METODOLOGI PENELITIAN Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME. 4. Dr. Khaira Amalia, SE., MBA.

73

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui website www.econstats.com dan www.oanda.com. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juni 2009. III.2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian longitudinal, yaitu: penelitian dengan melakukan pengamatan-pengamatan yang berkaitan dengan suatu penomena dalam durasi waktu tertentu yang dilakukan lebih dari satu kali yang kemudian dikumpulkan informasi dengan tipe yang sama mengenai perubahan gejala dari sekelompok objek dalam waktu yang berbeda. Jenis penelitian ini adalah historical analysis,yaitu: suatu analisis dengan menggunakan data masa lalu yang telah ada, dengan tujuan untuk membuktikan hipotesis. Adapun sifat dari pada penelitian ini adalah eksplanasi explanatory, yaitu: menjelaskan bagaimana sebuah fenomena terjadi untuk mendukung sebuah penjelasan atau prediksi. Universitas Sumatera Utara 74 III.3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data runtun waktu time series dalam bentuk mingguan atas Indeks Harga Saham Gabungan dari setiap variabel yang masuk dalam penelitian ini dan terdaftar di website www.econstats.com dan www.oanda.com yang dimulai dari tanggal 07 Januari 2005 sampai dengan 13 Maret 2009. Dari perhitungan diperoleh populasi sebanyak 219 minggu. Selanjutnya total data time series pada populasi tersebut di atas akan dijadikan sebagai sampel, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 219 minggu yang dirinci menjadi tiga periode pengamatan, yaitu: 1. Seluruh periode penelitian mencakup periode sebelum krisis finansial 2008 dan periode selama krisis finansial 2008 berlangsung, jumlah data sampel sebanyak 219 minggu, dimulai dari tanggal 07 Januari 2005 sampai dengan 13 Maret 2009. 2. Periode sebelum krisis finansial 2008, jumlah data sampel sebanyak 148 minggu, dimulai dari tanggal 07 Januari 2005 sampai dengan 02 November 2007. 3. Periode selama krisis finansial 2008, jumlah data sampel sebanyak 71 minggu, dimulai dari tanggal 09 November 2007 - 13 Maret 2009. Seluruh data populasi dan sampel setiap variabel Indeks Harga Saham Gabungan dan kurs Dolar Amerika Serikat yang masuk dalam penelitian ini diamati pada data level dan return first difference. Adapun yang dimaksud dengan data level pada penelitian ini adalah nilai dari indeks harga saham gabungan pada saat Universitas Sumatera Utara 75 penutupan bursa yang telah diolah dalam bentuk data mingguan. Sedangkan yang di maksud dengan data return pada penelitian ini adalah selisih antara nilai indeks harga saham gabungan pada saat penutupan terhadap pembukaan dalam satu periode bursa yang telah diolah dalam bentuk data mingguan. III.4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan bersumber dari website www.econstats.com untuk Indeks Harga Saham Gabungan dan www.oanda.com untuk kurs Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah. III.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses website resmi www.econstats.com dan www.oanda.com. III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Indeks Bursa Saham Internasional X 1 Indentifikasi variabel indeks bursa saham internasional X 1 yang berfungsi sebagai variabel bebas pada hipotesis pertama ditabulasikan pada Tabel III.1. sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 76 Tabel III.1. Variabel-variabel Indeks Bursa Saham Internasional X 1 Kode IHSG Nama Lengkap IHSG Negara SP 500 Standard Poor500 Index Amerika Serikat FTSE 100 FTI FTSE 100 Financial Times Index Inggris DAX 30-DA DAX 30-Deutscher Aktienindex Jerman Hang Seng Hang Seng Price Index Hong Kong Nikkei-225 Nikei225 Index Jepang SCI Shanghai Composite Index Cina Definisi operasional variabel indeks bursa saham internasional adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga-harga saham di bursa saham internasional yang mendeskripsikan kondisi pasar internasional pada suatu saat, apakah pasar sedang bearish market atau bullish market. III.7. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Indeks Bursa Saham Regional X 2 Indentifikasi variabel indeks bursa saham regional X 2 yang berfungsi sebagai variabel bebas pada hipotesis kedua ditabulasikan pada Tabel III.2. sebagai berikut: Tabel III.2. Variabel-variabel Indeks Bursa Saham Regional X 2 Kode IHSG Nama Lengkap IHSG Negara KLCI Kuala Lumpur Composite Index Malaysia STI Straits Times Indeks Singapura PCP Philipine Composite Price Philipina Definisi operasional variabel indeks bursa saham regional adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga-harga saham di bursa saham regional yang mendeskripsikan kondisi pasar regional pada suatu saat, apakah pasar sedang bearish market atau bullish market. Universitas Sumatera Utara 77 III.8. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Kurs Dolar Amerika Serikat X 3 Identifikasi variabel yang berfungsi sebagai variabel bebas X 3 pada hipotesis ketiga adalah: kurs Dolar Amerika Serikat, dengan kode: US. Definisi operasional variabel kurs Dolar Amerika Serikat adalah Harga dari 1 satu Dolar Amerika Serikat US yang dinyatakan dalam Rupiah di pasar uang Indonesia. III.9. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Indeks Bursa Efek Indonesia Y Identifikasi variabel yang berfungsi sebagai variabel terikat Y pada hipotesis pertama, kedua dan ketiga adalah Indeks Harga Saham Gabungan-Bursa Efek Indonesia, dengan kode: IHSG-BEI. Definisi operasional variabel indeks Bursa Efek Indonesia adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham secara menyeluruh di Bursa Efek Indonesia yang mendeskripsikan kondisi pasar di Bursa Efek Indonesia pada suatu saat, apakah pasar sedang bearish market atau bullish market. III.10. Model Analisis Data Adapun alat bantu yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah program Eviews4 dan SPSS13.0. III.10.1. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memperoleh trend statistik indeks bursa saham internasional, bursa saham regional, kurs Dolar Amerika Serikat US dan IHSG Bursa Efek Indonesia Universitas Sumatera Utara 78 baik dalam data level dan data return first diffrence, maka dilakukan pengujian analisis statistik deskriptif. Hasil dari langkah ini berupa ikhtisar statistik yang antara lain mencakup: nilai rata-rata mean, nilai standar deviasi, nilai skewness, dan nilai kurtosis. III.10.1.1. Uji nilai rata-rata dan nilai standar deviasi Perhitungan dan perbandingan statistik deskriptif nilai rata-rata dan nilai standar deviasi indeks bursa saham dan kurs Dolar Amerika Serikat pada penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar risiko berinvestasi di suatu Negara. Untuk memperoleh trend risiko berinvestasi di setiap negara maka perhitungan nilai rata-rata dan standar deviasi difokuskan pada dua periode pengamatan, yaitu: periode sebelum krisis finansial 2008 dan pada periode selama krisis finansial 2008 berlangsung. III.10.1.2. Nilai Skewness dan nilai Kurtosis Nilai skewnes pada penelitian ini akan menjelaskan derajat kecondongan yang dikenal dengan koefisien kecondongan koefficient of skewness = sk. Nilai sk akan berkisar -3 sampai +3, apabila sk nilainya sama dengan 0 nol maka kurvanya simetris normal. Kurva dengan nilai sk yang semakin mendekati nol, akan semakin mendekati kurva berbentuk normal. Jika nilai sk negatif, hal ini mengindikasikan adanya data indeks harga saham yang nilainya ekstrim kecil sehingga menurunkan nilai rata-rata indeks harga saham, sedangkan jika nilai sk positif hal ini menunjuk Universitas Sumatera Utara 79 adanya data indeks harga saham yang nilainya ekstrim besar sehingga menaikkan nilai rata-rata indeks harga saham. Nilai kurtosis merupakan ukuran keruncingan kurva. Melalui koefisien keruncingan kurva α 4 maka bursa saham dapat dinyatakan apakah sedang mengalami bearish market atau bullish market. Keruncingan kurva indeks harga saham dimungkinkan dapat berbentuk: 1. Kurva normal atau mesokurtic, jika α 4 = 3 transaksi bursa berjalan normal. 2. Kurva platykurtic, jika α 4 3 transaksi bursa sedang bullish market. 3. Kurva leptokurtic, jika α 4 3 transaksi bursa sedang bearish market. III.10.2. Analisis Korelasi Correlation Analysis Analisis korelasi pada penelitian ini dimanfaatkan untuk melihat tingkat integrasi atau keseimbangan bursa saham asing dan kurs Dolar Amerika Serikat terhadap indeks BEI dalam jangka pendek. Daly 2003: 78 menyatakan bahwa: Analisis terhadap koefisien korelasi merupakan upaya awal untuk melihat hubungan jangka pendek yang terjadi diantara dua bursa secara statis. Kemudian Gujarati 2007: 53 menyatakan bahwa: Korelasi tidak harus menyiratkan hubungan kausal atau sebab-akibat. Analisis korelasi dilakukan secara berpasangan bivariat terhadap masing- masing variabel indeks bursa saham asing dan kurs Dolar Amerika Serikat terhadap Indeks BEI. Oleh karena analisis korelasi pada penelitian ini dimanfaatkan untuk Universitas Sumatera Utara 80 melihat hubungan jangka pendek, maka fokus penelitian hanya dilakukan pada dua waktu periode pengamatan, yaitu: periode sebelum krisis finansial 2008 dan periode selama krisis finansial 2008 berlangsung baik pada data level maupun return first difference. Rumus korelasi bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut, Nachrowi 2006:133: = ∑ ∑ ∑ {[ ∑ ∑ ] ⌈ ∑ ∑ ⌉ } III.10.3. Uji Akar Unit Unit Root Test Uji akar unit dilakukan untuk memastikan stasionaritas data pada data level dan return first difference setiap variabel indeks bursa saham asing, kurs Dolar Amerika Serikat dan IHSG-BEI pada ketiga waktu periode pengamatan. Jika dari hasil pengujian menunjukkan bahwa data mengalami unit root maka data tidak stasioner, oleh karena itu data tersebut tidak dapat digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel X terhadap variabel Y, namun dapat digunakan untuk uji kointegrasi antara variabel-variabel X terhadap variabel Y. Selanjutnya, jika dari hasil pengujian menunjukkan bahwa data tidak mengalami unit root maka data stasioner, oleh karena itu data tersebut dapat digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan Granger causality test. Universitas Sumatera Utara 81 Pengujian akar unit dilakukan dengan prosedur Augmented Dikey Fuller Test ADF Test sebagai berikut, Nachrowi 2006: 155: 1. Model dengan intercep β 1 dan trend β 2 , yaitu: ∆ = + + + ∆ + 2. Model dengan intercep β 1 , yaitu: ∆ = + + ∆ + 3. Model tanpa intercep β 1 dan trend β 2 , yaitu: ∆ = + ∆ + Keterangan: ADF Test lebih besar dari test critical values maka data tidak stasioner. ADF Test lebih kecil dari test critical values maka data stasioner. III.10.4. Uji Kointegrasi Cointegration Test Uji kointegrasi pada penelitian ini dimanfaatkan untuk melihat tingkat integrasi bursa saham asing dan kurs Dolar Amerika Serikat terhadap indeks BEI dalam jangka panjang. Dalam ekonometrika, variabel yang saling terkointegrasi dikatakan dalam kondisi keseimbangan jangka panjang long-run equilbrium Nachrowi 2006: 367. Universitas Sumatera Utara 82 Meskipun uji Kointegrasi dapat dilakukan pada tiga periode pengamatan, yaitu: seluruh periode penelitian, periode sebelum krisis finansial 2008 dan periode selama krisis finansial 2008 berlangsung, namun karena uji kointegrasi dilakukan untuk melihat tingkat integrasi jangka panjang atau keseimbangan jangka panjang maka fokus pengamatan dan penelitian hanya akan dilakukan terhadap waktu seluruh periode penelitian. Uji kointegrasi dilakukan secara bivariat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan VAR-based cointegration test sebagai berikut, Eviews4 