kepada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentingannya, selanjutnya konsumen akan
mengembangakan himpunan kepercayaan merek. Konsumen juga dianggap memiliki fungsi utilitas, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan
produk bervariasi menurut tingkat alternatif setiap ciri. 4.
Keputusan Pembelian Keputusan pembelian purchase decision konsumen adalah membeli
merek yang paling disukai, dan keputusan pembelian. Ada dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu pengaruh orang lain dan pengaruh
situasional. 5.
Perilaku Sesudah Pembelian Setelah pembelian, konsumen mengevaluasi keputusan pembelian yang
telah dilakukankannya. Konsumen memiliki semacam keraguan purchase dissonance atas produk yang telah dibelinya. Keraguan ini rendah jika banyak
informasi yang dipakai dalam evaluasi, baik melalui pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, maupun media massa.
2.1.3. Kepuasan dan Ketidakpuasan Konsumen
Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas Schnaars dalam Tjiptono, 1997:24. Terciptanya
kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang
baik pada pembelian ulang, dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk
Universitas Sumatera Utara
suatu rekomendasi dari mulut kemulut word-of-mouth yang menguntungkan bagi perusahaan.
Menurut Kotler dan Keller 2008:177 kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja hasil
produk yang dipikirkan terhadap kinerja hasil yang diharapkan. Ketidakpuasan konsumen terjadi apabila kinerja suatu produk tidak sesuai dengan persepsi dan
harapan konsumen, Sedangkan menurut Day dalam Tjiptono 1997:24, ketidakpuasan
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian disconfirmation yang dirasakan antara harapan sebelumnya atau norma kinerja
lainnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian.
2.1.4. Kebutuhan Mencari Variasi Variety seeking
Kebutuhan mencari variasi adalah perilaku konsumen untuk melepaskan suatu kejenuhan karena keterlibatan rendah pada merek atau produk. Perilaku ini
dikarakteristikkan dengan sedikitnya pencarian informasi dan pertimbangan alternatif atau pilihan. Konsep variety seeking merupakan tipe penyelesaian
masalah rutin yang berkaitan dengan convenience goods dan jarang terkait dengan shopping dan specialty godos yang mempunyai resiko dan keterlibatan rendah.
Namun, menurut McAlister dalam Setiyanigrum 2005:6 variety seeking dapat terjadi juga pada produk high Involvement.
Variety seeking merupakan komitmen secara sadar untuk membeli merek lain karena terdorong untuk terlibat atau mencoba hal-hal baru, rasa ingin tahu
dengan hal-hal baru, novelty kesenangan baru, atau untuk mengatasi masalah
Universitas Sumatera Utara
kejenuhan terhadap hal yang lama atau biasanya Peter dan Olson Setiyaningrum, 2005:7. Dalam hal ini konsumen sering melakukan pertukaran merek, bukan
karena ketidakpuasan tetapi untuk mencari keragaman Kotler dan Armstrong, 2008:177.
Beberapa tipe konsumen yang mencari variasi Variety-novelty seeking adalah sebagai berikut Schiffman dan Hanuk, 2007:115:
1. Perilaku pembelian yang bersifat penyelidikan Exsploratory Purchase
Behavior, merupakan keputusan perpindahan merek untuk mendapatkan pengalaman baru dan kemungkinan alternative yang lebih baik.
2. Penyelidikan pengalaman orang Vicarious Exploration, konsumen mencari
informasi tentang suatu produk yang baru atau alternative yang berbeda, kemudian mencoba menggunakannya.
3. Keinovatifan pemakaian, konsumen telah menggunakan dan mengadopsi
suatu produk dengan mencari produk yang lebih baru dengan teknologi yang lebih tinggi seperti produk-produk elektronik yang model fungsinya telah
berubah. Dalam mengidentifikasi kebutuhan mencari variasi, metode untuk
mengetahui kebutuhan dalam keputusan mencari variasi tersebut dijabarkan lebih konkrit kedalam sejumlah konstruk yang disebut sebagai Exploratory Acquisition
of Product EAP yang telah disesuaikan sebagai berikut Van Trijp dalam Schiffman dan Hanuk, 2007:115:
1. Lebih suka merek yang belum pernah dicoba.
2. Merasa tertantang jika memesan merek yang belum familiar.
Universitas Sumatera Utara
3. Meskipun menyukai merek tertentu, namun sering mencoba merek baru.
4. Tidak khawatir mencoba merek baru atau berbeda.
5. Jika merek produk tersedia dalam sejumlah variasi, pasti akan mencobanya.
6. Menikmati peluang membeli merek yang tidak familiar demi mendapatkan
variasi dalam pembelian.
2.1.5. Merek 1. Pengertian Merek