perangsang dan rekasi seperti pertimbangan yang erat hubungannya dengan tujuan hidup, peraturan dan sebagainya.
3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman
dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari luar tidak semuanya diterima begitu saja
namun ditinjau dari apakah pengalaman-pengalaman itu mempuyai arti baginya.
4. Sikap sebagai bentuk penyataan kepribadian. Sikap merupakan pencerminan pribadi seseorang, ini karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukung. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyaknya orang dapat mengetahui kepribadian seseorang Ahmadi,
2009: 165-167. Sikap seseorang terbentuk dari tiga sumber utama. Pertama, pengalaman
pribadi. Sikap merupakan hasil pengalaman yang menyenangkan atau menyakitkan dengan objek sikap. Kedua yaitu pemindahan perasaan yang
menyakitkan. Pemindahan secara tidak sadar mengalihkan perasaan yang menyakitkan terutama permusuhan jauh dari objek yag sebenarnya pada
objek lain yang “lebih aman”. Ketiga yaitu pengaruh sosial. Kelompok, lembaga, media serta lingkungan yang terdekat dengan seseorang berperan
dalam pembentukan sikap seseorang.
2.1.7.3. Pembentukan dan Perubahan Sikap.
Sikap setiap orang sama dalam perkembangannya, tetapi berbeda dalam pembentukannya. Sikap terbentuk dari pengalaman dengan melalui proses belajar.
Roucek 1951 menyatakan bahwa sikap terjadi setelah individu mengadakan internalisasi dari hasil-hasil :
1. Observasi yang dilakukan terhadap kelompok dan kejadian serta pengalaman partisipasi individu dengan kelompok yang dihadapi.
2. Perbandingan pengalaman individu yang mirip dengan respons atau reaksi yang diberikannya, serta hasil dari reaksi terhadap dirinya.
3. Keterlibatan emosi terhadap pengalaman pada suatu kejadian. Suatu kejadian yang telah menyerap perasaan seseorang lebih sulit dilupakannya
sehingga reaksinya merupakan reaksi berdasarkan usaha menjauhi situasi yang tidak diharapkannya.
4. Perbandingan antara sesuatu yang dihadapinya dan pengalaman orang lain yang dianggap lebih berpengalaman, lebih ahli, dan sebagainya Sobur,
2003:363.
Pembentukan sikap tidak terjadi sembarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan suatu
objek, orang, kelompok, lembaga, media, dan sebagainya. Pembentukan dan perubahan sikap dapat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern pribadi
yang memegang peranan. Adapun yang dimaksud dengan : 1. Faktor intern
Adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah
pengaruh-pengaruh yang dating dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia,
terutama yang menjdai minat perhatian. 2. Faktor ekstern.
Faktor ini terdapat pada luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.
Perubahan sikap pada individu ada yang terjadi dengan mudah dan ada yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima atau
menolak rangsangan yang datang kepadanya. Selain itu, perubahan sikap tidak hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada diri seseorang, tetapi juga
menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat dan kebudayaan. Krech, Crutchfield, dan Ballachey dalam buku Psikologi Umum
menyatakan bahwa keterubahan suatu sikap bergantung pada karakteristik sistem sikap, kepribadian individu, dan afiliasi individu terhadap kelompoknya.
Karakteristik sistem sikap, baik yang dimiliki sebelum maupun sesudah
terbentuknya sikap tersebut, mempengaruhi pembentukan sikap tertentu. Adapun karakteristik itu meliputi:
1. Sikap ekstrem extremeness Sikap yang ekstrem sulit berubah, baik dalam perubahan kongruen maupun
inkongruen. Perubahan yang kongruen adalah perubahan yang searah, yakni bertambahnya derajat kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula.
Sedangkan perubahan sikap inkongruen adalah perubahan sikap kearah yang berlawanan. Makin ekstrem suatu sikap, makin sedikit terjadi perubahan. Sikap
yang ekstrem lebih sulit diubah secara inkongruen daripada kongruen. 2. Multifleksitas multiplexity
Sikap yang berkarakteristik multiflex mudah berubah secara kongruen, namun sulit berubah secara inkongruen. Sebaliknya, sikap yang simple mudah berubah
secara inkongruen, namun sulit berubah secara kongruen. 3. Konsistensi consistency
Sikap yang konsisten menunjukkan sikap yang stabil, karena komponennya saling mendukung satu sama lain. Sikap akan mudah diubah kearah
inkongruen. Sebaliknya, sikap yang tidak konsisten lebih mudah diubah kearah kongruen.
4. Interconnectedness Interconnectedness adalah keterikatan suatu sikap dengan sikap lain dalam
suatu kelompok. Sikap yang mempunyai kadar keterikatan tinggi sulit diubah kearah inkongruen. Sebaliknya, lebih mudah diubah kearah kongruen.
5. Konsonan consonance Sikap yang saling berderajat selaras akan lebih cenderung membentuk suatu
kluster. Kluster tersebut cenderung pula memiliki derajat saling keterhubungan. Sikap demikian disebut sebagai sikap yang berkarakteristik konsonan dalam
suatu gugus sikap. Sikap yang berderajat konsonan tingi akan mudah mengalami perubahan pada jenis yang kongruen.
6. Kekuatan dan jumlah keinginan yang menyebabkan munculnya suatu sikap tertentu strength and number of wants served by the attitude.
Dapat berubah tidaknya suatu sikap seseorang ditentukan oleh kekuatan dan ragam-ragamnya. Sikap yang memiliki kekuatan dan keanekaragaman
keinginan yang akan dipuaskan disebut sebagai sikap yang “multiservice”. Sikap multiservice ini sangat dihargai dan diharapkan oleh tiap individu.
7. Pemusatan nilai-nilai yang berhubungan dengan sikap yang dimiliki centrality of the value to which the attitude is related.
Nilai-nilai yang dianut seseorang menentukan suatu pembentukan dan perubahan sikap. Sikap seseorang yang berakar pada nilai yang dianutnya,
meskipun ditukarkan alasan-alasan persuasif dan dikung oleh kenyataan yang kukuh, tetap sulit untuk diubah kecuali dengan cara mengubah nilai konsep
tentang “baik” yang dianutnya.
Perubahan sikap individu tidak saja ditentukan oleh karakter sistem sikapnya, tetapi juga oleh keadaan kepribadiannya. Hubungan antara kepribadian
seseorang dan perubahan sikap merupakan sesuatu yang kompleks. Adapun aspek-aspek kepribadian meliput i :
1. Intelligence Corak intelegensi yang dimiliki seseorang menentukan derajat sikapnya.
Tingkat inteligensi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memahami informasi yang mengandung
problema kompleks yang akan disikapinya. 2. General Persuasibility
Kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh sosial tanpa memandang komunikatornya, topik, media, dan keadaan komunikasinya merupakan
aspek yang dapat menentukan sikap seseorang. 3.
Self-Defensiveness Salah satu ciri kepribadian yang dimiliki seseorang juga berpengaruh pada
perubahan sikapnya, yaitu berpegang teguh secara bersikeras untuk menegakkan harga dirinya. Individu yang demikian sulit untuk
membebaskan diri dari ciri kepribadian yang dimilikinya. 4.
Cognitive Needs and Styles Kebutuhan dan gaya kognitif seseorang turut menentukan perubahan
sikapnya. Kelman dan Cohler 1959 menyatakan bahwa seseorang yang mememerlukan pemahaman yang jelas akan bereaksi terhadap informasi
baru yang bertentangan dengan sikapnya. Seseorang yang memerlukan pemahaman yang jelas tidak senang terhadap perubahan yang inkongruen
karena situasi. Seseorang yang cenderug dapat berubah sikapnya pada jenis yang kongruen, bilaman ia bereaksi terhadap “ketertutupannya”
mencari penjelasan dan pemahaman terhadap informasi yang menentang sikapnya Sobur, 2003:368.
Dukungan kelompok terhadap individu juga menentukan perubahan sikap seseorang. Ini berkaitan dengan nilai keanggotaan individu dalam kelompoknya.
Sikap yang merefleksikan norma kelompok yang dinilai tinggi, sulit untuk diubah. Anggota kelompok yang mempunyai penilaian rendah dapat mengikuti perubahan
sikap bila diberi pengarahan. Namun, bagi anggota kelompok yang memiliki penilaian tinggi akan menentang pengarahan tentang perubahan sikap. Dengan
demikian, anggota kelompok yang mempunyai penilaian tinggi cenderung tetap berpegang pada norma secara lebih kuat setelah diberi pengarahan, dibandingkan
dengan sebelumnya. Dimasa Adolesen, ada tiga hal penting yang diperhatikan dalam
pembentukan sikap, antara lain: 1. Mass Media seperti media cetak dan elektronik.
2. Kelompok sebaya. 3. Kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan, lembaga
organisasi dan sebagainya.
2.2. Kerangka Konsep.
Dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka
acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrument penelitian Bungin, 2011 ; 67.
Sebagai sesuatu yang digeneralkan, konsep bermula dari teori-teori kejadian yang dibentuk dan oleh karenanya konsep memiliki tingkat generalisasi Bungin,
2013: 73. Menurut Kaplan, Konstruk merupakan konsep, sesuatu yang diciptakan. Suatu konstruk adalah suatu konsep yang memiliki tiga kriteria yang
berbeda Morissan,dkk. 2012 : 60.