IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI TEKNIKTEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR PRODUKSI MULTIMEDIA KELAS X JURUS
i
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE
JIGSAW
DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI
TEKNIK-TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR PRODUKSI
MULTIMEDIA KELAS X JURUSAN MULTIMEDIA
(STUDI KASUS SMK N 1 CEPU)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Informatika dan
Komputer
Oleh
Sekar Pramudita NIM.5302411160
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
(2)
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Negeri Semarang (UNNES) maupun diperguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acauan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
(3)
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Sekar Pramudita
NIM : 5302411160
Program Studi : S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Judul Skripsi :―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam Mengingkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1
Cepu)‖
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Program Studi S-1 Teknik Elektro FT. UNNES
(4)
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini dengan judul ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dalam Mengingkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam
Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X
Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu)‖ telah dipertahankan di depan siding Panitian Ujian Skripsi Fakultas Teknik UNNES pada:
Hari : Kamis
(5)
v
MOTTO & PERSEMBAHAN Motto
1. Life is not about finding yourself but life is about creating yourself
(Penulis)
2. There is 1000 NO just for 1 YES. Keep trying (Penulis)
3. 고생 끝에 낙이 온다. Usaha akan berakhir dengan sebuah hasil (Filsafat
Kuno Korea)
Persembahan :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Papa, mama, dan adikku Iqbal Nur Ikhsan yang selalu memberikan semangat, cinta, kasih serta do’a dan dukungannya yang tak pernah berhenti hingga saat ini. 2. Keluarga besar Subari dan Ramelan, terima kasih untuk
do’a dan dukungannya hingga saat ini.
3. Sahabat-sahabatku (Esti, Ratna, Lian, Iin, Zya, Yogo, Wahid, Udin, Riris, Reni), serta teman-teman Kost
―PINASTHIKA‖ ,sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan, waktu serta tawa untuk membuat kenangan bersama. Terima kasih telah menghiasi hariku. 4. Teman-teman Pendidikan Teknik Infromatika dan
Komputer 2011, terima kasih untuk kenangan serta semangatnya.
5. Super Junior, sebagai tokoh inspirasi dan pemberi semangat selama ini melalui musiknya.
(6)
vi ABSTRAK
Pramudita, Sekar. 2015. ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dalam Mengingkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam
Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu)‖.
Skripsi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Pembimbing :Drs. Rafael Sri Wiyardi, M.T.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Keaktifan Belajar, Strategi Pembelajaran, Kooperatif,
Hasil belajar dan keaktifan belajar siswa menjadi permasalahan yang ditemukan peneliti dalam melakukan observasi sebelum dilaksanakannya penelitian di SMK N 1 Cepu. Diperoleh data bahwa siswa yang tuntas hanya 50% atau 15 siswa dalam satu kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan yang terjadi dalam implementasi strategi pembelajaran tipe jigsaw
terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar siswa di SMK N 1 Cepu.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian post control group pretes-posttest pada setiap kelas yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen kelas X SMK Negeri 1 Cepu Tahun Ajaran 2014/2015 Jurusan Multimedia
Hasil menunjukan kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata adalah 7,8 dengan prosentase ketuntasan sebesar 66,67%. Metode pembelajaran jigsaw
memiliki tingkat keaktifan siswa sebesar 66%. Sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata adalah 7,11 dengan prosentase ketuntasan sebesar 40%. Kelas kontrol memiliki tingkat keaktifan siswa sebesar 48%. Kesimpulan dari penelitian yang menerapkan dua metode pada dua kelas yang berbeda adalah penerapan metode pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa Kelas X Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Cepu Tahun Ajaran 2014/2015. Pengajar diharapkan dapat menerapkan sistem pembelajaran yang kreatif untuk menarik minat siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan diharapkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan strategi pembelajaran jigsaw dapat diperbaiki lagi.
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam selalu dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.
Penulisan skripsi ini guna untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknologi Informatika dan Komputer serta sebagai salah satu referensi dalam ranah penelitian yang serupa. Judul yang peneliti ajukan adalah ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Mengingkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi
Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu)‖
Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Teknik
2. Drs. Rafael Sri Wiyardi, M.T, Dosen Pembimbing (Penguji III) 3. Drs. Sugiyanto,M.Pd, Kepala SMK Negeri 1 Cepu
4. Siswa-siswa SMK Negeri 1 Cepu Jurusan Multimedia Tahun Ajatran 2014/2015
5. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca untuk melakukan penelitian lanjutan demi kemajuan dunia pendidikan Indonesia.
Semarang, 16 September 2015 Peneliti
(8)
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO & PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
A. Pembatasan Masalah ... 6
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Penegasan Istilah ... 7
D. Tujuan ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 12
(9)
ix
A. Landasan Teori ... 13
B. Kerangka Berfikir... 37
C. Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN... 40
A. Metode Penelitian Eksperimen ... 40
B. Populasi dan Sampel ... 40
C. Variabel penelitian ... 43
D. Pengendalian ... 44
E. Metode dan Desain Penelitian ... 45
F. Teknik Pengumpulan Data ... 50
G. Alur Penelitian ... 51
H. Metode Analisis Instrumen ... 53
1. Uji Validitas ... 53
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 55
3. Tarif Kesukaran Soal ... 57
4. Daya Pembeda Soal ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Hasil Penelitian ... 61
1. Uji Coba Soal ... 61
2. Hasil Belajar ... 73
(10)
x
B. Analisis ... 80
1. Analisis Uji Soal Siswa ... 80
2. Analisis Hasil Belajar Siswa ... 87
3. Analisis Keaktifan Belajar Siswa ... 90
C. Pembahasan ... 92
BAB V PENUTUP ... 98
A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
(11)
xi
DAFTAR TABEL
1. Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Grup Design……… 46
2. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal……….... 57
3. Klasifikasi Daya Pembeda…..………. 58
4. Hasil Uji Soal Kelas XI Jurusan Multimedia SMK N 1 Cepu…………. 61
5. Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol………. 71
6. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen...………. 72
7. Hasil Uji Homogenitas Kelas Kontrol……… 72
8. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen…….………. 72
9. Uji Hipotesis Hasil Belajar……….. 73
10.Uji Hipotesis Keaktifan Belajar………... 73
11.Hasil Pretest Kelas Eksperimen (Kelas X Multimedia 1)……….. 73
12.Hasil Posttest Kelas Eksperimen (Kelas X Multimedia 1)………. 74
13.Hasil Pretest Kelas Kontrol (Kelas X Multimedia 2)………. 76
14.Hasil Posttest Kelas Kontrol (Kelas X Multimedia 2)……… 77
15.Hasil Observasi Kelas Eksperimen ………..………... 79
16.Hasil Observasi Kelas Kontrol ……...……… 80
17.Tabel Uji Validitas Soal………... 81
18.Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Untuk Katagori Sukar……… 83
19.Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Untuk Katagori Sedang…….. 83
20.Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Untuk Katagori Mudah…….. 84
21.Jawaban Uji Soal Nomor 1……….. 84
22.Kelompok Atas dan Kelompok Bawah………... 86
(12)
xii
23.Hasil Rekaptulasi Siswa Kelas Eksperimen (X Multimedia 1)……… 87 24.Hasil Rekaptulasi Siswa Kelas Kontrol (X Multimedia 2)……… 88
25.Rekapitulasi Hasil Belajar ……….. 93
(13)
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw……… 31
2. Kurva Presentasi Kelompok……….. 32 3. Ilustrasi Pembagian Kelompok Asal dan Kelompok Ahli Jigsaw…… 47
4. Alur Penelitian………... 52
5. Histogram Perbandingan Hasil Belajar Antar Metode ……….………... 89
6. Rekapitulasi Tingkat Keaktifan Siswa Antar Metode………. 89
7. Perbandingan Tingkat Keaktifan siswa antar metode ………….………… 91 8. Perbandingan Tingkat Keaktifan siswa antar metode……... 92
(14)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Siswa Uji Soal (Kelas XI Multimedia)………... 103
2. Daftar Siswa Kelas Eksperimen(X Multimedia 1)………... 104
3. Uji Validitas………... 105
4. Uji Reliabilitas……….. 112
5. Uji Daya Beda Soal……….. 116
6. Uji Kesukaran Soal………... 124
7. Soal Uji Validitas……….. 131
8. Kunci Jawaban Soal Uji Validitas………... 145
9. Soal Pretest……….………... 146
10.Kunci Jawaban Pretest……… 150
11.Soal Posttest……… 151
12.Kunci Jawaban Soal Posttest………... 160
13.Jurnal Mengajar………... 161
14.RPP Jigsaw ……….. 163
15.Silabus………... 176
16.Surat Izin Observasi……….. 180
17.Surat Permohonan Penelitian……… 181
18.Surat Keterangan Selesai Penelitian………. 182
19.SK Dosen Pembimbing……… 183
20.SK Dosen Penguji………. 184
(15)
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih dalam tahap yang bisa dibilang belum maksimal. Salah satu yang menyebabkan sistem pendidikan di Indonesia masih menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintahan Indonesia. Masalah-masalah yang sering kali dijumpai seperti bocornya soal Ujian Nasional (UN) dalam setiap tingkatan pendidikan, kurangnya sarana prasarana mengajar di berbagai daerah di seluruh Indonesia, masih kurangnya pemerataan kesejahteraan sekolah, dan salah satu masalah yang sampai sekarang masih menjadi pokok pembicaraan adalah kurikulum pembelajaran yang selalu diganti. Pelaksanaan inilah yang harusnya diawasi oleh pemerintah. Dalam pelaksanaannya juga pemerintah harusnya lebih banyak lagi memberikan pelatihan-pelatihan khusus mengenai kurikulum yang sedang berlaku sehingga guru dapat menerapkannya dengan tepat dan benar dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Berdasarkan pada kurikulum yang berlangsung sekarang ini yaitu Kurikulum 2013 atau biasa disebut dengan K13, siswa dituntut untuk aktif. Guru bukan lagi menjadi satu-satu sumber ilmu dan guru bukan lagi menjadi satu-satunya pihak yang memegang kendali penuh dalam kelas. Siswa dituntut untuk berfikir kreatif dan aktif dalam pembelajaran. Siswa mampu mengembangkan kemampuannya dalam belajar dan membentuk sebuah konsep tersendiri dalam suatu pembelajaran. Dalam pembelajaran ini guru
(16)
2
atau pengajar hanya bertindak sebagai pengawas dan pengendali apabila ada siswa
yang sudah keluar batas atau alur pengajaran. Walaupun hanya bertindak sebagai pengawas dan pengendali dalam kelas kualitas seorang pengajar juga menjadi hal penting dalam meningkatkan kualitas KBM di kelas. Seorang pengajar yang kompeten dan kreatif dapat meluluskan pribadi-pribadi yang unggul sesuai dengan yang ditujukan oleh K13. Guru yang kompeten dan kreatif memiliki kemampuan untuk membawa kelas yang diajarnya menjadi kelas yang hidup dan kreatif dalam menyampaikan ide-ide baru.
Berdasarkan hasil observasi tentang proses pengajaran yang berlangsung di SMK N 1 Cepu pada tanggal 19 Januari 2015 sampai dengan tanggal 21 Januari 2015, masih dijumpai guru yang melakukan pengajarannya dengan menggunakan sistem pengajaran yang tradisional dimana guru menerangkan dan murid mendengarkan dan mencatat. Komunikasi yang terbangun dalam kegiatan ini seringkali yang berlangsung sepihak, dari pihak pengajar yang melakukan Kegitan Belajar Mengajar (KBM) dengan metode ceramah tidak seluruh siswa yang hadir dalam kelas tersebut memperhatikan dan paham mengenai materi yang sedang diberikan. Bahkan tak jarang siswa banyak melamun atau bahkan bermain dengan teman lainnya dibelakang kelas saat pembelajaran sedang berlangsung dan tidak mendengarkan materi yang diberikan oleh pengajar. Tingkat keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan atau memecahkan suatu kasus juga masih rendah hal ini dibuktikan dengan tidak adanya siswa yang bertanya hingga akhir Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Siswa pun juga cenderung menerima
(17)
mentah-mentah materi yang diberikan oleh pengajar tanpa menanyakan kenapa, dari sudut pandang ini juga dapat dilihat bahwa tingkat berfikir kritis siswa masih rendah. Dilihat dari tingkat keaktifan siswa yang kurang juga berdampak pada hasil belajar siswanya. Dilihat dari jumlah siswa yang tuntas dalam satu Kompetensi Dasar (KD) sebelumnya adalah 15 siswa atau 50%. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menjadi tidak fokus dengan materi yang sedang diajarkan sehingga siswa tersebut tidak paham mengenai materi yang diajarkan. Menurut Tiwan (2008:4) yang menjabarkan mengenai teori konstruktivistik adalah ―salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri. Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa, anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi‖. Dari teori tersebut menyebutkan bahwa pemahaman siswa sangat penting dalam pelaksanaan KBM.
Sedangkan menurut Natalia (2011:5) bahwa ―aktivitas belajar adalah gerakan
atau tingkah laku yang dilakukan sama-sama untuk aktif ketika belajar. Aktivitas belajar ini dapat dilihat dari aktivitas siswanya dalam proses belajar
mengajar dan hasil belajarnya‖. Dari kutipan tersebut dapat dilihat hubungan
antara keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa.
Jika pemahaman siswa mengenai materi yang diberikan kurang berdampak langsung terhadap hasil belajar siswa. Dari ulasan singkat tersebut dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar siswa belum maksimal sehingga
(18)
4
pemahaman materi pun juga belum maksimal yang berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal juga.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Lorentya.Y dan Mahendra.A (2012) bahwa metode pembelajaran yang dapat mengatasi masalah ini adalah dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Strategi pembelajaran tipe kooperatif mengajak siswa untuk belajar kecakapan akademik sekaligus keterampilan social karena pembelajaran dilakukan secara kelompok. Dalam jurnalnya yang berjudul ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Akuntasi Pada Siswa Kelas X Akuntasi 3 SMK Negeri 7
Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012‖ bahwa dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Pemilihan metode yang digunakan dalam pengajaran tergantung guru yang mengajarnya. Metode pembelajaran yang tidak tepat dapat mempengaruhi tujuan diatas. Pemilihan ini disebut dengan strategi pembelajaran. Masih banyak guru yang belum mampu untuk memilih dan mengimplementasikan startegi pembelajaran yang tepat sehingga hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Jumlah siswa yang banyak dalam suatu kelas pun dapat menjadi masalah tersendiri bagi pengajaran. Semakin banyak siswa maka pengajar pun semakin sulit unruk menguasai kelas. Materi yang diterima oleh siswa pun tidak maksimal.
. Hal ini dikemukanan oleh Lorentya.Y dan Mahendra.A(2012:68), bahwa implikasi prinsip belajar bagi siswa agar menjadi aktif salah satunya dengan pemberian tugas atau pemberian kesempatan untuk melaksanakan
(19)
eksperimen dalam kelompok. Dari sekian banyak tipe pembelajaran yang ada dalam strategi pembelajaran kooperatif, tipe jigsaw dianggap paling tepat karena tipe ini mengajak siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kerja sama tim juga dapat meningkatkan keterampilan bersosialisasi siswa dan juga materi yang dipahami bersama dengan teman dapat meningkatkan pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok memiliki kewajiban untuk membagikan ilmunya kepada anggota lainnya, sehingga siswa juga diajarkan untuk hidup bersosialisasi dan ketergantungan dalam artian positif terhadap siswa lainnya.
Dibandingkan dengan metode pembelajaran yang masih diterapkan dibanyak sekolah yaitu guru masih menjadi satu-satunya pusat pembelajaran dan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Guru menjelaskan didepan kelas dan siswa mencatat materi yang diberikan selama jam pelajaran berlangsung. Jika metode ini dijalankan terus menerus siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan rasa ingin taunya dan bereksperimen lebih lanjut karena pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas mendengar penjelesan guru dan mencatat. Selain itu pula, jika sistem pembelajaran seperti ini terus dilaksanaksn siswa juga tidak dapat bersosialisasi dengan siswa lainnya dalam hal pembelajaran. Sistem pembelajaran seperti ini hanya berlaku untuk siswa-siswa yang mau mendengarkan dan mencatat semua hal yang dikemukan oleh guru, siswa dengan tipe seperti ini menganggap semua yang dikatakan oleh guru adalah kebenaran sedangkan pada faktanya guru juga manusia yang pastinya banyak melakukan kesalahan. Pada pelaksanaannya dilapangan juga dalam satu kelas tidak mungkin semua siswa memiliki
(20)
6
karakter yang seperti ini, sebuah kelas yang berisikan banyak siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda, tingkat sosial yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda dan masih banyak perbedaanyaa lainnya yang membentuk suatu kelas yang berisikan karakteristik siswa yang heterogen.
Dilihat dari aspek-aspek yang telah disebutkan seperti pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam mengatasi permasalahan keaktifan belajar siswa yang kurang sehingga berdampak pada hasil belajar siswa maka
penulis tertarik untuk mengangkat judul ―Implementasi Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK Negeri 1
Cepu)‖.
A. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini diberikan untuk lebih memfokuskan topik masalah agar dalam pengkajiannya lebih jelas dan terarah. Untuk itu pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Multimedia SMK N 1 Cepu tahun ajaran 2014/2015 dan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran teknik – teknik pengambilan gambar produksi multimedia untuk multimedia kompetensi dasar menata kabel-kabel kamera dan pengoperasian clapperboard untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa.
