Potensi Bank Ditutup Akibat Pengaruh Kebijakan

Menurut Norpin 1992, kenaikan suku bunga pinjaman membuat para investor mengurangi tingkat investasinya karena biaya pengembalian kreditnya semakin besar. Dalam penelitian Juanda, et al.2010, kenaikan suku bunga pinj aman saat bank bermasalah ditutup yang lebih besar dibandingkan saat bank bermasalah dibantu menyebabkan total pinjaman menjadi lebih kecil karena semakin besar suku bunga pinjaman, maka semakin besar pula pengembalian debitur kepada bank. Hal ini membuat beberapa debitur tidak ingin lagi meminjam uang di bank, sehingga total pinjamannya lebih kecil.

4.3 Potensi Bank Ditutup Akibat Pengaruh Kebijakan

Banyaknya jumlah deposito dan jumlah pinjaman yang ada di bank mempengaruhi tingkat likuiditas yang dapat menentukan potensi bank tersebut ditutup atau tidak. Likuiditas yang ada di bank merupakan kemampuan bank untuk melunasi kewajibannya kepada deposan. Apabila bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka bank tersebut akan ditutup. Kebijakan untuk membantu bank bermasalah tidak memiliki potensi terhadap penutupan bank lainnya. Berbeda dengan kebijakan untuk menutup bank bermasalah yang memiliki potensi terhadap penutupan bank lainnya. Perbedaan persentase rata-rata bank yang ditutup setiap bulannya saat bank bermasalah dibantu dan ditutup dapat dilihat pada gambar 4.6 . Gambar 4.6 Bank Ditutup Saat Bank Bermasalah Dibantu dan Ditutup Persentase penutupan bank lain saat bank bermasalah ditutup paling besar terdapat pada bulan kedua yaitu sebesar 20 persen. Sedangkan di bulan ketiga potensi penutupan bank lain sebesar 15 persen. Potensi penutupan bank lain ini disebabkan karena adanya penarikan deposito yang besar oleh para deposan . Penarikan deposito ini tidak didukung oleh likuiditas bank yang tersedia. Likuiditas bank pada percobaan kali ini berasal dari dana pihak ketiga yang masih berada di bank ditambah dengan modal awal bank itu sendiri. Penutupan bank akan terjadi jika dana likuiditas bank tidak cukup untuk membayar penarikan deposito yang dilakukan oleh pa ra deposan. Tabel 4.6 Uji Nilai Tengah Beda Dua Populasi Pada Potensi Bank Ditutup Kebijakan N Means Standard Deviasi SE Means T-Value Dibantu 5 -6,3900965 Ditutup 5 0,175 0,0684653 0,0306 Berdasarkan tabel uji t di atas, nilai |t hitung | 6,390 lebih besar dibandingan nilai t α2 ,4 2,132. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan untuk membantu dan menutup bank bermasalah memberikan dampak yang berbeda nyata terhadap persentase bank ditutup. Potensi bank lain ditutup sebanding dengan penarikan jumlah deposito. Kebijakan membantu ba nk bermasalah tidak membuat bank lain ditutup karena deposito yang ditarik tidak terlalu besar yaitu sebesar 1,27 persen pada bulan kedua dan 4,58 persen pada bulan ketiga. Sedangkan saat bank bermasalah ditutup, terjadi penarikan jumlah deposito di bulan kedua sebesar 49,24 persen sehingga menimbulkan besarnya potensi penutupan bank lain sebesar 20 persen. Begitu pula pada bulan ketiga, dimana penurunan deposito yang ditarik sebesar 28,27 persen membuat potensi bank lain ditutup semakin kecil, yaitu sebesar 15 persen. Pada percobaan kali ini, pasar perbankan tergolong dalam oligopoli dengan modal awal bank bermasalah adalah Rp 10.148.870 dengan dana pihak ketiga sebesar Rp 20.000.000 dan pinjaman yang diberikan kepada debitur sebesar Rp 9.518.000. Hal ini menunjukkan bahwa total aset bank bermasalah adalah sebesar Rp 19.666.870. Bila dipersentasekan, maka bank bermasalah memiliki pangsa aset sebesar 8,69 persen, pangsa dana pihak ketiga sebesar 10 persen, pangsa kredit sebesar 6,22 persen, serta pangsa modal sebesar 13,84 persen. Sruktur pasar perbankan pada penelitian ini merupakan pasar oligopoli, sehingga semua bank memiliki hubungan yang saling tergantung. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Karaini dan Sussanto 1991 yang menyatakan bahwa pasar oligopoli merupakan pasar dimana adanya hubunga n interpedensi saling ketergantungan antara saingan yang satu dengan yang lain . Walaupun pangsa pasar bank bermasalah dalam penelitian ini relatif kecil, tetapi tetap dapat memberikan dampak terhadap penutupan ban k lain, dimana dampaknya masih relatif kecil. Menurut Subanidja 2006, meskipun terjadi perubahan struktur pasar yang relatif kecil, tetap akan mempengaruhi pasar secara keseluruhan . Asimetri informasi juga berperan besar terhadap kebijakan untuk menutup bank bermasalah. Pada penelitian ini, kebijakan menutup bank bermasalah tidak disertai dengan informasi yang jelas dari pemerintah. Informasi mengenai penyebab bank bermasalah ditutup hanya diketahui oleh pemerintah adverse selection , sehingga menimbulkan ketidakpastian bagi para deposan. Ketidakpastian tersebut akhirnya dapat membuat suatu perilaku moral hazard yang dilakukan oleh para deposan tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kelangsungan bank yang lain. Adanya moral hazard, membuat deposan menarik depositonya tanpa memperhatikan likuiditas bank dan pengaruhnya terhadap deposan lainnya. Informasi yang hanya diketahui pemerintah adserve selection dan perilaku deposan menarik depositonya secara besar moral hazard, dapat memicu bank lain untuk dit utup. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Juanda, et al. 2010. Di dalam peneltian tersebut kebijakan untuk menutup bank bermasalah dibagi menjadi dua jenis, yaitu men utup bank bermasalah dengan adanya informasi dan dengan tidak adanya informasi yang jelas kepada masyarakat. Terbukti bahwa kebijakan bank bermasalah yang ditutup dengan informasi tidak menimbulkan potensi bank lain ditutup. Hal ini menjelaskan bahwa asimetri informasi berpengaruh besar terhadap penyelamatan bank bermasalah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN