28 Senyawa alkaloid terdapat pada ketiga pelarut, yaitu metanol, etil asetat, dan heksan. Hal ini
dikarenakan senyawa alkaloid hanya dapat terlarut baik pada pelarut organik. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik metabolit sekunder terbesar diantara senyawa lainnya baik secara
jumlah maupun penyebarannya Astuti et al. 1995. Oleh karena itu, kemungkinan ditemukannya senyawa alkaloid pada ketiga ekstrak buah dan hancuran buah menjadi lebih besar.
Senyawa flavonoid dan tanin merupakan senyawa fenolik yang dapat larut dalam pelarut polar karena adanya gugus hidroksi, sehingga pada ekstrak metanol, senyawa ini dapat terdeteksi.
Kemudian, pada pelarut etil asetat yang bersifat semipolar juga ditemukan adanya senyawa flavonoid dan fenol, karena sifat pelarut etil asetat yang mampu mengekstrak senyawa bersifat polar dan non
polar. Pada ekstrak buah dan hancuran buah pelarut heksan dapat ditemukan adanya senyawa flavonoid. Hal ini dimungkinkan, struktur senyawa flavonoid pada pelarut heksan merupakan aglikon
flavonoid, yaitu flavonoid tanpa gula terikat. Contoh senyawa aglikon flavonoid, seperti isoflavon, flavonon, flavon, dan flavonol yang termetoksilasi yang cenderung lebih mudah larut dalam pelarut
non polar Markham 1988.Senyawa terpenoid, steroid, dan saponin termasuk senyawa yang dapat larut lemak, sehingga dapat terekstrak dengan pelarut non polar, seperti heksan. Saponin pun masih
dapat ditemukan pada pelarut polar metanol Cowan 1999. Setelah diketahui hasil analisis ekstrak secara kualitatif, sampel ekstrak juga dianalisis secara
kuantitatif dengan menganalisis kandungan total fenolnya dalam setiap ekstrak, sehingga dapat dihitung pula nilai total fenol buah dan hancuran buah takokak.
2. Total Fenol dan Yield Ekstrak Buah Takokak
Total fenol ekstrak diperoleh dengan mereaksikan ekstrak sampel dari masing-masing pelarut metanol, etil asetat, dan heksan bersama senyawa folin. Senyawa fenol dapat bereaksi dengan gugus
kromofor pada fenolik dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Perhitungan total fenol ekstrak dengan membandingkan fenol pada kurva standar asam galat.
Persamaan garis dari kurva standar asam galat adalah y = 0.0035x - 0.0719 dengan nilai R
2
= 0.9985. Konsentrasi asam galat yang dibuat adalah 50, 100, 150, 200, dan 250 mgL. Kurva standar
asam galat dapat dilihat pada Lampiran 9a. Perhitungan total fenol ekstrak dilakukan untuk setiap jenis ekstrak. Perhitungan total fenol ekstrak buah dan hancuran buah dalam satuan mg100 gram
dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 9b dan 9c. Nilai rata-rata total fenol ekstrak metanol, etil asetat, dan heksan buah takokak secara berurutan adalah 99.24 mg100 gram ekstrak, 218.62 mg100
gram ekstrak, dan 187.31 mg100 gram ekstrak. Sementara itu, nilai rata-rata total fenol untuk ekstrak metanol hancuran buah sebesar 72.53 mg100 gram ekstrak, ekstrak etil asetat dan heksan hancuran
buah berturut-turut sebesar 204.14 mg100 gram ekstrak dan 203.79 mg100 gram ekstrak. Hasil uji ANOVA total fenol ekstrak buah takokak berbeda nyata p0.05 pada taraf
signifikansi 5 terhadap jenis pelarutnya, namun untuk perlakuan buah dan hancuran buah tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5 karena nilai signifikansi sampel lebih besar p0.05, seperti
terlihat pada Lampiran 10a. Perbedaan hasil ANOVA dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada Lampiran 10b. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa total fenol ekstrak untuk jenis pelarut
antara ekstrak metanol dengan ekstrak etil asetat dan heksan berbeda nyata karena berada pada subset yang berbeda.
Kemudian, hasil uji ANOVA total fenol ekstrak untuk faktor interaksi perlakuan buah dan hancuran buah dan jenis pelarut berbeda nyata p0.05 pada taraf signifikansi 5, seperti terlihat
pada Lampiran 10c. Hasil perbedaan ini dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan yang dapat dilihat di Lampiran 10d. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa total fenol ekstrak untuk perlakuan buah
29 ekstrak metanol berada pada subset yang sama dengan hancuran buah ekstrak metanol. Namun, kedua
sampel tersebut berbeda subset dengan buah atau hancuran buah ekstrak etil asetat dan buah atau hancuran buah ekstrak heksan. Dengan demikian, pengaruh perlakuan berupa buah dan hancuran buah
tidak menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap nilai total fenol ekstrak. Sementara itu, pengaruh jenis pelarut menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap nilai total fenol ekstrak.
Nilai total fenol ekstrak untuk perlakuan buah dan hancuran buah takokak dan jenis pelarut dapat dilihat pada Gambar 13.
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata p0.05 dengan uji lanjut Duncan
Gambar 13. Total fenol ekstrak buah takokak untuk perlakuan buah dan hancuran buah dan jenis pelarut
Perhitungan yield ekstrak dilakukan untuk mengetahui berat fenol tiap ekstrak terhadap berat kering bahan yang diekstrak. Berat fenol dalam tiap ekstrak diperoleh dari total fenol ekstrak dengan
berat ekstrak dari masing-masing pelarut. Yield yang diperoleh dari ekstrak metanol, etil asetat, dan heksan buah takokak secara berturut-turut sebesar 0.0330, 0.0067, dan 0.0035. Sementara itu,
yield yang diperoleh dari ekstrak metanol, etil asetat, dan heksan hancuran buah takokak secara berturut-turut sebesar 0.0246, 0.0031, dan 0.0021. Perhitungan yield secara lengkap dapat
dilihat di Lampiran 11. Hasil uji ANOVA yield ekstrak buah takokak berbeda nyata p0.05 pada taraf signifikansi
5 terhadap jenis pelarutnya, namun untuk perlakuan buah dan hancuran buah tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5 karena nilai signifikansi sampel lebih besar p0.05, seperti terlihat pada
Lampiran 12a. Perbedaan hasil ANOVA dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada Lampiran 12b. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa yield ekstrak untuk jenis pelarut antara ekstrak metanol
dengan ekstrak etil asetat dan heksan berbeda nyata karena berada pada subset yang berbeda. Kemudian, hasil uji ANOVA yield ekstrak untuk faktor interaksi perlakuan buah dan
hancuran buah dan jenis pelarut berbeda nyata p0.05 pada taraf signifikansi 5, seperti terlihat pada Lampiran 12c. Hasil perbedaan ini dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan yang dapat dilihat di
Lampiran 12d. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa yield ekstrak untuk perlakuan buah ekstrak metanol berada pada subset yang sama dengan hancuran buah ekstrak metanol. Namun, kedua
sampel tersebut berbeda subset dengan buah atau hancuran buah ekstrak etil asetat dan buah atau hancuran buah ekstrak heksan. Dengan demikian, pengaruh perlakuan berupa buah dan hancuran buah
30 tidak menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap nilai yield ekstrak. Sementara itu, pengaruh
jenis pelarut menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap nilai yield ekstrak. Nilai yield ekstrak untuk perlakuan buah dan hancuran buah takokak dan jenis pelarut dapat dilihat pada Gambar 14.
\
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata p0.05 dengan uji lanjut Duncan
Gambar 14. Yield ekstrak buah takokak untuk perlakuan buah dan hancuran buah dan jenis pelarut
Hasil yield ekstrak buah takokak terbaik diperoleh dari ekstrak metanol buah dan hancuran buah takokak, sedangkan nilai total fenol ekstrak tertinggi diperoleh dari ekstrak etil asetat buah
takokak sebesar 218.62 mg100 gram ekstrak dan diikuti oleh ekstrak etil asetat hancuran buah takokak sebesar 204.14 mg100 gram ekstrak. Hasil total fenol ekstrak dan yield ekstrak tidak
berbanding lurus. Hal ini dikarenakan yield ekstrak ditentukan oleh berat akhir ekstrak yang diperoleh
dari tiap jenis pelarut terhadap berat awal bubuk bahan, dimana hasil berat akhirnya berbeda-beda.
Rata-rata berat akhir ekstrak dari pelarut metanol untuk bubuk buah dan bubuk hancuran buah lebih banyak diperoleh dibandingkan dengan ekstrak dari jenis pelarut lainnya, yaitu etil asetat dan heksan.
Komponen-komponen kimia pada buah dan hancuran buah relatif lebih banyak terlarut di pelarut metanol. Komponen tersebut bukan hanya komponen fenolik -OH atau komponen
bermolekul kecil saja, akan tetapi juga komponen lainnya yang bermolekul besar dan komponen non fenolik yang kemungkinan bersifat polar. Penggunaan pelarut metanol yang bersifat polar untuk
memperoleh komponen yang juga bersifat polar, seperti gula, asam amino, dan glikosida Houghton dan Raman 1998, terpenoid, saponin, alkaloid, dan kuasinoid. Oleh karena itu, pelarut metanol dapat
mengekstrak komponen atau senyawa bioaktif lebih banyak. Kemudian, pelarut heksan biasanya dapat mengekstrak senyawa non polar lainnya seperi lilin, lemak, dan minyak atsiri Houghton dan Raman
1998 dan senyawa fenolik yang ikut terlarut atau bergabung dengan senyawa non polar, seperti terpenoid dan steroid. Pelarut etil asetat sendiri dapat mengekstrak senyawa yang bersifat polar dan
juga non polar karena sifatnya yang semi polar. Total fenol ekstrak terlarut baik pada pelarut etil asetat daripada metanol karena kemungkinan
senyawa fenolik pada ekstrak etil asetat lebih banyak jumlahnya ketika terukur oleh spektrofotometer. Sementara itu, ekstrak metanol yang memiliki berat akhir ekstrak lebih banyak, ternyata hanya
memiliki sedikit senyawa fenolik yang terlarut atau terukur. Komponen-komponen molekul besar, seperti protein dan gula karbohidrat lebih banyak yang terekstrak. Seperti penelitian Adawiyah
1998 yang menyatakan bahwa pelarut etil asetat bersifat semipolar dan memiliki kelarutan yang
31 tinggi terhadap zat antimikroba biji buah atung dibandingkan dengan pelarut etanol polar yang
hanya sedikit larut dan pelarut heksan non polar yang sama sekali tidak larut. Zat antimikroba ini dapat bersifat sebagai antioksidan juga karena biasanya mengandung senyawa fenol yang mampu
menghambat pertumbuhan suatu mikroba. Dengan demikian, total fenol ekstrak etil asetat memiliki nilai yang tinggi karena pelarut ini memiliki dua sifat kelarutan, yaitu hidrofilik dan hidrofobik,
sehingga mampu juga untuk mengekstrak senyawa yang bercincin benzena dengan gugus hidroksi. Menurut Harborne 1987, salah satu senyawa kurang polar yang mampu larut dengan baik dalam etil
asetat adalah flavonon. Senyawa ini merupakan kelompok flavonoid aglikon. Hasil yield ekstrak buah takokak lebih tinggi daripada yield ekstrak hancuran buah, karena
ekstrak buah takokak tidak mengalami proses penghancuran perlakuan mekanis di awal persiapannya. Oleh karena itu, komponen bioaktif pada ekstrak buah relatif masih lebih banyak
daripada ekstrak hancuran buah. Perlakuan mekanis tersebut mengakibatkan terjadinya kerusakan integritas pada jaringan tanaman Cheng dan Crisosto 1995. Kemudian, nilai total fenol ekstrak buah
dan hancuran buah takokak yang diuji ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan ekstrak buah lainnya yang masih satu famili Solanaceae seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Hal ini
kemungkinan dapat disebabkan oleh varietas buah, kondisi keseragaman buah, proses ekstraksi pelarut, suhu, dan metode, kondisi lingkungan habitat tanaman, dan sebagainya.
3. Total Fenol Buah Takokak