(21)
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Adakah perbedaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam meningkatan keaktifan belajar siswa kelas X Multimedia di SMK N 1 Cepu?
2. Adakah perbedaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam meningkatan dan hasil belajar kelas X Multimedia di SMK N 1 Cepu?
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan adanya kekeliruan dalam memahami istilah-istilah yang digunakan peneliti dalam judul penelitian ini maka disertakan penjelasan singkat mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam pemilihan judul. Istilah-istilah yang dimaksud yaitu :
1. Implementasi
Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pelaksanaan atau penerapan. Yang dimaksud pelaksanaan atau penerapan disini adalah penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa pada materi teknik-teknik pengambilan gambar produksi.
2. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
(22)
8
pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan bahwa strategi pembelajaran yang dimaksudkan meliputi sikap, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik dikutip dalam sebuah blog yang tulis oleh Wiwin Juli (Juli, Wiwin. "Definisi Strategi Pembelajaran Menurut Para Ahli". 22 April 2015. http: //bugurumalas.blogspot .com/2014/03/definisi-strategi-pembelajaran -menurut. html)
Dalam penelitian ini startegi pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3. Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif adalah metode atau model pembelajaran dimana siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok, dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Safnowandi (Safnowandi. "Model Pembelajaran Kooperatif". 22 April 2015 .https: //safnowandi.wordpress.com/ 2012/02/27/model-pembelajaran-kooperatif/)
Strategi pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe didalamnya, dalam penelitian ini jenis strategi pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah strategi pembelajarn kooperatif tipe jigsaw.
4. Strategi pembelajaran jigsaw
Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan srategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Elliot Aroson.
(23)
Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang memiliki karakteristik heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri, dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Haryanto (Haryanto."Model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw".22 April 2015.
http://belajarpsikologi.com/model-pem-belajaran-kooperatif jigsaw /)
5. Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan , sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan kesimpulan, dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Haryanto (Haryanto."Pengertian Belajar Menurut Para Ahli". 23 April 2015. http://bela-jarpsikologi.com/pengertian-belajar-me nurut-ahli/)
6. Keaktifan belajar
Dalam menerjemahkan keaktifan belajar akan dilakukan perkata menurut KBBI. Keaktifan yang berasal dari kata aktif menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah giat (bekerja,berusaha) sedangkat keaktifan berarti kegiatan atau kesibukan.
(24)
10
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan , sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinyadengan kesimpulan, dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Haryanto (Haryanto."Pengertian Belajar Menurut Para Ahli". 23 April 2015. http://bela-jarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka memahami materi yang diberikan baik itu dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keaktifan siswa dikelas.
7. Hasil belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, disajikan,dsb) oleh usaha (tanam-tanaman, sawah, tanah, lading, dsb) atau bias juga hasil diartikan sebagai pendapatan, perolehan,buah dan akibat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai akhir atau hasil akhir yang didapatkan siswa dalam memahami suatu materi. Hasil belajar dapat diketahui melalui sebiah evaluasi atau penilaian. Dalam penelitian ini peneliti ingin
(25)
mengetahui pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperati tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
8. Materi teknik pengambilan gambar produksi.
Materi ini merupakan salah satu materi yang berisikan bagaimana teknik pengambilan gambar produksi beserta hal-hal pendukungnya seperti penggunaan clapperboard serta pengenalan editing video. Materi masuk dalam silabus pengajaran Kelas X Jurusan Multimedia Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015.
Berdasarkan dengan penegasan istilah yang telah dijabarkan tiap frase kata maka ditarik sebuah judul penelitian ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu‖. Jika diartikan secara keseluruhan maka penelitian ini menerapkan suatu strategi pembelajaran dalam hal ini adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam suatu kelas dimana penerapan strategi pembelajaran ini akan berpengaruh pada tingkat keaktifan belajar siswa dan hasil belajar yang didapat oleh siswa.
D. Tujuan
Berdasarkan dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan yang diberikan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatan
(26)
12
keaktifan belajar siswa kelas X Multimedia di SMK N 1 Cepu Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan yang diberikan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatan hasil belajar siswa kelas X Multimedia di SMK N 1 Cepu Tahun Pelajaran 2014/2015.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini dapat dispesifikasikan menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat untuk menambahkan wawasan tentang Seni Broadcasting dan juga dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya yang akan mengangkat topik yang sama yaitu tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini selain memiliki manfaat teoritis juga memiliki manfaat secara praktis. Dilihat dari sudut pandang pengajar, penelitian ini memiliki manfaat untuk mendapat referensi metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan materi yang diberikan sehingga dapat digunakan disemua mata pelajaran.
Dari sudut pandang siswa, penelitian ini memiliki manfaat untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, karena didalam strategi
(27)
pembelajaran ini siswa berperan penuh guru hanya sebagai pendungkung sehingga bersamaan dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran maka meningkat pula pemahaman siswa tentang materi yang sedang dipelajari sehingga memberi efek pula pada peningkatan hasil belajar siswa.
Sedangkan dari sudut pandang sekolah, penelitian ini memiliki manfaat untuk menjadi salah satu strategi pembelajaran yang nantinya dapat menjadi referensi guru pengajar dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SMK N 1 Cepu
(28)
13 BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori
Dalam bab ini akan dibahas menganai teori-teori yang melandasi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Ada beberapa teori pendukung yang melandasi strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw . Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Belajar
Perilaku belajar telah dilakukan oleh manusia sejak dia lahir. Dimulai dari belajar bicara, jalan, berlari dan lain-lain. Belajar merupakan suaru proses perubahan perilaku yang terjadi pada perilaku atau pola pikir manusia yang relatif permanen sebagai hasil pengamatan atau pengalaman yang dilakukan berulang-ulang. Belajar sering kali dikaitkan dengan stimulus dan respon, jika didalam kelas yang bertindak sebagai stimulus adalah guru dan siswa memberikan respon terhadap materi yang disampaikan.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan , sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinyadengan kesimpulan, dikutip dari sebuah blog yang ditulis Haryanto (Haryanto."Pengertian Belajar Menurut Para Ahli". 23 April 2015. http://bela-jarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/), dalam blog yang sama juga mengemukakan pendapatnya mengenai belajar, belajar merupakan semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung salam
(29)
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Masih didalam blog yang sama pula, berpendapat bahwa belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Jika dihubungkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw maka akan seperti yang ditulis oleh Maria Ifa (2013:716) dalam jurnal yang mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar dikemukakan bahwa belajar dalam ranah pendidikan disekolah adalah proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajak individu maupun kelompok baik yang baik yang mandiri maupun dibimbing.
Perubahan perilaku yang terjadi akibat proses belajar tidak hanya pada pengetahuan saja akan tetapi bisa terjadi perubahan perilaku dari berbagai ranah seperti kognitif, afektif dan juga psikomotor.
Banyak konsep tentang belajar,(Achmad dan Catharina,2009:82)
mengatakan bahwa ―Konsep tentang belajar mengandung tiga usur utama
yaitu : belajar berkaitan dengan perilaku manusia (1); perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman (2); dan perubahan
perilaku karena belajar bersifat relative permanen (3)‖. Belajar
sepenuhnya merupakan perubahan perilaku manusia kearah yang lebih baik. Jika dalam lingkungan sekolah perubahan perilaku yang dialami peserta didik adalah mengacu pada kemampuan mengingat dan
(30)
15
menguasai berbagai materi pembelajaran serta memiliki kecenderungan perbaikan sikap yang diajarkan oleh pendidik. Seorang peserta didik bibilang sudah mengalami proses belajar apabila peserta didik tersebut mengalami perubahan sikap antara sesudah menerima pembelajaran yang diberikan oleh pendidik dan sebelum diberikan pembelajaran. Belajar juga merupakan proses pengalaman yang dialami oleh peserta didik. Peserta didik mengalami secara langsung permasalahan yang ada kemudian mencoba untuk memecahkan masalah tersebut dengan pemahamannya yang disusun secara individu. Pemahaman yang didapat untuk memecahkan masalah dapat berasal dari pendidij atau diskusi dengan teman sebayanya. Setelah peserta didik mendapatkan jawaban dari permasalahan yang sudah ada dan dapat menyelesaikannya secara otomatis peserta didik akan mengingat bagaimana pola permasalahannya dan bagaiman caranya menyelesaikannya. Apabila ditemui lagi masalah yang serupa maka peserta didik dapat menggunakan pola pemecahan masalah yang sama atau dapat dimodifikasi. Perubahan perilaku karena belajar bagi peserta didik yang menemukan dan menyusun secara individu pola penyelesaian masalah dan menerapkan dapat relatif lebih permanen atau dalam jangka waktu yang cukup lama. Ini dikarenakan peserta didik mampu untuk memahami konsep permasalahan dan mau menerapkan.
Pemahaman yang didapat dari berbagai proses latihan dan pengalaman yang didapat akan direkam oleh siswa untuk kemudian membentuk suatu pemahaman materi. Proses pemahaman yang seperti
(31)
ini biasanya akan lebih kuat dibandingkan dengan pemahaman yang saya berdasarkan informasi semata tanpa adanya pengalaman atau eksperimen. Sistem seperti ini yang nantinya disebut dengan teori konstruktivisme.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran. Siswa dianggap memahami materi yang diberikan apabila siswa tersebut mampu menyelesaikan soal-soal yang terkait dalam materi pembelajaran. Hasil belajar siswa biasanya dapat dilihat setiap semesternya dari nilai rapor per semester ataukan berdasarkan nilai ulangan tiap akhir pembahasan materi. Hasil belajar ini juga berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hal ini dapat diketahui dengan melakukai evaluasi. Evaluasi ini harus sesuai dengan patokan-patokan yang sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi hasil belajar yang didapat siswa tidak selamanya dapat dilihat dari angka yang terdapat pada laporan nilai siswa yang didapatkan tiap semester, ada hal-hal yang tidak dapat dinilai dengan angka seperti tingkah laku peserta didik dan kehidupan sosial peserta didik dilingkungannya. Seperti yang dikemukan oleh Benyamin S. Bloom seperti yang dikutip dari (Achmad dan Catharina,2009:86)
yang menyebutkan bahwa ―Terdapat tiga taksonomi yang disebut dengan
ranah belajar, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain)‖.
(32)
17
Semua hal yang berhubungan dengan pengetahuan, kemahiran, dan kemampuan intelektual termasuk dalam ranah kognitif. Ranah ini mencangkup semua mengenai pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian yang kemudian disebut dengan katagori tujuan belajar peserta didik kognitif. Untuk ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. dalam ranah afektif ini memiliki katagori tujuan peserta didik berupa penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup peserta didik. Untuk ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik yang dimiliki peserta didik seperti kemampuan motorik dan kemampuan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Katagori jenis perilaku yang termasuk dalam ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson
seperi dikutip dalam (Achmad dan Catharina,2009:89) ―Katagori jenis
perilaku untuk ranah psikomotorik adalah persepsi (perception), kasiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation) dan kreativitas (originality)‖.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat,dijasikan,dsb) oleh usaha (tanam-tanaman, sawah, tanah, lading, dsb) atau bias juga hasil diartikan sebagai pendapatan, perolehan,buah dan akibat.Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai akhir atau hasil akhir yang didapatkan siswa dalam memahami suatu materi. Hasil belajar dapat diketahui melalui sebuah evaluasi atau penilaian.
(33)
Penilaian juga dapat disebut dengan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa (Permendiknas No. 20 Tahun 2007). Yang dimaksud dengan penilaian bukanlah hanya menyerahkan soal kepada siswa kemudian siswa mengerjakan, akan tetapi pengajar harus mengolah data berdasarkan informasi yang didapat dari soal yang dikerjakan siswa. Bias dibilang bahwa penilaian ini merupakan penggambaran dari hasil belajar yang didapat siswa.
Dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan disinggung pula mengenai prisip-prinsip dalam penilaian. Dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa jenjang pendidikan dasar hingga menengah harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Sahih
Penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif
Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai.
c. Adil
Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakangagama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
(34)
19
Penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponene yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka
Prosedur penilaian, kriterian penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang bersangkutan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian oleh pendidik mencangkup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
g. Sistematis
Penialaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria
Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
i. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
3. Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar siswa menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran kooperatif. Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini siswa dituntut untuk aktif memahami materi yang ada dengan menemukan dan
(35)
membentuk suatu pemahaman sendiri. Siswa diakatakan aktif apabila siswa berinisiatif sendiri untuk mncari informasi mengenai materi yang sedang dibahas dan aktif untuk mendiskusikannya dengan anggota kelompok lainnya.
Dalam menerjemahkan keaktifan belajar akan dilakukan perkata menurut KBBI. Keaktifan yang berasal dari kata aktif menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah giat (bekerja,berusaha) sedangkat keaktifan berarti kegiatan atau kesibukan.
Pengertian belajar menurut Gage dan Barliner seperti yang dikutip dalam (Achmad dan Catharina,2009:89) menyebutkan bahwa belajar adalah proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh organisme dalam hal ini adalah siswa dalam rangka memahami materi yang diberikan baik itu dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok), dalam proses pemahaman ini terjadi perubahan perilaku karena hasil dari pengalaman.
Keaktifan belajar siswa dapat dirangsang dengan cara mengembangkan bakat yang dimiliki oleh siswa dan juga melatih siswa untuk berfikir kritis dan kreatif. Dengan pola pikir yang seperti ini diharapkan siswa dapat menghasilkan ide-ide baru dan pemahaman baru dalam memahami materi.
(36)
21
Keaktifan belajar merupakan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Keaktifan belajar ini masuk kedalam stimulus yang merangsang siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa.
Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dianggap dapat meningkatkan keaktifan siswa dikelas karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bekerja mandiri tanpa bantuan guru dalam mencari informasi tentang materi yang sedang dipelajari. Tentu saja siswa harus bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya. Hal ini juga dapat meningkatkan hubungan sosial antar siswa. Semakin sering siswa melakukan interaksi antar anggota maka tingkat keaktifan belajar siswa juga akan meningkat.
4. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme yang merupakan pengembangan dari psikologi kognitif memandang bahwa belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh berbagai informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut, dan guru bukan bertindak sebagai pengontrol stimulus, tetapi guru bertindak sebagai patner siswa dalam menemukan informasi yang diperoleh dalam pembelajarn yang mereka bahas dan kaji bersama.Dalam (Achmad dan
Catharina,2009:225) disebutkan bahwa ―Esensi pembelajaran
konstruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan mentransfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran kontruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus menerus menerima informasi baru yang
(37)
berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan
tersebut jika tidak sesuai‖.
Dalam teori konstruktivistik ini memiliki asumsi pembelajaran. Dimana setiap aspek yang terlibat dalam pembelajaran memiliki kondisi khusus yang berkontribusi untuk mempengaruhi jalan dan hasil pembelajaran. Untuk peserta didik, hakekatnya peserta didik merupakan individu yang unik. Setiap peserta didik memiliki pola pemikiran yang berbeda dan memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat suatu permasalahan. Peserta didik juga dianggap sebagai individu yang kompleks dan dimensional yang membutuhkan informasi baru. Dalam konstruktivisme, peserta didik secara bebas mementukan cara atau pola pembelajaran untuk membangun suatu pemahaman atau jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. selain dari intern peserta didik itu sendiri latar belakang dan kebudayaan peserta didik juga membantu membentuk pengetahuan dan kebenaran sehingga peserta didik
menciptakan, menemukan, dan memperoleh proses belajar.
Konstruktivisme sosial mendorong siswa untuk menghindari kebenarannya sendiri. Suatu konsep yang peserta miliki belum tentu merupakan suatu kebenaran yang dapat memecahkan masalah. Konsep ini nantinya akan diolah kembali dengan cara peserta didik melakukan interaksi kelingkungannya baik dengan individu yang lebih berpengalaman atau lebih berilmu, dengan sesama peserta didik, dan dengan dunia fisik. Setelah konsep yang menurutnya benar tadi diolah dan disesuaikan dengan semua informasi yang didapat barulah konsep ini
(38)
23
menjadi pemecaham masaalah yang sebenarnya. Kebenaran individu sangat dihindari dalam hal ini karena hal yang dianggap benar oleh sebuah individu belum berarti benar dalam lingkungan dan budayanya. Dalam teori ini pula, setiap peserta didik harus memiliki tanggung jawab belajar. Seberapa keras orang luar berusaha memberikan motivasi untuk belajar apabila dari individunya sendiri tidak memiliki keinginan untuk belajar maka akan menjadi hal yang sia-sia. Seperti yang dikemukan oleh
Von Glasefeld yang mengatakan bahwa ―Pentingnya peserta didik
membangun pemahamnya sendiri dan tidak sekedar merefleksikan bahan
belajar yang telah mereka pelajari‖(Achmad dan Catharina,2009:228). Motivasi belajar juga merupakan hal yang sangat mempengaruhi dari teori ini. Motivasi belajar dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Untuk motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri tergantung dengan keyakinan peserta didik akan kemampuan belajarnya, apabila peserta didik sudah pesimis dengan kemampuan belajarnya dan beranggapan jika tidak mampu menguasai materi maka peserta didik tersebut tidak dapat mengusai materi dengan maksimal. Untuk motivasi yang berasal dari luar daoat berasal dari lingkungan belajar peserta didik. Lingkungan yang memiliki daya saing tinggi antar peserta didik dari segi positif dapat merangsang peserta didik untuk lebih memahami materi pembelajaran. Akan tetapi apabila lingkungan peserta didik terdiri dari peserta-peserta yang tidak memiliki motivasi belajar maka peserta didik tadi juga ikut tidak memiliki motivasi belajar.
(39)
Dalam hakekat proses belajar yang terdapat dalam teori kontruktivistik ini, peserta didik menganggap bahwa proses belajar merupakan proses sosial dan aktif. Belajar merupakan proses aktif dimana peserta didik secara aktif menemukan prinsip, konsep,dan pola pikir yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. belajar juga termasuk dalam proses sosial dikarenakan belajar merupakan suatu proses pembentukan pemahaman dari lingkungan sekitas. Jadi informasi yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan juga dapat didapat dari lingkungan sekitar. Hakekat proses pemebelajaran selanjutnya adalah hubungan antara pendidik, peserta didik, dan tugas. Peserta didik dan pendidik dalam teori ini terlibat secara bersama dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik bertindak sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam membangun pemahaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, pengalaman, latar belakang pendidikan, dan kebudayaan peserta didik sangat berpengaruh bagi pendidik untuk memberikan timbal balik kepada peserta didik. Dalam menghadapi sebuah tugas, peserta didik akan mulai membandingkan kebenaran yang mereka dapat dengan kebenaran yang dimiliki oleh pendidik untuk dapat menghasilkan kebenaran akhir yang sesuai dengan tugas yang ada.
Teori ini dianggap mendukung karena dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan yang diberikan dengan caranya sendiri (tanpa bantuan guru). Siswa dituntut untuk bisa menarik kesimpulan dari kasus yang telah dipecahkan tadi. Dengan siswa dapat menemukan sendiri jalan
(40)
25
keluar dari permasalahan yang ada dan dapa menarik kesimpulan secara individual maka pemahaman teori atau materi yang dibahas akan maksimal, karena siswa memahami dengan caranya sendiri. Sendiri disini dapat dimaksud sebagai bekerja sama dengan sebuah kelompok dan tidak tergantung pada guru pengajar. Guru pengajar hanya bertindak sebagai penyedia materi dan hanya sebatas pemdamping.
5. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri pada pelaksanaannya pengajar memberikan kesempatan pada siswanya untuk saling bekerja sama dengan siswa lainnya dalam memecahkan kasus-kasus yang diberikan. Kelompok belajar yang dibuat harus heterogen yang artinya terdiri dari siswa yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, tingkat kecerdasan yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda, dsb. Jika dilihat lebih dalam lagi, strategi pembelajaran kooperatif ini memiliki keunggulan tidak hanya pada belajar kelompok yang dilakukan pesertanya akan tetapi peserta didik dituntut untuk karena adanya interaksi terbuka antar anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang bersifat kooperatif sehingga secara otomatis peserta didik dapat membentuk pemahamannya sendiri terhadap materi dari berbagai macam perdebatan dan pertukaran pendapat sebagaimana disebutkan dalam Teori Konstruktivisme.
Tipe pembelajaran ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kerja sama antar siswa (1), membentuk hubungan positif antar siswa (2),
(41)
mengembangkan rasa percaya diri siswa (3), dan juga dapat meningkatkan kemampuan akademis siswa (4). Didalam sistem pembelajaran ini pula siswa diajarkan tenyang pemahaman social dimana siswa diajarkan untuk saling bersosialisasi dengan siswa lainnya untuk bekerja sama menyelesaikan tugas yang bersifat kooperatif pula. Kerjasama yang sering dilakukan oleh antar siswa ini yang akan membangun hubungan positif antar siswa, mustahil bagi siswa yang tidak memiliki hubungan yang positif bisa melakukan kerja sama dengan baik. Sehingga apabila ada suatu masalah yang menimpa siswa dan berakibat pada hubungan social mereka harus segera diselesaikan dengan pengajar sebagai penengahnya dan nantinya tidak berdampak pada pembelajaran. Kerjasama juga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapatnya didalam suatu forum. Dalam suatu diskusi kelompok pasti sering ditemui yang namanya perbedaan pendapat. Siswa dapat saling bertukar informasi dan saling mengemukakan pendapatnya, kemudian didiskusikan dan ditarik kesimpulan dari semua pendapat-pendapat awal yang dikemukan oleh siswa. Dari kegiatan ini pula dapat meningkatkan kemampuan akademik dikarenakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam sebuah diskusi pasti banyak terjadi perdebatan dan siswa saling mengemukakan pendapatnya masing-masing. Setelah saling bertukar pendapat maka siswa juga akan saling bertukar informasi yang mereka miliki. Dalam tahap ini siswa akan saling membantu dalam membentuk pemahamnnya sendiri tentang kasus yang dihadapi. Karena anggota kelompok diskusi berasal dari tingkatan
(42)
27
pendidikan yang sama serta umur yang relative sama sehingga pola pikir siswa pun secara keseluruhan sama. Apabila ada anggota kelompok yang belum bisa membangun pemahamannya sendiri tentang materi yang dibahas, penjelasan dari teman seumuran lebih mudah diterima oleh siswa dibandingakn guru. Hal ini karena siswa lain yang menjelaskan menggunakan tata bahasa yang dapat dipahami siswa tersebut. Tidak jarang apabila guru yang menjelaskan siswa tidak dapat menerima atau memahami 100% disebabkan oleh tata bahasa dan pola pikir siswa dan guru yang berbeda. Aktivitas belajar siswa terpusat pada bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dalam memecahkan masalah. Dengan kata lain, siswa akan lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, dan mampu membangun hubungan interpersonal.
Tingkat keberhasilan strategi pembelajaran ini akan maksimal apa bila memenuhi 5 unsur model pembelajaran gotong royong,yaitu : saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Ketergantungan secara positif dimaksudkan antar siswa harus memiliki rasa saling membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas. Percaya bahwa rekan kerjanya mampu menyelesaikan masalah bersama dengannya, tapi bukan dalam artian ketergantungan yang percaya kalau semua pekerjaan akan dikerjakan oleh orang lain, itu dinamakan ketergantungan secara negative dan berdampak buruk pada perkembangan siswa. Selain rasa percaya, siswa juga harus memiliki sifat tanggung jawab terhadap
(43)
pekerjaan yang diberikan kepada oleh kelompok dan mengerjakannya secara maksimal. Tatap muka merupakan cara untuk saling berdiskusi dan bertukar informasi serta pendapat dalam sebuah kerja kelompok yang tentunya jika ada tatap muka maka secara otomatis aka nada komunikasi antar anggota. Dan yang terakhir adalah evaluasi proses kelompok, kelompok melihat kembali bagaimana kinerja mereka selama diskusi berjalan dan memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang.
Dalam model pembelajaran kooperatif harus terdapat 4 keterampilan yang dimiliki oleh kelompok diskusi agar diskusi berjalan lancar dan maksimal, yaitu :
a. Forming (pembentukan) merupakan keterampilan yang digunakan
untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioning (pengaturan) keterampilan yang digunakan untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan menjaga hubungan antar anggota kelompok.
c. Formatting (perumusan) keterampilan sebuah kelompok untuk
memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang sedang dibahas serta menggali informasi lebih dalam dan merangsang siswa untuk lebih berfikir kritis.
d. Fermenting (penyerapan) yaitu kemampuan dimana sebuah
kelompok mampu untuk memahami sebuah konsep sebelum terjadi
(44)
29
mengkomunikasikan semua pemikiran yang ada untuk memperoleh sebuah kesimpulan.
Inti dari startegi pembelajaran kooperatif adalah kerjasama tim. Pengajar hanya bertindak sebagai perantara. Menurut Jumrida Husni dalam blognya, startegi pembelajaran yang termasuk didalam strategi pembelajaran kooperatif, diantaranya :
a. Jigsaw
b. NHT (Number Heads Together)
c. STAD (Student Teams Achievement Divisions)
d. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instructions)
e. Think-Pair-Share
f. Picture and Picture
g. Problem Posing
h. Problem Solving
i. Team Games Tournament (TGT)
j. Cooperative Intergrated Reading and Composition (CIRC)
Kekurangan dari sistem pembelajaran ini adalah kesiapan dari pihak guru dan pihak siswa. Apabila salah satu pihak belum siap untuk menjalankan metode ini maka mateode tidak akan berjalan secara maksimal. Penggunaan metode pembelajaran yang kuno pun dimana guru menjelaskan siswa mencatat apabila dilakukan perubahan yang secara mendadak pun akan mengakibatkan kebingunagn dikedua belah pihak. Akan tetapi untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan
(45)
beberapa perbaikan ditiap pihaknya. Dari pihak guru, ketidaksiapan guru dapat diatasi dengan secara perlahan merubah model pengajarannya serta mendapatkan pelatihan dan mencari referensi sendiri menganai metode pembelajaran ini. Apabila guru sudah mulai terbiasa dengan metode pembelajaran ini maka siswa pun akan ikut terbiasa.
Sedangkan dilihat dari pihak siswa, siswa terkadang masih bingung menentukan tujuan akhir atau hasil akhir yang diharapkan sehingga guru hendaknya memberikan gambaran umum tentang pencapaian yang diharapkan. Pemberian beberapa sumber yang dapat dieksplorasi yang nantinya dapat dikembangkan sendiri oleh siswa. Kekurangan lainnya dari sistem pembelajaran ini adalah waktu yang relatif memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode lain.
6. Strategi Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang masuk kedalam strategi pembelajaran kooperatif. Sama dengan tipe pembelajaran lainnya yang masuk kedalam golongan pembelajaran kooperatif yang menitik beratkan pembelajaran pada kerjasama tim atau kerja kelompok. Yang membedakannya adalah dalam pembelajaran tipe jigsaw terdapat kelompok khusus yang dinamakan kelompok ahli. Kelompok ahli ini nantinya akan bertugas untuk membahas satu topik khusus yang nantinya akan dibawa kembali hasil diskusinya oleh anggota ahli untuk dipresentasikan di dalam kelompok asal.
Menurut Tiwan,MT(2008:2) menyebutkan bahwa ―Jigsaw
(46)
31
fleksibel. Banyaknya penelitian–penelitian sebelumnya yang dilakukan semakin menguatkan fakta bahwa strategi pembelajarn ini mampu
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa‖.
Menurut Tiwan,MT(2008:5) ―Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu strategi pembelajaran yang mana siswa dituntun untuk membentuk suatu kelompok yang anggotanya memiliki karakteristik yang hetetogen dan mau untuk bekerja sama dan saling ketergantungan secara positif dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan dan mempelajari tugasnya dalam kelompok dan harus menyampaikan materi tersebut kepada anggota lainnya‖. Dan alur pembagian kelompok asal dan kelompok ahli dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat ditunjukan pada Gambar 1. Ilustrasi kelompok jigsaw.
Gambar 1. Ilustrasi kelompok jigsaw
7. Dinamika Kelompok
(47)
Kurt Lewin beserta timnya dalam David W. dan Frank P.(2012:20) alih bahasa oleh Theresia,SS melakukan serangkaian penelitian yang bertujuan mengembangkan teori dinamika kelompok. Seperti dasar ilmiah lainnya, dasar dinamika kelompok merupakan salah satu penggabungan dari teori, penelitian, dan penerapan. Teori menggambarkan karakteristik kelompok yang efektif, penelitian mengesahkan dan melemahkan teori yang ada sedangkan penerapan prosedur berdasarkan keabsahan teori yang diterapkan untuk melihat apakah teori tersebut berjalan atau tidak. Kelompok ideal menurut Kurt Lewin adalah suatu kelompok yang berkumpul bersama untuk mencapai sebuh tujuan tertentu, saling ketergantungan satu dengan yang lainnya dalam memecahkan suatu masalah, terjadi interaksi antar individu, disetiap anggota telah tertanam pola piki kalau mereka berada dalam satu kelompok, memiliki pengaruh positif antar kelompok, dan saling memotivasi antar kelompok.
Penelitian yang dilakukan oleh Katzenbach & Smith pada tahun 1993 (David W. dan Frank P.,2012:20 alih bahasa oleh Theresia,SS), jenis-jenis kelompok dapat digambarkan kedalam suatu kurva prestasi kelompok. Seperti yang ditunjukan pada Gambar 2 mengenai jurva prestasi kelompok, dimana kurva ini menggambarkan perbedaan kelompok yantg efektif dan kelompok yang tidak efektif.
TIN
GKATAN
P
RESTAS
I
JENIS-JENIS
Kelompok Pseudo
Kelompok Tradisional
Kelompok Efektif Kelompok Prestasi Tingggi
(48)
33
Gambar 2. Kurva prestasi kelompok
Berdasarkan Gambar.2 mengenai kurva prestasi kelompok, kelompok dibedakan menjadi beberapa bagian, seperti Kelompok Pseudo yang merupakan kelompok yang anggotanya telah sepakat untuk membentuk suatu kelompok akan tetapi tidak ada satu pun dari anggota kelompok yang tertarik untuk menjalankannya. Didalam kelompok tersebut tidak ada yang dinamakan kerja sama yang ada hanyalah persaingan antar anggota kelompok. Mereka menganggap kalau anggota yang lainnya adalah saingan yang harus dikalahkan, tidak ada pertukaran informasi, mencoba untuk membingungkan anggota lain dengan memberikan informasi palsu, dan saling mencurigai. Sehingg tim yang seperti ini akan lebih efektif apabila mereka bekerja secara individu. Pada kelompok ini anggota kelompok percaya bahwa penilaian yang mereka dapat berdasarkan anggota yang berprestasi tinggi ke anggota yang berprestasi rendah.
Kelompok tradisional adalah kelompok yang anggotanya telah sepakat untuk membentuk sebuah kelompok dan mau menjalankan semua kewajibannya. Semua anggota kelompok percaya bahwa penilaian yang mereka terima berdasarkan kinerja individu, bukan sebagai anggota kelompok. Tugas yang mereka dapatkan telah
(49)
terstruktur sehingga kecil kemungkinan untuk adanya diskusi. Setiap anggota kelompok memiliki bagiannya masing-masing. Diskusi kelompok hanya akan terjadi pada saat melaporkan hasil kerjanya saja. anggota bekerja secara terpisah, sehingga anggota yang malas mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan anggota yang rajin. Anggota yang rajin merasa dimanfaatkan sehingga kinerjanya berkurang. Jenis kelompok ini sering dijumpai dalam kelas, dimana anggota yang rajin akan mengerjakan sebagian besar pekerjaan kelompok sedangkan anggota yang malas tidak melakukan apapun atau dalam instilah keseharian adalah hanya titip nama.
Kelompok yang efektif merupakan kelompok yang memiliki hasil kelompok yang lebih besar dibandingkan dengan hasil individu. Anggota kelompoknya memiliki komitmen yang besar untuk saling memaksimalkan kinerja anggota kelompok dan anggota lainnya. Anggotanya percaya bahwa keberhasilan kelompoknya didasarkan pada keberhasilan kerja sama semua anggota kelompok. Dalam pengambilan keputusan pada kelompok ini selalu dilakukan dengan cara berdiskusi dimana memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk mengemukakan pemahaman dan pendapatnya. Semua anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang ada.
Kelompok berprestasi tinggi adalah sebuah kelompok yang didalamnya beranggotakan orang-orang yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi antar anggotanya dalam mencapai kesuksesan
(50)
35
kelompok. Seperti yang disebutkan oleh Jennifer Futernick ―Anggota
berprestasi tinggi, tim cepat tanggap di Mc Kinsey & Company, menganggap bahwa emosi yang menyatukan kebersamaan timnya
adalah sebuah bentuk cinta dikutip dalam buku ―Dinamika Kelompok : Teori Keterampilan, David W. Johnson & Frank P. Johnson‖. Yang
menjadi kunci dalam anggota kelompok ini tidaklah hanya dalam kepercayaan antar kelompok akan tetapi adanya sifat saling menghargai dan peduli terhadap anggota kelompok lainnya. Masalah yang dihadapi oleh satu anggota kelompok akan diselesaikan bersama dengan kelompok lainnya.
Teori ini dianggap mendukung karena dalam kelompok yang menjadi inti dari strategi pembelajaran tipe jigsaw, siswa dituntut untuk mengolah teori yang sudah ada. Sangat tidak dianjurkan untuk para siswa menelan mentah-mentah teori yang sudah ada. Kemudian setelah dilakukan penelitian yang nantinya akan menentukan kedudukan teori tersebut, mengesahkan atau melemahkan teori, dengan demikian siswa dapat langsung mengetahui dan menilai langsung teori yang ada. Setelah diangdegap sah maka teori yang ada akan diterapkan. Jika terjadi kekurangan pada teori maka akan dilakukan perbaikan ulang dan akan dilakukan penerapan ulang sampai teori dianggap benar.
b. Penelitian Norman Triplett.
Noman Triplett (David W. dan Frank P.,2012:37 alih bahasa oleh Theresia,SS), Psikolog Universitas Indiana yang melakukan penelitiannya pada abad ke-19 menitik beratkan penelitiannya pada
(51)
berubahan prestasi seseorang ketika orang lain hadir. Triplett mengambil sampel rekaman Liga Balap dari Para Pembalap Amerika. Triplett mengamati bahwa para pembalap akan memacu kudanya lebih cepat apabila ada saingan dari pada mereka sedang sendirian dengan kurun jarak lintasan yang sama. Triplett menyimpulkan bahwa kehadiran orang lain (yaitu pesaing) bertindak sebagai pemacu prestasi. Untuk menguji kesimpulannya kembali Triplett meminta sekelompok anak untuk menggulung tali pada alat pancing dan membandingkan kecepatan mereka ketika melakukan sendiri atau bersamaan dengan anak yang lainnya.
Penelitian ini dianggap sebagai salah satu teori yang mendukung strategi pembelajaran tipe jigsaw dikarenakan dalam sebuah kelompok terdiri dari berbagai macam karakteristik siswa yang mana belum tentu semua tertarik untuk menyelesaikan suatu masalah jika sendiri. Akan tetapi dengan adanya siswa didalam kelompok yang memiliki karakteristik untuk memecahkan permasalahan yang diberikan menjadi salah satu dorongan awal untuk memacu anggota kelompok lainnya untuk ikut serta memecahkan masalah tersebut. Anggota lain akan merasa tersaingi dan terpacu untuk ikut serta dalam pembahasan materi. Memang keberadaan siswa dengan karakteristik seperti ini memegang peranan penting dalam kelompok karena siswa ini bersikap sebagai motor untuk menggerakkan anggota yang lain.
(52)
37
B. Kerangka Berfikir
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan tingkat satuan pendidikan yang menitik beratkan pada kemampuan atau ketrampilan siswanya dalam bidang tertentu. Siswanya telah difokuskan untuk mendalami suatu bidang. Jenis pelajaran yang diberikan di SMK juga berbeda dengan SMA (Sekolah Menengah Atas). Pelajaran di SMK lebih bersifat praktek. Untuk melakukan sebuah praktek maka pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan haruslah tinggi, mana mungkin siswa akan mempraktekan suatu materi dengan benar apabila siswa tersebut tidak memahami sepenuhnya mengenai materi yang diajarkan.
Berdasarkan dengan observasi yang telah dilakukan sebelumnya, pengajaran yang dilaksanakan di SMK N 1 Cepu masih tradisional dimana pembelajaran masih terpusat di pengajar atau guru. Guru masih mmenjadi satu-satunya sumber ilmu dan siswa hanya menerima secara mentah-mentah apa yang diberikan oleh pengajar. Dalam kenyataannya juga, dengan metode pembelajaran ceramah dan siswa hanya sekedar mendengarkan dan mencatat tidak dapat menjamin siswa mengerti sepenuhnya mengenai materi yang diberikan. Berdasarkan pengamatan justru banyak siswa yang sibuk sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Guru pun tidak dapat menjangkau semua siswa, hanya siswa-siswa yang duduk dibarisan depan dan dekat dengan guru saja yang mendapatkan perhatian dan cenderung mendengarkan penjelasan guru, akan tetapi bagi mereka yang duduk dibelakang dan tidak memiliki niatan untuk belajar hanya akan membuat kegaduhan dikelas dengan mengganggu siswa lainnya.
(53)
Dengan tujuan untuk membuat semua siswa terlibat dalam pembelajaran dikelas dan secara tidak sadar siswa yang awalnya membuat kegaduhan dikelas akan ikut berkonsertrasi dengan materi maka penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangatlah tepat. Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dituntut untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dan membagikan informasi yang dia miliki kepada siswa lainnya dan juga siswa akan saling ketergantungan secara positif. Guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu, siswa dapat mencari sumber ilmu yang lain seperti melalui buku, internet, dan yang paling penting adalah diskusi kelompok.
Dengan cara ini maka semua siswa akan terlibat secara merata dan juga secara tidak langsung semua siswa akan ikut aktif dalam pembelajaran. Tingkat keaktifan belajar siswa juga meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya keaktifan belajar siswa maka pemahaman siswa akan materi yang diajarkan juga semakin meningkat. Apabila tingkat pemahaman siswa akan materi meningkat maka hasil belajar yang didapat siswa juga meningkat.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka diduga bahwa penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menyelesaikan masalah mengenai keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Sehingga diangkat
judul penelitian ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu)‖.
(54)
39
C. Hipotesis
Hipotesis atau yang sering disebut dengan dugaan sementara merupakan komponen dalam penelitian yang berguna untuk menghubungkan teori yang sudah ada dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti atau hal sebaliknya. Selain itu juga hipotesis menggabungkan filsafat induktif yang bersifat pengamatan dan filsafat deduktif yang menekankan pada penalaran untuk menghasilkan hal baru atau dengan kata lain hipotesis terdiri dari penggabungan fakta yang sudah ada dan diambil dari observasi dalam suatu wilayah dan digabung dengan teori-teori oleh para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya.
Berdasarkan oleh observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dilokasi penelitian yaitu SMK N 1 Cepu dapat diambil dapat dilihat siswa lebih banyak bermain dan tidak fokus terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Pengajar pun hanya terfokus oleh siswa yang masih masuk dalam jangkauannya saja yaitu siswa-siswa yang duduk didepan kelas, sedangkan siswa-siswa yang berada dibelakang kelas tidak mendapatkan perhatian, sesekali memang mendapatkan teguran tetapi mereka yang berada dibelakang kelas akan kembali tidak fokus lagi. Peneliti beranggapan bahwa penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat berperan atau aktif semua dalam pembelajaran dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini karena siswa bekerja secara berkelompok dan memiliki tanggung jawab dan tugasnya masing-masing dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Tingkat pemahaman siswa akan meningkat karena tiap siswa akan terlibat langsung dalam kelompok. Seiring dengan tingkat pemahaman siswa yang meningkat
(55)
maka hasil belajar siswa pun akan meningkat. Keaktifan siswa pun meningkat, siswa yang awalnya diam saja dibelakang kelas akan masuk kedalam kelompok untuk bekerja dalam kelompoknya masing-masing.
Dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan keaktifan siswa akan lebih tinggi dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan kelas yang tidak menerapkan strategi pembelajaran ini.
(56)
40 BAB III
METODE PENELITIAN
Dilihat dari fokus masalah dan kaitan antara variable yang dilibatkan maka penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian eksperimen. Hal ini didasari oleh beberapa faktor antara lain : 1) bertujuan untuk menguji hubungan kausal antara variable bebas dan variable terikat, 2) membandingkan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol melalui perbedaan kondisi yang sistematis, 3) mengacu pada terjadinya inovasi yang sengaja dan bertujuan.
A. Metode Penelitian Eksperimen
Metode penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan utama yaitu menguji hipotesis atau dugaan awal yang telah dimiliki. Pengujian ini dilakukan dengan mengubah setiap variabel yang berhubungan dengan masalah yang dihadapai secara sengaja. Perubahan ini nantinya juga berhubungan dengan variabel lainnya karena setiap variabel yang ada saling
berkesinambungan. (A.Furchan,2007:338) mengatakan bahwa ―Dalam
bentuknya yang paling sederhana, suatu penelitian memiliki tiga ciri yaitu : suatu variabel bebas dimanipulasi (1), semua variabel lainnya, kecuali varibel bebas, dipertahankan tetap (2), dan pengaruh manipulasi varibel bebas terhadap
variabel terkait diamati (3). ―
Penelitian eksperimen dapat dilakukan di lapangan atau di laboraturium. Jika suatu penelitian dilakukan dilaboraturium, peneliti memiliki kendali penuh dalam membatasi variabel bebas agar tidak terpengaruh dengan
(57)
variabel lainnya. Peneliti dapat mengendalikan kondisi penelitiannya secara penuh sehingga kondisi ini nantinya dapat direplikasi atau ulang jika ingin mengadakan penelitian lagi dengan memiliki derajat kesamaan yang tinggi.
Penelitian eksperimen yang dilakukan dilapangan memiliki keuntungan dibandingkan dengan penelitian eksperimen yang dilakukan
dilaboraturium. Menurut (A.Furchan,2007:342) ―…eksperimen lapangan
mempunyai beberapa kelebihan. Pertama, variabel eksperimental dalam eksperimen lapangan dapat jauh lebih kuat daripada varibel eksperimental dalam eksperimen di laboraturium. Di laboraturium, kita sulit untuk memberikan perlakuan (treatment) yang lebih lama, sedangkan eksperimen dilapangan dapat mencakup pertemuan kuliah setiap hari sepanjang tahun akademis. Kedua, karena eksperimen lapangan dilakukan dalam situasi yang lebih realistis, hasilnya memiliki kemungkinan lebih besar utnuk dapat memberikan pemecahan bagi persoalan-persoalan yang dihadapi pendidik
secara nyata‖. Untuk penelitian ini, peneliti jelas memilih metode penelitian
eksperimen di lapangan atau dalam kasus ini dilaksanakan didalam kelas. Jenis penelitian eksperimen didalam kelas yang diterapkan adalah studi mengenai metode.
Dalam sebuah penelitian eksperimen terdapat unsur-unsur yang mendapat perhatian khusus yang nantinya hal-hal ini juga menjadi ciri-ciri sebuah penelitian eksperimen. Unsur-unsur tersebut adalah pengendalian, menipulasi, dan pengamatan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan dengan metode eksperimen selalu ada variabel yang dimanipulasi oleh peneliti. Dalam metode penelitan ini
(58)
42
manipulasi sangat penting untuk dilakukan, hal ini karena manipulasi variabel dalam metode eksperimen menunjukan bahwa peneliti sengaja mengubah keadaan sebuah variabel dengan kondisi-kondisi yang beragam disesuaikan dengan kebutuhan peneliti untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Variabel yang dimanipulasi adalah variabel bebas. Dalam penelitian ini manipulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan suatu metode tertentu dalam pemberian pembelajaran didalam kelas. Satu kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan dikelas yang lain yang digunakan sebagai pembanding menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Karena adanya manipulasi yang dilakukan oleh peneliti dalam variabel bebas maka akan berdampak pada variabel terikat. Dalam suatu penelitian eksperimen varibel terikat biasanya merupakan hasil dari manipulasi yang dilakukan terhadap variabel bebas seperti hasil belajar dan keaktifan belajar dalam penelitian ini. Ketika adanya hasil maka akan dilakukan pengamatan untuk memantau hasil dari manipulasi yang telah dilakukan oleh peneliti
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan aspek yang terlibat dalam penelitian keseluruhan aspek bisa meliputi keseluruhan pengukuran, objek, atau individu yang sedang dikaji. Populasi yang dimaksud tidak sebatas sekelompok atau kumpulan orang-orang melainkan juga dapat berupa ukuran, hitungan, atau kualitas yang menjadi suatu kajian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh siswa
(59)
kelas X jurusan multimedia SMK N 1 Cepu Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Sampel
Sampel merupakan perwakilan dari sebuah populasi. Suatu sampel harus dapat mewakili keseluruhan aspek yang ada didalam populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian siswa kelas X jurusan Multimedia yang terdiri dari 2 kelas Tahun Ajaran 2014/2015
Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling atau pemilihan secara acak secara sederhana. Dimana peneliti memilih secara acak diantara 2 kelas yang ada mana yang akan dijadikan sebagai kelas yang nantinya akan diterapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan mana yang dijadikan kelas pembanding atau kelas kontrol.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MM1 dan X MM2 SMK N 1 Cepu Tahun Ajaran 2014/2015 dalam mata pelajaran Teknik Pengambilan Gambar Produksi. Satu kelas nantinya akan diberikan perlakuan khusus tentang strategi pembelajaran ini dan nantinya akan diamati apakah metode pembelajaran ini dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dikelas tersebut atau tidak.
C. Variabel penelitian
Variabel adalah suatu atribut yang dianggap mancerminkan atau mengungkapkan semua aspek dalam penelitian. Dalam sebuah penelitian
(60)
44
peneliti memberikan perhatian besar terhadap perubahan (manipulasi) dan pengendalian (kontrol).u Hal ini disebut dengan variabel. Variabel dibendakan menjadi dua kelompok yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah suatu variabel pendahulu atau variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang diterapkan didalam kelas yaitu strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Variabel terikat adalah variabel yang muncul karena pengaruh dari variabel bebas. Vairabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan belajar siswa dikelas.
D. Pengendalian
Pengendalian dalam penelitian ini berfungsi sebagai pembatas atau mengatur situasi sehingga pengaruh variabel dapat diselidiki. Pengendalian juga berfungsi untuk mengendalikan dan mengarahkan penelitian variable agar tidak keluar jalur. Dalam prakteknya banyak aspek-aspek diluar variabel-variabel pendidikan yang dapat mempengaruhi jalannya penelitian sehingga dibutuhkan sebuah pengendalian.
Pengendalian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
konvariansi. ―Analisa konvariansi merupakan metode untuk menganalisis
perbedaan variabel terikat diantara kelompok-kelompok eksperimen, sesudah memperhitungkan setiap perbedaan ukuran antara Pretest atau ukuran variabel terikat relevan lainnya yang telah ada sebelumnya diantara kelompok-kelompok tersebut.‖ (A. Furchan,2007;350)
(61)
Dalam penelitian ini kelas yang sudah ditetapkan sebagai kelas eksperimen menggunakan startegi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Untuk menghindari faktor pembedaan guru maka peneliti bertanggung jawab atas kelas yang digunakan untuk penelitian. Untuk menjaga materi yang diberikan seimbang dan berbobot sama maka peneliti bertanggung jawab dalam menyediakan bahan ajar. Untuk menjamin bobot materi sama maka peneliti membuat materi pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta soal-soal yang akan digunakan pada saat pembelajara diawal, sebelum penelitian dilakukan.
E. Metode dan Desain Penelitian
Dalam sebuah jurnal yang berjudul ― Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Teknik Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model
Jigsaw‖ oleh Tiwan, MT(2008;6) disebutkan bahwa untuk melaksanakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah kelompok sebagai berikut; (1) pembagian tugas,(2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional adalah :
1. Membaca, siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
2. Diskusi kelompok ahli, siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topic tersebut.
3. Diskusi kelompok asal, siswa ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik kepada kelompok asalnya.
(62)
46
5. Penghargaan kelompok, perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain Pretest-Posttest control grup design Pretest-Posttest. Dengan demikian desain penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Grup Design
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
KE O1 X1 O2
KK O3 X2 O4
Keterangan :
KK : Kelas Kontrol KE : Kelas Eksperimen
O1 : Pretest yang diberikan kepada Kelas Eksperimen
X1 : KBM dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Jigsaw
O2 : Posttest yang diberikan pada Kelas Kontrol pada akhir
pembelajaran
O3 : Pretest yang diberikan kepada Kelas Kontrol
X2 : KBM dengan menggunakan Metode pengajaran konvensional
O4 : Posttest yang diberikan pada Kelas Kontrol pada akhir
pembelajaran
Pada penelitian ini, setiap kelompok pada awal kegiatan diberi pretest (O1,O3), diberi perlakuan dan pada akhir kegiatan diukur dengan
posttest (O2,O4) yang ekuivalen dengan pretest. Sedangkan X1 dan X2
masing-masing merupakan perlakuan yang diterapkan dikelas. Untuk X2
pengajaran seperti biasa sedangkan untuk X1 yaitu Diskusi Kelompok yang
mana didalamnya terdapat Kelompok Asal dan Kelompok Ahli. Kelompok asal yang terdiri dari 8 orang tiap kelompoknya diberi sebuah materi yang
(63)
didalamnya masih terdapat topik-topik tertentu, topik tersebut selanjutnya disebut dengan topik 1, topik 2, topic 3,dst. Karena dalam satu kelas terdapat 32 siswa maka siswa akan dibagi menjadi 4 kelompok asal yaitu kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4, seperti ditunjukan dalam Gambar 3. Ilustrasi pembagian kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw
1 2 3 4
5 6 7 8
Kelompok 1
1 2 3 4
5 6 7 8
Kelompok 3
1 2 3 4
5 6 7 8
Kelompok 2
5 5
5 5
Kelompok Ahli 5
4 4
4 4
Kelompok Ahli 4
3 3
3 3
Kelompok Ahli 3
2 2
2 2
Kelompok Ahli 2
6 6
6 6
Kelompok Ahli 6
1 1
1 1
(64)
48
Gambar 3. Ilustrasi pembagian kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw
Keterangan :
: Siswa
: Siswa yang memiliki topik sama yang nantinya akan masuk kedalam kelompok ahli topik tersebut.
: Kelompok dengan topic yang beragam (kelompok asal)
Kemudian setelah semua siswa mendapat topiknya masing-masing, siswa membentuk kelompok lagi sesuai dengan topik ahli yang sama kemudian kelompok ini disebut dengan kelompok ahli. Kelompok ahli terdiri dari siswa-siswa yang memiliki topik yang sama. Dalam diskusi kelompok ahli, siswa dituntut untuk memiliki catatan dan memiliki informasi sebanyak-banyaknya tentang topik ahli yang nantinya akan dijelaskan kembali ke kelompok asal.
1 2 3 4
5 6 7 8
Kelompok 4
8 8
8 8
Kelompok Ahli 8
7 7
7 7
Kelompok Ahli 1
1
1 1
1 1
Kelompok Ahli 1
1 2 3 4
5 6 7 8
Kelompok 4
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)