Kewenangan Direksi Peseroan dalam melaksanakan pengurusan

C. Kewenangan Direksi Peseroan dalam melaksanakan pengurusan

perusahaan Pengurusan dalam perseroan terbatas dilakukan oleh orang perorangan yang ditugaskan oleh perseroan terbatas dalam organ Direksi. Ini berarti, pengurusan mengenai kegiatan usaha perseroan terbatas, harus dilaksanakan sesuai dengan : a. Kepentingan perseroan ; b. Maksud dan tujuan perseroan terbatas intra vires act ; c. Ketentuan mengenai larangan dan batasan yang diberikan dalam : 1 Undang-Undang, khususnya UUPT, 2 Anggaran Dasar perseroan tersebut. Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 satu orang, yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi masing-masing Direktur, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan adalah tidak terbatas dan tidak besyarat, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, anggaran dasar, atau keputusan RUPS. Keputusan RUPS tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan UUPT dan atau anggaran dasar perseroan. Perwakilan Direksi dalam Perseroan Terbatas, hanya mengikat harta kekayaan Perseroan Terbatas. Direksi tidak mewakili pemegang saham secara individu dan tidak mengikat pemegang saham dengan pihak ketiga. Universitas Sumatera Utara Perwakilan merupakan tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk kepentingan orang atau pihak lain, serta untuk dan atas nama orang atau pihak tersebut. Perwakilan dapat terjadi karena : a. Kehendak Undang-Undang semata-mata, yaitu dalam hal pengurusan dan perwakilan yang dilakukan oleh orang perorangan tertentu terhadap harta kekayaan dari orang perorangan yang dinyatakan tidak cakap untuk bertindak dalam hukum ; b. Kehendak Undang-Undang yang disertai dengan perbuatan manusia, dalam zaakwaarneming ; c. Putusan dan atau penetapan Pengadilan ; d. Pemberian kuasa yang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus lastgeving ; e. Pengurusan yang dilakukan oleh orang-perorangan yang merupakan pengurus harta bersama yang disebut dengan “badan”, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang mempunyai aspek kehendak Undang-Undang dan perjanjian pemberian kuasa di dalamnya. Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila : a. Terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan ; atau b. Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan. Universitas Sumatera Utara Dalam hal terdapat benturan kepentingan, yang berhak mewakili Perseroan adalah : a. Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan ; b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan ; atau c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Pereroan. Bagi Perseroan Terbatas, Direksi adalah trustee sekaligus Agent bagi Perseroan Terbatas. Dikatakan sebagai trustee karena Direksi malakukan pengurusan terhadap harta kekayaan perseroan, dan dikatakan sebagai agent, karena Direksi bertindak keluar untuk dan atas nama Perseroan Terbatas, selaku pemegang kuasa Perseroan Terbatas, yang mengikat Perseroan Terbatas dengan pihak ketiga. Ini berarti ada hubungan kepercayaan yang melahirkan kewajiban kepercayaan fiduciary duty antara direksi dan perseroan. Sehubungan dengan hal tersebut, Direksi memiliki : duty of loyalty and good faith ; dan duty of diligence and care ; terhadap Perseroan Terbatas. Direksi Perseroan Terbatas diangkat dan diberhentikan melalui RUPS. Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap Universitas Sumatera Utara melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 lima tahun sebelum pengangkatannya pernah : 68 a. Dinyatakan pailit ; b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit ; atau c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dan atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Dan ketentuan atau persyaratan lain yang diatur oleh instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengangkatan anggota Direksi yang tidak memenuhi persyaratan batal karena hukum sejak saat anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Dalam jangka waktu paling lambat 7 hari terhitung sejak diketahui, anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris harus mengumumkan batalnya pengangkatan anggota Direksi yang bersangkutan dalam Surat Kabar dan memberitahukannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan. Terkait dengan perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota Direksi sebelum pengangkatannya batal, maka perbuatan hukum tersebut tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab Perseroan, dan tidak mengurangi tanggung jawab anggota Direksi yang bersangkutan terhadap kerugian Perseroan. Sedangkan perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama 68 Pasal 93 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Perseroan oleh anggota Direksi setelah pengangkatannya batal, adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pribadi anggota Direksi yang bersangkutan. Dalam Business Judgement Rule atau disingkat BJR merupakan aturan yang memberikan kekebalan atau perlindungan bagi manajemen perseroan dari setiap tanggung jawab yang lahir sebagai akibat dari transaksi atau kegiatan yang dilakukan olehnya sesuai dengan batas-batas kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepadanya., dengan pertimbangan bahwa kegiatan tersebut telah dilakukan dengan memperhatikan standar kehati-hatian dan itikad baik. 69 Aturan Business Judgement Rule didasarkan pada konsepsi bahwa Direksi lebih tahu dari siapapun juga mengenai keadaan perusahaannya dan karenanya landasan dari setiap keputusan yang diambil olehnya. Untuk itu, maka Direksi Rule immunizies management from liability in corporate transactation undertaken within power og corporation and authority of management where there is reasonable basis to indicate that transaction was made with due care and in good faith Business Judgement Rule adalah prinsip dalam corporate Governance yang telah menjadi bagian dari tradisi hukum common law lebih dari seratus lima puluh tahun, yang secara tradisional dipergunakan sebagai tameng untuk melindungi Direksi dari tanggung jawab setiap keputusan yang diambilnya. Jika Direksi berhak atas perlindungan Business Judgement Rule maka pengadilan tidak boleh ikut campur apalagi mempertanyakan keputusan yang diambil Direksi. 69 Gunawan Widjaja, 150 Tanya jawab tentang Perseroan Terbatas Jakarta: forum sahabat, 2008, hal 67 Universitas Sumatera Utara selama dan sepanjang dalam mengambil keputusannya, Direksi tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan yang memberikan manfaat pribadi self-dealing atau tidak mempunyai kepentingan pribadi personal interest dan telah melaksanakan prinsip kehati-hatian dengan itikad baik. Business Judgement yang diambil Direksi tidak dapat ditentang atau dipertanyakan, kecuali keputusan tersebut telah diambil secara ceroboh in negligent manner , dilakukan dengan cara curang tainted by fraud , adanya benturan kepentingan conflict of interest atau didasarkan pada suatu perbuatan melawan hukum illegality . Setiap pihak yang menyangkal, meragukan, mempertanyakan keputusan yang diambil Direksi perseroan wajib untuk membuktikan terlebih dahulu apakah keputusan yang diambil tersebut telah dilakukan dengan cara : a. Tidak memenuhi proses, tata cara atau prisedur yang diwajibkan ; b. Tidak dilakukan dengan semata-mata untuk kepentingan perseroan dan para stakeholdersnya, yaitu bahwa keputusan tersebut : 1 Diambil dengan kecurangan fraud , 2 Mampunyai benturan kepentingan conflict of interest di dalamnya, 3 Terdapat unsur perbuatan yang melanggar hukum illegality , 4 Terjadinya kelalaian berat gross negligence Universitas Sumatera Utara Tugas Direksi menurut UUPT a. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada Perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk selanjutnya didaftar dalam daftar khusus 70 ; dengan sanksi bahwa Anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian bagi Perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut. 71 b. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal dan hari pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak. 72 Dalam hal pemberitahuan tersebut belum dilakukan, Menteri menolak permohonan persetujuan atau pemberitahuan yang dilaksanakan berdasarkan susunan dan nama pemegang saham yang belum diberitahukan tersebut ; 73 c. Terkait dengan pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Perseroan, Direksi wajib memastikan bahwa pembelian tersebut dilakukan dengan cara dan proses yang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 37 ayat 1 UUPT, yang jika bertentangan mengakibatkan pembelian 70 Pasal 101 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 71 Pasal 101 ayat 2 UU no. 40 Tahun 2007 72 Pasal 56 ayat 3 UU no. 40 Tahun 2007 73 Pasal 56 ayat 4 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara tersebut menjadi batal karena hukum. 74 Dalam hal terjadi pertentangan yang membatalkan transaksi pembelian tersebut, maka Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum tersebut ; 75 d. Terkait dengan pembagian dividen interim, Direksi wajib memastikan bahwa : 1 Akibat pembagian tersebut jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib ; 2 Pembagian dividen interim tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan Perseroan ; 3 Ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris ; 4 Jika ternyata setelah tahun buku perseroan berakhir perseroan menderita kerugian, pemegang saham harus dapat mengembalikan dividen interim yang telah dibagi tersebut kepada perseroan ; 76 Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dan dividen interim yang telah dibagikan yang seharusnya dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan tidak dapat dikembalikan, maka Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan ; 74 Pasal 37 ayat 2 UU no. 40 Tahun 2007 75 Pasal 37 ayat 4 UU no. 40 Tahun 2007 76 Pasal 72 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Kewajiban Direksi menurut UUPT 1 Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan risalah rapat Direksi ; 2 Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Dokumen Perusahaan ; dan 3 Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen Perseroan lainnya ; 77 a. Direksi wajib menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang ; 78 b. Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir ; 79 c. Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan public untuk diaudit apabila : 1 Kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun dan atau mengelola dana masyarakat; 2 Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat ; 3 Perseroan merupakan Perseroan Terbuka ; 77 Pasal 100 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 78 Pasal 63 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 79 Pasal 66 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara 4 Perseroan merupakan persero ; 5 Perseroan mempunyai asset dan atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp. 50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah ; atau 6 Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Dalam hal kewajiban tersebut tidak dipenuhi, maka laporan keuangan tidak disahkan oleh RUPS ; 80

d. Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya dengan didahului

pengambilan RUPS kepada pemegang saham sebelum RUPS diselenggarakan ; 81 1 1 satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 110 satu persepuluh atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil ; atau Penyelenggaraan RUPS tersebut dapat dilakukan atas permintaan : 2 Dewan Komisaris. 82 e. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk : 1 Mengalihkan kekayaan Perseroan ; atau 2 Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan ; yang merupakan lebih dari 50 lima puluh persen jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak ; 83 80 Pasal 68 UU no. 40 Tahun 2007 81 Pasal 79 ayat 1 jo. Pasal 81 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 82 Pasal 79 ayat 2 UU no. 40 Tahun 2007 83 Pasal 102 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Transaksi tersebut adalah transaksi pengalihan kekayaan bersih Perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1 tahun buku atau jangka waktu yang lebih lama sebagaimana diatur dalam anggaran dasar Perseroan, namun demikian perbuatan hukum tersebut yang dilakukan tanpa persetujuan RUPS, tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lain dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik. 84 Kewajiban untuk meminta persetujuan RUPS tidak berlaku terhadap tindakan pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi sebagai pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan anggaran dasarnya. 85 f. Direksi wajib memperoleh persetujuan RUPS sebelum mengajukan permohonan pailit atas Perseroan sendiri kepada Pengadilan Niaga dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ; 86 g. Direksi wajib memperoleh persetujuan RUPS sebelum mengajukan permohonan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perseroan ; 87 h. Direksi wajib memperoleh persetujuan RUPS sebelum mengajukan permohonan pembubaran perseroan. 88 84 Pasal 102 ayat 2 jo Pasal 102 ayat 4 UU no. 40 Tahun 2007 85 Pasal 102 ayat 3 UU no. 40 Tahun 2007 86 Pasal 104 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 87 Pasal 125 ayat 4 UU no. 40 Tahun 2007 88 Pasal 144 ayat 1 jo Pasal 142 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Pada Umumnya, tindakan Direksi memperoleh dan dapat disahkan melalui RUPS, kecuali dalam hal terjadi pelanggaran terhadap : a. Tindakan ultra vires, yaitu Direksi melakukan tindakan di luar maksud dan tujuan perseroan ; b. Tindakan yang memerlukan persetujuan special quorum, dengan tujuan untuk menghindari terjadinya fraud on minority yaitu tindakan atau perbuatan melawan hukum yang dibuat perusahaan yang dalam hal ini dilakukan oleh Direksi yang merugikan kepentingan Perseroan secara umum, meskipun hal tersebut disetujui oleh pemegang saham mayoritas lainnya . Tindakan atau sanksi yang dapat diambil bagi Direksi yang melanggar tugasnya adalah : a. Injuction or declaration ; yang ditujukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap fiduciary duty lebih lanjut. b. Damages or compensation, atau ganti rugi ; c. Restoration of the company’s property, dalam bentuk pengembalian harta kekayaan perseroan yang telah diambil dan atau dimanfaatkan secara tidak sah ; d. Rescission of the contract, yaitu pembatalan perjanjian yang telah dibuat untuk kepentingan Direksi pribadi ; e. Account of profits, yaitu penyerahan keuntungan yang diperoleh oleh anggota Direksi tersebut sebagai akibat tindakan yang dilakukan secara tidak sah, yang menguntungkan dirinya sendiri kepada Perseroan ; Universitas Sumatera Utara f. Summary dismissal ; yang terkait dengan hak-hak ketenagakerjaan, yaitu hak Perseroan sebagai pemberi kerja untuk memberhentikan anggota Direksi berkenaan, sebagai karyawannya. g. Expropriation of member’s property ; yang hanya diterapkan atau diberlakukan dalam hal terdapat fraud on minority, yaitu yang merugikan kepentingan minoritas dalam Perseroan. Pengaturan sanksi bagi Direksi yang melanggar tugasnya dalam UUPT yaitu : a. Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya 89 dan dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. 90 b. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya 91 dan dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku secara tanggung renteng. 92 c. Semua pasal mengenai pertanggungjawaban pribadi direksi yang diatur dalam UUPT. Ini berarti setiap pemegang saham pribadi yang dirugikan dan kreditor sebagai akibat harta kekayaan perseroan yang berkurang dan tidak dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban perseroan dapat mengajukan gugatan kepada Direksi Perseroan. 89 Pasal 106 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 90 Pasal 105 ayat 1 UU no. 40 Tahun 2007 91 Pasal 97 ayat 3 UU no. 40 Tahun 2007 92 Pasal 97 ayat 4 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara d. Atas nama Perseroan, pemegang saham yamng mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke Pengadilan Negeri. 93 Setiap anggota Direksi yang diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris akan diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan dengan menyebutkan alasannya. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugas pengurusan dan perwakilan bagi perseroan. Dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS. Dalam RUPS tersebut anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Selanjutnya RUPS akan menyatakan untuk mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut. Dalam hal RUPS menguatkan keputusan pemberhentian sementara, anggota Direksi yang bersangkutan diberhentikan untuk seterusnya. Dalam hal jangka waktu 30 tiga puluh hari telah lewat RUPS tersebut tidak diselenggarakan, atau RUPS tidak dapat mengambil keputusan, maka pemberhentian sementara tersebut menjadi batal. Bagi Perseroan Terbuka, penyelenggaraan RUPS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal. Dalam anggaran dasar diatur ketentuan apabila ada anggota Direksi yang berhenti atau diberhentikan, yaitu : 93 Pasal 97 ayat 6 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara a. Tata cara pengunduran diri anggota Direksi ; b. Tata cara pengisian jabatan anggota Direksi yang lowong ; dan c. Pihak yang berwenang menjalankan pengurusan dan mewakili Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuk sementara. Dengan demikian berarti tidak ada kevakuman dalam pengurusan perseroan, jika ada anggota Direksi yang berhenti atau diberhentikan. Tanggung Jawab Direksi menurut UUPT a. Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum tersebut ; 94 b. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan atau menyesatkan, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan ; 95 c. Dalam hal dilakukan pembagian dividen interim oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris sebelum tahun buku Perseroan berakhir, namun ternyata setelah akhir tahun buku diketahui dan Perseroan terbukti menderita kerugian, sedangkan pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah dibagikan tersebut kepada Perseroan ; 96 94 Pasal 37 ayat 3 UU no. 40 Tahun 2007 95 Pasal 69 ayat 3 UU no. 40 Tahun 2007 96 Pasal 72 ayat 6 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara d. Dalam pengangkatan anggota Direksi yang menjadi batal sebagai akibat tidak memenuhi persyaratan pengangkatannya, maka meskipun perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota Direksi sebelum pengangkatannya batal, tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab Perseroan, namun demikian anggota Direksi yang bersangkutan tetap bertanggung jawab terhadap kerugian Perseroan ; 97 e. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya 98 dan dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku secara tanggung renteng ; 99 f. Anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajibannya melaporkan kepada Perseroan saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus, dan akibatnya menimbulkan kerugian bagi Perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut ; 100 g. Dalam hal kepailitan, baik karena permohonan Perseroan Terbatas maupun permohonan pihak ketiga, terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam 97 Pasal 95 ayat 5 UU no. 40 Tahun 2007 98 Pasal 97 ayat 3 UU no. 40 Tahun 2007 99 Pasal 97 ayat 4 UU no. 40 Tahun 2007 100 Pasal 101 ayat 2 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. 101 Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 lima tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan ; 102 h. Dalam hal Direksi diwajibkan untuk meminta persetujuan atau bantuan kepada Dewan Komisaris sebelum Direksi melakukan perbuatan hukum tertentu. Meskipun UUPT menyatakan bahwa perbuatan hukum tetap mengikat Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik, hal tersebut dapat mengakibatkan tanggung jawab pribadi anggota Direksi, manakala terjadi kerugian pada Perseroan. 103 Dalam pengelolaan Perseroan, sekurang-kurangnya tiga kepentingan yang harus diperhatikan, yaitu : a. Kepentingan Perseroan ; b. Kepentingan pemegang saham Perseroan khususnya pemegang saham minoritas ; dan c. Kepentingan pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan Perseroan, khususnya kepentingan dari para kreditor Perseroan. 101 Pasal 104 ayat 2 UU no. 40 Tahun 2007 102 Pasal 104 ayat 3 UU no. 40 Tahun 2007 103 Penjelasan Pasal 117 ayat 2 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Sebagaimana halnya pelanggaran-pelanggaran hukum lainnya, yang memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dan atas namanya melakukan gugatan terhadap pihak yang menerbitkan kerugian tersebut, pelanggaran oleh direksi dalam mengurus Perseroan Terbatas suatu perseroan, juga menerbitkan hak untuk menggugat Direksi dan atau masing-masing anggotanya yang telah menerbitkan kerugian tersebut. Pada mulanya, dalam keadaan normal, Direksi bertindak untuk kepentingan Perseroan. Dalam konteks yang demikian berarti, jika terjadi kerugian pada harta kekayaan perseroan, yang disebabkan oleh tindakan Direksi yang salah, lalai, atau mempunyai benturan kepentingan atau perbuatan melawan hukum, maka Perseroan adalah satu-satunya pihak yang berhak untuk menuntut kerugian tersebut. Selanjutnya, oleh karena harta kekayaan Perseroan juga adalah “harta kekayaan” pemegang saham, maka Undang-Undang memberikan hak derivatif derivative action kepada pemegang saham Perseroan yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan, atas nama Perseroan, melalui Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalaha atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. 104 Perkembangan hukum Perseroan menunjukkan bahwa dalam kepailitan, Direksi tidak lagi bertanggung jawab kepada Perseroan dan pemegang saham Dalam hal yang dirugikan ada kepentingan pemegang saham minoritas, maka hak tersebut diberikan kepada individu pemegang saham. 104 Pasal 97 ayat 6 UU no. 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara semata-mata, melainkan kepada kreditor Perseroan. Dengan demikian berarti juga fiduciary duty yang pada mulanya hanya berlaku bagi kepentingan Perseroan ternyata juga telah bergeser, menjadi tidak hanya semata-mata bagi kepentingan Perseroan dan pemegang saham, melainkan juga kepentingan dari kreditor Perseroan. Hak gugat Perseroan terhadap Direksi yang melakukan pelanggaran, dalam bentuk kesalahan atau kelalaian atau perbuatan yang mempunyai benturan kepentingan atau perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian pada Perseroan juga selanjutnya diberikan kepada kreditor, manakala Perseroan berada dalam kepailitan. Bahwasanya, kewenangan Direksi Perseroan dalam melaksanakan pengurusan perusahaan tidak terlepas dari Business Judgment Rule bagi Direksi dalam UUPT yang dapat ditemukan pengaturan konkritnya dalam : a. Pasal 69 ayat 4 UUPT yang menyatakan bahwa anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari tanggung jawab sebagai akibat laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan atau menyesatkan apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya ; b. Pasal 97 ayat 5 UUPT yang menyatakan bahwa anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian Perseroan Terbatas jika dapat membuktikan : 1 Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya ; 2 Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan ; Universitas Sumatera Utara 3 Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian ; dan 4 Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. c. Pasal 104 ayat 4 UUPT yang menyatakan bahwa anggota Direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan apabila dapat membuktikan : 1 Kepailitan tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaiannya ; 2 Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan ; 3 Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan ; dan 4 Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan. Universitas Sumatera Utara

BAB III PRINSIP AKUNTABILITAS

DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE

A. Ruang Lingkup Good Corporate Governance

Corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. 105 Corporate governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditur, dan masyarakat sekitar. Good Corporate Governance berusaha menjaga keseimbangan diantara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam Corporate governance adalah mencari cara untuk memaksimumkan penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak membebankan ongkos yang tidak patut kepada pihak ketiga atau masyarakat luas. 106 Prinsip Dasar GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu 105 Pasal 1 butir a, KEP-117M-MBU2002 106 Amin Widjaja Tunggal, Tata Kelola Perusahaan, Teori dan kasus, Jakarta : Harvarindo, 2008 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening , Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 170 122

Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia

11 76 97

Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Dalam Pelayan Publik Studi Kantor Camat Medan Marelan

12 80 76

Pengaruh Pelaksanaan Prinsip Good Governance Tentang Responsivitas Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Kuantan Tengah, Kab. Kuantan Singingi, Riau)

2 61 112

Implementasi Prinsip Kehati-Hatian Dalam Penerapan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara

35 350 429

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Analisis Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Karyawan Di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit Umum Daerah DR. Zainoel Abidin Banda Aceh

11 96 111

Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) (Studi Pada Kantor PTPN III (Persero) Tanjung Morawa)

10 50 131

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening
( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia)

1 33 101