DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI KECAMATAN UNGARAN BARAT
i
KECAMATAN UNGARAN BARAT
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Disusun Oleh:
ALINA MASDA MAWADDAH 3250408049
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
ii
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Saptono Putro, M.Si Dra. Pudji Hardati, M.Si NIP. 19631217 1988031002 NIP.
195810041986032001
Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si NIP. 19620904 1989011 001
(3)
iii Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Drs. Hariyanto M.Si
NIP. 196203151989011001
Penguji I Penguji II
Drs. Saptono Putro, M.Si Dra. Pudji Hardati, M.Si NIP. 196312171988031002 NIP. 195810041986032001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
(4)
iv
benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Maret 2013
Alina Masda Mawaddah NIM 3250408049
(5)
v
(ءارس إا : ٣٦) ا ر ا ا ا Artinya : “ Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu, dan agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah ”
Jangan kebanyakan berpikir, berusaha sajalah karena keberhasilan bukan berasal dari alam rencana tetapi dari tindakan. Bertindaklah dan awali semua dengan Bissmillah.
Kupersembahkan Skripsi ini Kepada : 1. Ayahku Sulthon Darojad dan Ibuku
Titik Khusfarina tercinta, terimakasih atas doa dan dukungannya yang tak pernah putus.
2. Adikku – adikku Bilqis, Aini, Arina dan Habibi yang kusayang.
3. Teman – teman Geografi 2008 4. Almamaterku
(6)
vi
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Distribusi Spasial Dan Karakteristik Industri Rumah Tangga Pangan di Kecamatan Ungaran Barat”, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Universitas Negeri Semarang.
Skripsi ini dapat selesai dengan bantuan dari berbagai pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, semangat, kritik, dan saran kepada penulis. Untuk itu dalam ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat, sebagai berikut.
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk kuliah. 2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan fasilitas selama kuliah.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. Haryanto, M.Si., Ketua Program Studi Geografi Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama kuliah.
5. Drs.Saptono Putro, M.Si ., Dosen Pembimbing I, Dra.Pudji Hardati, M.Si., Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji Utama yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
(7)
vii
7. Ganis Randy Raharja dan Careca Virma Aftriana yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman Geografi 2008 yang telah memotivasi dan menjadi tempat sharing yang menyenangkan.
9. Seluruh pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun metodologinya karena segala keterbatasan dan kekurangan yang ada pada diri penulis. Maka semua saran dan kritik dari pembaca sangatlah diharapkan untuk masukan bagi penelitian di masa-masa akan datang. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, Maret 2013
(8)
viii
Rumah Tangga Pangan di Kecamatan Ungaran Barat. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. 136 halaman. Pembimbing I Drs. Saptono Putro, M.Si, Pembimbing II Dra. Pudji Hardati, M.Si.,
Kata Kunci: Distribusi Spasial, Karakteristik IRTP, Pendapatan
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ungaran Barat yang menunjukkan perkembangan pesat tumbuhnya industri dengan spesialisai indutri rumah tangga makanan dan merupakan sumber mata pencaharian pokok penduduk. Berkembangnya industri ini tentunya dapat memberikan kontribusi pendapatan daerah dan rumah tangga sehingga distribusi spasial IRTP perlu dikaji dan dideskripsikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui distribusi spasial lokasi industri, asal penghasil bahan baku dan daerah jangkauan pemasaran industri, 2) Untuk mengetahui karakteristik industri yang meliputi modal, bahan baku, tenaga kerja, produksi dan pemasaran 3) Untuk mengetahui besaran kontribusi pendapatan pengusaha IRTP terhadap pendapatan rumah tangga atau keluarga.
Populasi penelitian yaitu pengusaha IRTP sebanyak 45 jiwa. Penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu seluruh populasi diambil sebagai sampel. Variabel penelitian adalah distribusi spasial IRTP meliputi lokasi, asal bahan baku dan jangkauan pemasaran, karakteristik IRTP meliputi asal modal, modal awal, modal belanja, modal operasional, jenis dan perolehan bahan baku, proses produksi, jumlah dan sistem kerja tenaga kerja dan cara pemasaran, kontribusi IRTP terhadap pendapatan rumah tangga atau keluarga pengusaha. Metode penelitian menggunakan metode survey, dokumentasi dan wawancara. Alat pengumpul data menggunakan GPS dan instrumen. Analisis data dengan cara deskriptif presentase dan analisis peta.
Hasil penelitian yaitu distribusi spasial lokasi IRTP di Desa Lerep, Keji, Kalisidi dan Kelurahan Genuk Barat yaitu IRTP keripik, tempe, tahu dan roti. Distribusi spasial asal bahan baku kedelai berasal dari luar negeri yaitu Amerika dan Argentina sedangkan bahan baku tepung terigu, bayam kacang tanah dan hijau berasal dari dalam negeri yaitu Kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Demak. Distribusi spasial daerah jangkauan pemasaran IRTP keripik sampai ke luar Kota/Kabupaten yaitu Semarang, Demak, Kendal, Temanggung, Salatiga, Boyolali, Pati, Jepara, Rembang dan Grobogan serta hasil IRTP roti sampai ke Kabupaten Jepara, Demak, Kendal, Kota Semarang dan Salatiga. Pemasaran IRTP tempe menjangkau ke luar kecamatan yaitu Kecamatan Bandarjo dan Ungaran serta hasil IRTP tahu sampai ke Kecamatan Ungaran, Lerep, Bandarjo, Candirejo dan Langensari. Asal modal pengusaha berasal dari bank, pinjaman keluarga dan
(9)
ix
baku yang digunakan adalah bahan pangan kedelai, bayam, tepung terigu, kacang tanah dan hijau. Produk yang dihasilkan adalah keripik (84,44%), tahu (2,22%), tempe (8,89%) dan roti (4,44%). Cara pemasaran produk industri oleh pengusaha IRTP dilakukan secara langsung (73,33%), tidak langsung (6,67%) dan keduanya (20%). Kontribusi pendapatan pengusaha IRTP terhadap pendapatan rumah tangga/keluarga rata-rata perbulan sebesar Rp.2.550.000,00 dan rata-rata pendapatan total keluarga Rp.3.480.000,00 dengan rata-rata pengeluaran perbulan Rp.2.310.000,00.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah distribusi spasial lokasi industri terpusat atau terkonsentrasi secara geografis di Desa Lerep tepatnya berada di Dusun Karang Bolo yang spesialisasinya adalah industri keripik mencapai 73,33%. Terkait dengan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran bahwa perlu adanya pengaturan bagi pengusaha yang masih menerapkan sistem kerja borongan agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan teratur. Pengusaha harus kreatif dalam hal pemasaran produk dengan mengikuti pameran – pameran hasil makanan ringan dan desain produk yang kreatif. Pengusaha perlu melakukan hubungan denga Dinas Perindustrian dan Perdagangan supaya mendapatkan bimbingan dan penyuluhan demi kemajuan IRTP di Kecamatan Ungaran Barat. Pengusaha sebaiknya membentuk sebuah koperasi, sehingga dapat membantu permodalan dan dapat menampung pemasaran agar tidak jatuh ke tangan tengkulak sehingga keuntungan hasil produk industri yang diperoleh dapat maksimal.
(10)
x
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Batasan Istilah ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Pengertian Industri ... 9
B. Pengertian Industri Rumah Tangga Pangan ... 10
C. Penggolongan Industri Dan Industri Rumah Tangga ... 11
D. Distribusi Spasial Industri ... 13
E. Karakteristik Industri Dan Industri Rumah Tangga Pangan ... 17
1. Modal... 19
2. Bahan Baku ... 21
3. Tenaga Kerja ... 23
4. Kegiatan Proses Produksi ... 25
5. Pemasaran ... 26
F. Pendapatan Rumah Tangga/Keluarga ... 29
G. Tinjauan Peneliti Terkait... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
A. Lokasi Penelitian ... 43
B. Populasi Penelitian ... 43
C. Sampel Penelitian ... 43
D. Variabel Penelitian ... 43
E. Data ... 48
1. Jenis Data ... 48
2. Metode Pengumpulan Data ... 48
3. Alat Pengumpul Data ... 49
F. Analisis Data ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 54
A. Hasil Penelitian... 54
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 54
(11)
xi
a. Jumlah Penduduk ... 71
b. Komposisi Penduduk ... 72
3. Distribusi Spasial IRTP ... 78
4. Karakteristik IRTP ... 83
a.Modal ... 83
b.Bahan Baku ... 86
c.Proses Produksi ... 91
d.Tenaga Kerja ... 96
e.Pemasaran ... 99
5. Kontribusi IRTP terhadap Pendapatan ... 107
a.Pekerjaan Pokok dan Sampingan Pengusaha... 107
b.Pendapatan Pokok dan Sampingan Pengusaha ... 108 c.Pendapatan Keluarga IRTP ... 110
d.Pengeluaran Harian Pengusaha ... 111
B. Pembahasan ... 112
1. Distribusi Spasial IRTP ... 112
2. Karakteristik IRTP ... 113
3. Kontribusi IRTP terhadap Pendapatan Keluarga ... 120
BAB V PENUTUP ... 124
A. Simpulan ... 124
B. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
(12)
xii
Tabel 3. Luas Pembagian Wilayah pada tiap Desa/Kelurahan Kecama-
tan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 58 Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan (Ha) Desa/Kelura-
han Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 60 Tabel 5. Luas dan Kemiringan Lahan Kecamatan Ungaran Barat
Tahun 2012 ... 62 Tabel 6. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Ungaran Barat
Tahun 2012 ... 64 Tabel 7. Sarana Perekonomian Menurut Desa/Kelurahan di Kecama-
tan Ungaran Barat Tahun 2012 133
Tabel 8. Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Desa di Kecamatan
Ungaran Barat Tahun 2012 ... 66 Tabel 9. Banyaknya Sarana Pendidikan (Sekolah Negeri dan Swasta)
di Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 68 Tabel 10. Banyaknya Sarana Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 70 Tabel 11. Banyaknya Fasilitas Peribadatan Menurut Desa/Kelurahan
di Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 71 Tabel 12. Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin, Kepadatan
dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Ungaran
Barat Tahun 2012 ... 72 Tabel 13. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 73 Tabel 14. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Keca-
matan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 74 Tabel 15. Penduduk Umur 5 Th Keatas Menurut Pendidikan di Keca-
matan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 75 Tabel 16. Penduduk Umur 5 Th Keatas Menurut Pendidikan dan Desa/
Kelurahan di Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2012 ... 76 Tabel 17. Jumlah Pemeluk Agama di Kecamatan Ungaran Barat Ta-
hun 2012 ... 77 Tabel 18. Jumlah Pemeluk Agama Menurut Desa di Kecamatan Unga-
ran Barat Tahun 2012 ... 78 Tabel 19. Banyaknya Jenis IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun
2013 ... 78 Tabel 20. Jumlah Unit IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan) di Keca-
matan Ungaran Barat Tahun 2013 ... 79 Tabel 21. Jumlah Unit dan Jenis IRTP Kecamatan Ungaran Barat Ta-
hun 2013 ... 80 Tabel 22. Asal/Sumber Modal IRTP Kecamatan Ungaran Barat Ta-
(13)
xiii
Tahun 2013 ... 86 Tabel 26. Jenis Bahan Baku IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun
2013 ... 87 Tabel 27. Perolehan dan Asal Daerah Penghasil Bahan Baku IRTP
Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2013 ... 88 Tabel 28. Alat Produksi Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran Barat
Tahun 2013 ... 91 Tabel 29. Harga Produk IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2013 .. 96 Tabel 30. Jumlah Pekerja Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran Barat
Tahun 2013 ... 97 Tabel 31. Sistem Kerja Tenaga Kerja Pengusaha IRTP Kecamatan
Ungaran Barat Tahun 2013 ... 98 Tabel 32. Cara Pemasaran IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun
2013 ... 100 Tabel 33. Jangkauan Pemasaran IRTP Kecamatan Ungaran Barat
Tahun 2013 ... 101 Tabel 34. Daerah Jangkauan Pemasaran IRTP Kecamatan Ungaran
Barat Tahun 2013 ... 102 Tabel 35. Pendapatan Pokok Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran
Barat Tahun 2013 ... 108 Tabel 36. Pendapatan Pokok Suami/Istri Pengusaha IRTP Kecamatan
Ungaran Barat Tahun 2013 ... 110 Tabel 37. Pendapatan Keluarga Pengusaha Kecamatan Ungaran Barat
Tahun 2013 ... 111 Tabel 38. Pengeluaran Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran Barat
(14)
xiv
Gambar 4. Peta Lokasi IRTP Kecamatan Ungaran Barat ... 82 Gambar 5. Peta Asal Bahan Baku IRTP Kecamatan Ungaran Barat ... 89 Gambar 6. Peta Asal Bahan Baku IRTP Kecamatan Ungaran Barat ... 90 Gambar 7. Peta Jangkauan Pemasaran IRTP Keripik Kecamatan
Ungaran Barat ... 103
Gambar 8. Peta Jangkauan Pemasaran IRTP Tempe Kecamatan Ungaran
Barat... 104 Gambar 9. Peta Jangkauan Pemasaran IRTP Tahu Kecamatan Ungaran
Barat... 105 Gambar 9. Peta Jangkauan Pemasaran IRTP Roti Kecamatan Ungaran
(15)
1 BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pembangunan industri merupakan salah satu dari pembangunan ekonomi yang menjadi tolak ukur peningkatan taraf hidup masyarakat modern yang lebih bermutu. Kuncoro (2007:7) mengatakan bahwa pembangunan industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang dianggap mampu dalam meningkatkan aktivitas ekonomi, produktivitas dan peningkatan standar hidup. Industri rumah tangga merupakan salah satu komponen dari sektor industri pengolahan yang terus mengalami perkembangan, disamping sifat usahanya yang kebanyakan masih memerlukan pembinaan yang terus menerus agar masalah yang dihadapi dapat segera diatasi. Beberapa masalah utama yang sering dihadapi antara lain adalah masalah permodalan, cara pemasaran dan keterampilan dalam mengelola usaha (BPS, 1996:xxv).
Salah satu dari industri rumah tangga di pedesaan yang berperan penting dalam program peningkatan pangan adalah industri rumah tangga pangan. Jumlah Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) di Indonesia sekitar 80% dari jumlah industri yang ada di Indonesia (http://www.pom.go.id/index.php/home/beritaak- tual/2346. 31 Januari 2013). Industri pangan ini merupakan bagian terbesar dalam kelompok industri rumah tangga, yakni 1,5 juta unit dari 3,8 juta unit total industri rumah tangga pada tahun 2009. Kecepatan pertumbuhan juga relatif tinggi dengan
(16)
rata-rata 16 persen antara 2005-2009 (http://www.poskotanews.com/2012/08/21/ bahan-baku-industri-olahan -pangan-tergantung-impor. 21 Agustus 2012).
Banyak orang yang memilih pangan sebagai usaha karena pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Makanan mempunyai peranan yang sangat luas bagi kehidupan, karena kehidupan manusia tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan akan makanan. Manusia dapat hidup karena mendapat asupan gizi dari makanan yang dikonsumsinya. Faktor lain yang mendukung tumbuh kembangnya industri rumah tangga pangan adalah industri tersebut menggunakan bahan baku yang tersedia didalam negeri, dipasarkan dalam negeri, dikonsumsi oleh masyarakat secara luas dan memberikan konstribusi bagi peningkatan ekonomi masyarakat kecil dan menengah (Abrianto, 2012:1).
Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi lokasional dan daya dukung fisik yang cukup memadai untuk pengembangan industri karena dilalui jalur-jalur yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Jawa Tengah yaitu Kota Semarang, Surakarta dan Yogyakarta. Selain itu, lokasinya juga berdekatan dengan ibukota Propinsi Jawa Tengah, yang merupakan pusat kegiatan perekonomian, pemerintahan, sosial dan budaya bagi wilayah-wilayah di Jawa Tengah. Lokasi ini sangat menguntungkan wilayah Kabupaten Semarang dalam hal distribusi produksi kegiatan perekonomian atau keterkaitan pada pasar yang lebih luas. Demikian pula besarnya penduduk Kota Semarang juga dapat menjadi pasar potensial bagi produk-produk dari Kabupaten Semarang, sehingga terdapat banyak peluang bagi wilayah ini khususnya pada sektor industri (BPS, 2012:185).
(17)
Kecamatan Ungaran Barat merupakan wilayah yang menunjukkan perkembangan pesat tumbuhnya industri yang terspesialisasi pada industri rumah tangga pangan di Kabupaten Semarang. Hal ini diperkuat dengan data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Semarang pada tahun 2011 bahwa jumlah industri rumah tangga sebanyak 9.558 unit yang lebih didominasi oleh industri makanan. Berkembangnya industri rumah tangga makanan di Ungaran Barat disebabkan karena faktor tingginya penerimaan masyarakat terhadap pembangunan industri, dukungan aksesibilitas, ketersediaan lahan untuk industri serta dukungan pemerintah. Selain itu, mengingat posisi Kabupaten Semarang yang merupakan daerah penunjang ketersediaan pangan di Jawa Tengah khususnya. Program peningkatan produksi pangan yang dicanangkan pemerintah diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang salah satunya dengan cara meningkatkan industri makanan (BPS, 2012:186).
Adanya potensi strategis industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat perlu dilakukan kajian strategis untuk melakukan pengembangan sektor industri dan pembukaan area-area baru kawasan industri yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Perlu dilakukan tinjauan geografi dengan pemetaan distribusi spasial/keruangan dan kewilayahan. Distribusi spasial industri merupakan aspek keruangan berupa lokasi persebaran dan perkembangan industri baik berupa titik-titik, garis-garis atau areal-areal pada permukaan bumi yang ditunjukan dalam bentuk peta (Yunus, 2010:40).
Karakteristik geografi industri merupakan bagian dari geografi ekonomik antara lain menstudi tentang lokasi industri, serta karakteristik faktor geografis
(18)
lokasi ini berkaitan dengan wilayah bahan mentah, sumberdaya tenaga meliputi tenaga air atau tenaga listrik sebagai penggerak mesin pabrik, suplay tenaga kerja, suplay air, pasaran dan fasilitas transport (Daldjoeni, 1992:58).
Pemilihan lokasi industri mengutamakan aspek kondisi geografis yang merupakan aspek yang mempunyai pengaruh besar dalam penentuan lokasi industri karena berpegang pada aspek kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan yang bertujuan untuk maksimalisasi penjualan. Penentuan lokasi suatu industri pada dasarnya bertujuan untuk mencari keuntungan maksimum dengan jalan menekan biaya masukan. Biaya masukan ini meliputi bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya produksi dan biaya distribusi. Karena itu, perlu adanya pertimbangan dari berbagai faktor orientasi, apabila penentuan lokasi salah maka akan menyebabkan kerugian yang terus menerus. Umumnya, faktor orientasi mengacu pada bahan baku, tenaga kerja, produksi dan pasaran yang merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan lokasi industri. Dasar orientasi keputusan tersebut terutama ditekankan kepada biaya transportasi yang rendah (Sumaatmadja, 1981:129).
Keberadaan industri rumah tangga pangan di kawasan Ungaran Barat selain dapat menunjang perekonomian dan pendapatan asli daerah Kabupaten Semarang serta merupakan sumber mata pencaharian sebagian penduduk karena memberikan pendapatan tambahan bagi rumah tangga yang berpendapatan rendah di daerah pedesaan juga perlu diketahui tentang distribusi spasialnya agar industri dapat dikembangkan lagi. Oleh karena itu, keberadaan atau pertumbuhan industri rumah tangga pangan tersebut perlu untuk dikaji dan dideskripsikan.
(19)
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meninjau lebih dalam tentang perindustrian rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat dengan judul “Distribusi Spasial Dan Karakteristik Industri Rumah Tangga Pangan Di Kecamatan Ungaran Barat”.
B.PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah distribusi spasial industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat?
2. Bagaimanakah karakteristik industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat?
3. Seberapa besar kontribusi industri rumah tangga pangan terhadap pendapatan rumah tangga atau keluarga pengusaha di Kecamatan Ungaran Barat?
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang bertemakan geografi industri ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui distribusi spasial yang meliputi distribusi spasial lokasi industri, distribusi spasial asal daerah penghasil bahan baku dan distribusi sapsial daerah jangkauan pemasaran industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat.
(20)
Barat yang meliputi modal, bahan baku, tenaga kerja, produksi dan pemasaran hasil produksi industri.
3. Mengetahui besaran kontribusi industri rumah tangga pangan terhadap pendapatan rumah tangga pengusaha di Kecamatan Ungaran Barat.
D.KEGUNAAN PENELITIAN
Manfaat secara teoritis maupun secara praktis bagi masyarakat, akademisi dan pemerintah dari penelitian ini adalah.
1. Secara Teoritis
a. Bagi akademisi dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan ilmu pengetahuan utamanya dalam bidang geografi industri.
b. Bagi pemerintah atau perumus kebijakan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan sektor industri rumah tangga pangan.
2. Secara Praktis
a. Sebagai informasi berupa kelengkapan data-data industri bagi masyarakat, Badan Pemerintah Daerah (BAPPEDA) dan Kantor Kecamatan Ungaran Barat.
b. Sebagai alat bantu bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam merumuskan kebijakan yang mengarah pada pengembangan sektor industri rumah tangga pangan.
(21)
E. BATASAN ISTILAH
Batasan atau penegasan istilah ini bertujuan untuk menghindari terjadinya bermacam-macam interpretasi dan mewujudkan kesatuan berpikir, cara pandang dan anggapan tentang segala sesuatu pada penelitian ini sehinnga perlu ditegaskan istilah-istilah yang ada khususnya pada penelitian ini dengan judul “Distribusi Spasial dan Karakteristik Industri Rumah Tangga Pangan di Kecamatan Ungaran Barat”. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain adalah sebagai berikut.
1. Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga didefinisikan sebagai perusahaan industri yang memperkerjakan tenaga kerja kurang dari lima pekerja (Kuncoro, 2007:342). Dalam penelitian ini industri rumah tangga yang dimaksud adalah industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat.
2. Industri Rumah Tangga Pangan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 pada pasal 1 angka 16 menjelaskan bahwa industri rumah tangga pangan adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan manual hingga semi otomatis (Abrianto, 2012:37). Dalam penelitian ini industri rumah tangga pangan yang dimaksud adalah industri rumah tangga pangan keripik, roti, tempe dan tahu.
3. Distribusi Spasial Industri
Distribusi adalah sebaran. Sedangkan spasial dari pandangan geografi adalah segala hal yang menyangkut lokasi atau tempat (Rustiadi dkk, 2009:50).
(22)
Dalam penelitian ini sebaran atau distribusi spasial objek yang diteliti adalah sebaran lokasi industri, sebaran asal daerah penghasil bahan baku dan sebaran daerah jangkauan pemasaran produk industri di Kecamatan Ungaran Barat. 4. Karakteristik Industri
Robinson dalam Daldjoeni (1992:58) mengungkapkan bahwa karakteristik geografis industri di suatu wilayah di antaranya yaitu bahan mentah, sumberdaya tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air dan pasaran. Dalam penelitian ini karakteristik geografis industri rumah tangga pangan meliputi modal, bahan baku, produksi, tenaga kerja dan pemasaran.
(23)
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Industri
Industri adalah setiap unit produksi yang membuat suatu barang atau mengerjakan sesuatu di suatu tempat tertentu untuk keperluan masyarakat (Bintarto, 1997:87).
Industri dapat didefinisikan sebagai usaha yang melakukan kegiatan merubah bahan mentah menjadi bahan jadi atau setengah jadi yang kurang bernilai menjadi barang yang lebih tinggi nilainya (BPS, 2002:8).
Definisi lain mengatakan bahwa industri adalah suatu usaha yang memproduksi bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar sehingga bahan tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin (Sandy, 1985:148).
Industri dari sudut pandang geografi adalah industri sebagai suatu sistem, yang merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia. Subsistem fisis meliputi lahan, bahan baku, energi, iklim dengan proses alamiahnya. Sedangkan subsistem manusia meliputi tenaga kerja, teknologi, tradisi, politik, pemerintahan, transportasi dan komunikasi, konsumen dan pasar. Relasi, asosiasi dan interaksi komponen tersebut dalam satu ruang merupakan bidang pengkajian geografi (Sumaatmaja, 1981:179).
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian industri adalah suatu aktivitas ekonomi yang terspesialisasi secara geografis yang memproduksi
(24)
bahan-bahan tertentu sebagai bahan-bahan baku untuk diproses menjadi hasil lain yang lebih berdaya guna bagi masyarakat.
B. Pengertian Industri Rumah Tangga dan Industri Rumah Tangga Pangan Badan Pusat Statistik Semarang memberikan definisi bahwa industri rumah tangga adalah perusahaan atau industri pengolahan yang menggunakan atau mempunyai tenaga kerja sebanyak 1-4 orang (BPS, 2002:56).
Industri rumah tangga adalah rumah usaha produk barang dengan jenis kegiatan ekonomi yang dipusatkan di rumah keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri dan masyarakat sekitar. Begitu juga pimpinan, pemilik atau pengelola industri ini merupakan kepala rumah tangga atau anggota keluarga yang dipercaya Kriteria-kriteria suatu usaha dikatakan sebagai industri rumah tangga yaitu sebagai berikut.
1) Kegiatan industri dilakukan pada rumah tangga/keluarga. 2) Tenaga kerja yang dipekerjakan tidak lebih dari lima orang.
3) Peralatan pengolahan yang digunakan mulai dari manual hingga alat semi otomotis (Abrianto, 2012:37).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 pada pasal 1 angka 16 menjelaskan bahwa industri rumah tangga pangan adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan manual hingga semi otomatis. Jadi, industri rumah tangga pangan adalah rumah usaha produk pangan atau perusahaan kecil yang dikelola keluarga (Abrianto, 2012:39).
(25)
C. Penggolongan Industri Dan Industri Rumah Tangga
Klasifikasi atau penggolongan industri sangat beraneka ragam, karena banyak hal atau aspek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menggolongkan, mengelompokkan atau mengklasifikasikan. Antara dinas atau kantor dalam menggolongkannya juga berbeda, tergantung kepentingan masing-masing, karena mempunyai tujuan yang berbeda.
Industri di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa macam kelompok. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu: 1) Industri rumah tangga, memiliki tenaga kerja antara 1-5 orang, 2) Industri kecil memiliki tenaga kerja antara 5-19 orang, 3) Industri sedang memiliki tenaga kerja antara 20-99 orang, 4) Industri besar memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih (BPS, 2002:96).
Pengelompokan industri rumah tangga menurut eksistensinya dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut.
1) Industri lokal adalah kelompok industri yang menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas dan relatif tersebar di satu lokasi saja. Skala industri sangat kecil dan mencerminkan pola industri yang bersifat sub bagian.
2) Industri sentra adalah industri berskala kecil dengan membentuk kelompok atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Target pemasaran umumnya menjangkau pasar yang lebih luas dari industri lokal, sehingga peranan perantara menonjol.
(26)
3) Industri mandiri adalah jenis industri yang masih memiliki sifat-sifat industri rumah tangga tetapi telah memberi sarana yang canggih. Pemasaran hasil produksi tidak tergantung pada pedagang perantara (Rochman, 2005:9).
Pembagian berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, yaitu: 1) Industri berorientasi pada pasar yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen, 2) Industri berorientasi pada tenaga kerja yaitu industri yang didirikan mendekati lokasi pemusatan pemukiman penduduk, 3) Industri berorientasi pada pengolahan yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan, 4) Industri berorientasi pada bahan baku yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku dan 5) Industri yang tidak terikat dengan persyaratan lain yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas (http://geografi-bumi.blog spot.com/2009/10/klasifikasi-industri.html. 31 Januari 2013).
Kaitan penggolongan industri diatas bahwa industri rumah tangga pangan (IRTP) di Kecamatan Ungaran Barat termasuk kedalam golongan industri rumah tangga pangan karena jumlah tenaga kerja pengusaha IRTP antara satu sampai empat pekerja. Selain itu bahan baku yang digunakan adalah bahan baku pangan dan sayur yaitu kacang kedelai, kacang tanah, tepung terigu dan bayam.
Industri rumah tangga pangan (IRTP) ini menurut eksistensinya termasuk dalam golongan industri sentra yang membentuk kelompok atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis dan target pemasaran menjangkau pasar yang lebih luas sehingga peranan perantara menonjol. IRTP di Kecamatan Ungaran Barat terpusat di Desa Lerep
(27)
yang spesialisasinya adalah keripik mencapai 73,33% dan rata-rata pemasarannya menggunakan perantara pedagang pengumpul atau tengkulak.
D. Distribusi Spasial Industri
Distribusi diartikan sebagai persebaran. Persebaran dalam hal ini adalah posisi lokasi yang terletak disuatu area/tempat dalam keadaan tertentu (Subekhan, 2007:15). Klasifikasi sebaran pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, diantaranya yaitu: 1) Mengelompok (Cluster), 2) Acak (Random), dan 3) Teratur (Reguler) (Yunus, 2010:52).
Pengertian spasial dari pandangan geografi adalah pengertian yang bersifat rigid, yakni segala hal yang menyangkut lokasi atau tempat (Rustiadi dkk, 2009:50). Spasial berarti keruangan, istilah ruang (space) dapat diartikan sebagai bagian tertentu dari permukaan bumi yang mampu mengakomodasikan berbagai bentuk kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya (Yunus, 2010:45).
Lokasi merupakan letak dari suatu objek (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988:415). Dalam kajian geografi lokasi merupakan suatu konsep geografi yang dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi. Lokasi dalam ruang atau spasial terdiri dari lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut adalah lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut garis lintang dan garis bujur (letak astronomis). Sedangkan lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang bersangkutan dengan hubungan tempat atau wilayah itu dengan faktor alam atau faktor budaya yang ada disekitarnya (Sumaatmaja, 1998:118).
(28)
Jadi, lokasi relatif ini ditinjau dari posisi suatu tempat atau terhadap kondisi wilayah-wilayah yang ada disekitarnya. Lokasi relatif ini dapat mengungkapkan dinamika wilayah yang bersangkutan.
Persebaran lokasi industri dapat ditinjau dari lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat dapat diamati pada peta. Melalui lokasi absolut dapat diketahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat lain di permukaan bumi. Untuk memperhitungkan karakteristiknya lebih jauh lagi, harus diketahui tentang lokasi relatifnya (Santoso, 2006:9).
Pemilihan lokasi industri pada dasarnya bertujuan untuk mencari keuntungan maksimum dengan jalan menekan biaya masukan. Biaya masukan ini meliputi bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya produksi dan biaya distribusi. Karena itu, perlu adanya pertimbangan dari berbagai faktor orientasi, apabila penentuan lokasi salah maka akan menyebabkan kerugian yang terus menerus. Umumnya, faktor orientasi mengacu pada bahan baku, tenaga kerja, produksi dan pasaran yang merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan lokasi industri. Dasar orientasi keputusan tersebut terutama ditekankan kepada biaya transportasi yang rendah (Sumaatmadja, 1981:129).
Hoover dalam teorinya tentang lokasi kegiatan ekonomis mengatakan bahwa lokasi pabrik atau perusahaan dapat didirikan dititik bahan mentah ataupun dititik pasar (Daldjoeni, 1992:72). Menurut Alfred Weber dalam teorinya yang disebut dengan segitiga bobot, bahwa untuk menentukan lokasi suatu industri dipengaruhi oleh biaya angkutan, bahan dasar dan upah. Isi pokok teori Weber
(29)
pada dasarnya lokasi industri dipilihkan di tempat-tempat yang biayanya paling minimal (Weber, 1993:21 dalam Rochman, 2005:16).
Lokasi penyebaran industri ke suatu daerah harus sesuai dengan kondisi geografi daerah yang bersangkutan untuk pengaturan spasial dalam rangka memelihara lingkungan hidup yang tepat dan serasi. Kondisi geografi menyangkut potensi daerah yang dapat dikembangkan dengan kondisi fisiknya. Gejala geografis suatu daerah yang akan dijadikan lokasi industri harus mempunyai kemampuan sebagai penunjang kegiatan industri tersebut, selain harus memperhatikan unsur tenaga kerja, bahan baku, pasaran, pengembangan wilayah, dan pelestarian lingkungan (Sumaatmadja, 1998:185).
Distribusi atau sebaran objek kajian dalam penelitian ini adalah sebaran kenampakan lokasi industri dan sebaran kenampakan linear atau gejala yaitu sebaran daerah asal penghasil bahan baku dan sebaran daerah jangkauan pemasaran. Kenampakan lokasi disimbolkan dengan titik sedangkan sebaran asal penghasil bahan baku dan jangkauan pemasaran disimbolkan dengan areal/bidang. Pengumpulan data spasial atau ruang yang terdiri dari data titik (point) dan data bidang (areal data) tersebut diperoleh dari hasil lapangan menggunakan GPS dan kemudian diolah menjadi peta melalui SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan progam Arc View 3.3.
Persebaran lokasi industri, asal daerah penghasil bahan baku dan daerah jangkauan pemasaran dapat dipetakan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan program Arc View 3.3. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan aspek pengolahan data spasial serta proses-proses manipulasi data
(30)
peta. Sistem Informasi Geografis (SIG) bermanfaat untuk mengidentifikasi sebaran lokasi industri baik tersebar secara acak, terpusat atau mengelompok maupun merata atau teratur serta mengidentifikasi di daerah mana mereka cenderung berorientasi pada bahan baku, tenaga kerja, pasar, tempat pengolahan atau bersangkutan terhadap kondisi wilayah-wilayah lain disekitarnya dengan faktor alam atau faktor budaya. Selain itu juga mengidentifikasi daerah-daerah asal bahan baku dan jangkauan pemasaran produk industri di seluruh pelosok tanah air. Sistem Informasi Geografis (SIG) pada dasarnya adalah suatu tipe informasi yang fokus pada penyajian dan analisis realitas geografis (Kuncoro, 2007:191).
Uraian teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya penentuan lokasi industri bertujuan untuk mencari keuntungan maksimum dari kesinambungan proses produksi suatu industri. Demikian juga dengan pemilihan lokasi industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat ini, pada dasarnya berorientasi pada teori Weber dan Sumaatmaja yaitu sebagai berikut. 1) Dekat dengan tenaga kerja. Tenaga kerja pada industri IRTP menggunakan
tenaga kerja kasar dengan tingkat pendidikan rendah, sehingga mudah didapat. 2) Dekat dengan pasar, bahwa perkembangan industri IRTP di Kecamatan
Ungaran Barat ini didukung oleh kemudahan dalam pemasaran baik lokal maupun luar daerah.
3) Tersedianya transportasi, yaitu sarana angkutan barang dan jalan yang sudah tetap.
(31)
Lokasi IRTP di Kecamatan Ungaran Barat berada didalam rumah tangga keluaraga pengusaha. Lokasi industri ini sekaligus sebagai lokasi produksi. Distribusi spasial/persebaran IRTP memusat/mengelompok di Desa Lerep.
E. Karakteristik Industri Dan Industri Rumah Tangga
Karakteristik suatu industri dari kaca mata geografi yaitu adanya sub sistem fisis dan sub sistem manusia (Sumaatmadja, 1981:180).
Radjiman (1998) mengemukakan bahwa karakteristik utama dalam suatu industri meliputi; a) Faktor fisik yaitu tanah, bahan baku, tenaga (energi); b) Faktor manusia dan ekonomi yaitu penyediaan tenaga kerja, transport, pasar, pengaruh pemerintah, faktor historis-inersia industrial dan keuntungan aglomerasi (http://perencanaankota.blogspot.com. 1 Februari 2013).
Permadi dalam penelitiannya (studi kasus di wilayah Pembangunan Botabek dan Bandung Raya), mengungkapkan bahwa secara umum (melalui pendekatan empirik) karakteristik penentu aktivitas industri dapat dibagi menjadi; a) Faktor input, meliputi bahan baku, tenaga kerja, energi, air, iklim dan lahan; b) Faktor output, mencakup pasar atau konsumen dan fasilitas pembuangan dan c) Faktor penunjang tidak langsung, berupa fasilitas perkotaan/lingkungan serta dorongan lokal (http://perencanaankota.blogspot.com. 1 Februari 2013).
Soeminta dalam Permadi (1991) menjabarkan lima pertimbangan utama yang mendasari karakteristik penentuan lokasi industri, yakni; a) pertimbangan ekonomis, terutama menyangkut masalah biaya untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan pengeluaran minimal; b) lokasi historis, seperti tanah adat,
(32)
tanah warisan, tanah kosong yang telah lama dimiliki sebelum perusahaan berdiri, kegiatan usaha masyarakat yang dilakukan secara turun-temurun; c) lokasi yang ditunjuk atau ditentukan pemerintah, karena alasan politis, strategis, keamanan maupun kepentingan perencanaan; d) lokasi yang ditentukan secara spekulasi atau tanpa memperhitungkan faktor penting yang mempengaruhi suatu lokasi industri; e) jenis industri yang footloose yaitu dapat berlokasi di sembarang tempat, industri ini tidak bergantung pada faktor lokasi (http://perencanaankota.blog spot.com. 1 Februari 2013).
Yip dalam Rendra (1997) mengatakan bahwa suatu industri akan berkembang karena dorongan beberapa faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu; a) Faktor pasar yaitu kebutuhan konsumen yang homogen, konsumen global, saluran distribusi global dan perpindahan pasar; b) Faktor biaya dalam skala dan cakupan ekonomi, pengalaman dan pengetahuan, efisiensi sumber daya, pasokan yang baik, perbedaan biaya dan ketrampilan antar negara dan pengembangan produk; c) Faktor pemerintah, peraturan dahn kebijakan tentang perdagangan yang mendukung standarisasi produk dan kebiasaan dalam distribusi pemasaran; d) Faktor persaingan, ketergantungan antar negara serta kompetisi global (http://perencanaankota.blogspot.com. 1 Februari 2013).
Robinson dalam Daldjoeni (1992:58) menjelaskan ada enam hal karakteristik faktor geografis industri yaitu bahan mentah, sumberdaya tenaga meliputi tenaga air atau tenaga listrik sebagai penggerak mesin pabrik, suplay tenaga kerja, suplay air pasaran dan fasilitas transport. Dalam penelitian ini
(33)
karakteristik dari industri rumah tangga pangan yang mempengaruhi maju mundurnya suatu industri adalah sebagai berikut.
1. Modal
Wibowo (2000:47) mengungkapkan bahwa modal merupakan unsur utama yang menjamin berdirinya dan berlangsungnya kegiatan produksi pada suatu industri. Modal diperlukan untuk mebiayai semua pengadaan sarana produk. Modal dapat juga diartikan sebagi hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Asal modal dapat dibagi menjadi dua macam yaitu.
a. Modal sendiri, adalah modal yang berasal dari pemilik usaha dan tertanam untuk jangka waktu tidak tertentu.
b. Modal pinjaman, adalah modal yang berasal dari luar, modal tersebut merupakan utang yang harus dibayar.
Asal atau sumber modal dalam hal ini sejumlah biaya yang diperlukan untuk kegiatan industri rumah tangga pangan yang didapat dari modal sendiri maupun berasal dari modal pinjaman.
Perusahaan atau industri membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Pengertian modal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:750) adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang atau melepas uang yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Definisi modal dalam
(34)
Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9) adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Safir (2012) mengatakan bahwa pada prinsipnya ada tiga jenis modal dalam menjalankan usaha diantaranya.
1) Modal Investasi Awal
Modal investasi awal yaitu modal yang diperlukan atau dikeluarkan pada awal usaha yang digunakan untuk jangka panjang.
2) Modal Kerja atau Modal Belanja
Modal kerja atau modal produksi adalah modal yang kita keluarkan untuk membeli atau memproduksi barang usaha. Penggunaannya bisa dilakukan berkala atau sesuai pesanan yang datang, tergantung jenis usaha yang dijalani.
3) Modal Operasional
Modal operasional adalah modal pengeluaran untuk biaya operasional harian/bulanan dalam menjalankan usaha. Misalnya biaya gaji tenaga kerja, biaya utilitas (air, listrik, Internet, dan telepon), biaya sewa ruangan, biaya pemasaran dan biaya transportasi (http://www.rumah-bunda.com/2012/03/je nis-jenis-modal-usaha.html. 3 Desember 2012).
Modal dalam hal ini adalah modal awal yang dikeluarkan pada awal mendirikan usaha untuk membeli alat-alat produksi dari yang tradisional sampai modern. Untuk modal belanja dalam hal ini adalah modal yang dikeluarkan oleh pengusaha utuk kebutuhan belanja bahan baku dan bahan untuk mengemas produk pada setiap harinya. Sedangkan modal operasional
(35)
adalah biaya operasional untuk biaya gaji tenaga kerja, biaya utilitas (air, listrik, Internet, dan telepon) dan biaya transportasi pemasaran.
Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari. Menurut Taylor dan Rianto (1990:54) modal kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu.
a. Modal Kerja Permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja ini terbagi menjadi a) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya, b) Modal kerja normal, yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.
b. Modal Kerja Variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari a) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim, b) Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur, c) Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/modal-kerja-definisi-jenis-danfaktor.html. 25 September 2012).
2. Bahan Baku
Perusahaan atau industri memerlukan bahan baku atau bahan mentah dalam proses kegiatan produksi. Bahan baku merupakan bahan dasar yang
(36)
digunakan dalam proses produksi. Bahan baku merupakan salah satu unsur penting dalam proses produksi, dengan tersedianya bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan memperlancar proses produksi dalam perusahaan, sehingga diharapkan dengan lancarnya proses produksi tersebut dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen baik jumlah dan waktunya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan tersedianya bahan baku dengan jumlah dan waktu yang tepat akan dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan (http://erwinnote.wordpress.com /2011/09/21/ definisi-dan-jenis-bahanbaku. 23 Oktober 2012).
Bahan baku adalah bahan untuk diolah melalui proses produksi menjadi barang jadi atau bahan kebutuhan pokok untuk membuat sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:87). Sedangkan bahan mentah dapat mempunyai arti sebagai sebuah bahan dasar yang bisa berasal dari berbagai tempat, yang mana bahan tersebut dapat digunakan untuk diolah dengan suatu proses tertentu ke dalam bentuk lain yang berbeda wujud dari bentuk aslinya. Dengan demikian, bahan baku merupakan bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu produk yang mana bahan tersebut dapat diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan wujud yang lain (http://erwinnote.wordpress.com /2011/09/21/ definisi-dan-jenis-bahanbaku. 23 Oktober 2012).
Bahan dasar yaitu bahan untuk diolah melalui proses produksi dan menjadi bagian produk bahan baku. Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Bahan baku industri adalah bahan mentah yang
(37)
diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri (http://bplhd.jakarta.go.id/peraturan/uu/UURINO05TAHUN19 84.pdf. 3 Desember 2012).
Bahan yang digunakan pengusaha dalam hal ini adalah bahan baku jenis pangan yang diperoleh dari hasil pertanian.
3. Tenaga Kerja
Hasil produksi dalam sebuah perusahaan dapat ditingkatkan dengan baik tidak cukup hanya dengan menggunakan teknologi yang canggih saja, tetapi juga memerlukan tenaga kerja yang mamiliki skill yang tinggi untuk mengoperasikannya. Jadi, diperlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian, kemampuan dan keterampilan kerja (Siswanto, 1989:16).
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (Grafika, 2003:2). Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut (Mulyadi, 2003:59). Pekerja adalah semua orang yang terlibat secara langsung dalam pekerjaan atau kegiatan di sektor industri kecil. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 sampai 64 tahun (Mantra, 2003:224).
Tenaga kerja merupakan sejumlah orang yang mempunyai keterampilan dan kemampuan tertentu sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dari segi
(38)
keahlian dan pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut.
a. Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.
b. Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan pendidikan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan tukang memperbaiki televisi dan radio.
c. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti dokter, akuntan ahli ekonomi, dan insinyur (Rochman, 2005:22).
Faisal Karsyono dalam Rochman (2005:23) mengungkapkan bahwa sebagian besar tenaga kerja industri rumaha tangga di pedesaan yang terserap dalam lapangan kerja non pertanian merupakan tenaga kerja tidak terampil, pendidikan rendah, dan biasanya berasal dari anggota keluarga sendiri. Oleh karena itu dalam perkembangan lapangan kerja non pertanian di pedesaan diprioritaskan pada jenis industri yang bertekhnologi sederhana, modal usaha kecil, dan bersifat padat karya sehingga jenis industri tersebut mudah untuk dikembangkan dan diusahakan oleh masyarakat pedesaan. Jumlah tenaga kerja apabila diikuti dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai akan memberikan kekuatan pada industri rumah tangga.
Tenaga kerja yang digunakan pengusaha industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat merupakan tenaga kerja kasar yang terbagi dalam:
(39)
1) Buruh harian tetap, yaitu buruh yang telah mempunyai keahlian dalam pembuatan produksi pangan tempe, tahu, keripik dan roti yang telah menetap pada satu majikan.
2) Buruh borongan, yaitu buruh yang mempunyai keterampilan tertentu dalam biadang pekerjaan pembuatan produksi pangan.
3) Buruh borongan tetap, yaitu buruh yang mempunyai keterampilan cukup ahli dalam pembuatan pangan, serta menetap pada satu majikan.
4) Buruh bulanan, yaitu buruh yang telah mempunyai keahlian dalam kegiatan produksi IRTP.
4. Kegiatan Proses Produksi
Kelancaran dari kegiatan proses produksi di dalam sebuah industri merupakan hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan kelangsungan hidup suatu perusahaan ditentukan baik atau tidaknya proses produksi yang ada di dalamnya.
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995:55). Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan menambah kegunaan suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002:23) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
(40)
Kedua definisi tersebut dapat disimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
Proses produksi IRTP di Kecamatan Ungaran Barat dalam hal ini adalah kegiatan produksi yang dimulai dari awal proses pengolahan bahan baku sampai pada proses pengemasan.
5. Pemasaran
Pemasaran dapat diartikan dengan menjual barang-barang tepat harga, tepat tempat dan dalam waktu yang tepat pula (Daveis, 1993:31). Daerah jangkauan pemasaran ini untuk mencukupi kebutuhan masyarakat atau konsumen di dalam suatu wilayah terhadap barang yang dibutuhkan (http://id.wikipedia.org/ wiki/Pemasaran. 15 Desember 2012).
Pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia (Kotler, 2001:9). Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memerlukan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial (Stanton, 1996:5).
Kotler (1997:8) mendefinisikan pemasaran adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian barang dan jasa, sejak dari produsen sampai
(41)
konsumen yang terakhir. Menurut Stanton (2001:7) definisi pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Sedangkan menurut Wasis (1997:145) pemasaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen yang diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen dan mencapai kebutuhan perusahaan.
Hardati dalam Rochman (2005:33) memberikan penjelasan bahwa pemasaran industri merupakan strategi memasarkan produk yang digunakan untuk proses prduksi selanjutnya. Pemasaran industri mengarahkan produknya untuk perusahaan-perusahaan yang menjual produknya kembali kepada orang lain, kepada lembaga-lembaga yang membutuhkannya untuk membantu aktifitas mereka setiap hari. Pemasaran industri mengarahkan produk untuk konsumen akhir atau pemakai.
Secara garis besar jalur-jalur pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a. Pemasaran secara langsung, yaitu.
a) Produsen menjual langsung dengan cara mengunjungi konsumen dari rumah ke rumah.
b) Produsen menjual produknya secara langsung kepada konsumen di pasar. b. Pemasaran secara tidak langsung, yaitu.
(42)
b) Produsen menjual produk pengecer kepada konsumen. c) Produsen menjual produk melalui jalur lelang khusus
Penelitian Hardati dalam Rochman (2005:34), yang dimaksud dengan pemasaran adalah cara pemasaran hasil industri, sedangkan untuk mencari cara pemasaran hasil industri yaitu apakah dengan menjual langsung dengan jalan mengunjungi konsumen ke rumah atau menjual secara langsung kepada pembeli dipasar atau dengan menjual secara tidak langsung yaitu menjual hasil produk industri melalui tengkulak ke pasar atau melalui juru lelang khusus.
Salah satu komponen dalam pemasaran adalah unsur tempat atau dalam beberapa buku banyak disebutkan sebagai aspek distribusi. Produsen tidak langsung menjual hasil produksinya kepada konsumen. Akan tetapi dalam mengembangkan pangsa pasar, produsen banyak melalui jalur untuk memasarkan hasil produksinya. Beberapa jalur-jalur pemasaran guna menunjang pemasaran suatu produk diantaranya.
a. Jalur distribusi untuk barang konsumsi
Perantara yang melakukan fungsi penyaluran barang dari tangan konsumen ke tangan konsumen akhir. Ada tiga macam jalur distribusi barang konsumsi diantaranya; a) Jalur distribusi langsung yaitu produsen langsung mendatangi konsumen, b) Jalur distribusi menggunakan perantara pengecer, c) Jalur distribusi menggunakan agen sebagai perantara.
b. Jalur distribusi untuk barang produksi
Ada empat macam jalur pemasaran untuk kelompok barang industri diantaranya; a) jalur distribusi langsung, b) jalur distribusi menggunakan
(43)
perantara distributor industri, c) jalur distribusi agen, dan d) jalur distribusi department pemasaran (http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/0613 0032-khaerunnisa-tri-d.ps. 20 Desember 2012).
Uraian tata cara pemasaran tersebut, maka pemasaran hasil industri rumah tangga pangan di Kecamatan Ungaran Barat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut.
1) Secara langsung, yaitu pengusaha menjual produk pangan langsung kepada konsumen yang datang ke lokasi industri.
2) Secara tidak langsung, yaitu pengusaha menjual produk pangan melalui penyalur yaitu pedagang pengumpul/tengkulak, pengecer dan distributor.
F. Pendapatan Rumah Tangga/Keluarga
Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh mata pencaharian/pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan seorang individu dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk atau negara (Sukirno, 1997:49).
Pendapatan adalah uang yang diterima oleh segenap orang yang merupakan balas jasa faktor-faktor produksi (Kaslan, 1990:236). Pendapatan disebut pula penghasilan yang berarti segala penerimaan keluarga baik berupa uang maupun barang dari pihak lain atau dari hasil penjualan yang dapat dinilai dengan sejumlah uang (Saedah, 1990:3).
Pendapatan keluarga adalah segala balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas kontribusi atau sumbangan seseorang terhadap proses
(44)
produksi, adapun jenis pendapatan seseorang dikategorikan menjadi 3 yaitu 1) pendapatan pokok, 2) pendapatan tambahan, dan 3) pendapatan lain-lain (Gilarso, 1994:40). Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan riil dari seluruh anggota keluarga yang dapat disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama atau perseorangan dalam rumah tangga.
Pendapatan ada dua macam yaitu pendapatan pokok dan pendapatan sampingan. Pendapatan pokok berarti pendapatan yang diperoleh dari usaha pokok. Sedangkan pendapatan sampingan adalah pendapatan diluar pendapatan pokok (Mubyarto, 1971:59). Pendapatan pokok dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja sebagai hasil aktifitas inti yang bisa dihandalkan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sedangkan yang dimaksud pendapatan sampingan/tambahan dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja untuk mengisi waktu luang yang kurang bisa dihandalkan untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Penelitian Puji Hardati dalam Subekhan (2007:10) menjelaskan bahwa untuk mengetahui pendapatan keluarga yaitu dengan menambahkan pendapatan pokok keluarga baik dari suami maupun istri dengan pendapatan sampingan keluarga baik dari suami maupun istri menggunakan rumus sebagai berikut.
I = ∑ (P)i + ∑ (NP)i Keterangan.
I = Pendapatan keluarga ∑ (P)i = Pendapatan sampingan ∑ (NP)i = Pendapatan pokok
(45)
Uraian diatas menunjukkan bahwa besar kecilnya pendapatan keluarga ditentukan oleh berbagai faktor yaitu pendapatan pokok dan pendapatan sampingan.
G. Tinjauan Penelitian Terkait
Penelitian dalam bidang geografi industri telah banyak dilakukan sebelumnya dalam bentuk skripsi, jurnal, artikel dan lain-lain. Penelitian tersebut diantaranya adalah Skripsi (Heri Rochman, 2005), (Subekhan, 2007), (Irianti, 2011) dan (Retnoningsih, 2012). Berikut adalah deskripsi dari masing-masing penelitian dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 yang telah terlampir.
Heri Rochman, 2005 dengan judul “Persebaran Dan Daya Serap Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga Batu Bata Di Desa Baran Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang”. Latar belakang penelitian adalah industri merupakan sumber mata pencaharian pokok dan memberikan sumbangan bagi pendapatan keluarga di desa Baran Kecamatan Ambarawa. Variabel penelitian adalah persebaran lokasi industri, daya serap tenaga kerja industri, sumbangan pendapatan keluarga dan pemasaran industri rumah tangga batu bata. Metode teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan batuan peta dan metode deskriptif dengan bantuan tabel.
Hasil penelitian adalah persebaran industri rumah tangga batu bata di desa Baran tersebar tidak merata mengikuti lokasi bahan baku berada dan yang terbesar berda di Dukuh Baran Gembongan sebanyak 38 unit (47,50%), daya serap tenaga kerja industri sebesar 213 orang (5,40%). Sumbangan pendapatan perajin industri
(46)
terhadap pendapatan keluarga rata-rata 61,60%, sedangkan sumbangan istri lebih kecil (38,40%). Pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 761.300,00 perbulan. Daerah pemasaran hasil industri rumah tangga batu bata Desa Baran sampai ke wilayah bagian timur Kabupaten Kendal dan Kota Salatiga, tetapi sebagian besar pemasaran produk batu bata Desa Baran melayani Desa-Desa yang berada di wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Cara pemasaran produk batu bata di Desa Baran sebagian besar langsung kepada konsumen yang langsung datang ke lokasi industri.
Imam Subekhan, 2007 dengan judul “Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Kuningan Di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui penyerapan tenaga kerja, pendapatan keluarga, cara pemasaran dan persebaran lokasi industri kecil kuningan dengan latar belakang bahwa industri tersebut mampu memberikan peluang peningkatan penghasilan dan memperluas kesempatan kerja. Variabel penelitian adalah lokasi industri kecil kuningan, bahan baku industri, tenaga kerja industri, pemasaran industri dan pendapatan serta pemetaaan persebaran industri. Metode teknik analisis data yang digunakan adalah analisis teori lokasi Weber, analisa penyerapan tenaga kerja, analisis persebaran lokasi industri, analisis cara pemasaran dan analisis jarak tempat tinggal kerja.
Hasil penelitian adalah tingkat penyerapan tenaga kerja industri di Kecamatan Juwana sebesar 8,5% dari jumlah penduduk usia kerja. Sedangkan tingkat penyerapan tenaga kerja industri kecil kuningan sebesar 6,7% dari tenaga kerja industri di kecamatan Juwana. Sumbangan pendapatan tenaga kerja industri
(47)
kecil kuningan terhadap pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 893.000,00 perbulan. Cara pemasaran hasil industri kecil kuningan di Kecamatan Juwana sebagian besar secara langsung (58,3%). Daerah pemasaran paling banyak di Surabaya (28,8%). Persebaran industri kecil kuningan di Kecamatan Juwana sebagian besar berada di Desa Growonglor sebanyak 77 unit (32,2%).
Diah Iriyanti, 2011 dengan judul “Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Periode 1999 – 2009”. Isi dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja industri dari tahun 1999 sampai 2009, megetahui karakteristik tenaga kerja industri serta persebaran lokasi industri di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Hal ini didasarkan bahwa pada Kecamatan Bergas merupakan bagian dari sentra kawasan industri berikat Kabupaten Semarang sehingga perkembangan industri tumbuh pesat dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga mampu menampung banyak tenaga kerja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis penyerapan tenaga kerja dan analisis penyebaran industri.
Hasil penelitian adalah penyerapan tenaga kerja sektor industri mengalami puncak penyerapan terbesar pada tahun 1999 mencapai 21,02%, Tingkat penyerapan mengalami penurunan terus menerus hingga hanya mencapai 4,67%. Pada tahun 2006 penyerapan tenaga kerja kembali pulih hingga tahun 2009 kenaikan berangsur-angsur hingga mencapai angka 16,73%. Rata-rata upah setiap bulannya adalah Rp.873.000,00. Pendapatan keluarga berkisar antara Rp.700.000,00 s/d Rp.3.200.000,00. Persebaran industri Besar berpusat di Karangjati, Ngempon dan Randugunting, Persebaran Industri Menegah berpusat
(48)
di Karangjati sedangkan sisanya berada di Wringin Putih, Ngempon dan Bergas Lor, Persebaran Industri Kecil hampir tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Bergas, berpusat di Karangjati, Bergas Lor dan Wujil, sedangkan sisanya tersebar di seluruh wilayah.
Dwi Retnoningsih, 2012 adalah “Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kacang Di Kabupaten Pati Tahun 2006 – 2010”. Tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja, mengetahui karakteristik demografi, sosial dan ekonomi tenaga kerja dan persebaran lokasi, daerah asal bahan baku, dan jangkauan pemasaran industri kacang Kabupaten Pati. Latar belakang tujuan penelitian adalah karena industri kacang perkembangannya saat ini tidak hanya pada industri besar, tetapi telah sampai pada industri rumah tangga dan kegiatan dalam industri kacang tersebut membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Variabel penelitian adalah penyerapan tenaga kerja, karakteristik tenaga kerja dan aspek persebaran industri, asal bahan baku serta jangkauan pemasaran. Metode analisis yang digunakan adalah analisis tingkat penyerapan tenaga kerja, analisis karakteristik tenaga kerja dan analisis keruangan.
Hasil penelitian adalah tingkat penyerapan tenaga kerja secara umum pada industri kacang di Kabupaten Pati dalam jangka waktu 5 tahun yaitu tahun 2006 sampai 2010 terjadi fluktuasi. Penyerapan tetinggi pada tahun 2007 yaitu mencapai 0,65% dan terendah pada tahun 2009 mencapai 0,55%. Karakteristik tenaga kerja industri meliputi; karakteristik demografi yaitu rata-rata berjenis kelamin wanita sebanyak 63,8% dengan umur 35 tahun sebanyak 9,5% dan berasal dari Kecamatan Pati sebanyak 38,8%. Berdasarkan karakteristik ekonomi
(49)
pendapatan keluarga rata-rata Rp.1.890.000.00 setiap bulannya. Lokasi industri kacang tersebar di 18 desa dari 7 kecamatan. Bahan baku industri rumah tangga berasal dari dalam kecamatan, industri kecil berasal dari antar kecamatan, industri sedang berasal dari antar kabupaten dan industri besar kacang berasal dari antar provinsi dan impor luar negeri. Jangkauan pemasaran pada industri kecil dan rumah tangga hanya dalam batas kecamatan. Pada industri sedang sampai batas kabupaten dan pada industri besar sampai ekspor ke luar negeri. Penjelasan secara rinci disajikan pada tabel 1 pada halaman 36-42.
(1)
Dijual sendiri di warung
Grobogan. 34 Pak Sunaro Dijual sendiri
di tempat pariwisata
- Mobil Luar Kec.Ungran Brt: Bawen, Bandungan, Ambarawa, Sumowono, Pringapus, Ungaran Timur.
Luar Kota/Kab.Smg: Kota Semarang, Kendal, Salatiga, Boyolali.
35 Bu Rohmi Dijual sendiri di toko
- Mobil Luar Ds. Lerep: Bandarjo, Branjang.
Luar Kec.Ungran Brt: Bawen, Pringapus, Kaliwungu. Luar Kota/Kab.Smg: Kota Semarang, Kendal, Jepara. 36 Bu Rohana Dijual sendiri
di pasar Bandarjo
- Sepeda motor Luar Ds. Lerep: Ungaran, Genuk.
Luar Kec.Ungran Brt: Ambarawa, Ungaran Timur. Luar Kota/Kab.Smg: Kota Semarang, Demak, Grobogan. 37 Pak Widodo Diambil oleh
pedagang dan konsumen Dijual sendiri
online
Pedagang luar daerah Pengecer
Mobil Dalam Desa Lerep: Indro Kilo, Lerep, Soka, Tegalrejo,Lorog, Karang Bolo, Kretek, Mapagan.
Luar Ds. Lerep: Bandarjo, Ungaran, Genuk, Candirejo, Langensari, Nyatnyono, Keji, Kalisidi, Branjang. Luar Kec.Ungran Brt: Bawen, Bandungan Ambarawa,
Sumowono, Banyubiru, Susukan, Pringapus, Kaliwungu, Ungaran Timur.
Luar Kota/Kab.Smg: Kota Semarang, Demak, Kendal, Temanggung, Salatiga, Boyolali, Pati, Jepara, Rembang, Grobogan.
38 Bu Rusiyam Dititipkan di warung
- Sepeda motor Luar Ds. Lerep: Genuk, Candirejo, Langensari, Nyatnyono, Branjang.
39 Bu Biatun Diambil oleh konsumen
- - Dalam Desa Lerep: Lerep, Soka, Karang Bolo Luar Ds. Lerep: Bandarjo, Ungaran. 40 Bu Miati Diambil oleh
konsumen
- - Dalam Desa Lerep: Lerep, Soka, Karang Bolo Luar Ds. Lerep: Bandarjo, Ungaran. 41 Pak Jasti Dijual sendiri
di pasar Diambil oleh
konsumen
- Sepeda motor Dalam Desa Lerep: Lerep, Soka, Karang Bolo Luar Ds. Lerep: Bandarjo, Ungaran.
42 Bu Kamsiah Dijual sendiri di pasar Bandarjo
- Angkutan umum
Dalam Desa Lerep: Lerep, Soka, Karang Bolo Luar Ds. Lerep: Bandarjo, Ungaran. 43 Pak Sujimin Dijual sendiri
di pasar Johar Diambil oleh
konsumen
- Sepeda motor Dalam Desa Genuk : Krajan barat, Rejosari, Genuk Barat, Karang Wetan, Gowongan, Sumbo, Krajan Timur, Luar Ds. Genuk : Gogik, Lerep, Bandarjo, Ungaran,
Candirejo, Langensari, Nyatnyono, Keji, Kalisidi, Branjang. Luar Kec.Ungran Brt: Bawen, Bandungan Ambarawa,
Pringapus, Kaliwungu, Ungaran Timur. 44 Bu Sri Mulyani Dititipken di
toko dan supermarket
- Mobil Dalam Desa Lerep: Indro Kilo, Lerep, Soka, Tegalrejo,Lorog, Karang Bolo, Kretek, Mapagan.
Luar Ds. Lerep: Bandarjo, Ungaran, Genuk, Candirejo, Langensari, Nyatnyono, Keji, Kalisidi, Branjang. Luar Kec.Ungran Brt: Bawen, Bandungan Ambarawa,
Sumowono, Banyubiru, Susukan, Pringapus, Kaliwungu, Ungaran Timur.
45 Bu Ekowati Dijual sendiri online Diambil oleh
konsumen
- Sepeda motor Dalam Desa Lerep: Indro Kilo, Lerep, Soka, Tegalrejo,Lorog, Karang Bolo, Kretek, Mapagan.
Luar Ds. Lerep: Bandarjo, Ungaran, Genuk, Candirejo, Langensari, Nyatnyono, Keji, Kalisidi, Branjang.
(2)
Identitas Pengusaha IRTP Kecamatan Ungaran Barat Tahun 2013 No Pengusaha Usia Pnddkn Trkhr Tnggngn Klrg
Pekerjaan Pokok Pengusaha
Pendapatan Pokok Pengusaha
Pekerjaan Sampingan Pengusaha
Pendapatan Sampingan Pengusaha
Klrg yg Bkrj
Pekerjaan Keluarga yg
Bekerja
Pendapatan Keluarga yg Bekerja
Total Pndptn Keluarga Pengusaha
Pengeluaran Makan Keluarga
Pengeluaran Pendidikan
Anak
Total Pengeluaran
1 Hj. Muqoronah 49 SD 1 Pengusaha Rp175.775,00 Warung Rp15,000,00 1 Tenaga kerja IRTP Rp 63.500,00 Rp254.275,00 Rp 50.000,00 Rp 15.000,00 Rp 65.000,00 2 Mbk Latifah 27 SMA - Pengusaha Rp233.450,00 - - - Rp233.450,00 Rp 15.000,00 - Rp 15.000,00 3 Bu Aminah 47 SD 3 Pengusaha Rp117.600,00 - - 1 Kuli bangunan Rp 50.000,00 Rp167.600,00 Rp 50.000,00 Rp 45.000,00 Rp 95.000,00 4 Pak Asroh 54 SD - Pengusaha Rp14.000,00 - - - Rp14.000,00 Rp 20.000,00 - Rp 20.000,00 5 Bu Iyaroh 55 SD 1 Pengusaha Rp9.500,00 - - 1 Supir Rp 30.000,00 Rp39.500,00 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 Rp 40.000,00 6 Bu Qoniah 45 SMA 2 Pengusaha Rp29.000,00 - - 1 Wiraswasta BTL Rp 50.000,00 Rp79.000,00 Rp 40.000,00 Rp 35.000,00 Rp 75.000,00 7 Bu Solihati 57 SD 1 Pengusaha Rp23.500,00 - - - Rp23.500,00 Rp 30.000,00 Rp 20.000,00 Rp 50.000,00 8 Hj. Halimah 65 SD 2 Pengusaha Rp52.000,00 - - - Rp52.000,00 Rp 50.000,00 Rp 30.000,00 Rp 80.000,00 9 Pak Khoirun 42 SMP 3 Pengusaha Rp21.000,00 - - - Rp21.000,00 Rp 50.000,00 Rp 30.000,00 Rp 80.000,00 10 Bu Murtofiah 35 SMA 1 Pengusaha Rp51.000,00 - - 1 Kuli bangunan Rp 50.000,00 Rp101.000,00 Rp 30.000,00 Rp15.000 ,00 Rp 45.000,00 11 Bu Kiptiah 58 SD - Pengusaha Rp23.750,00 Warung Rp 15.000,00 - - - Rp38.750,00 Rp 15.000,00 - Rp 15.000,00 12 Bu Muawanah 45 SMP 3 Pengusaha Rp63.250,00 - - - Rp63.250,00 Rp 60.000,00 Rp 60.000,00 Rp 120.000,00 13 Bu Muizzati 37 SD 3 Pengusaha Rp13.750,00 - - 1 Petani Rp 20.000,00 Rp33.750,00 Rp 50.000,00 Rp 30.000,00 Rp 80.000,00 14 Bu Tihamah 38 SMA 1 Pengusaha Rp7.450,00 - - 1 - - Rp7.450,00 Rp 20.000,00 Rp 15.000,00 Rp 35.000,00 15 Bu Rowiyah 40 SMA 1 Pengusaha Rp1.250,00 - - 1 Kuli bangunan Rp 50.000 ,00 Rp1.250,00 Rp 25.000,00 Rp 15.000,00 Rp 40.000,00 16 Pak Rohmat 34 SMA 3 Pengusaha Rp55.450,00 - - - Rp55.450,00 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00 Rp 80.000,00 17 Bu Sofrotun 41 SMA 2 Pengusaha Rp25.800,00 - - - Petani Rp 20.000,00 Rp45.800,00 Rp 25.000,00 Rp 40.000,00 Rp 65.000,00 18 Bu Istirohmat 42 SMA 2 Pengusaha Rp53.000,00 - - 1 Petani Rp 20.000,00 Rp73.000,00 Rp 35.000,00 Rp 40.000,00 Rp 75.000,00 19 Bu Mulihatun 38 SMA 2 Pengusaha Rp50.300,00 - - 1 Bengkel Rp 30.000,00 Rp80.300,00 Rp 25.000,00 Rp 35.000,00 Rp 60.000,00 20 Bu Rukayah 49 SD 1 Pengusaha Rp41.000,00 - - 1 Petani Rp 20.000,00 Rp61.000,00 Rp 25.000,00 Rp 20.000,00 Rp 45.000,00 21 Bu Jariyah 55 SD 3 Pengusaha Rp80.500,00 - - - Rp80.500,00 Rp 50.000,00 Rp 60.000,00 Rp 110.000,00 22 Bu
Mutomimah 43 SMP 4 Pengusaha Rp71.000,00 - - 1 -
-
Rp71.000,00 Rp 95.000,00
Rp 70.000,00 Rp 165.000,00 23 Bu Sofiatun 33 SMA 3 Pengusaha Rp63.500,00 - - 1 Petani Rp 20.000,00 Rp83.500,00 Rp 60.000,00 Rp 40.000,00 Rp 100.000,00 24 Bu Alfiah 37 SMA 2 Pengusaha Rp52.000,00 - - 1 Pelayaran Rp 50.000,00 Rp102.000,00 Rp 35.000,00 Rp 30.000,00 Rp 65.000,00 25 Bu Khasanah 35 SMA 3 Pengusaha Rp68.000,00 - - 1 Petani Rp 20.000,00 Rp88.000,00 Rp 80.000,00 Rp 40.000,00 Rp 120.000,00 26 Mb.Nafiatun 26 SMA 3 Pengusaha Rp40.000,00 - - 1 Bengkel Rp 30.000,00 Rp70.000,00 Rp 50.000,00 Rp 35.000,00 Rp 85.000,00 27 Bu Rumsah 41 SMA 3 Pengusaha Rp64.000,00 - - 1 Petani Rp 20.000,00 Rp84.000,00 Rp 60.000,00 Rp 50.000,00 Rp 110.000,00 28 Bu Sumiah 46 SD - Pengusaha Rp22.000,00 - - - Rp22.000,00 Rp 15.000,00 - Rp 15.000,00 29 Mbk Ummi 25 SMA 2 Pengusaha Rp1.131.000,00 - - 1 Tenaga kerja IRTP Rp 81.000,00 Rp1.212.000,00 Rp 35.000,00 Rp 20.000,00 Rp 55.000,00 30 Bu Rodyatun 44 SMP 3 Pengusaha Rp59.750,00 - - 1 Supir Rp 30.000,00 Rp89.750,00 Rp 45.000,00 Rp 45.000,00 Rp 90.000,00 31 Bpk Muhib 49 S1 3 PNS
Rp157.500,00 Pengusaha Rp
171.500,00 1 Tenaga kerja IRTP
Rp 71.500,00
Rp400.500,00 Rp 50.000,00
Rp 60.000,00 Rp 110.000,00 32 Mbk Ani F. 24 SMA 2 Pengusaha Rp40.000,00 - - 1 Tenaga kerja IRTP Rp 52.500,00 Rp92.500,00 Rp 25.000,00 Rp 20.000,00 Rp 45.0000,00 33 Bu Ummi N. 37 SMA 3 Pengusaha Rp21.750,00 Warung Rp 15.000,00 1 Tenaga kerja IRTP Rp 33.500,00 Rp36.750,00 Rp 35.000,00 Rp 40.000,00 Rp 75.000,00 34 Pak Sunarno 46 SMP 2 Pengusaha Rp13.250,00 - - 1 Tenaga kerja IRTP Rp 46.500,00 Rp59.750,00 Rp 25.000,00 Rp 35.000,00 Rp 60.000,00 35 Bu Rohmi 40 SMA 2 Pengusaha Rp42.000,00 - - 1 Kuli bangunan Rp 50.000,00 Rp92.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 60.000,00 36 Bu Rohana 43 SMA 2 Pengusaha Rp28.500,00 - - 1 Kuli bangunan Rp 50.000,00 Rp78.500,00 Rp 25.000,00 Rp 25.000,00 Rp 50.000,00 37 Pak Widodo 42 SMA 3 Pengusaha Rp18.250,00 - - 1 Tenaga kerja IRTP Rp 84.000,00 Rp102.250,00 Rp 50.000,00 Rp 50.000,00 Rp 100.000,00 38 Bu Rusiyam 38 SMA 1 Pengusaha Rp33.500,00 - - 1 Kuli bangunan Rp 50.000,00 Rp83.500,00 Rp 20.000,00 Rp 15.000,00 Rp 35.000,00 39 Bu Biatun 47 SD - Pengusaha Rp19.450,00 - - - Rp19.450,00 Rp 15.000,00 - Rp 15.000,00 40 Bu Miati 50 SMP 2 Pengusaha Rp78.800,00 - - 1 Tenaga kerja IRTP Rp 25.000,00 Rp103.800,00 Rp 35.000,00 Rp 40.000,00 Rp 75.000,00
(3)
41 Pak Jasti 56 SD 2 Pengusaha Rp21.350,00 - - 1 Tenaga kerja IRTP Rp 25.000,00 Rp46.350,00 Rp 25.000,00 Rp 35.000,00 Rp 60.000,00 42 Bu Kamsiah 43 SMA 1 Pengusaha Rp39.500,00 - - 1 Kuli bangunan Rp 50.000,00 Rp89.500,00 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 Rp 40.000,00 43 Pak Sujimin 45 SMA 3 Pengusaha Rp49.000,00 - - 1 Tenaga kerja IRTP Rp 25.000,00 Rp74.000,00 Rp 50.000,00 Rp 45.000,00 Rp 95.000,00 44 Bu Sri Mulyani 43 SMA 2 Pengusaha Rp467.300,00 - - - Rp467.300,00 Rp 50.000,00 Rp 35.000,00 Rp 85.000,00 45 Bu Ekowati 39 SMA 2 Pengusaha Rp72.150,00 - - 1 Pedagang Rp 50.000,00 Rp122.150,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 60.000,00
Jumlah 88
Rp.3.815.000,00 Rp.201.000,00 32
Rp.1.217.000,00 Rp.5.216.000,00 Rp 1.865.000,00
Rp 1.360.000,00
Rp 3.465.000,00 Rata-rata 2 Rp.85.000,00 Rp.50.000,00 1 Rp.28.000,00 Rp.116.000,00 Rp 42.000,00 Rp 31.000,00 Rp 77.000,00
(4)
Lampiran 12
Tabulasi Jawaban Responden Tentang Pendapatan Pengusaha IRTP Tahun 2013
No Pengusaha Hasil Produksi Jumlah Total
Produk
Jumlah Total
Produk Total Pendapatan
1 Hj. Muqoronah Tempe Keripik tempe
162 unit
473 bungkus 635 produk Rp.952.500,00
2 Mbk Latifah Tempe Keripik tempe
150 unit
675 bungkus 825 produk Rp.1.237.500,00
3 Bu Aminah Tempe
Keripik tempe
90 unit
338 bungkus 428 produk Rp.642.000,00
4 Pak Asroh Keripik tempe 405 bungkus 405 produk Rp.607.500,00
5 Bu Iyaroh Keripik tempe 135 bungkus 135 produk Rp.202.500,00
6 Bu Qoniah Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau
338 bungkus 70 bungkus 55 bungkus
463 produk Rp.722.000,00
7 Bu Solihati Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau
55 bungkus
70 bungkus 125 produk Rp.215.000,00
8 Hj. Halimah Keripik tempe 810 bungkus 810 produk Rp.1.215.000,00
9 Pak Khoirun Keripik tempe 473 bungkus 473 produk Rp.709.500,00
10 Bu Murtofiah Keripik tempe
Keripik tumpi kacang hijau
203 bungkus
140 bungkus 343 produk Rp.514.500,00
11 Bu Kiptiah Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau Keripik Bayam
135 bungkus 55 bungkus 70 bungkus 65 bungkus
325 produk Rp.515.000,00
12 Bu Muawanah Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah
675 bungkus
165 bungkus 840 produk Rp.1.342.500,00
13 Bu Muizzati Keripik tempe Keripik Bayam
270 bungkus
65 bungkus 335 produk Rp.502.500.00
14 Bu Tihamah Keripik bayam 65 bungkus 65 produk Rp.97.500,00
15 Bu Rowiyah Keripik tempe 68 bungkus 68 produk Rp.102.000,00
16 Pak Rohmat Keripik tempe 608 bungkus 608 produk Rp. 912.000,00
17 Bu Sofrotun Keripik tempe
Keripik tumpi kacang tanah Keripik bayam
243 bungkus 55 bungkus 65 bungkus
363 produk Rp.572.000,00
18 Bu Istirohmat Keripik tempe
Keripik tumpi kacang hijau Keripik bayam
270 bungkus 140 bungkus 65 bungkus
475 produk Rp.712.500,00
19 Bu Mulihatun Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau Keripik bayam
405 bungkus 110 bungkus 140 bungkus 130 bungkus
785 produk Rp.1.232.500,00
20 Bu Rukayah Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau Keripik Bayam
165 bungkus 210 bungkus 195 bungkus
570 produk Rp.854.500,00
21 Bu Jariyah Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau Keripik bayam
270 bungkus 83 bungkus 105 bungkus 65 bungkus
523 produk Rp.826.000,00
22 Bu
Mutomimah
Keripik tempe
810 bungkus 810 produk Rp.1.215.000,00
23 Bu Sofiatun Keripik tempe 603 bungkus 603 produk Rp.912.000,00
24 Bu Alfiah Keripik tempe 270 bungkus 270 produk Rp.405.000,00
25 Bu Khasanah Keripik tempe 743 bungkus 743 produk Rp.114.500,00
26 Mb.Nafiatun Keripik tempe 405 bungkus 405 produk Rp.607.500,00
27 Bu Rumsah Keripik tempe 675 bungkus 675 produk Rp.1.012.500,00
28 Bu Sumiah Keripik tempe 338 bungkus 338 produk Rp.507.000,00
29 Mbk Ummi Keripik tempe 810 bungkus 810 produk Rp.1.215.000,00
30 Bu Rodyatun Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau Keripik bayam
135 bungkus 55 bungkus 70 bungkus 65 bungkus
325 produk Rp.515.000,00
(5)
Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau Keripik bayam
110 bungkus 70 bungkus 130 bungkus 32 Mbk Ani F. Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau Keripik bayam
270 bungkus 83 bungkus 105 bungkus 65 bungkus
523 produk Rp.826.000,00
33 Bu Ummi N. Keripik tempe Keripik bayam
270 bungkus
65 bungkus 335 produk Rp.502.500,00
34 Pak Sunaro Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau
338 bungkus 55 bungkus 70 bungkus
463 produk Rp.722.000,00
35 Bu Rohmi Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau Keripik bayam
165 bungkus 210 bungkus 195 bungkus
570 produk Rp.937.500,00
36 Bu Rohana Keripik tempe
Keripik peyek kacang hijau
675 bungkus
140 bungkus 430 produk Rp.514.500,00
37 Pak Widodo Keripik tempe
Keripik peyek kacang tanah
675 bungkus
165 bungkus 840 produk Rp.1.342.500,00
38 Bu Rusiyam Keripik peyek kacang tanah Keripik tumpi kacang hijau
55 bungkus
70 bungkus 125 produk Rp.215.000,00
39 Bu Biatun Tempe 150 unit 150 produk Rp.225.000,00
40 Bu Miati Tempe 330 unit 330 produk Rp.495.000,00
41 Pak Jasti Tempe 180 unit 180 produk Rp.270.000,00
42 Bu Kamsiah Tempe 144 unit 144 produk Rp.216.000,00
43 Pak Sujimin Tahu 500 potong 500 produk Rp.750.000,00
44 Bu Sri Mulyani Roti tawar Roti sobek Roti manis
220 bungkus 220 bungkus 220 bungkus
660 produk Rp.3.960.000,00
45 Bu Ekowati Bolu kukus Cupcake Brownies
125 unit 125 unit 125 unit
375 produk Rp.750.000,00
Jumlah Rp.33.716.500,00
(6)