Kelompok teori stokastik Teori-Teori Penuaan

Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 Nugroho, 2008.

1.3 Teori-Teori Penuaan

Teori tentang penuaan dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok teori stokastik dan teori kelompok genetika perkembangan Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005.

1.3.1 Kelompok teori stokastik

Pada kelompok ini proses tua dianggap sebagai akibat dari kumpulan dampak negatif lingkungan. Adapun teori yang termasuk dalam kelompok ini adalah: 1. Teori Mutasi Somatik Teori mutasi somatik dikemukakan pada pertengahan abad 20 dengan dasar setelah perang dunia saat itu, lingkungan banyak terekspos oleh radiasi yang memicu mutasi sel. Lebih jauh mutasi sel menyebabkan kemunduran sampai pada kegagalan organ sehingga dapat menyebabkan kematian Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005. 2. Teori Kesalahan Berantai Error Catasthrophe Theory. Orgel 1963 mengemukakan teori kesalahan pembentukan protein sel yang mengandung materi genetik. Jika kesalahan tersebut terus-menerus diturunkan dari generasi ke generasi, maka lumlah molekul abnormal akan semakin banyak. Menurut teori ini proses tua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun dan Universitas Sumatera Utara berlangsung lama sepanjang kehidupan, dimana terjadi kesalahan transkripsi perubahan DNA menjadi RNA maupun translasi perubahan RNA menjadi protein atau enzim. Enzim atau protein yang salah ini akan menyebabkan gangguan pada metabolisme sehingga mengurangi fungsi sel. Walaupun pada keadaan tertentu sel mampu memperbaiki kesalahan, namun kemampuan ini sangat terbatas. Kesalahan beruntun inilah yang akan menimbulkan bencana catasthrophe Kosasih, setiabudhi, dan heryanto, 2005. 3. Teori Pilin Cross-Lingking Theory Khon dan Bjorksten 1974 mengemukakan teori ini dengan dasar bahwa makin bertambahnya usia, protein manusia yaitu DNA satu dengan DNA lainnya akan saling melekat dan memilin cross-link. Akibatnya protein DNA menjadi rusak dan tidak dapat dicerna oleh enzim pemecah protein enzim protease, sehingga elastisitas protein akan berkurang dan akhirnya mengakibatkan kerutan pada kulit, fungsi penyaring ginjal menjadi berkurang, dan terjadi katarak pada mata Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005. 4. Teori Glikosilasi Glycosilation Theory Teori ini mengemukakan bahwa bila terjadi proses pengikatan antara gula glukosa dengan protein proses glikosilasi maka protein dan glukosa yang terlibat akan rusak dan tidak berfungsi optimal. Semakin lama hidup seseorang, semakin banyak pula kesempatan terjadinya pertemuan antara oksigen, glukosa dan protein yang akan memicu terjadinya keadaan degenerasi seperti katarak, senilis, kulit yang keriput kusam, dan lain-lain Kosasih, Setiabudhi dan Heryanto, 2005. Universitas Sumatera Utara 5. Teori Pakai dan Rusak Wear and Tear Theory Dr. August Weismann 1982 mengatakan bahwa tubuh dan sel-selnya rusak karena banyak terpakai dan digunakan secara berlebihan. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan sebagainya dirusak oleh racun toksik yang didapat dari makanan dan lingkungan Kosasih, Setiabudhi, dan Heryanto, 2005.

1.3.2 Kelompok teori genetika perkembangan