User’s Guide 2002: 552: 1. Model trace statistic: | = − log 1 − Dimana λ 1 adalah eigenvalue terbesar ke-i dari matriks ∏ 2. Model max-eigen statistic | + 1 = − log 1 − = | − + 1| Dimana: r = 0,1,….k-1 Trace statistic dan max-eigen statistic lebih besar dari critical value 1 atau 5 maka indicates cointegration. Trace statistic dan max-eigen statistic lebih kecil dari critical value 1 atau 5 maka indicates no cointegration. Universitas Sumatera Utara 83 III.10.5. Variabel Lag Variabel lag adalah variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat secara tidak langsung atau ada jeda waktu lag. Variabel bebas pada penelitian ini merupakan variabel lag. Yang dimaksud dengan jeda waktu lag pada penelitian ini adalah suatu penyebab baru menimbulkan pengaruh atau akibat setelah jangka waktu atau jarak waktu tertentu. Suharyadi dan Purwanto 2004: 560 menyatakan bahwa, ada tiga hal yang menjadi penyebab variabel lag: 1. Penyebab yang bersifat teknis. Contoh: pada kelapa sawit, harga pada saat ini akan mendorong perluasan areal, namun demikian dari sejak menanam sampai panen membutuhkan waktu 4 empat tahun, sehingga pengaruh harga akan di respons produksi dengan jarak waktu 4 empat tahun. 2. Penyebab yang bersifat kelembagaan. Contoh: keterikatan perjanjian dengan pihak lain yang mempunyai kekuatan hukum untuk tidak di langgar. Perusahaan akan menjual banyak pada harga tinggi, namun apabila ada kontrak penjualan, maka perusahaan tersebut harus taat. 3. Penyebab yang bersifat sikolaogis. Contoh: banyak perilaku masyarakat yang lamban merespon perubahan karena alasan kebiasaan. Seseorang yang menjadi kaya, misalnya tidak serta merta mengubah gaya hidupnya yang sederhana, karena sudah terbiasa dengan gaya hidupnya. Untuk menemukan lag yang paling tepat dalam ekonometrik Nachrowi 2006: 264 menyatakan bahwa: gunakan dari lag yang terkecil, yaitu lag = 1, yang berarti kita hanya menggunakan variabel bebas Y t-1 dan X t-1 . Hal ini dianjurkan karena pada umumnya pengaruh lag yang berdekatan lebih tinggi dibandingkan lag yang lebih jauh. Bila uji F memberi hasil yang signifikan, dapat diuji kembali dengan menggunakan lag = 2. Proses tersebut dapat terus dilanjutkan hingga uji F menghasilkan nilai yang tidak signifikan. Dengan memperhatikan teori Suharyadi dan Purwanto 2004: 560 dan Nachrowi 2006: 264 tersebut diatas, maka pada program Eviews 4 dalam tools Granger Causality Test, pada tahap awal akan dimasukkan lag terkecil, yaitu lag = 1, hasilnya kemudian dicatat. Selanjutnya dilakukan hal yang sama dengan Universitas Sumatera Utara 84 memasukkan lag = 2 dan seterusnya sesuai dengan deret hitung sampai lag memberikan hasil F statistik yang tidak signifikan atau F statistik lebih kecil dari F tabel. Dari setiap lag yang hasil uji F-nya signifikan dilakukan judgment dari teori yang ada. Lag yang terpilih dengan judgment teori yang akan digunakan pada uji kausalitas granger dan analisis selanjutnya. Untuk kepraktisan penelitian dengan memperhatikan output uji kausalitas granger yang antara lain terdiri dari jumlah observasi, F statistik dan probabilitas, maka pada penelitian ini peneliti akan lebih utama menggunakan nilai probabilitas sebagai alat analisa dan lebih lanjut akan dijelaskan pada sub bab III.10.6. berikut ini. III.10.6. Uji Kausalitas Granger Granger Causality Test Pada uji kausalitas Granger yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, Nuchrowi, 2006: 262-263 dan pada intinya uji kausalitas Granger dapat mengindikasikan hubungan dua arah secara parsial variabel-variabel bebas indeks bursa saham internasional, indek bursa saham regional dan kurs Dolar Amerika Serikat terhadap variabel terikat indeks BEI atau dengan kata lain, uji kausalitas Granger dapat membuktikan apakah secara parsial variable-variabel X mempengaruhi Granger Cause by variabel Y dan atau variabel Y yang berpengaruh secara parsial terhadap variabel-variabel X. Pengujian tersebut dilakukan pada tiga periode pengamatan, yaitu: seluruh periode penelitian, periode sebelum krisis finansial 2008 dan periode selama krisis finansial 2008 berlangsung. Universitas Sumatera Utara 85 Pada penelitian ini, uji kausalitas Granger dilakukan secara bivariat. Secara matematis, untuk melihat apakah X mempengaruhi Y dan atau sebaliknya, dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut, Nachrowi 2006: 263: 1. Model regresi penuh untuk mendapatkan Sum Square Of Error SSE = + + 2. Model regresi terbatas untuk mendapatkan Sum Square Of Error SSE = + 3. Formula uji F berdasarkan SSE yang didapat sebelumnya = − − Pada program Eviews4 uji kausalitas Granger selain menghasilkan perhitungan uji F juga dihasilkan nilai probabilitas pengujian, kemudian nilai probabilitas tersebut dibandingkan dengan nilai kritis α = 5 0,05: Dimana: Probabilitas lebih besar dari α = 5 maka X ungranger cause by Y Probabilitas lebih kecil dari α = 5 maka X Granger cause by Y Universitas Sumatera Utara 86 III.10.7. Analisis Regresi Bertolak dari latar belakang, kerangka berfikir dan tinjauan pustaka, maka untuk mengetahui pengaruh indeks bursa saham internasional, indeks bursa saham regional dan kurs Dolar Amerika Serikat terhadap indeks bursa efek indonesia digunakan analisis regresi linier sederhana regresi linier bivariat, dengan persamaan sebagai berikut: = + + Dimana: Y = IHSG-BEI X 1 = f SP500, FTSE100, DAX30, Hang Seng, Nikkei225 dan SCI B = Konstanta B 1 = Koefisien Variabel X 1 ϵ = Eplison atau variabel yang tidak di teliti Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan 95 atau α = 5. Kriteria pengujian hipotesis secara parsial adalah: 1. H : B 1 = 0 fSP500, FTSE100, DAX30, Hang Seng, Nikkei225 dan SCI tidak berpengaruh terhadap IHSG-BEI. 2. H 1 : B 1 ≠ 0 fSP500, FTSE100, DAX30, Hang Seng, Nikkei225 dan SCI berpengaruh terhadap IHSG-BEI. Kriteria pengambilan keputusan adalah: jika t hitung t tabel maka H 1 di terima. Namun jika t hitung t tabel maka H di terima. Universitas Sumatera Utara 87 III.10.8. Uji Asumsi Klasik Berdasarkan model analisis regresi yang dilakukan yaitu regresi linier sederhana regresi linier bivariat dan oleh kemungkinan akan munculnya masalah dalam analisis regresi maka dilakukanlah uji asumsi kelasik berupa uji normalitas data dan uji heteroskedastisitas. III.10.8.1. Uji Normalitas Data Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini, maka alat utama yang akan digunakan adalah alat uji non parametrik Kolmogorov – Smirnov K-S. Namun jika dianggap perlu maka uji selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan analisis grafik yaitu: histogram dan plot. III.10.8.2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas independent. Jika variabel-variabel bebas saling berkolerasi maka variabel-variabel bebas tersebut dinyatakan tidak ortogonal. Pada penelian ini untuk mendeteksi multikolinieritas diamati melalui output collinearity diagnostics, yaitu dengan mengamati nilai eigenvalue dan condition index. Jika nilai eigenvalue mendekati 0 nol maka deteksi awal menduga bahwa variabel-variabel bebas adalah ortogonal, untuk lebih meyakinkan maka diamati nilai condition index, jika nilai condition index dibawah 10 sepuluh maka variabel-variabel bebas adalah ortogonal. Universitas Sumatera Utara 88 III.10.8.3. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi apakah telah terjadi heteroskedastisitas pada data maka pada penelitian ini akan dilakukan uji white heteroscedasticity, jika dari hasil pengujian menunjukkan probilitas lebih kecil dari α = 5 maka disimpulkan telah terjadi heteroskedastisitas, namun sebaliknya jika probabilitas lebih besar dari α = 5 maka dapat disimpulkan data telah homoskedastisitas. Universitas Sumatera Utara 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN