sendiri. Orang-orang yang hanya menunjukkan hal-hal yang mungkin berarti, akan tetapi pada akhirnya terpulang pada orang yang ditunjuki untuk menentukan apa yang dianggap dan dirasakan bermakna. Dalam hal ini orang yang menunjuki seakan-akan hanya membantu memperluas cakrawala pandangan mengenai kemungkinan-kemungkinan menemukan makna hidup, menunjukkan hal-hal yang merupakan sumber-sumber makna hidup, serta


(29)

membantu untuk lebih menyadari tanggung jawab memenuhi tujuan-tujuan hidup yang harus dicapainya dan kewajiban-kewajiban yang masih harus dipenuhinya.

c. Makna hidup adalah memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan kita, sehingga makna hidup itu seakan-akan “menantang” kita untuk memenuhinya. Dalam hal ini begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, kita seakan-akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya, serta kegiatan-kegiatan kita pun menjadi lebih terarah kepada pemenuhan itu.

4. Makna Hidup yang Bahagia

Berbicara masalah kehendak untuk hidup bermakna dan makna hidup sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah makna hidup sama dengan kebahagiaan? apakah hidup secara bermakna identik

dengan hidup bahagia? bagaimana kebahagiaan yang dicapai?.” Terhadap

pertanyaan-pertanyaan serupa ini logoterapi mengajikan pandangan bahwa makna hidup tidak identik dengan kebahagian ataupun kekayaan dan kekuasaan, walaupun semuanya ada hubungannya.

Dalam hal ini kebahagiaan adalah ganjaran dari usaha menjalankan kegiatan-kegiatan yang bermakna, sedangkan kekayaan dan kekuasaan merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan bermakna dan mungkin pula dapat menjadikan hidup ini lebih berarti. Kekayaan dan kekuasaan dapat membantu dan menimbulkan kemudahan-kemudahan dalam hidup, asal pemilik kekayaan dan kekuasaan itu mampu


(30)

menggunakannya dengan baik dan benar dalam niat, tujuan, dan cara-cara pelaksanaannya. Dengan demikian, hidup yang bermakna adalah corak kehidupan yang sarat dengan kegiatan, penghayatan, dan pengalaman-pengalaman bermakna, yang apabila hal itu terpenuhi akan menimbulkan perasaan-perasaan bahagia dalam kehidupan seseorang.

Sekalipun makna-makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri dan setiap orang dewasa (seharusnya) mampu menemukannya, tetapi dalam kenyataan tidak selalu mudah ditemukan. Makna hidup biasanya tersirat dan tersembunyi dalam kehidupan, sehingga perlu dipahami metode dan cara-cara menemukannya.

5. Metode-metode menemukan Makna Hidup

Bastaman menjabarkan lima ragam metode yang dinamakan

“Panca Cara Temuan Makna”, yakni:

a. Pemahaman Diri: mengenali secara objektif kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan diri sendiri, baik yang masih merupakan potensi maupun yang sudah teraktualisasi, kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan ditingkkatkan serta kelemahan-kelemahan dihambat dan dikurangi.

b. Bertindak Positif: mencoba menerapkan dan melaksanakan hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat dalam perilaku dan tindakan-tindakan nyata sehari-hari.

c. Pengakraban Hubungan: meningkatkan hubungan-hubungan yang baik dengan pribadi-pribadi tertentu (anggota keluarga, teman, rekan


(31)

kerja), sehingga masing-masing saling mempercayai, saling memerlukan satu dengan lainnya, serta saling membantu.

d. Pendalaman Catur-nilai: berusaha untuk memahami dan memenuhi empat macam nilai yang merupakan sumber makna hidup, yaitu: 1) Nilai kreatif (kerja, karya, mencipta)

2) Nilai penghayatan (kebenaran, keindahan, kasih, iman)

3) Nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat terhadap derita yang tidak dapat dihindari lagi)

4) Nilai pengharapan (percaya adanya perubahan yang lebih baik di masa mendatang).

e. Ibadah: berusaha memahami dan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Tuhan dan mencegah diri dari apa yang di larang-Nya.

Kelima metode tersebut bertujuan untuk menjajaki sumber makna hidup yang tersirat dari pengalaman pribadi, kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitarnya. Jika makna hidup ini ditemukan dan berhasil dipenuhi maka diharapkan mendatangkan perasaan bermakna dan bahagia yang semuanya merupakan cerminan kepribadian yang sehat.

B. Hakikat Mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu


(32)

bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akedemik, politeknik, sekolah tinggi, institute dan universitas. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi.

Dalam tahap perkembangan mahasiswa biasanya berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk kata lampau, yaitu adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau lebih menjadi dewasa. Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun.

2. Karakteristik Kehidupan Mahasiswa

Ciri-ciri yang menonjol dalam masa dewasa awal yang membedakannya dengan masa kehidupan yang lain, nampak dalam adanya peletakan dasar dalam banyak aspek kehidupannya, melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan remaja akhir dan terdapatnya ketegangan emosi (Mappiare, 1983). Adapun ciri kematang menurut Anderson ialah:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi.

b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat


(33)

didefinisikannya secara cermat dan tahu mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.

c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang-orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.

d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap obyektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang sesuai dengan kenyataan.

e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.

f. Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang-orang lain membantu usaha-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sungguh, sehingga untuk itu dia menerima bantuan orang lain. Tetapi tetap dia bertanggung jawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.


(34)

g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang-orang yang matang memiliki ciri fleksibel dan mendapatkan diri seirama dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dalam situasi-situasi baru.

3. Tugas Perkembangan Mahasiswa

Arti tugas-tugas perkembangan bagi orang dewasa awal, pada pokoknya mengandung isi-isi harapan atau tuntutan dari sosio kultur yang hidup pada lingkungan sekitar terhadap orang dewasa awal sesuai dengan tingkat perkembangan yang telah dicapainya. Dari hasil penelitian berlandaskan berbagai cara pendekatan dan cara pengamatan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan seorang individu dapat dibagi dalam 2 kelompok utama (Gunarsa, 1981):

a. Faktor-faktor yang ada dalam diri individu sendiri (endogen), yaitu faktor yang memegang peranan dalam proses perkembangan anak pada umumnya, dan berasal dari dalam diri individu atau faktor internal. Faktor endogen ini sudah ada sejak saat kelahiran, bahkan sejak permulaan pertumbuhan benih menjadi janin, jadi merupakan perbekalan dasar yang berasal dari warisan orang tua, sehingga disebut faktor hereditas. Faktor-faktor hereditas atau faktor keturunan ini tentu berarti faktor yang langsung diwarisi oleh anak dari orang tua.


(35)

b. Faktor yang ada di luar diri individu sendiri (eksogen), yaitu faktor yang berasal dari luar individu dan turut mempengaruhi proses perkembangan individu dan sering disebut sebagai faktor eksternal. Biasanya faktor eksogen berasal dari lingkungan individu.

Faktor eksogen dapat dibagi menjadi beberapa golongan: 1) Lingkungan (environment)

Lingkungan disekitar individu yang turut mempengaruhi proses perkembangan :

a) Lingkungan sosial: lingkungan orang-orang diluar lingkunga keluarga, teman-teman di sekeliling rumah atau dimana remaja sering berada atau berkumpul.

b) Lingkungan geografis: keadaan iklim, cuaca, keadaan tanah daerah tinggi seorang individu disebarkan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan.

c) Lingkungan sekolah: lingkungan sekolah meliputi guru dengan kepribadian masing-masing yang turut mempengaruhi perkembangan remaja. Tanpa disadari seorang guru dengan cara-cara mengajar, sikap dan pandangannya tidak saja mempengaruhi


(36)

perkembangan intelek tetapi seluruh perkembangan murid.

2) Makanan

Makan secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian, terutama mempengaruhi perkembangan fisik dan penampilannya, secara khusus pada masa remaja dimana kebutuhan akan makanan ini meningkat sesuai dengan pertumbuhan fisiknya. Pandangan dan penilaian orang lain terhadap keadaan fisiknya akan menyebabkan remaja membentuk gambaran mengenai dirinya.

3) Belajar

Belajar juga mempengaruhi perkembangan seorang remaja. Belajar sebagai faktor yang berasal dari lingkungan, sengaja dipersiapkan supaya aktif dan efektif mempengaruhi bentuk perkembangannya.

C. Hakikat Clubbing 1. Pengertian Clubbing

Istilah clubbing sering disebut dengan dugem merupakan singkatan dari dunia gemerlap. Dunia gemerlap merupakan gambaran tempat bersenang-senang. Biasanya tempat itu penuh dengan lampu warna-warni dan musik tanpa henti dengan para pengunjung yang berpakaian serba


(37)

seksi, serta minuman beralkohol di gelas yang indah. (https://repository.usd.ac.id/2342/2/019114028_Full.pdf)

Clubbing dengan menikmati alunan musik yang volumenya kuat atau keras yang merangsang badan untuk bergoyang semalam dapat membuat seseorang merasa rileks dan dapat menghilangkan kepenatan di otak. hal ini yang membuat penikmat dugem tak bisa terlepas dari clubbing dan menjadikannya sebagai gaya hidup.

Awalnya muncul clubbing dimulai dari manusia mengena musik. Musik adalah beberapa nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan. Musik merupakan bagian dari kebudayaan yang terus berkembang sepanjang waktu. Club pun muncul ketika musik disko sedang booming (sedang hangat-hangatnya). Club adalah sebutan tempat clubbing yang sering disebut dengan diskotik.

Diskotik menjadi salah salah satu lokasi pembaratan masyarakat lokal yang diawali dengan proses pengenalan kata-kata atau ucapan bahasa asing serta musik dan lagu-lagu barat. Makna diskotik sebenarnya lebih luas dari hanya sekedar musik dan ajojing (dansa). Diskotik tidak hanya sebagai gedung untuk berajojing tetapi juga ruang sosial yang memiliki beberapa fungsi. Fungsi catharsis, menempatkan diskotik sebagai ruang pembebasan atau pelapasan ketegangan dan kecemasan dengan jalan mengalami kembali dan mencurahkan keluar kejadian-kejadian traumatis dimasa lalu yang semula dilakukan dengan cara menekankan emosi-emosi


(38)

kedalaman “ketidaksadaran”. Sementara itu fungsi ekspresi diri bermakana

bahwa diskotik merupakan sarana dari para pengunjungnya untuk bebas mengungkapkan perasaan.

2. Faktor Penyebab Clubbing

Clubbing merupakan salah satu gaya hidup masyarakat perkotaan dan urbanisasi. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari tempat yang jarang pendudknya ke tempat yang padat penduduknya. Banyaknya peningkatan urbanisasi di Negara ternyata membawa dampak meningkatnya perilaku menyimpang. Pengaruh yang ditimbulkan urbanisasi terlihat dalam konsepsi dan dan tingkat penyimpangan yang sangat besar (Siahaan, 2009).

Soekanto (2006), mengungkap faktor penarik dari kota untuk pendidikan (terutama pendidikan lanjutan) lebih banyak di kota dan dengan sendirinya lebih mudah didapatkan dan dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi, termasuk tempat pergaulan dengan segala macam orang dan dari segala lapisan.

Menurut Soetarno (1989), masyarakat adalah sekelompok individu manusia yang terdiri dari keluarga-keluarga yang tinggal di suatu daerah, tiap-tiap individu saling mempunyai kepentingan untuk mengembangkan hidup bersama dengan norma-norma tertentu. Berikut adalah perbedaan mengenai masyarakat desa dan masyarakat kota:


(39)

a. Masyarakat Desa

Masyarakat desa adalah suatu bentuk kehidupan bersama dengan sejumlah orang yang hampir semuanya saling mengenal. kebanyakan yang tinggal adalah para petani, nelayan atau penduduk yang mata pencahariannya sangat dipengaruhi oleh alam. Dalam kehidupan masyarakat desa terdapat ikatan keluarga yang sangat erat hubungannya satu sama lain.

b. Masyarakat Kota

Biasanya masyarakat kota mayoritas penghuninya tidak agraris, perekonomiannya diatur berdasarkan rasio dan ikatan antara kelompok-kelompok kecil sangat kurang. Hubungan masyarakat kota tidak serukun masyarakat desa. Sering terjadi keluarga yang bertetanggaan sekalian pun tidak mengenal satu sama lain. Hal ini terjadi karena kehidupan masyarakat kota bersifat individualistis. Masyarakat kota mudah menerima perkembangan baru dan kebudayaan luar. Keterbukaan dalam hal ini yang sering kali menyebabkan masyarakat kota cepat kehilangan kesadaran akan niai sopan santun dan hakikat hidup.

Menurut Ahmadi (1990), teman bergaul memberikan pengaruh yang tidak baik dalam tindakan dan perilaku seseorang.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mengalami urbanisasi mengalami perubahan karena harus


(40)

menyesuaikan diri dengan tempat yang ditinggalinya. Hal ini menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran diri dalam berperilaku.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai makna hidup mahasiswa penikmat dunia malam melalui penelitian kualitatif fenomenologi, karena metode ini menekankan pada metode penghayatan atau pemahaman interpretative. Fenomenologi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena atau gejala yang dilandasi oleh teori Max Weber (1864-1920). Jika seseorang menunjukkan perilaku tertentu dalam masyarakat, maka perilaku tersebut merupakan realisasi dari pandangan-pandangan atau pemikiran yang ada dalam kepala orang tersebut. Kenyataan merupakan ekspresi dari dalam pikiran seseorang (Sarwono, 2006).

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian, yang dalam hal ini disebut responden adalah beberapa mahasiswa penikmat dugem. Dalam proses penelitian, peneliti mendapatkan dua subjek yang telah ditentukan, yaitu mahasiswa penikmat dugem yang berdomisi di Yogyakarta.


(42)

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitaian ini teknik dan instrumen pengumpulan data digunanakan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian menggunakan metode wawancara secara mendalam (Sugiyono, 2013).

Wawancara merupakan alat mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti secara lisan. Peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan, menyiapkan pokok-pokok yang akan dibicarakan, menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak lanjut wawancara yang telah diperoleh. Selain itu peneliti menyiapkan alat rekam suara seperti tape recorder atau handphone untuk merekam hasil wawancara dengan subjek. Hasil wawancara akan dibuat dengan bentuk verbatim. Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan panduan wawancara terstruktur. Panduan wawancara terstruktur dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.1. Panduan Wawancara Nama Responden :

Hari/Tanggal wawancara :

Pewawancara : Wahyuni Meilani Br Tarigan Pertanyaan kepada Subjek

NO. Aspek Pertanyaan

1. Menikmati masa lalu a) Bagaimana masa lalu Anda sebelum masuk ke dugem?


(43)

2. Memandang masa depan a) Apa yang Anda harapkan di masa mendatang?

b) Apa usaha yang akan dilakukan? 3. Memaknai tanggung jawab

sebagai manusia

a) Bagaimana studi Anda?

b) Apakah clubbing memperngaruhi kuliahmu?

4. Memaknai tanggung jawab sebagai anak

a) Bagaimana sikapmu sebagai anak? b) Apa bentuk tanggung jawab yang sudah

kamu lakukan kepada orang tua? 5. Relasi a) Apakah kamu memiliki banyak teman?

b) Bagaimana hubunganmu dengan teman-temanmu?

6. Memaknai masalah-masalah yang dialami

a) Apa yang Anda lakukan ketika mendapatkan masalah?

b) Apakah kamu berhasil menyelesaikan masalahmu?

D. Keabsahan Data

Agar penelitian ini menjadi penelitian yang ilmiah, maka data yang diperoleh harus diisi keabsahannya melalui uji kredibilitas data (Validitas internal) dan uji kredibilitas dilakukan dengan triangulasi.

Sugiyono (2013) berpendapat trianggulasi dalam pengujian kredibilatas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi sumber, trianggulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Namun peneliti hanya menggunakan trianggulasi sumber.


(44)

Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data diperoleh dari dua sumber, lalu peneliti mendeskripsikan data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Prastowo, 2014).

Menurut Prastowo (2014) Secara umum langkah-langkah pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah:

1.Langkah Permulaan: Proses Pengolahan

Langkah permulaan ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu proses : a) Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap jawaban-jawaban informasi, hasil observasi, dokumen-dokumen, dan catatan-catatan lainnya. Tujuannya adalah untuk penghalusan data selanjutnya adalah perbaikan kalimat dan kata, memberi keterangan tambahan, membuang keterangan yang berulang-ulang atau tidak penting, menerjemahkan ungkapan setempat ke bahasa Indonesia. b) Klarifikasi


(45)

Pada tahap ini peneliti menggolongkan-menggolongkan jawaban dan data lainnya menurut kelompok variabelnya. Selanjutnya diklarifikasikan lagi menurut indikator tertentu seperti yang ditetapkan sebelumnya.

c) Koding (Memberi kode)

Tahap ini peneliti melakukan pencatatan judul singkat, serta memberikan tambahan yang dinilai perlu dan dibutuhkan. Tujuannya agar memudahkan untuk menemukan makna tertentu dari setiap tumpukan dan serta mudah menempatkannya di dalam laporan.

2.Langkah Lanjut: Penafsiran

Penafsiran merupakan langkah terakhir dalam tahap analisis data. Pada tahap ini, data yang sudah diberi kode kemudian diberi penafsiran. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi melalui analisis komparasi (perbandingan) sepanjang tidak menghilangkan konteks aslinya. Hasilnya adalah pemaparan gambar tentang situasi dan gejala dalam bentuk pemaparan naratif.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas deskripsi data, pelaksanaan penelitian, deskripsi data peneliti dan pembahasan.

A. Pelaksanaan Penelitian

Deskripsi data berisi tentang hasil keseluruhan dari pelaksanaan penelitian, dan informasi-informasi yang diperoleh di lapangan sebagai hasil studi fenomenologi dengan metode seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Informasi diperoleh langsung dari subjek dan pihak terkait. Peneliti berusaha mendalami keadaan seluruh subjek penelitian. Berkaitan dengan kode etik penelitian, maka nama subjek dalam penelitian ini merupakan nama samaran dan beberapa informasi juga disamarkan agar identitas subjek penelitian tidak diketahui.

Tabel 4.1. Agenda Pelaksanaan Wawancara

Nama Waktu Penelitian Tempat Penelitian

Tya (Nama samaran)

Senin, 30 Januari 2017 Pukul 16.30 – 19.00 WIB

Kontrakan subjek Informan 1 (Tya) , 02 Maret 2017

Pukul 14.00 – 16.15 WIB

Kost informan Af (Nama samaran) Selasa, 14 Februari 2017

Pukul 13.00-14.45 WIB

Kampus Informan 1 (Af) Selasa, 14 Februari 2017

Pukul 15.00-16.45 WIB


(47)

B. Subjek Peneliti Terdiri dari Dua Subjek 1. Identitas Subjek I

Nama : Tya (Nama disamarkan) Tempat, tanggal lahir : Sragen, 19 Maret 1992

Usia : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat Rumah : Sragen Alamat Sekarang : Yogyakarta

Penampilan Fisik : Tinggi 160cm, berat 50kg, kulit hitam manis, badan langsing

Penampilan Psikis : Cuek (kesan pertama), ceria, ramah, mudah tersenyum, senang bercanda Sumber Informasi : Teman Tya

Tya adalah seorang mahasiswa semester akhir angkatan 2010 yang sedang menjalani studi S1 di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Ia berusia 24 tahun dan sekarang tinggal di sebuah kontrakan bersama 3 orang temannya. Dilihat dari kesehariannya, ia adalah seorang gadis yang ramah tapi kelihatan cuek jika seseorang belum mengenalinya. Tya berasal dari Sragen dan beragama Kristen. Dalam sela-sela kesehariannya, ia juga aktif di Gereja dengan bergabung dalam paduan suara. Ia memang menyukai musik. Musik adalah sebuah kebutuhan baginya. Setiap kali merasa bosan, ia selalu mengalihkannya dengan mendengarkan alunan musik. Ia juga pecandu


(48)

kopi. Kopi juga adalah suatu keharusan yang ia minum setiap harinya karena tanpa kopi ia merasa tidak bersemangat dalam kesehariannya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, Tya adalah seorang gadis yang memiliki kepribadian yang cukup baik dan berpenampilan menarik. Di lihat dari kesehariannya, ia memiliki pergaulan yang luas dan pandai bergaul dengan siapa saja.

a. Latar Belakang Keluarga

Keluarga besar Tya beragama kristen, kedua orangtuanya tinggal di Sragen. Keluarganya merupakan keluarga yang cukup harmonis dan sangat mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya. Ayahnya bekerja di pemerintahan daerah dan ibunya bekerja sebagai guru matematika. Jadi tidak heran kalau kedua orangtuanya menuntut anaknya lebih dari mereka.

b. Lingkungan Fisik Sosio-Ekonomi dan Sosial Kultur

Tya tinggal di lingkungan perkampungan yang masih menjujung nilai kemasyarakatan. Maka dari itu keluarganya sangat peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Penduduknya mayoritas beragama muslim dan bersuku jawa. Meskipun demikian, kedua orangtuanya selalu bergaubung dengan masyarakat sekitarnya.

c. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Sampai saat ini Tya belum pernah mengalami sakit yang membahayakannya. Ia tumbuh dengan sehat dan menjaga pola


(49)

hidup sehat. Dilihat ari hasil rekaman medis yang tidak ada yang mengkhawatirkan.

d. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif Tya cukup baik karena ia masih bisa menekuni studinya meskipun sampai saat ini ia belum mendapat gelar sarjananya. Tetapi dengan situasinya tersebut ia memiliki semangat selangkah demi selangkah demi mencapai cita-cita yang ia impikan.

e. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang

Masyarakat yang tinggal disekitar Tya adalah mayoritas mahasiswa yang memiliki kesibukan masing-masing. Ia bergaul dengan mahasiswa yang mendukungnya dalam studinya. Pada saat peneliti berkunjung ke kontrakannya, peneliti melihat Tya sedang membuka laptop dan mengerjakan skripsinya bersama temannya. Ia juga sering di kunjungi teman-temannya dan relasinya dengan temannya cukup baik.

f. Ciri-ciri Kepribadian

Tya memiliki kepribadian yang baik. Ia dikenal sebagai peribadi yang gampang bergaul dan banyak teman. Dilihat dari kesehariannya, ia cukup ramah kepada siapa saja dan meiliki rasa empati yang tinggi.


(50)

2. Identitas Subjek II

Nama : Af (nama samaran) Tempat, tanggal lahir : Batang, 23 Oktober 1994 Usia : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat Rumah : Batang Alamat Sekarang : Yogyakarta

Penampilan Fisik : Tinggi 173 cm, berat badan 60 kg, kulit berwarna hitam, rambut pendek bergelombang, dan muka berjerawat. Penampilan Psikis : Pendiam, lucu, kurang percaya diri,

mudah tersenyum Sumber Informasi : Teman Af

Af adalah seorang mahasiswa yang sedang menjalani studi di salah satu Universitas swasta di Yogyakarta. Sekarang ia sedang berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa. Harapannya ia akan segera menyusul untuk menyelesaikan tugas perkuliahannya karena melihat teman-teman satu angkatan dengannya sudah banyak yang memperoleh gelar sarjana.

Af adalah anak tunggal dari keluarga yang berada. Kedua orang tuanya begitu memanjakannya dengan kasih sayang mereka, sehingga sebagian besar permintaannya dipenuhi oleh kedua orang tuanya.


(51)

Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang harmonis dan taat beribadah.

Dalam kesehariannya, Af dikenal sebagai seorang yang pendiam. Menurut hasil pengamatan peneliti, ia juga suka menolong teman yang sedang membutuhkan pertolongannya. Maka dari itu banyak orang yang senang berteman dengannya.

a. Latar Belakang Keluarga

Af adalah anak tunggal dari keluarga yang perekonomiannya menengah ke atas. Keluarganya merupakan keluarga yang harmonis. Selain menggambarkan sebagai keluarga harmonis terlihat jelas bahwa kedua orangtuanya sangat mengutamakan pendidikan bagi anaknya terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2017:

“Engga tau dek. Makanya dulu tuh waktu zamannya masih aktif

kuliah, saya sering di telfon oleh orang tuanya. Orangtuanya sangat mengutamakan pendidikan dek. Beliau sangat ingin anak satu-satunya ini menjadi anak yang berguna untuk kelak dimasa

depannya.” (WINA-11.A1)

Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut orang tua Af sangat mengutamakan pendidikan. Apalagi Af adalah anak satu-satunya di keluarganya. Maka tidak heran lagi apa pun yang Af inginkan selalu di penuhi oleh kedua orang tuanya terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 februari 2017:


(52)

“Dia tuh paling manut sama orang tuanya. Dia bisa dibilang

anak mami gitu dek. Dia di manja di rumahnya. makanya setiap apa-apa gitu selalu dituruti orangtuanya. Orangtuanya selalu memberikan apa yang diminta. Pokoknya orang tuanya selalu

memberikan pelayanan yang terbaik buat anaknya.” (WINA-15.A3)

b. Lingkungan Fisik Sosio-Ekonomi dan Sosial Kultur

Lingkungan asal dari Af termasuk golongan menengah ke atas karena merupakan penduduk dominan bekerja di perusahaan. Meskipun sibuk dengan aktivitas masing-masing, keluarga Af sangat peduli dan ikut terlibat dalam aktivitas lingkungannya dan kegiatan gereja.

c. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Sampai saat ini Af belum pernah mengalami sakit yang membahayakannya. Ia tumbuh dengan sehat dan menjaga pola hidup sehat. Dilihat ari hasil rekaman medis yang tidak ada yang mengkhawatirkan.

d. Perkembangan Kognitif

Af tergolong mahasiswa yang biasa-biasa saja. Meskipun demikian, hingga sampai saat ini ia terus berjuang untuk mendapatkan gelar sarjananya.

e. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang ini

Masyarakat yang tinggal disekitar Af adalah mahasiswa yang memiliki kesibukan masing-masing. Ia sangat peduli terhadap lingkungan sekitarnya dan suka menolong orang yang


(53)

membutuhkan bantuannya, terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2017:

“Cukup baik dek. Seperti yang saya katakan di awal tadi, dia tuh orangnya engga tegaan. Dia kan punya mobil, nek misal ada teman yang butuh bantuan gitu atau minjem mobil. Itu pasti langsung dibantu tanpa merasa dirugikan. Pasti sebelum minjemin ke temannya, dia udah isi full bensinnya dan orangnya

manutan. Engga bisa banget lihat orang susah dek.” (WINA-14.R3)

f. Ciri-ciri Kepribadian

Af adalaha orang yang ramah dan pandai bergaul dengan siapa saja. Ia cendrung menyapa terlebih dahulu orang-orang yang dikenalina terlebih dahulu.

C. Deskripsi Data Penelitian

1. Cara subjek penikmat dugem menikmati masa lalu:

Dalam penelitian ini dapat dinyatakan bahwa Tya menikmati masa lalunya dengan ikut dugem bersama temannya. Ia menganggap dengan ikut dugem bersama temannya membuahkan hasil yang bermanfaat baginya dan akhirnya menjadi ketagihan. Hal ini dibuktikan melalui hasil wawancara terhadap Tya:

Awalnya tuh, aku diajakin sama temen sih sebenarnya. Temenku datang ke kost, dulu kan aku masih nge kost. Nah, saat itu memang bener aku lagi galau dan gabut banget. Trus

temanku nawarin aku “Yak, mau ikut dugem engga?”

Yaweslah, iseng-iseng aku nyoba ikut tuh. Eh emang dasarnya aku tuh suka nonton-nonton konser gitu sih. Jadi tuh aku suka banget sama musik, apalagi konser musik yang rame.” (WSIT -6.L1)


(54)

Sama halnya dengan Af yang mengalami kecanduan dugem. Pada awalnya ia juga di ajak oleh temannya, dan akhirnya ia menjadi pecandu. Awalnya ia hanya coba-coba karena dihasut oleh beberapa temannya. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara terhadap Af:

“Dulu tuh pertama masuk sana aku diajakin temanku, disuruh nyobain dan dibayarin. akhirnya lama-kelamaan aku yang

ngajakin temanku malahan.” (WSIIA-14.L3)

Dari hasil wawancara kedua subjek, peneliti menemukan adanya hal-hal dari luar diri mereka yeng menyebabkan kebiasaan dugem yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar yang pada awalnya kedua subjek hanya ikut-ikutan dan akhirnya menjadi gaya hidup mereka. Pengalaman ini membentuk perilaku mereka menjadi orang yang selalu diarahkan oleh lingkungan sekitarnya dan belum mampu menetapkan tujuan yang sudah ditetapkannya.

Peneliti juga meperoleh data dari hasil wawancara terhadap informan Tya bahwa adanya keselaran terhadap hasil wawancara yang telah dilakukan dengan subjek. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan Tya memperoleh data yang sama bahwa:

“Dulu tuh dia terpengaruh dek kayaknya dek. Ada beberapa

dari teman kami yang suka dugem. Dianya terpengaruh gitu

dek, ditambah dia juga mungkin suka suasana seperti itu.”

(WINT-12.L1)

Sama halnya dengan Af, yang gampang terpengaruh oleh lingkungan sekiarnya. Dari beberapa teman mengatakan bahwa ia adalah teman yang baik dan sedikit sungkan menolak tawaran orang lain. Hal ini


(55)

peneliti menemukan bahwa adanya kesamaan data yang diperoleh oleh peneliti terhadap kedua informan.

2. Cara subjek penikmat dugem memandang masa depan:

Peneliti memperoleh data bahwa Tya adalah seorang mahasiswa yang sedang berusaha dalam menyelesaikan skripsinya. Tetapi usahanya tersebut dihalangi oleh kebiasaan-kebiasaannya yang sering dugem. Peneliti memperoleh data bahwa ia sangat ingin merubah kebiasan dugem karena menurutnya perilakunya itu sudah sangat merugikannya. Tetapi untuk saat ini ia belum mampu merubah keinginanya sepenuhnya untuk berubah secara optimal karena masih gampang terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Tetapi dari hatinya yang paling dalam mengatakan bahwa ia memiliki kemauan untuk berubah. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap subjek:

“Kalau begini-begini aja ya otomatis engga sih dek. Soalnya kalau dipikir-pikir tindakan itu sangat merugikan. aku ingin

kedepannya menjadi orang yang lebih baik lagi.” (WSIT-36.D2)

“Aku tuh pengen berhenti. tapi kalau ada teman yang ngajakin

aku tuh kurang bisa kontrol diri dek. Kalau keinginan sih ada banget. Apa lagi mbak kan udah semester tua, tetntunya pengen cepat-cepat lulus juga.” (WSIT-29.D1)

Dari hasil wawancara dengan Af, peneliti memperoleh hasil bahwa ia juga memliki keinginan untuk merubah kebiasaannya dugem. Tetapi belum untuk saat ini, karena ia belum mampu mengkondisikan dirinya


(56)

atau menahan dirinya untuk memenuhi keinginannya. Adanya dorongan semangat dari teman-teman kampus membuatnya ingin segera menyelesaikan studinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap Af:

“Kalau berubah sih mau, tapi susah. Aku juga cemas ngelihat teman-temanku udah pada ada yang lulus dan teman-teman juga pada nyaranin buat berhenti tapi untuk saat ini mencoba

untuk segera berhenti itu susah.” (WSIIA-31.D1)

Di satu sisi ia ingin diakui dalam lingkup pergaulannya karena sebagian dari temannya memiliki kecanduan dugem. Maka ia juga menyesuaikan diri dengan mereka. Ketika ia diajak oleh temannya, kadang-kadang cendrung sungkan untuk menolaknya dan ketika ia merasa bosan ia memilih untuk pergi dugem karena dugem merupakan hiburan baginya. hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap Af:

“Kalau harapan ku kedepannya dek aku bisa berubah menjadi

lebih baik lagi. Tapi disisi lain aku ingin terlihat keren dengan gaya hidupku yang seperti itu. Itu hiburan bagiku dek, ya selama aku bosan aku bisa menghibur diriku dengan pergi ke

tempat dugem.” (WSIIA-42.D2)

Dari data yang diperoleh peneliti menemukan bahwa kedua subjek memiliki keinginan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Tetapi masih banyak hal-hal yang diluar dirinya yang belum mendukungnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti memperoleh data bahwa adanya penyesalan dari dalam diri Tya dan ingin berubah. Tetapi kurangnya dukungan dari lingkungan sekitarnya. Ia masih


(57)

belum mampu menahan dirinya ketika di ajak oleh bebrapa temannya untuk dugem. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:

“Ya menyesal pastinya. Dia tuh mau berubah sebenarnya.

Hanya lingkungan sekitarnya itu loh dek yang selalu membawa

dia ikut dugem.” (WINT-17.D1)

Sama halnya dengan Af, dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadapnya bahwa ia adalah seseorang yang sungkan menolak ajakan temannya. Sehingga menyebabkan kesulitan dalam mencapai sesuatu ingin yang ditujunya.

Peneliti memperoleh hasil observasi kedua subjek melalui observasi tidak langsung bahwa dalam memandang masa depan mereka memiliki kesamaan anatara keduanya. Tya memiliki masa depan yang ingin ia capai dengan tujuan yang telah ia tetapkan. Demikian juga dengan Af, ia juga memiliki masa depan yang ingin dicapainya dengan tujuan yang telah ditetapkannya. Namun, keduanya masih belum mampu menjalankan tujuan yang mereka tetapkan.

3. Cara subjek memaknai tanggung jawab sebagai mahasiswa:

Peneliti memperoleh data bahwa Tya sedang berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir dari Universitasnya. Pengalaman yang membuatnya menyesal ketika sedang mengikuti mata pelajaran ia sering ngantuk dan sering bolos. Peneliti beranggapan bahwa ia belum mampu memenuhi tugasnya sebagai mahasiswa. Dalam penelitian ini Tya belum mampu memenuhi tanggung jawab sebagai mahasiswa karena dalam


(58)

pencapaian tujuannya memperoleh sarjana. Ia memiliki rasa penyesalan atas apa yang ia lakukukan selama ia kuliah. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap Tya:

“Ya aku tetap ikut, tapi ngantuk-ngantuk. Ya kalau kuat, berangkat. Kalau engga ya harus bolos. Makanya sekarang aku sudah menyesal dek. andai saja aku dulu lebih mentingin kuliah dari pada dugem. Pasti semua akan berjalan dengan baik-baik

saja.” (WSIT-21.M1)

“Iyaa dek. Skripsiku juga belum selesai-selesai dan uang juga terbuang sia-sia.” (WSIT-22.M2)

Peneliti juga memperoleh data yang tidak jauh beda dengan Tya, Af juga mahasiswa yang sedang berjuang dalam menyelesaikan tugas akhirnya. Selama kuliah ia cendrung telat masuk ke kelas dan kadang-kadang ia tidur dalam kelas saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Tidak heran jika seperti itu, karena hampir setiap malamnya ia pergi dugem sehingga pada saat mengikuti mata kuliah ia cendrung tidak konsentrasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap Af:

“Itu dia dek kalau ada kuliah pagi aku sering telat, kadang -kadang sering tidur juga di kelas kalau dosennya enak. Jadi

bisa dimanfaatkan waktunya untuk tidur.” (WSIIA-25.M1) Af sangat menyesal dengan perilakunya yang suka dugem. Hal ini sangat berpengaruh bagi studinya. Sehingga ia mengulang beberapa mata kuliah yang seharusnya dipelajari. Hal ini membuatnya menyesal dan kecewa pada dirinya sendiri. Peneliti melihat bahwa ia merasa dirinya kurang mampu mengatur waktu dalam urusan studinya. Sehingga sangat


(59)

berpengaruh bagi kelancaran studinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap Af:

“Ya kalau itu bisa membuat aku senang dek ya aku engga

masalah dengan itu. Hanya yang aku sesali tuh kuliahku. Banyak mata kuliah yang harus ku ulangi dek. kalau saja aku rajin kuliah, pasti enggak seperti ini kejadiannya. Ya kalau itu bisa membuat aku senang dek ya aku engga masalah dengan itu. Hanya yang aku sesali tuh kuliahku. Banyak mata kuliah yang harus ku ulangi dek. kalau saja aku rajin kuliah, pasti enggak

seperti ini kejadiannya.” (WSIIA-35.M2)

Dari hasil wawancara terhadap kedua subjek, peneliti memperoleh hasil dari ungkapan keduanya bahwa mereka memaknai tanggung jawabnya sebagai mahasiswa dengan menyadari bahwa perilaku yang menghambat kelancaran studi mereka bersumber pada keinginan semata. Sehingga mereka memiliki keinginan untuk merubah perilaku mereka menjadi lebih baik lagi.

Dari hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti terhadap informan Tya mengungkap bahwa kebiasaan dugemnya itu membuatnya terbebani karena membuat studinya berproses lama dan ingin segera mengurangi kebisannya degem. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap informan Tya:

“Nah, itu dia dek sekarang jadi bebannya. Apalagi dia kan udah semester tua, otomatis dia pengen cepat-cepat lulus to. Makanya dia udah agak mengurangi hobyynya itu. Dulu pas masa-masanya suka dugem, kuliahnya juga berantakan dek. Jarang masuk kuliah karena suka pulang pagi. Jadi engga


(60)

Berbeda dengan Tya, Af adalah anak yang memiliki daya pikir yang lambat dan pendiam di kelasnya. Ia kurang percaya diri jika tampil di depan, ditambah dengan kebiasaannya dugem. Hal ini mungkin sangat berpengaruh pada studinya. Bisa saja ia sering mengantuk di kelas pada saat mata kuliah berlangsung akibat sering pulang pagi karena dugem semalaman. Hal ini dapat dilihat pada wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan Af:

“Kalau masalah studi dia tergolong sebagai anak yang agak lambat dan diam. Dalam arti setiap kali ada kesempatan berbicara di kelas. Dia cendrung diam dan kurang percaya

diri.” (WINA-17.M1)

Dapat disimpulkan bahwa kedua subjek memiliki kesamaan dalam kelancaran studi mereka. Studi mereka terhambat oleh kebiasaan yang mereka lakukan.

4. Cara subjek memaknai tanggung jawab sebagai anak:

Salah satu tanggung jawab sebagai orang tua terhadap anak ialah memenuhi setiap kebutuhan anak. Sama halnya dengan Tya, ia masih dibiayai oleh kedua orang tuanya. Dalam kehidupannya sehari-hari, ia tergolong anak yang royal. Dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap subjek:

“Aku dikasih sama orangtua engga nentu sih dek. sekitar 1,5 juta/bulan dek.” (WSIT-26.A1)


(61)

Upaya yang dilakukan Tya kepada orang tua untuk meminta uang sakunya dengan cara berbohong. Jika ia jujur, ia takut akan dimarahi oleh kedua orang tuanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap subjek:

“Ya kurang dek kalau aku dugem pasti aku minta uang lagi

dengan berbagai macam alasan ke orangtuaku.” (WSIT-27.A2) Ternyata perilaku Tya yang suka berbohong sering terjadi ketika ia meminta uang kepada orang tuanya dan banyak sekali alasan yang ia buat demi memenuhi keinginanya.

“Ya lumayan sering dek. aku juga sering diomelin gara-gara

uangku cepat habis. “WSIT-28.A3

Tidak jauh beda dengan Af, ia juga sering berbohong kepada orang tuanya mengenai uang sakunya. banyak alasan yang ia buat demi memenuhi keinginan pribadinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap subjek:

“Orang tuaku nggak tau dek. aku banyak alasan untuk bisa mita

uang ke mereka. Alasannya ya macam-macam dek kadang

bilangnya udah habis beli sepatulah apalah.” (WSIIA-33.A1) Peneliti beranggapan bahwa orang tuanya percaya kepadanya karena ia adalah anak satu-satunya. Sehingga apa pun yang ia minta kepada orang tuanya selalu terpenuhi meskipun di imbangi dengan omelan. Berikut wawancara terhadap subjek:

“Kadang diomelin dulu dek karena uang yang dikirim cepat

banget habisnya.” (WSIIA-34.A2)

“Engga sih dek. Nyeselnya kalau pas habis uang aja. Apalagi


(62)

cari-cari alasan lagi sama orang tua agar dapat uang lagi.” (WSIIA-44.A3)

Peneliti menyimpulkan bahwa kedua subjek mmemaknai tanggung jawabnya sebagai anak dengan cara membohongi orang tuanya demi keinginan semata.

Peneliti memperoleh data dari hasil wawancara terhadap informan bahwa orang tua dari Tya belum mengetahui kebiasaannya yang suka dugem. Hal yang sama yang diungkapoleh informan bahwa ia sering ngambur-ngamburin uang tanpa sepengetahuan orang tuanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap informan:

“Enggak dong dek. kalau masalah dia dugem kedua

orangtuanya belum tahu sampai saat ini. Kadang ia kasihan juga sama kedua orang tuanya dek. soalnya dia sering ngambur-ngamburin uang buat hal-hal yang kurang penting

gitu.” (WINT-16.A1)

Peneliti memperoleh gambaran dari informan bahwa ia adalah salah satu orang yang dipercaya oleh kedua orang tuanya. Orangtua Af selalu menanyakan apa-apa saja yang berkaitan dengan Af. Hal ini dapat dilihat dalam wawancara yang telah dilakukan dengan informan:

“Engga tau dek. Makanya dulu tuh waktu zamannya masih aktif

kuliah, saya sering di telfon oleh orang tuanya. Orangtuanya sangat mengutamakan pendidikan dek. Beliau sangat ingin anak satu-satunya ini menjadi anak yang berguna untuk kelak dimasa

depannya.” (WINA-11.A1)

Kedua orangtua Af juga meminta informan untuk mengawasinya karena Af adalah anak satu-satunya dan jauh dari kedua orang tuanya. Mereka sangat mencemaskan keadaan Af terutama dalam studinya, karena


(63)

kedua orangtuanya sangat mengutamakan pendidikan. Hampir semua kebutuhan Af terpenuhi oleh kedua orangtuanya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap informan:

“Beliau meminta saya untuk mengawasi Af ini supaya serius

dalam kuliahnya sampai-sampai orangtuanya pernah datang

menemui saya.” (WINA-12.A2)

“Dia tuh paling manut sama orang tuanya. Dia bisa dibilang

anak mami gitu dek. Dia di manja di rumahnya. makanya setiap apa-apa gitu selalu dituruti orangtuanya. Orangtuanya selalu memberikan apa yang diminta. Pokoknya orang tuanya selalu

memberikan pelayanan yang terbaik buat anaknya.” (WINA-15.A3)

Kebutuhan yang selalu terpenuhi mengakibatkan Af menjadi boros dan selalu meminta uang ke orang tuanya demi memenuhi keinginannya semata. Dengan ini Af sering berbohong kepada orangtuanya mengenai uang yang ia minta. Hal ini dapat di lihat dari wawancara terhadap informan:

“Uang habis dia minta lagi dek sama orangtuanya. Cari alasan

buat beli apa gitu..” (WINA-19.A4)

Af sangat dimana oleh kedua orangtuanya. Hal ini membuatnya menjadi anak yang mana dan sering berbohong agar mendapatkan sesuatu yang ia inginkan dengan cara berbohong. Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara terhadap informan:

“Orang tuanya kalau untuk beli keperluan Af engga masalah

bagi mereka. makanya dia sering bilang kalau mau beli sepatu


(64)

Peneliti memperoleh hasil observasi melalui observasi tidak langsung bahwa dalam kehidupan sehari-hari kedua subjek hanya mementingkan keinginan masing-masing dan bukan untu kebutuhan mereka. Apapun itu mereka tidak merasa rugi demi memenuhi keinginan mereka.

5. Relasi subjek dengan lingkungan:

Peneliti memperoleh data dari hasil wawacara terhadap Tya bahwa ia adalah seorang yang sangat menjaga hubungan/relasi dengan orang lain. Apa lagi dengan orang-orang yang kenal dekat dengannya. Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara berikut:

“Jarang dek, aku tuh engga enakan orangnya. takut mereka

sakit hati dan kecewa.” (WSIT-30.R1)

Tidak heran jika ia memiliki banyak teman karena ia bersikap baik terhadap setiap orang yang ia jumpai. Berikut hasil wawancara terhadap subjek:

“Relasi dengan orang-orang sekitar cukup baik dek. aku belum pernah berantem dengan orang lain. aku masih mengenal diriku

baik buruknya.” (WSIT-33.R2)

Tidak jauh beda dengan Af, peneliti memperoleh data dari subjek bahwa ia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Maka tidak heran jika ia memiliki banyak teman. Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara terhadap subjek:


(65)

“Aku menyesuaikan saja sih sama lingkunganku. Kalau aku di

kampus ya membahas hal-hal yang berkaitan dengan kuliah. Kalau di tempat dugem, ya bahasnya tentang perempuan yang

biasanya di bawa yang mana aja.” (WSIIA-36.R2)

“Lumayan sih dek. Kebanyakan teman-teman dari luar

kampus.” (WSIIA-48.R3)

Peneliti memperoleh data dari informa Tya bahwa ia memiliki relasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya. berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informa:

“Relasinya baik sih dek, apa lagi sama teman-teman yang sudah dekat gitu. Kalau menurutku sih dia tuh bagus relasinya sama orang lain, dilihat dari kesehariannya yang banyak teman ya baik-baik saja. Dia juga kalau cerita ke aku kok.” (WINT-7.R1)

“Iya dek, pergaulannya juga luas.” (WINT-8.R2)

Dari hasil wawancara terhadap informan Af menggungkap bahwa perbuatan baik yang dilakukannya terhadap temannya berdampak negatif baginya. Ia sering dimanfaatkan oleh temannya sendiri karena ia adalah seseorang yang enggan menolak permintaan temannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap informan:

“Dia itu sebenarnya baik dek, dia suka banget nolongin teman

yang lagi kesusahan. dia tuh enggak tegaan gitu orangnya.

Makanya dia tuh sering dimanfaatin gitu sama temannya.”

(WINA-9.R1)

“Ya di manfaatin sama temannya. Awalnya dulu tuh dia cuma

ikut-ikutan doang untuk pergi dugem. Apa lagi dia tuh anak tunggal loh dek, serba ada. Orang tuanya selalu menuruti permintaannya.” (WINA-10.R2)

“Cukup baik dek. Seperti yang saya katakan di awal tadi, dia


(66)

ada teman yang butuh bantuan gitu atau minjem mobil. Itu pasti langsung dibantu tanpa merasa dirugikan. Pasti sebelum

minjemin ke temannya, dia udah isi full bensinnya dan orangnya

manutan. Engga bisa banget lihat orang susah dek.” (WINA-14.R3)

Dari hasil obserasi terhadap Tya, peneliti menemukan bahwa ia ingin pergi menemani seorang temannya untuk menghadiri sebuah acara. Hal ini menunjukkan relasinya dengan orang sekitarnya cukup baik dan ia juga suka menolong temannya. Berikut adalah hasil obserasi langsung terhadap subjek:

“Obserasi dilakukan di jalan raya. Peneliti melihat subjek

sedang mengendarai sepeda motor dengan temannya dan bertegur sapa dengan peneliti sekedar menanyakan tujuannya pergi kemana. Ternyata ia menemani temannya buat pertemuan

di sebuah acara yang tidak disebut entah acara apa.” (OSIT-3.R1)

Pada saat melakukan observasi langsung terhadap Af, peneliti melihat bahwa ia sedang mentraktir temannya yang tidak memiliki uang untuk makan. Kebetulan pada saat itu adalah tanggal tua. Berikut hasil observasi terhadap subjek:

“Subjek sedang makan bersama temannya di kantin. Pada saat

itu ia mentraktir temannya yang tidak memiliki uang untuk

makan.” (OSIIA-2.R1)

6. Cara subjek memaknai masalah-masalah yang dialami:

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Tya membuktikan bahwa setiap masalah adalah sumber kenapa ia pergi ke dugem. Dugem merupakan obat baginya untuk meluapkan segala bentuk


(67)

emosinya. Emosi yang ia luapkan memang hanya bertahan sebentar. Tetapi itu bisa mmenyenangkannya dan lupa akan masalah yang ia hadapi meskipuen hanya seketika, yaitu pada saat ia dugem. Berikut adalah wawancara terhadap subjek:

“Pasti pelarianku ke tempat dugem dek. disana aku meluapkan

kemarahan dan kekecewaanku. Memang bener-bener seketika aku lupa dengan masalah itu dan setelah pulang dugem, ternyata belum selesai juga masalahnya. Akhirnya masalah baru muncul, gitu-gitu aja terus.” (WSIT-32.MM1)

Sama halnya dengan Tya, peneliti memperoleh data wawancara terhadap Af bahwa ia cendrung pergi dugem ketika ia menghadapi masalah karena dengan menikmati suasan dan minum sampai mabuk. Berikut hasil wawancara terhadap subjek:

“Engga dek, sekali pun aku punya masalah aku hanya

menikmati suasana dugem dan minum. minumnya sampai

mabuk.” (WSIIA-38.MM1)

Dari hasil wawancara terhadap informan Tya mengatakan bahwa dalam menhadapi masalah-masalahnya cendrung ia pergi dugem. Berikut hasil wawancara terhadap informan:

“Iya, itu mungkin efek kejenuhan dia dek. kalau dulu tuh dia

diajakin sama temen dan akhirnya dia yang terjerus kesana. Padahal sebenarnya dia awalnya ikut-ikut doang. Akhirnya kalau ada masalah pasti pelampiasannya ngedugem.” (WINT-11.MM1)

Hasil dari data yang diperoleh oleh peneliti melalui wawancara informan mengungkap informasi yang sama dengan subjek bahwa Af ia


(68)

menghadapi masalah dengan cara melampiaskan semuanya ke tempat dugem. Berikut hasil wawacara terhadap informan:

“Dia jarang terbuka sih dek kalau ada masalah. Tapi kalau dia

ada masalah pasti dia bilang suntuk ya ujung-ujungnya ngedugem. Mungkin minuman jadi teman baginya saat dia

punya masalah.” (WINA-23.MM1)

Dari hasil obsevrasi langsung terhadap kedua subjek sering mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan dugem ketika ia sedang suntuk, galau, dan bosan. Peneliti menyimpulkan bahwa setiap kali mereka dihadapkan pada suatu masalah yang menghambat mereka, maka mereka belum mampu menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah mereka.

D. Pembahasan

1. Cara subjek menikmati masa lalu:

Setiap individu memiliki cara yang unik dalam menikmati masa lalu. Hal ini dapat berpengaruh pada proses perkembangannya. Adapun faktor proses perkembangan seorang individu dapat dibagi dalam 2 kelompok utama (Gunarsa, 1981), yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen ialah faktor-faktor yang ada dalam diri individu sendiri. Sedangkan faktor eksogen ialah faktor yang ada di luar diri individu sendiri.

Maka dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya hal-hal dari luar diri subjek yang menyebabkan kebiasaan dugem yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar yang pada awalnya kedua subjek hanya ikut-ikutan dan


(1)

Lampiran 11 LEMBAR KLARIFIKASI DAN KODING SUBJEK II

No Aspek Pertanyaan Jawaban Koding

1. Menikmati masa lalu a) Bagaimana masa lalu Anda sebelum masuk clubbing?

Aku dari semester 3 sampai sekarang ikut dugem dek.

WSIIA-6.L1 Dulu tuh aku hampir 3 kali dalam seminggu ngedugem dek. Itu biasanya hari senin, rabu, dan sabtu. WSIIA-8.L2 b) Bagaimana Anda menikmati masa lalu tersebut?

Dulu tuh pertama masuk sana aku diajakin temanku, disuruh nyobain dan dibayarin. akhirnya lama-kelamaan aku yang ngajakin temanku malahan.

WSIIA-14.L3

2. Memandang masa depan

a) Apa yang Anda harapkan di masa mendatang ?

Kalau harapan ku kedepannya dek aku bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Tapi disisi lain aku ingin terlihat keren dengan gaya hidupku yang seperti itu. Itu hiburan bagiku dek, ya selama aku bosan aku bisa menghibur diriku dengan pergi ke tempat dugem.

WSIIA-42.D2

b) Apa usaha yang akan Anda lakukan?

Kalau berubah sih mau, tapi susah. Aku juga cemas ngelihat teman-temanku udah pada ada yang lulus dan teman-teman juga pada nyaranin buat berhenti tapi untuk saat ini mencoba untuk segera berhenti itu susah.

WSIIA-31.D1

3. Memaknai tanggung jawab sebagai mahasiswa a) Bagaimana studi Anda?

Itu diaa dek kalau ada kuliah pagi aku sering telat, kadang-kadang sering tidur juga di kelas kalau dosennya enak. Jadi bisa dimanfaatkan waktunya untuk tidur. WSIIA-25.M1 b) Apakah clubbing mempengar uhi studi

Ya kalau itu bisa membuat aku senang dek ya aku engga masalah dengan itu. Hanya yang aku sesali tuh kuliahku. Banyak

WSIIA-35.M2


(2)

anda? mata kuliah yang harus ku ulangi dek. kalau saja aku rajin kuliah, pasti enggak seperti ini kejadiannya.

4. Memaknai tanggung jawab sebagai anak

a) Bagaimana sikap Anda sebagai anak?

Orang tuaku nggak tau dek. aku banyak alasan untuk bisa mita uang ke mereka. Alasannya ya macam-macam dek kadang bilangnya udah habis beli sepatulah apalah..

WSIIA-33.A1

Kadang diomelin dulu dek karena uang yang dikirim cepat banget habisnya.

WSIIA-34.A2 b) Apa bentuk

tanggung jawab yang sudah Anda lakukan kepada orang tua?

Engga sih dek. Nyeselnya kalau pas habis uang aja. Apalagi klau uangnya baru dikirim lalu dengan sekejab habis. Harus cari-cari alasan lagi sama orang tua agar dapat uang lagi.

WSIIA-44.A3

5 Relasi a) Apakah kamu memiliki banyak teman?

Lumayan sih dek. Kebanyakan teman-teman dari luar kampus.

WSIIA-48.R3

b) Bagaimana hubungan Anda dengan teman-teman Anda?

Aku menyesuaikan saja sih sama lingkunganku. Kalau aku di kampus ya membahas hal-hal yang berkaitan dengan kuliah. Kalau di tempat dugem, ya bahasnya tentang perempuan yang biasanya di bawa yang mana aja.

WSIIA-36.R2

6 Memaknai masalah-masalah yang dihadapi

a) Apa yang Anda lakukan ketika mendapatk an

Engga dek, sekali pun aku punya masalah aku hanya menikmati suasana dugem dan minum. minumnya sampai mabuk.

WSIIA-38.MM1


(3)

b) Apakah Anda berhasil menyelesai kan

masalah Anda?


(4)

Lampiran 12 LEMBAR KLARIFIKASI DAN KODING INFORMAN II

No. Aspek Pertanyaan Jawaban Koding

1. Menikmati masa lalu

a) Bagaimana masa lalunya sebelum masuk clubbing? b) Bagaimana ia

menikmati masa lalu tersebut?

- -

2. Memandang masa depan

a) Apa yang

diharapkan di masa mendatang?

b) Apa usaha yang akan

dilakukannya?

- -

3. Memaknai tanggung jawab sebagai mahasiswa

a) Bagaimana studinya?

b) Apakah clubbing mempengaruhi studinya?

Kalau masalah studi dia tergolong sebagai anak yang agak lambat dan diam. Dalam arti setiap kali ada kesempatan berbicara di kelas. Dia cendrung diam dan kurang percaya diri.

WINA-17.M1

4. Memaknai tanggung jawab sebagai anak

a) Bagaimana sikapnya sebagai anak?

b) Apa bentuk tanggung jawab yang sudah dilakukan kepada orang tua?

Engga tau dek. Makanya dulu tuh waktu zamannya masih aktif kuliah, saya sering di telfon oleh orang tuanya. Orangtuanya sangat mengutamakan

pendidikan dek. Beliau sangat ingin anak satu-satunya ini menjadi anak yang berguna untuk kelak dimasa depannya.

WINA-11.A1

Beliau meminta saya untuk mengawasi Af ini supaya serius dalam kuliahnya sampai-sampai orangtuanya pernah datang menemui saya.

WINA-12.A2


(5)

Dia tuh paling manut sama orang tuanya. Dia bisa dibilang anak mami gitu dek. Dia di manja di rumahnya. makanya setiap apa-apa gitu selalu dituruti orangtuanya. Orangtuanya selalu memberikan apa yang diminta. Pokoknya orang tuanya selalu

memberikan pelayanan yang terbaik buat anaknya.

WINA-15.A3

Uang habis dia minta lagi dek sama orangtuanya. Cari alasan buat beli apa gitu..

WINA-19.A4

Orang tuanya kalau untuk beli keperluan Af engga masalah bagi mereka. makanya dia sering bilang kalau mau beli sepatu atau baju gitu.

WINA-20.A5

5. Relasi a) Apakah ia memiliki banyak teman?

b) Bagaimana hubungannya dengan teman-temannya?

Dia itu sebenarnya baik dek, dia suka banget nolongin teman yang lagi kesusahan. dia tuh

enggak tegaan gitu orangnya. Makanya dia tuh sering dimanfaatin gitu sama temannya.

WINA-9.R1

Ya di manfaatin sama temannya. Awalnya dulu tuh dia cuma ikut-ikutan doang untuk pergi dugem. Apa lagi dia tuh anak tunggal loh dek, serba ada. Orang tuanya selalu menuruti

permintaannya.

WINA-10.R2


(6)

Cukup baik dek. Seperti yang saya katakan di awal tadi, dia tuh orangnya engga tegaan. Dia kan punya mobil, nek misal ada teman yang butuh bantuan gitu atau minjem mobil. Itu pasti langsung dibantu tanpa merasa dirugikan. Pasti sebelum minjemin ke temannya, dia udah isi full bensinnya dan orangnya manutan. Engga bisa banget lihat orang susah dek.

WINA-14.R3

6. Memaknai masalah-masalah yang dialami

a) Apa yang ia lakukan ketika mendapatkan masalah?

b) Apakah ia berhasil menyelesaikan masalahnya?

Dia jarang terbuka sih dek kalau ada masalah. Tapi kalau dia ada masalah pasti dia bilang suntuk ya

ujung-ujungnya ngedugem. Mungkin minuman jadi teman baginya saat dia punya masalah.

WINA-23.MM1