34 oleh konseler dan pasien. Semua edukasi yang diberikan kepada pasien tercantum
di formulir edukasi multidisiplin yang telah tersedia dalam rekam medis pasien.
y. Visite
Kegiatan visite telah dilaksanakan pada pasien rawat inap bedah syaraf dan neurologi sebagai ruang percontohan untuk penilaian sesuai standar JCI.
Kunjungan ini bisa berupa kunjungan mandiri atau kunjungan bersama tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, perawat, ahli gizi dan petugas mikrobiologi.
Kegiatan visite sudah dilakukan secara optimal dan menyeluruh pada setiap pasien. Penelusuran riwayat penggunaan obat yang termasuk dalam kegiatan visite
telah dilakukan oleh farmasi klinis, hal ini semua tercatat pada profil pengunaan obat pasien termasuk penanganan obat yang dibawa dari rumah dan yang dibeli
bebas. Apabila adanya hal yang perlu direkomendasikan apoteker kepada dokter dapat ditulis pada formulir pelayanan terintregasi yang ada di dalam rekam medic
pasien Pengawasan pengunaan antibiotik juga dilakukan pada saat apoteker
melaksanakan visite, pengunaan antbiotik secara empiris dibatasi hanya diberikan selama empat hari dan selanjut diberikan antibiotik defenitif yang sesuai dengan
uji kultur bagi pasien, ini dilakukan menginggat waktu yang dibutuhkan pada biakan mikroorganisme dalam darah membutuhkan waktu selama tiga hari dan
hasilnya dapat dibaca oleh dokter pada hari ke-empat pada saat pasien masuk ke rumah sakit namun untuk pemeriksaan biakan mikroorganisme dalam urine hanya
membutuhkan waktu sehari saja.
35
z. Pemantauan Terapi Obat PTO
Pemantuan terapi obat telah dilakukan bersamaan dengan visite. Pemantauan terapi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki
å. Monitoring Efek Samping Obat MESO
Tujuan dilakukan MESO adalah untuk memonitoring efek samping yang jarang terjadi dan berbahaya. Pelaksanaannya oleh farmasi klinis bersamaan
dengan visite. Farmasi klinis mempunyai inisiatif untuk melatih perawat kepala ruang agar dapat memantau ESO di ruangan masing-masing. Kepala ruangan akan
melaporkan ESO yang terjadi kepada farmasi klinis untuk dicatat dan dilaporkan ke pusat MESO nasional. Obat yang telah dilaporkan ke pusat MESO nasional
antara lain sefadroksil,
seftriakson, triheksifenidil, metronidazol, dan deksametason. Kewenangan penetapan MESO adalah apoteker dan dokter setelah
mendiskusikan bersama.
bb. Evaluasi Penggunaan Obat EPO
Evaluasi penggunaan obat sudah dilakukan yaitu evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pasca bedah. Semua pasien yang telah dioperasi diberikan
antibiotika walaupun tidak ada tanda-tanda infeksi. Hal ini disebabkan karena dokter tidak bisa menjamin ruang operasi telah steril, kurangnya wastafel,
kurangnya perban set dan sarung tangan steril. Hal-hal tersebut telah diperbaiki tetapi belum dievaluasi secara berkesinambungan.
36
cc. Dispensing Sediaan Khusus
Dispensing sediaan khusus meliputi pencampuran obat kemoterapi, pencampuran obat suntik dan penyiapan nutrisi parenteral. Dispensing sediaan
khusus yang sudah dilakukan oleh pokja farmasi klinis adalah penanganan sediaan sitotoksik. Penanganan sediaan sitotoksik pada bulan Oktober 2011 berjumlah 181
orang dengan obat kemoterapi yang direkonstitusi 362 kali. Ruang pencampuran obat kemoterapi belum memeuhi persyaratan, dimana ruang tersebut belum
memiliki ruang antara, dinding dan sudut yang belum memenuhi persyaratan dan pas box yang belum difungsikan karena ukurannya yang terlalu kecil. Dispensing
sediaan kemoterapi dilakukan untuk semua pasien di rumah sakit, kecuali obat kemoterapi intratekal dan obat kemoterapi untuk anak-anak.
Pokja farmasi klinis menetapkan kebijakan agar pencampuran obat suntik dilakukan oleh perawat karena tidak efisien jika pencampuran tersebut dilakukan
oleh farmasi klinis untuk pasien yang berjumlah ±600 orang. Penyiapan nutrisi parenteral belum dilakukan karena kurang memadainya sarana dan prasarana di
rumah sakit.
aa. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah PKOD
Pemantauan kadar obat dalam darah PKOD telah dilaksanakan oleh pokja farmasi klinik, namun belum dilaksanakan secara kontinu karena harga reagen yang
digunakan untuk menentukan kadar obat dalam darah sangat mahal, expired date reagen yang singkat, dan obat-obat nefrotoksik sudah jarang digunakan.
37
4.3.4 Apotek 4.3.4.1 Apotek I
Apotek I melayani pasien askes rawat jalan, haemodialisa rawat jalan dan pasien umum dengan baik. Penampilan apotek I kurang menarik. Ruang konseling
pada apotek I tidak tersedia. Penyusunan dan penyimpanan perbekalan farmasi di apotek I kurang rapi karena sempitnya ruang apotek dan belum ada pengatur suhu
ruangan. Lemari penyimpanan narkotika belum memenuhi syarat penyimpanan seperti yang telah ditetapkan Penyimpanan sediaan termolabil sudah memenuhi
syarat, yaitu disimpan di lemari es dengan suhu 2-8 °C.
4.3.4.2 Apotek II
Apotek II merupakan apotek yang melayani pasien 24 jam. Apotek II berfungsi untuk melayani pasien jamkesmas rawat jalan dan pasien umum.
Apotek II juga melayani pasien askes rawat inap di luar jam kerja depo farmasi, yaitu pada jam 20.00 – 08.00. Pengkajian pelayanan resep di apotek II sudah
dilakukan dengan optimal yang ditandai dengan pemeriksaan ulang double check oleh apoteker sebelum obat diserahkan kepada pasien.
Ruangan konseling sudah tersedia dan pelaksanan konseling di apotek II sudah berjalan dengan baik dan sudah diberlakukan jadwal konseling untuk
apoteker penanggung jawab.
4.3.5 Depo Farmasi
4.3.5.1 Depo Farmasi Rindu A
Depo farmasi rindu A melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pasien jamkesmas dan askes yang ada di rindu A seperti A
1
penyakit
38 dalam wanita, AIDS, dan psikiatri, A
2
penyakit dalam pria, A
3
paru, A
4
bedah syaraf, neurologi, dan stroke coroner, A
5
4.3.5.2 Depo Farmasi Rindu B
gigi, mulut, THT, mata, ruang kemoterapi, dan VIP. Depo farmasi rindu A melayani pasien dengan sistem one
day dose dispensing untuk obat injeksi dan oral. Pengendalian obat-obat mahal dilakukan dengan cara pengecekan dari status pasien, pencatatan tersendiri
keluarnya obat serta pengembalian wadah bekas. Ruangan depo farmasi rindu A terlalu sempit dan penyusunan dan penyimpanan obat kurang rapi dan tidak
alfabetis. Ruang kepala depo farmasi rindu A tidak tersedia dan belum terpisah dengan ruang penyimpanan.
Depo farmasi rindu B melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pasien jamkesmas dan askes yang ada di ruangan rindu B seperti B
1
obstetric, ginekologi, anak dan perinatologi, B
2
bedah digesti, urologi, onkologi, plastik, dan kardiovaskuler, B
3
Penyusunan dan penyimpanan obat kurang rapi dan tidak alfabetis, lemari es untuk menyimpan sediaan obat termolabil sedang tidak berfungsi, dan
penyimpanan narkotika belum memenuhi persyaratan. ortopedi dan VIP. Depo farmasi rindu
B melayani pasien dengan sistem one day dose dispensing.
4.3.5.3 Depo Farmasi CMU Lantai III
Depo farmasi CMU lantai III melayani pendistribusian perbekalan kesehatan untuk pasien jamkesmas dan askes sesuai dengan kebutuhan pada
instalasi bedah pusat IBP dan instalasi perawatan intensif IPI. CMU lantai III melayani pasien pada kamar operasi, recovery room, pasca bedah, dan ICU anak,
39 dewasa dan jantung. Pelayanan untuk pasien operasi dari instalasi bedah pusat
dilakukan dengan sistem paket sehingga pendistribusian menjadi lebih mudah, sedangkan pelayanan untuk pasien di runagan ICU dilakukan dengan one day
dose dispensing. Ruangan depo farmasi CMU terlalu sempit dan penyusunan dan penyimpanan obat kurang rapi.
4.3.5.4 Depo Farmasi IGD
Depo farmasi IGD melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis pakai untuk semua pasien yang dirawat di IGD. Pasien emergensi yang tidak membawa
jaminan tetap dilayani, dengan catatan tidak lebih dari 2x24 jam, jika lebih maka status pasien menjadi pasien umum. Depo IGD juga melayani perbekalan farmasi
untuk pasien yang dioperasi di IGD. Pasien rawat inap di IGD yang baru melakukan operasi dilayani dengan sistem one day dose dispensing. Ruangan
depo farmasi IGD terlalu sempit, penyusunan obat yang tidak rapi, penyimpanan narkotiika yang tidak memenuhi persyaratan, dan belum memiliki gudang
penyimpanan arsip.
4.4 Gas Medis
Pendistribusian gas medis ke unit-unit yang membutuhkan telah terlaksana dengan baik. Penyimpanan tabung gas juga sudah mengikuti persyaratan yang
telah ditetapkan. Kurangnya kontrol penggunaan gas pasien oleh perawat menjadi suatu
masalah tersendiri, karena banyak pasien yang melepas selang gas tetapi alat tidak dimatikan, sehingga gas terbuang percuma. Kontrol penggunaan gas sangat perlu
40 dilakukan, termasuk memberikan pengertian edukatif terhadap pasien maupun
tenaga medis di lapangan.
4.5 Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD
CSSD telah melaksanakan rangkaian kegiatan dengan baik, mulai dari pencucian, pengeringan, pengemasanpaket, pemberian label, pemberian
indikator, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian ke unit-unit yang membutuhkan perlengkapan steril. CSSD melakukan sterilisasi ruangan dengan
cara pengasapan fogging dan penyinaran dengan sinar UV.
41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Ruangan dan fasilitas peracikan obat kemoterapi masih belum memenuhi persyaratan.
b. Konseling kurang berjalan dengan baik karena kurangnya SDM. c. Permasalahan yang dialami kepala depo farmasi adalah kurang
memadainya sarana dan prasarana berupa ruangan yang sempit dan lemari yang rusak.
d. Sistem distribusi obat le pasien rawat inap pada RSUP H. Adam Malik adalah system one day dose dispensing.
5.2 Saran
a. Sebaiknya ruangan peracikan obat kemoterapi lebih diperhatikan agar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
b. Sebaiknya ada penambahan SDM untuk meningkatkan mutu pelayanan konseling.
c. Sebaiknya disediakan sarana dan prasarana yang baik agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
d. Sebaiknya system distribusi obat kepasien rawat inap pada RSUP H. Adam Malik adalah system unit dose dispensing agar pengunaan obat
pasien lebih terpantau.