Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sejak dilaksanakannya sertifikasi guru enam tahun yang lalu tuntutan kualitas guru dalam melaksanakan tugasnya terus disuarakan dan menjadi suatu
keniscayaan, karena tujuan utama program sertifikasi adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai cerminan dari kualitas seorang guru. Keefektifan
program sertifikasi yang sudah dilaksanakan mulai mendapat sorotan dan dipertanyakan oleh berbagai kalangan yang peduli terhadap pendidikan. Ada yang
hanya sekedar bertanya berdasarkan fenomena atau gejala semata, tetapi sebaliknya pertanyaan yang lebih mendasar disampaikan oleh lembaga
pendidikan yang sedikit banyak memahami pendidikan, yaitu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidik dan tenaga kependidikan. Berbagai
penelitian untuk membuktikan program sertifikasi guru dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru dilakukan berbagai instansi terkait.
Dari hasil
penelitian Pengaruh
Program Sertifikasi
Terhadap Kesejahteraan dan Motivasi Kerja Guru Se-Kota Malang oleh Mika Marselly
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang tahun 2008 menyimpulkan bahwa program sertifikasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan dan
motivasi kerja. Hal sebaliknya didapat dari hasil penelitian Sekolah Pascasarjana UPI Bandung tahun 2010, tentang Dampak Sertifikasi Terhadap Peningkatan
Kompetensi Guru dan Kualitas Belajar Siswa Sekolah Dasar menyimpulkan bahwa sertifikasi guru tidaklah menjadi jaminan bahwa guru-guru akan menjadi
lebih berkualitas dalam mengajar. Guru-guru yang bersertifikat lebih banyak terdiri dari mereka yang sudah berusia tua yang tidak dijamin memiliki
kompetensi pedagogik dan profesional yang memadai Dasim et al. 2010:137. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan secara umum,
kualitas dan kompetensi guru di Indonesia belum sesuai yang diharapkan. Kualifikasi pendidikan sampai saat ini dari 2,92 juta guru, baru 51 yang
berpendidikan S1. Dari persyaratan sertifikasi hanya 2, 06 juta guru atau 70,5 yang memenuhi persyaratan. Selanjutnya disamping kualifikasi pendidikan,
kompetensi guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes semua bidang studi, rata-rata tidak sampai 50 soal yang bisa dikerjakan. Tidak ada guru yang meraih
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
nilai 80, bahkan ada guru yang memperoleh nilai terendah satu KOMPAS, 7 Maret 2012.
Pada sisi lain Said 2011: 3 mangatakan fenomena tergerusnya nasionalisme dan idiologi kebangsaan sudah terlihat. Soekarno pada tanggal 1
Juni 1945 mengingatkan ungkapan Ernest Renan, sekarang sebaliknya Indonesia menghadapi keadaan “kehendak akan berpisah”. Timor Timur lepas dan
menyatakan diri sebagai negara merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Setelah itu pada tanggal 17 Desember 2002 Mahkamah Internasional memenangkan gugatan
Malaysia atas pulau Sipadan dan Ligitan. Sejak saat itu kedua pulau terluar lepas dari Indonesia dan menjadi bagian wilayah negara Malaysia. Dan sampai sekarang
Indonesia masih terlibat pertentangan status Ambalat dengan Malaysia. Berita di Kompas tanggal 3 Juni 2010, halaman 24 : 2.000 WNI jadi warga
negara Malaysia. Mereka berasal dari Kabupaten Sanggau dan Bengkayang yang tinggal di daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak. Tepatnya sebagian
besar dari Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, dan sebagian lagi berasal dari beberapa desa dari Kabupaten Bengkayang. Alasan
kepindahan kewarganegaraan dari penduduk perbatasan itu, dikarenakan sarana dan prasarana umum di tetangga kampung Negeri Jiran itu sangat baik
dibandingkan dengan yang tersedia di kampung sendiri di Indonesia. Berita ini bersumber dari H.R. Thalib, Ketua Himpunan Kesejahteraan Masyarakat
Perbatasan. Terlepas dari faktor sosial ekonomi berpindahnya kewarganegaraan penduduk di perbatasan dan keinginan masyarakat menentukan nasibnya sendiri
dan berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI juga berkaitan dengan nasionalisme. Rasa nasionalisme mereka patut dipertanyakan.
Disamping itu Indonesia juga dihadapkan pada tantangan dan ancaman terhadap yuridiksi dan kedaulatan yang datang dari dalam negeri yang tidak puas
dengan kebijakan pemerintah pusat. Gerakan Organisasi Papua Merdeka, RMS, NII. Konflik di daerah baik yang berlatar belakang SARA maupun kesenjangan
dan kesejahteraan sosial marak diberitakan di media massa. Sulaksono 2011: 20 menyatakan “ pada tataran empirik berbagai pergolakan dan kekerasan di seantero
tanah air yang melibatkan sentimen-sentimen primordialisme dan agama telah
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
melecut berbagai pertanyaan tentang masa depan nasionalisme dan demokrasi di Indonesia”
Demikian juga gejala tersebut nampak pada generasi muda khususnya siswa yang muncul dalam bentuk lain. Sebagian dari mereka menunjukan sikap
dan perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Corat- coret sudah menjadi trend. Kondisi ini terlihat jelas ketika ada pengumuman
kelulusan. Sebenarnya usaha dari berbagai pihak khususnya sekolah telah dilakukan agar tidak terulang kembali, tetapi kenyataannya malahan sebaliknya.
Ada yang paling sepele dan mungkin ini awal dari segala bentuk corat coret yaitu corat-coret di bangku, tembok atau dinding sekolah. Bangku dan meja khususnya
penuh dengan coretan baik dengan alat tulis maupun penghapus Tip Ex. Berita tawuran antar pelajar sering menghiasi berita baik media cetak
maupun elektronik. Bahkan tindakan tersebut sudah merupakan tindak pidana, bukan lagi sebagai salah satu bentuk atau wujud dari kenakalan remaja. Data di
Jakarta misalnya Bimas Polri Metro Jaya tahun 1992 tercatat 157 kasus, 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, 1995 terdapat 194
kasus dengan korban 13 pelajar dan dua anggota masyarakat lainnya. Tahun 1998 230 kasus yang menewaskan 15 korban dan dua anggota Polri dan tahun
berikutnya 230 kasus dengan 37 korban. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat, Detik.com 28-5-2012.
Badan Narkotika Nasional BNN menyebutkan jumlah pengguna narkoba di lingkungan SD, SMP, SMA tahu 2006 mencapai 15.662 anak. Dengan rincian
SD 1.793 anak, SMP 3.543 anak, SMA 10.326 anak. Dari data tersebut yang paling mencengangkan adalah jumlah pelajar SD pengguna narkoba. Padahal pada
tahun 2003 baru 949 namun tiga tahun kemudian 1.793 anak, Fajar.co.id 29-5- 2012.
Kabar sangat mencengangkan datang dari Komisi Nasional Perlindungan Anak yang merilis berita 62,7 anak remaja SMP di kota-kota besar sudah tidak
perawan lagi. Terlepas apapun yang menjadi faktor penyebabnya, mereka sudah meninggalkan nilai kesucian, keimanan, yang diajarkan oleh agamanya. Seolah
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mereka tidak pernah memikirkan masa depan mereka sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya, Antara News 28-5-2012.
Gambaran sekilas di atas menunjukan bahwa sedikit banyak dunia pendidikan khususnya guru ikut berperan terhadap munculnya fenomena tersebut.
Pendidikan dianggap gagal dalam mencapai tujuannya. Selengkapnya tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut : berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawab.
Guru kerap dituding sebagai penyebabnya. Pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas oleh guru masih menekankan pada aspek kognitif
daripada aspek yang lainnya yaitu afektif dan psikomotor. Sebagian guru masih memandang bahwa belajar adalah transfer of knowledge. Pembelajaran yang
menekan pada aspek kognitif merupakan salah satu penyebabnya karena kompetensi baik penguasaan terhadap bidang ilmu yang menjadi tugasnya dan
kompetensi didaktik metodik sebagai strategi pembelajaran bagi peserta didiknya masih perlu ditingkatkan.
Kualiatas guru yang tercermin dalam kompetensi merupakan masalah yang sangat penting dalam pendidikan. Guru dengan kualitas dan kompetensinya
harus dipandang sebagai ujung tombak atau paling penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Untuk itu penangan permasalahan kualitas dan kompetensi
guru harus menjadi prioritas dalam pembangunan pendidikan. Hal ini disebabkan kualitas dan kompetensi guru sangat menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran yang pada gilirannya bermuara pada kualitas kelulusan dan mutu pendidikan nasional. Guru merupakan komponen yang paling menentukan, karena
ditangan gurulah kurikulum, sarana dan prasarana, dan iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi peserta didik, demikian dituturkan Mulyasa
Musfah, 2011: 9. Guru memegang peranan kunci bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan. Tanpa kelas, gedung, peralatan dan sebagainya proses pendidikan
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
masih dapat berjalan, tetapi tanpa guru proses pendidikan tidak akan berjalan Sukmadinata Musfah, 2011: 9.
Guru Pendidikan Kewarganegaran PKn yang secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab terhadap fakta tersebut, sangat perlu berbenah diri.
Meningkatkan profesionalisme adalah kuncinya. Mengikuti Program Sertifikasi merupakan salah satu caranya. Sertifikasi yang benar-benar menghasilkan
peningkatan pada kompetensi, bukan hanya lebelnya saja sudah mendapat sertifikat pendidik, akan tetapi tidak berdampak positif meningkatkan kualitas
dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan Guru PKn Kabupaten Bogor sebagian besar terutama Pegawai Negeri telah
mengikuti program sertifikasi. Namun demikian apakah mereka yang sudah mengikuti program sertifikasi benar-benar meningkat kompetensinya, bahkan
dapat dikatakan sudah professional ? Sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar siswa. Dengan peningkatan kualitas
pembelajaran siswa diharapkan dapat mengurangi permasalahan-permasalahan pelajar khususnya dan remaja pada umumnya. Hal inilah yang ingin penulis
ungkap dalam penelitian ini. Kompetensi guru dalam sistem pembelajaran termasuk dalam instrumental
input disamping kurikulum, materi, media pembelajaran, buku teks, dan evaluasi. Potensial input dalam hal ini adalah siswa dengan segala bakat dan minat baik
dari bawaan sebagai suatu yang diturunkan dari orang tuanya maupun yang dipelajarinya dari lingkungan siswa. Sedangkan environmental input meliputi
lingkungan sekolah dan masyarakat di mana ia bersekolah dan bertempat tinggal. Dengan kompetensi guru yang mumpuni, siswa dengan bakat dan minat yang
tinggi dan didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif diharapkan mengasilkan output sesuai yang diharapkan.
Permasalahan pengaruh kompetensi guru terhadap wawasan kebangsaan siswa dalam pembelajaran PKn penelitian ini tercakup dalam sub sistem yang
kedua dari kajian Pendidikan Kewarganegaraan yaitu sebagai program kurikuler.
Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sedangkan sub sistem lainnya yaitu pertama dan ketiga adalah Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu bidang kajian ilmiah pendidikan disiplin ilmu dan
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai gerakan sosio-kultural Udin, 2001: 17.