Kehidupan masyarakat Minangkabau Perilaku kesehatan suku Minangkabau

dalam sebuah kaum, unit terkecil disebut samande berasal dari satu ibu. Unit yang lebih luas disebut saparuik berasal dari nenek yang sama. Kemudian saniniak maksudnya adalah keturunan nenek dari nenek. Lebih luas dari itu lagi disebut sakaum. Kemudian dalam bentuknya yang lebih luas, disebut sasuku berasal dari keturunan yang sama sejak dari nenek moyangnya. Pada awalnya suku-suku itu terdiri dari Koto, Piliang, Bodi dan Caniago. Dalam perkembangannya, karena bertambahnya populasi masyarakat setiap suku, suku- suku itupun dimekarkan. Bundo kanduang sebagai perempuan utama. Apabila ibu atau tingkatan ibu dari mamak yang jadi penghulu masih hidup, maka dialah yang disebut Bundo Kanduang, atau mandeh atau niniek. Bundo kanduang dalam kaumnya, mempunyai kekuasaan lebih tinggi dari seorang penghulu karena dia setingkat ibu, atau ibu penghulu Dia dapat menegur penghulu itu apabila si penghulu melakukan suatu kekeliruan. Secara implisit tampaknya, perempuan utama di dalam suatu kaum, adalah semacam badan pengawasan atau lembaga kontrol dari apa yang dilakukan seorang penghulu Abidin, 2008.

2.5 Kehidupan masyarakat Minangkabau

Suku Minangkabau menonjol dalam bidang perdagangan, pendidikan dan pemerintahan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Untuk di luar wilayah Indonesia, suku Minangkabau banyak terdapat di Malaysia terutama Negeri Sembilan dan Singapura. Universitas Sumatera Utara Pada masa kolonial Belanda suku Minangkabau juga terkenal sebagai suku yang terpelajar. Oleh sebab itu pula, mereka menyebar di seluruh Hindia-Belanda sebagai pengajar, ulama dan pegawai pemerintah. Di samping itu, mereka juga aktif dalam mengembangkan sastra Indonesia modern, dimana hal itu tampak dari banyaknya satrawan Indonesia pada masa 1920-1960 yang berasal dari suku Minangkabau Akauts, 2008. Ada satu budaya kebersamaan yang berkembang di tengah masyarakat, yakni budaya arisan yang dalam bahasa Padang dikenal dengan julo-julo, atau budaya Toboh arisan tenaga. 2.6 Kebudayaan Suku Minangkabau 2.6.1 Upacara dan Perayaan pada Suku Minangkabau Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam kehidupan manusia semenjak ia lahir- berjodoh hingga meninggalkan dunia yang fana ini berlaku kebiasaan dan tradisi yang telah memberi warna perlakuan pribadi dan masyarakatnya, di dalam berinteraksi sesama. Ajaran Islam akan lebih banyak berbicara di dalam pola dan tingkah laku masyarakat daripada konsep-konsep yang bersifat teoritis. Ke arah ini kompilasi syariat Islam dalam khazanah budaya Minangkabau semestinya mengarah. Upacara-upacara yang dipraktekkan dalam tradisi di Minangkabau adalah : Upacara kehamilan. Ketika roh ditiupkan ke dalam seorang ibu pada saat janin berusia 16 minggu, maka di saat inilah beberapa kalangan masyarakat mengharapkan doa dari kerabat yang terdiri dari para ipar dan besan dari masing- Universitas Sumatera Utara masing pasangan isteri. Seperti pada umumnya setiap hajad kebaikan maka keluarga yang akan membangun kehidupan baru menjadi pasangan keluarga sakinah ma waddah wa rahmah memohon kepada Yang Maha Kuasa agar awal kehidupan janin membawa harapan yang dicita-citakan. Bagi suku Minangkabau, bayi perempuan dianggap sebagai pelanjut dari paruik atau kaum sedangkan bayi laki-laki kelak diharapkan sebagai penjunjung nama kerabat separuiknya, dan menjadi pembela kaum wanita dalam klennya. Upacara karek pusek kerat pusat. Sebenarnya tidak memerlukan upacara yang khusus pada saat dilakukan pemotongan tali pusat ini, karena merupakan upaya dari kalangan medis dalam memisahkan pusar bayi dengan plasenta ibunya. Upacara turun mandi dan kekah akekah. Sering upacara ini dilakukan dengan tradisi tertentu diantara para ipar besan dan induk bako dari pihak si Bayi. Induk Bako si bayi akan memberikan perhiasan berupa cincin bagi bayi laki-laki atau gelang bagi bayi perempuan serta pemberian lainnya sebagai wujud kasih sayangnya atas kedatangan bayi itu dalam keluarga muda. Upacara sunat rasul. Apabila seorang anak laki-laki telah cukup umur dan berkat dorongan kedua orang tuanya, maka seorang anak akan menjalani khitanan yang disebut dengan Sunat Rasul . Sunat rasul mengandung pengharapan dari kedua orang tuanya agar anak laki-lakinya itu menjadi anak yang dicita-citakan serta berbakti kepada kedua orang tua. Masa mengaji di Surau dan upacara masa remaja laki-laki. Surau mengandung tempat tinggal dan tempat pembelajaran bagi anak laki di saat ia remaja. Pada masa remaja ada pula acara-acara yang dilakukan berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara ilmu pengetahuan adat dan agama antara lain : manjalang guru menemui guru untuk belajar, balimau, batutue bertutur atau bercerita, mengaji adat istiadat, Baraja tari sewa dan pancak silek belajar tari sewa dan pencak silat, Mangaji halal jo haram mengaji halal dengan haram, mangaji nan kuriek kundi nan merah sago, nan baiek budi nan indah baso, pengajaran yang berkaitan dengan adat istiadat dan moral. Tamat kaji khatam Qur an. Biasanya seseorang yang telah menamatkan kaji khatam Qur an, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap kemampuan membaca itu dihadapan majelis Surau. Sebagai rasa syukur, maka para jemaah di Surau itu akan merayakan dalam bentuk pemberian doa selamat kepada si murid. Melepas pergi merantau. Perkawinan. Pada masa dahulu perkawinan harus didukung oleh kedua keluarga dan tidak membiarkan atas kemauan muda-mudi saja. Dalam proses perkawinan acara yang dilakukan yaitu : pinang-maMinangkabau pinang-meminangkabau, Mambuek janji membuat janji, anta ameh antar emas, timbang tando, nikah, jampuik anta jemput antar, manjalang, manjanguak kandang mengunjungi, menjenguk kandang, baganyie merajuk, bamadu bermadu. Kematian dan tata cara penyelenggaraan. Acara-acara yang diadakan sebelum dan sesudah kematian yaitu : sakik basilau, mati bajanguak sakit dilihat, mati dijenguk, anta kapan dari bako antar kafan dari bako, Cabiek kapan, mandi maik mencabik kafan dan memandikan mayat, kacang pali mengantarkan jenazah kek kuburan, doa talakin panjang di kuburan, mengaji tiga hari dan Universitas Sumatera Utara memperingati dengan acara hari ketiga, ketujuh hari, keempat puluh hari, seratus hari dan malahan yang keseribu hari Padusi, 2008.

2.6.2 Makanan Suku Minangkabau

Minangkabau telah dikenal di seluruh nusantara sebagai daerah yang mempunyai banyak ragam makanan yang rasanya lezat. Hal ini didukung dengan keberadaan restoran ataupun rumah makan Padang. Jenis-jenis makanan pada suku Minangkabau antara lain : Makanan berat : rendang Darek, rendang Paku, rendang Padang, sambal Balado, kalio, gulai cancang, sambal Lado Tanak, gulai Itik, gulai kepala ikan Kakap Merah, sate Padang, soto Padang, Asam Padeh. Makanan ringan : lamang tapai, bubur Kampiun, es Tebak, keripik Jangek, keripik Balado, keripik Sanjai, dakak-dakak, Galamai, Amping Badadih, nagasari, kacang tojin Sudiharto, 2007.

2.7 Perilaku kesehatan suku Minangkabau

Praktik-praktik kesehatan keluarga Minangkabau dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama Islam. Sebagai contoh, kelahiran bayi dibantu oleh dukunbidan dan ditunggui oleh ibu mertua. Setelah bayi lahir, plasenta bayi tersebut dimasukkan ke dalam periuk tanah dan ditutup dengan kain putih. Penguburan plasenta dilakukan oleh orang yang dianggap terpandang dalam lingkungan keluarga. Pada zaman dahulu, keluarga Minangkabau lebih memilih melahirkan dengan dibantu dukun beranak daripada pergi ke pusat kesehatan. Mereka beranggapan Universitas Sumatera Utara bahwa melahirkan dibantu dukun beranak atau paraji biayanya lebih murah. Namun sekarang ini sesuai dengan perkembangan zaman, keluarga Minangkabau lebih memilih melahirkan di bidan atau Puskesmas. Mungkin hanya sebagian saja yang masih melahirkan dibantu oleh dukun beranak, khususnya masyarakat yang masih tinggal di daerah terpencil dan tenaga kesehatannnya terbatas. Keluarga Minangkabau pada kelas sosial yang rendah mempunyai pola perilaku mencari bantuan pertolongan kesehatan keluarga yang sederhana, yaitu dengan pergi ke dukun. Sejalan dengan aktivitas ekonomi di pedesaan, banyak warung yang menjual obat sampai ke pelosok. Oleh karena itu bila mereka sakit, biasanya mereka hanya berobat ke warung saja. Resiko yang dapat terjadi dengan pola mencari bantuan kesehatan seperti ini adalah terjadi komplikasi atau sakitnya semakin parah. Dampak yang lebih luas adalah bila datang ke rumah sakit dan tidak tertolong, mereka menganggap tenaga kesehatan di rumah sakit tidak cekatan sehingga jiwa anggota keluarga tidak tertolong. Di lain pihak bila dukun tidak berhasil menyembuhkan anggota keluarga mereka, keluarga akan mengatakan mereka belum berjodoh dengan pengobatan alternatifdukun Sudiharto, 2007. Universitas Sumatera Utara

3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Minangkabau

Pengertian sehat-sakit menurut masyarakat suku Minangkabau tidak terlepas dari tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Pada umumnya, masyarakat menganggap bahwa seseorang dikatakan sehat adalah seseorang yang memiliki jasmani dan rohani yang sehat, serta dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan untuk masalah sakit, sebagian masyarakat Minangkabau masih ada yang mempercayai bahwa selain disebabkan karena penyebab fisik, juga disebabkan karena adanya gangguan roh-roh halus. Bagi masyarakat Minangkabau, dikatakan sakit, jika seseorang tersebut tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti berdagang, bekerja di kantor, berladang dan lain- lain. Walaupun seseorang tersebut tersebut sudah memiliki gejala sakit seperti sakit kepala, flu ataupun masuk angin namun masih dapat beraktivitas belum diartikan sebagai sakit. Dan jikalau kepala keluarga sakit, maka secara tidak langsung semua anggota keluarga yang ada di dalam keluarga tersebut akan sakit. Dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan jika salah seorang anggota keluarga sakit, biasanya diputuskan secara bersama oleh anggota keluarga tersebut. Namun adakalanya, jika keluarga tidak mampu lagi dalam hal dana ataupun penyakitnya sudah terlalu berat maka keluarga tersebut meminta bantuan dari keluarga yang lain atau bahkan dari organisasi yang diikuti oleh keluarga tersebut. Keputusan keluarga tergantung jenis penyakit yang terjadi pada orang tersebut. Sebelum pelayanan medis berkembang dan bertambah banyak seperti sekarang ini, kebanyakan keluarga membawa yang sakit ke pengobatan alternatif dukun. Untuk saat ini keluarga Universitas Sumatera Utara