MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN GURU BKKONSELOR SMA KK B PROFESIONAL
PPPPTK Penjas dan BK | 27 Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap anggota profesi Bimbingan dan
Konseling Indonesia. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia wajib dipatuhi dan diamalkan oleh pengurus dan anggota organisasi
tingkat nasional, propinsi, dan kebupatenkota Anggaran Rumah Tangga Bimbingan dan Konseling, Bab II, Pasal 2
b. Kesukarelaan, yaitu asas kesukaan dan kerelaan peserta
didikkonseli mengikuti
layanan yang
diperlukannya. Proses
bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau konseli maupun dari pihak konselor.
Konseli diharapkan secara sukarela dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya serta
mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor. Konselor hendaknya dapat
memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
c. Keterbukaan, yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan
dan konseling yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan dan menerima informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing seyogianya mengembangkan keterbukaan peserta didikkonseli. Keterbukaan ini
sangat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didikkonseli yang menjadi sasaran
layanan kegiatan. Supaya peserta didikkonseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-
pura. Supaya harapan dan kebutuhan konseli dapat terpenuhi oleh konselor,
maka pendekatan
yang dapat
dilakukan adalah
pembahasan tujuan konseling secara terbuka. Atas dasar hasil pembahasan tersebut dilakukan penyusunan program konseling yang
disepakati bersama oleh konselor dan konseli Nelson-Jones yang dikutip oleh Sukartini 2005:4.
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN GURU BKKONSELOR SMA KK B PROFESIONAL
28 | PPPPTK Penjas dan BK
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun
keterbukaan dari konseli. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, tetapi juga diharapkan
masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan
bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri, sehingga dengan keterbukaan ini
penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan konseli dapat dilaksanakan.
Keterusterangan dan kejujuran konseli akan terjadi jika konseli tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesukarelaan. Maksudnya,
konseli telah betul-betul mempercayai konselornya dan benar-benar mengharapkan bantuan dari konselornya. Lebih jauh keterbukaan
akan semakin berkembang apabila konseli tahu bahwa konselornya terbuka
d. Keaktifan, yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan