Hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di MA Darul Ma'arif Cipete Jakarta Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh : Maftuha 205018200433

PROGARAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NERGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

KEPALA SEKOLAH DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI

KERJA GURU DI MA DARUL MA’ARIF CIPETE

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh Maftuha 205018200433 Dibawah Bimbingan

Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd NIP. 19671020 200112 2 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PNDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDYATULLAH

JAKARTA


(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Maftuha

NIM : 205018400433

Jurusan/Prodi : KI-Manajemen Pendidikan Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah dengan Peningkatan Motivasi Kerja Guru di MA Darul Ma’arif Cipete Jaskarta Selatan

Dosen Pembimbing : Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku du UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil/karya sendiri

maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 September 2010

Maftuha


(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Bismillahirrohmanirrohim …

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Maftuha

NIM : 205018400433

Jurusan/Prodi : KI-Manajemen Pendidikan Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Hubungan Antara Komunikasi Efektif dengan

Peningkatan Motivasi Kerja Guru di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan

Dosen Pembimbing : Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku du UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil/karya sendiri maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 September 2010

Maftuha


(5)

”Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah dengan Peningkatan Motivasi Kerja Guru di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan” yang disusun oleh Maftuha. Nim: 205018200433. Program Studi Manajemen Pendidikan Islam. Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenaran oleh pembimbing skripsi pada tanggal 30 September 2010

Jakarta, 30 September 2010

Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd NIP: 19671020 200112 2 001


(6)

ABSTRAK

Efektivitas komunikasi kepala sekolah merupakan keadaan mengenai karekteristik yang harus terjadi dilingkungan kerja yang dianggap dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada di dalamnya, motivasi kerja guru harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik dan muncul karena adanya kesadaran serta dorongan dari dalam diri guru tersebut, dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, penelitian korelasi merupakan penelitian yang akan melihat hubungan antara variabel X dan variabel Y, dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan, instrumen penelitian ini terdiri dari definisi oprasional, dimana instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket dengan skala likert, sebelum menyebarkan angket untuk penelitian terlebih dahulu instrument tersebut di uji kevalidan instrument, kemudian uji realibilitas instrument.

Berdasrkan hasil penelitian mengenai hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru, diperoleh 0, 308 < 0,444 Ho ditolak sedangkan Ha diterima ini berarti terdapat hubungan yang kurang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Dapat dibuktikan pada uji hipotesis diperoleh thitung sebesar 2.209, dengan demikian pada taraf signifikasi

5% maupun 1% diperoleh 2.209 > 2.10. Berdasarkan interprestasi data terdapat hubungan yang rendah atau lemah antara variable efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru.

Kepala sekolah hendaknya harus mampu bemberikan motivasi kepada guru, memberikan perhatian, adanya sifat keterbukaan, dan bisa menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga guru tersebut dapat termotivasi dalam bekerja.


(7)

Kata Pengantar

¯2Ù{´



­G¡‹+݉ƒo

¯2lµƒo

Alhamdulillah segala puji bagi allah dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah meberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunianya, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada jungjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolaeh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan, makka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif.

Disamping itu, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah banyak menerima bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada. MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Rusdy Zakaria, M.Ed, M. Phil, Ketua Jurusan Kependidikan

Islam.

3. Drs. H. Mu’arif Sam M.Pd. Ketua Program Studi Manajaemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. 5. Para dosen yang telah mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, khususnya yang mengajar di jurusan KI-Manajemen


(8)

Pendidikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih ilmu yang telah diberikan selama penulis kuliah di kampus ini.

6. Pimpinan dan staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan FITK yang telah memberikan fasilitas untuk memperoleh literature dan bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Kepala sekolah serta bapak/ibu guru MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi ini.

8. Kepada kedua orang tua ku Ayahanda tercinta H. Kurtubi dan Ibunda Hj. Suwarti yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak-kakaku tercinta (Sukemi, Bustonul arifin, Ahmad Djarnuji ), yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelaesaikan studi.

10.Asrul Munandar Harhap yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis untuk menjadi sarjana.

11.Teman-teman Manajemen Pendidikan Islam angkatan tahun 2005 dan teman-teman PPKT di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan. 12.Sahabat-sahabat ku tercinta Sana, Roi, Evi, Eka, Siti khodijah, Lena,

Tika, Hilda, Iim soimah, Ria, yang telah membantu penulis selama perkuliahan.

Akhirnya penulis berdo’a semoga allah SWT membalas jasa dan amal baik mereka. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya pembaca pada umumnya. Amin...

Jakarta, 30 September 2010

Penulis


(9)

(10)

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan ... i

Lembar Pengesahan Pembimbing Skrips ... ii

Lembar Pengesahan Sidang Munaqosah ... iii

Lembar Pengesahan Uji Referens ... iv

Abstrak ... v

KataPengantar ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Konsep Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah ... 7

1. Pengertian Efektivitas ... 7

2. Pengertian Komunikasi ... 14

3. Pengertian Efektivitas Komunikasi ... 16

4. Proses Komunikasi ... 16

5. Bentuk-bentuk Komunikasi ... 22

6. Faktor Penghambat Komunikasi ... 24

B. Konsep Motivasi Kerja Guru ... 26

1. Pengertian Motivasi Kerja Guru ... 26

2. Jenis-jeniis Motivasi ... 28

3. Fungsi Motivasi ... 28

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 29 viii


(11)

A. Tujuan Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

C. Metodelogi Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Variabel Penelitian ... 34

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 34

G. Instrumen Penelitian ... 35

H. Analisis Uji Instrumen ... 39

I. Tehnik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan ... 44

1. Sejarah singkat MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan ... 44

2. Visi dan Misi MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan ... 46

B. Deskripsi Data ... 46

C. Analisis Data ... 49

D. Interprestasi Hasil Penelitian... 50

E. Uji Hipotesis ... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSAKA ... 54


(12)

DAFTAR TABEL

Kisi-kisi Instrumen Variabel X ... 35

Skala Penelitian Variabel X ... 36

Kis –kisi Instrumen Variabel Y ... 37

Skala Penelitian Variabel Y ... 38

Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi ... 41

Dristribusi Frekuensi Variabel X ... 47

Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 48


(13)

Tabel Skor Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Y ... 57

Tabel Setelah Uji Coba Validitas dan Realibilitas Variabel X ... 58

Tabel Setelah Uji Coba Validitas dan Realibilitas Variabel Y ... 59

Perhitungan Realibilitas Variabel X... 60

Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X ... 62

Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 63

Mencari Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Pada Variabel X ... 64

Mencari Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Pada Variabel Y ... 66

Tabel Data Variabel X dan Y ... 67

Diagram Grafik Histrogram Variabel X ... 68

Diagram Grafik Histogram Variabel Y ... 69

Struktur Organisasi ... 69

Tabel Jumlah Guru MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan ... 70

Tabel Jumlah Siswa MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan ... 71

Keadaan Saran dan Prasarana ... 72

Sarana Ibadah ... 73

Sarana Sumber Belajar ... 73


(14)

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci pembangunan untuk masa sekarang dan yang akan datang, karena melalui pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitasnya dalam bidang pendidikan baik dari segi pengetahuan atau wawasan maupun dari segi ketrampilan agar setiap individu mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki keadaan sekarang dan untuk mempersiapkan dunia esok yang lebih baik. Dunia pendidikan adalah suatu lembaga terpenting dalam membentuk dan mengembangkan generasi bangsa, yaitu masyarakat agar dapat menghadapi tantangan-tantangan yang ada akibat perkembangan zaman diantaranya melalui pemberian pengetahuan dan ketrampilan tersebut, karena pendidikan dilakukan agar pemikiran manusia berkembang dari sebelum tahu menjadi tahu, dan dari tahu menjadi lebih tahu, sehingga pada akhirnya dapat merealisasikan apa yang sudah diketahui ke dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Bab 1 UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 mengenai ketentuan umum, pada pasal (1) dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak


(16)

2

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesuai dengan misinya, yaitu melaksanakan kegiatan mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar ini akan berjalan lancar jika komponen-komponen dalam lembaga terpenuhi dan berfungsi sebagaimana mestinya, komponen-komponen tersebut meliputi sarana dan prasarana yang memadai, terpenuhinya tenaga pendidikan yang kualitatif, adanya struktur organisasi yang teratur dan tak kalah pentingnya adalah peran kepala sekolah sebagai supervisor, dengan demikian apabila setiap komponen dalam lembaga pendidikan tersebut berfungsi dengan baik, maka pelaksanaan belajar mengajar berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Penyelenggaraan pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan sekelompok orang dalam proses kerjasama serta sebagai peralatan yang dipergunakan. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan atau penataan sedemikian rupa sehingga proses kerjasama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar berjalan secara teratur, sistematis, integrasi, sehingga berkaitan dan saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Salah satu unsur yang menunjang dan sekaligus terpenting dalam proses pendidikan adalah guru. Guru merupakan orang yang paling penting dominan terlibat langsung dengan anak-anak didik. Karena itu guru mempunyai tugas yang cukup besar dalam rangka mendidik dan mengajar anak didiknya. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar banyak ditentukan oleh kemampuan guru.

Di dalam pelaksanaan tugasnya, guru banyak terbentur akan berbagai masalah, yang mengakibatkan menurunnya motivasi kerja guru seperti : keamanan kerja, kondisi kerja yang kurang menyenangkan, kurang adanya perlakuan yang wajar dan jujur, serta kurang adanya pengakuan dan penghargaan. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka peran kepala sekolah sangat

1


(17)

guru.

Di sinilah peran kepala sekolah sebagai supervisor untuk membantu para guru. Sebagai pemimpin dibidang pendidikan seorang kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana semangat kerja yang tinggi, sehingga guru termotivasi dalam tugasnya.

Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu kegiatan yang berlangsung secara sadar.2

Dengan demikian kepala sekolah sebagai pemimpin, selain berperan melayani dan membantu segala kesulitan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajarkan kinerja, kompetensi dan profesional guru ke arah yang lebih baik dalam melakukan proses belajar mengajar, dan juga harus adanya komunikasi yang baik antara kepala sekolah dengan para bawahannya, karena komunikasi sebagai salah satu kegiatan administrasi sangat besar pengaruhnya. Pada keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan. Pada sebuah sekolah misalnya guru, pegawai lainnya, dan kepala sekolah memerlukan kegiatan komunikasi agar dapat diwujudkan kerja sama yang efektif diantara mereka dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Salah satu faktor untuk memotivasi kerja guru adalah terciptanya komunikasi yang berlangsung antara kepala sekolah dengan guru secara baik dan terbuka. Untuk mengembangkan proses komunikasi yang baik, kepala sekolah perlu memahami orang-orang dan kelompok yang membentuk organisasi pendidikan di sekelilingnya. Sistem komunikasi dapat diharapkan berjalan lancar jika iklim atau suasana sekolah memberi kesempatan kepada pegawai untuk bebas menyatakan perasaan dan pikiran mereka, apabila kepala sekolah melaksanakan komunikasi dengan baik dan efektif, guru akan lebih termotivasi dan berusaha mengembangkan tugas profesionalnya.

2

Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang Kompetetif, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002), h. 351.


(18)

4

Efektivitas komunikasi Kepala Sekolah adalah apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut di terima dan diartikan oleh sasaran komunikasi, melalui hukum komunikasi yang efektif meliputi: rasa hormat dan saling menghargai, empaty, pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan, sifat keterbukaan, rendah hati.

MA Darul Ma’arif merupakan salah satu sekolah tingkat atas yang berlokasi di Jl. RS. Fatmawati Jakarta Selatan. Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam proses pendidikan di sekolah, masalah yang terjadi dalam proses komunikasi biasanya diakibatkan dari proses komunikasi yang dilakukan antara kepala sekolah dengan guru sehingga mengakibatkan kurang terciptanya komunikasi efektif antara atasan dan bawahan serta kurangnya terbukaan seperti komunikasi yang bersifat kaku dan sangat formal, disamping itu kepala sekolah memiliki kesibukan diluar sekolah sehingga kepala sekolah jarang berada ditempat. Hal inilah yang terkadang guru kurang termotivasi, oleh karena itu komunikasi efektif merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan motivasi kerja guru di sekolah. Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dan menuangkan masalah ini dalam bentuk skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI KERJA GURU DI MA DARUL MA’ARIF CIPETE JAKARTA SELATAN”.


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dilakukan identifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dalam menyampaikan pesan 2. Bagaimana komunikasi yang terjalin antara kepala sekolah dengan guru 3. Bagaimana kepala sekolah menjalin komunikasi yang efektif dengan guru 4. Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan kepala sekolah dalam

melaksanakan komunikasi dengan guru

5. Apakah terdapat hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatkan motivasi kerja guru di sekolah?

6. Bagaimana motivasi kerja guru di MA Darul Ma’arif

7. Bagaimana kepala sekolah memotivasi guru dalam proses belajar mengajar?

C. Pembatasan Masalah

Berdasrakan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka untuk mempermudah dan mengarahkan penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah pada:

1. Efektivitas komunikasi kepala sekolah adalah apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut di terima dan diartikan oleh sasaran komunikasi dalam organisasi khususnya sekolah, proses komunikasi ini lebih kepada komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru melalui hukum komunikasi yang efektif meliputi: rasa hormat dan saling menghargai, empaty, pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan, sifat keterbukaan, rendah hati.

2. Motivasi kerja adalah kegiatan yang mendorong, mengarahkan , mempertahankan yang disebut kerja yang meliputi: hidup layak dan rasa aman, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikut sertakan, perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan.


(20)

6

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan untuk memperbaiki dan lebih memperhatikan efektivitas komunikasi sehingga meningkatkan motivasi kerja guru.

2. Bagi guru, sebagai cermin untuk lebih giat dan bersemangat dalam melakasanakan tugas-tugasnya dengan tujuan untuk meningkatan motivasi kerja guna menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan menambah wawasan mengenai efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru dan sekaligus menambah ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan.


(21)

(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas

Menurut Mulyasa efektivitas adalah “adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju”1. Efektivitas juga berati” suatu tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan”2.

Dalam Ensiklopedi Indonesia, secara terminologi efektivitas berarti “menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya”3.

Sedangkan dalam buku Ensiklopedi Administrasi, efektivitas adalah “suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki”4. Efektivitas juga berarti “suatu kesanggupan untuk mewujudkan suatu tujuan”5.

1

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002). Cet . ke-1, h. 82.

2

Saliman. Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 1994). Cet ke- 1, h. 61.

3

Hasan Sydily, Ensiklopedi, (Jakarta:Ichtar Baru-Van Hoeve), Jilid 2, h.883

4

Patria Wasta (Ed), Ensiklopedi Admonistrasi, (Jakarta:CV) Haji Masagung, 1989), h. 147.

5

N.A. Antembun, Evaluasi Mengajar Kriteria dan Tekhnik-tekhnik, (Bandung: Suru Bandung 2000), Cet. Ke-3, h.8


(23)

Jadi, jika seorang melakukan perbuatan dengan tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

Sebagai administrator pendidikan kepala sekolah hendaknya menguasai berbagai ketrampilan yaitu dari ketrampilan konsep, ketrampilan manusiawai, dan ketrampilan tehnik.

Kemampuan untuk mengadakan kontak hubungan kerja sama secara optimal kepada orang yang di ajak bekerja sama dengan memperhatikan kodrat dan harkat manusia disebut ketrampilan manusiawi, tujuannya adalah mengadakan hubungan bekerja sama dengan para bawahan dalam suatu organisasi dan kepentingan anggotanya, tugas kepala sekolah adalah bagaimana mengisi kebutuhan-kebutuhan, keinginan atau mendorong kepada personal. Agar personal merasakan dengan tidak merugikan organisasi pendidikan. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan atau potensi mereka telah lulus ujian penerimaan sebagai petugas pendidikan dan mereka telah memilki ijazah yang sebagaian besar sesuai dengan tugasnya, jadi seharusnya para administator pendidikan (kepala sekolah) cukup menangani motivasi para personel saja dengan persyaratan mereka dapat bekerja lebih baik, namun karena asumsi kita tidak semuanya benar maka administator pendidikan (kepala sekolah) juga membina perkembangan profesi dan karier mereka. Tugas kepala sekolah yang lain adalah meningkatkan potensi dengan meningkatkan motivasi.

Kepala sekolah sebagai administator pendidikan dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik dengan para bawahannya, untuk itu kepala sekolah harus dapat menciptakan komunikasi yang efektif dengan para bawahannya (guru).

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki komunikasi terutama dari pihak pemimpin (kepala sekolah) kepada bawahan (guru) sebagai berikut:

a. Tentukan tujuan yang ingin dicapai oleh komunikasi itu. b. Tentukan pihak-pihak penerima secara utuh.


(24)

9

c. Berkomunikasi secara rapih, yaitu pakailah kata yang tepat termasuk kemungkinan konotasinya, usahanya sederhana mungkin.

d. Tentukan media yang tepat.

e. Kembangkan minat bersama antara yang memberi pesan (komunikator) dengan yang menerima tantangan atau pesan (komunikan) hal-hal yang akan dikomunikasikan.

f. Lakukan komunikasi itu pada waktu yang tepat. g. Batasi isi komunikasi.

h. Ukurlah hasilnya melalui umpan balik.

Agar komunikasi efektif maka antara pembicara dan pendengar harus saling pengertian, juga pembicaraan harus mengetahui keadaan si pendengar, demikian juga sebaliknya. Apa yang dilakukan si pembicara atau si pendengar adalah penting dari pada yang dinyatakan yaitu dituliskan. Komunikasi sebenarnya timbul bila mana orang-orang atau kelompok secara sukarela bersama-sama menghadapi sebuah masalah tertentu, sehingga mereka sungguh-sungguh mendengar dan mengerti ide masing-masing atau penafsiran pengalaman atas maslah dan bila mereka mencapai persetujuan dan menerima ide yang bersangkutan.

Syarat utama dari komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Integritas pribadi yang kuat akan menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari komunikasi. Integritas

merupakan landasan utama dalam membangun komunikasi yang efektif karena tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan dan tidak akan ada kepercayaan tanpa integritas.

Menurut Bobby Galih, yakni tentang pentingnya memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif patut kita ketahui. Menurutnya kita perlu memperhatikan lima hukum komunikasi yang efektif (The Five Inevitable Laws of Efffective Communication) yang dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH (Respect, empathy, audible, clarity, humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih


(25)

positif dari orang lain6

a) Hukum pertama adalah respect

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim. Bahkan menurut maha guru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, “rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus”7.

b)Hukum kedua adalah empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan komunikasi empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan

6

Robyy Galih, Hukum Komunikasi yang Efektif, (www. Nurjihad.staff.uii.ac.id), 29 November 2010


(26)

11

dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama (teamwork) atau sinergi dengan orang lain.

c) Hukum ketiga adalah audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik,

audible berarti pesan yang kita sampaikan (komunikator) dapat diterima oleh penerima pesan (komunikan).

d)Hukum keempat adalah clarity

Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

e) Hukum kelima adalah humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap rendah hati pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat


(27)

menguatkan.

Untuk memenuhi ketepatan dan kecepatan penyampaian informasi agar diperoleh respon yang cepat dan tepat pula komunikasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam buku komunikasi organisasi dan manajemen dalam pembagunan mengemukakan asas-asas komunikasi efektif:

a. Kejelasan

Setiap informasi yang disampaikan harus jelas agar maksudnya tidak ditafsirkan lain oleh penerima informasi.

b. Kesesuaian

Informasi yang disampaikan tidak boleh bertentangan dengan yang lain sehingga membingungkan.

c. Kecukupan

Informasi harus cukup agar memadai untuk disampaikan. d. Timing (tepat waktu)

Informasi harus disampaikan secepatnya. e. Keseragaman

Informasi yang bersifat umum harus disampaikan dalam bentuk yang sama atau seragam.

f. Penyebaran

Informasi yang disampaikan harus mencapai orang yang tepat agar dapat digunakan secara efektif.

g. Interest

Komunikator harus berusaha agar bahan yang disampaikannya menarik dan dapat di terima dengan baik.8

Agar komunikasi berjalan dengan lancar dalam arti informasi dapat di terima secara cepat dan tepat, diperlukan median atau saluran yang efektif pula. Media komunikasi dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Media Audio

Yakni informasi yang disalurkan melalui pendengaran sehingga berbentuk komunikasi lisan.

b. Media Visual

Yakni informasi yang disalurkan melalui penglihatan yang salah satu bentuknya berupa komunikasi tertulis.

8


(28)

13

c. Media Audio Visual

Yakni penyampaian informasi melalui saluran pendengaran dan penglihatan, sehingga berbentuk lisan dan tulisan.

Menurut Sondang P Siagian dalam buku Teori Dan Praktek Kepemimpinan menjelaskan bahwa “Dalam kegiatan organisasional seperti halnya sekolah terdapat beberapa jenis fungsi komunikasi bagi sekolah yaitu sebagai berikut: (a) fungsi motivasi, (b) fungsi ekspresi, (c) fungsi penyampaian pesan, (d) fungsi pengawasan.”9

Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi harus mampu memainkan peranan penting, diantaranya: pertama sebagai wahana untuk menyampaikan keluhan yang mana pimpinan diharapkan menjadi pendengar yang baik, kedua sebagai saluran untuk menyatakan kepuasaan atas keberhasilannya menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya, ketiga sebagai wahana penyampaian informasi yang dilakukan untuk berbagai pihak untuk memperlancar jalannya proses pengambilan keputusan, keempat sebagai wahana pengendali perilaku para anggota organisasi. Orang-orang memahami pekerjaan mereka lebih baik dan merasa lebih puas dalam pelaksanaannya.

9

Sondang P. Siagian, Teori Dan Praktek Kepemimpinan, ( Jakarta: Rineka Cipta 2003), Cet. Ke-5, h. 91


(29)

Dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, “Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communicatio berasal dari bahasa latin comunication

yang berarti sama, sama yang dimaksud adalah sama makna.”10 Sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

Dalam kamus besar Indonesia, “Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.”11

Menurut kamus psikologi “Dictionary of Behavioral Science“ yang dikutip Jalaludin Rahmat dalam buku “Psikologi Komunikasi”, istilah komunikasi adalah:

a. Penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau menyampaian gelombang-gelombang suara.

b. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme. c. Pesan yang disampaikan.

d. (Teori komunikasi) proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain, karena melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan.

e. (K. Lewin) pengaruh satu wilayh pesona pada wilayah pesona yang lain sehingga perubahan dalam suatu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain.

f. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.12 Dapat disimpulkan dari definisi diatas bahwa :

a. Semua definisi mengakui bahwa komunikasi adalah suatu proses.

b. Semua definisi sepakat bahwa dalam proses komunikasi itu terjadi penyampaian sesuatu dari satu pihak ke pihak yang lain.

10

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,2004), Cet 18, h. 9

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Cet. Ke-7, h. 454

12

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004 ), Cet. Ke-21, h. 3


(30)

15

Komunikasi itu berhubungan dengan emosi, sikap, moral, motivasi, suasana hati, keadaan hati, keadaan pisik, situasi dan banyak lagi, hal yang lainnya. Intinya mengenai manusia dan egonya.

Komunikasi efektif adalah “Suatu yang diperoleh atau suatu prestasi, bukan suatu hak khusus atau suatu kebetulan yang baik dari sifat kebetulan yang baik dari sifat turunan”13. Setiap orang mempunyai potensi untuk melakukan komunikasi yang efektif dan potensi ini dapat lebih baik dan memaksimalkan dijelmakan dan dicapai.

Komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan baik atau efektif apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan (komunikator) tersebut diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi atau penerima pesan (komunikan), dalam bentuk jiwa dan semangat yang sama persis seperti yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sumber pesan. Dan komunikasi yang efektif hanya akan terjadi jika antara pengirim(komunikator) dan penerima pesan (komunikan) tercipata pemahaman yang sama. Sejalan dengan itu Hadari Nawawi berpendapat bahwa “Komunikasi yang efektif hanya akan berlangsung apabila setiap individu memperlakukan individu yang lain sebagai subyek yang dilakukan dalam bentuk saling menghormati, saling menghargai dan saling mempercayai.”14

Komunikasi yang efektif itu penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka, begitu juga dengan bawahan atau para staf. Untuk memahami komunikasi itu dengan mudah perlu mengetahui proses komunikasi, unsur-unsur komunikasi, bentuk komunikasi, dan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam komunikasi.

13 James G. Robbin Barbara S. Jones, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Jaya 1986), h. 6

14


(31)

Efektivitas komunikasi adalah “Suatu yang diperoleh atau suatu prestasi, bukan suatu hak khusus atau suatu kebetulan yang baik dari sifat kebetulan yang baik dari sifat turunan”15. Setiap orang mempunyai potensi untuk melakukan komunikasi yang efektif dan potensi ini dapat lebih baik dan memaksimalkan di jelmakan dan dicapai. Dengan adanya efektivitas komunikasi, maka akan timbul perubahan-perubahan dalam kelakukan pihak penerima yang timbul sebagai hasil transmisi suatu berita. Jadi apabila kita berbicara komunikasi yang efektif maka kita maksudnya adalah komunikasi yang bisa menimbulkan efek komunikasi diantaranya:

a. Perubahan dalam pengetahuan

b. Perubahan-perubahan dalam sikap pihak pertama.

c. Perubahan-perubahan dalam kelakuan pihak pertama, misalnya datang tepat pada waktunya.

Jadi yang dimaksud dengan efektivitas komunikasi atau komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan atau yang dikomunikasikan dan cara mengkomunikasikannya itu berkualitas baik sehingga bisa ditanggkap dengan benar oleh yang menerimanya, yang menjurus pada penyelesaian tujuan organisasi dan baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu panjang. Di sini diharapkan pihak yang menyampaikan pesan (komunikator) itu jelas, tidak terlalu panjang dan disampaikan tepat pada waktunya, yaitu disaat akan menerima (komunikan) tertarik pada pesan itu.

4. Proses Komunikasi

Seperti yang telah diuraikan dalam definisi komunikasi, kiranya dapat disepakati bahwa komunikasi sebagai proses pertukaran pesan dengan hasil kebersamaan dalam makna merupakan sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses yang di dalamnya merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan

15 James G. Robbin Barbara S. Jones, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Jaya 1986), h. 6


(32)

17

Proses komunikasi pada hakekatnya proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan perasaan disadari. Sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu-waktu dalam penyampaian/menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Proses komunikasi menurut Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik dibagi dua (2), yaitu “Proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder.

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kiat, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.16

Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Bahasa tubuh memang dapat menterjemahkan pikiran seseoranng sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari-jemari, mengedipkan mata, atau menggerakan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja.

Demikian isyarat dengan menggunakan alat seperti kentongan, beduk, sirine dan lain-lain amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan komunikasi yang melebihi kiat, isyarat dan warna dalam hal kemampuan menterjemahkan

6


(33)

dalam rambu-rambu lalu lintas.

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang atau media pertama.

Seseorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikasi sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telpon, teleteks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi17.

Pada umumnya kalau kita bicara dikalangan masyarakat , yang dinamakan media komunikasi yaitu adalah media kedua sebagai mana diterangkan diatas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (syimbol) beserta isi (Content) yakni pikiran atau perasaan yang dibawanya menjadi totalitas pesan (amaessage), yang tampak tidak terdapat dipisahkan. Tidak seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-lainnya yang jelas tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang tidak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan sebagainya.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efesiensinya dalam mencapai komunikasi. Surat kabar, radio, televisi, misalnya merupakan suatu media yang efesien dalam mencapai komunikasi dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efesien karena, dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan saja jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara disiarkan melalui radio atau televisi.

Akan tetapi oleh para ahli komunikasi diakui bahwa efektif dan efisiensi komunikasi bermedia hanya menyebarkan pesan-pesan yang bersifat

informatif, menurut mereka, yang efektif dan efesien dalam menyampaikan

17


(34)

19

pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (Frame of refence) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangakan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga.

Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklafikasikan sebagai media masa (massa media) dan media masa atau nonmassa (non media massa).

Dari pengertian komunikasi sebagai nama yang telah diutarakan di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicangkup, yang merupakan persyaratan terjadinya proses komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:

Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang. Komunikan : Orang yang menerima pesan.

Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Dari lima unsur dasar komunikasi itu para ahli komunikasi banyak mengembangkan unsur-unsur dalam proses komunikasi, diantaranya Onong Uchjana Effendy, mengembangkan unsur-unsur proses komunikasi menjadi sembilan unsur.


(35)

Sender Enconding Massage

Media

Decoding

Noise

Response Feedback

Receiver

Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:

1. Sender : Komunikasi yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran dalam

bentuk lambang.

3. Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. 4. Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan

dari komunikator ke komunikan. 5. Decoding : Pengawasandian, yaitu proses di mana

komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 6. Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response : Tanggapan seperangkat reaksi pada komunikan setelah

di terpa pesan.

8. Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau di sampaikan kepada komunikator.

9. Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan komunikator ke komunikan.18

Tehnik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seseorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya.

18


(36)

21

Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklafikasikan menurut kadarnya yakni:

a. Dampak kognitif b. Dampak afektif c. Dampak behavioral

Dampak kognitif adalah yang ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualisasinya, disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran dari komunikan.

Dampak efektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

Untuk contoh ketiga jenis dampak diatas dapat diambil dari berita, surat kabar, pernah sebuah surat kabar membuat berita yang dilengkapi foto mengenai seseorang wanita yang menderita tumor yang menahun sehingga perutnya besar tidak terperikan. Peristiwa yang diberitakan lengkap dengan fotonya itu menarik perhatian banyak pembaca, berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek, jika seorang pembaca hanya tertarik untuk membacanya saja dan kemudian ia menjadi tahu, maka dampaknya hanya sekedar kognitif saja. Apabila ia merasa iba atas penderitaan perempuan yang hidup tidak berkecukupan itu, berita tersebut menimbulkan dampak afektif. Tetapi kalau si pembaca yang tersentuh hatinya itu, kemudian pergi keredaksi surat kabar yang memberitakannya dan menyerahkannya sejumlah uang untuk disampaikan kepada si penderita, maka berita tadi menimbulkan dampak behavioral.


(37)

Dalam kegiatan komunikasi suatu organisasi dapat dibedakan menjadi komusikasi organisasi formal dan komunikasi organisasi informal.

Dalam organisasi formal, komunikasi diatur oleh hubungan yang diadakan berdasarkan struktur wewenang dan kekuasaan, pertanggung jawaban dan saluran-saluran organisasi lebih mengutamakan berdasarkan urutan kekuasaan. Tepatnya informasi mengurus dalam organisasi menurut pola-pola yang telah ditetapkan dan dibatasi. Pola-pola ditentukan berdasarkan peranan-peranan yang di tunjuk bagi setiap orang dan badan organisasi yang sementara itu memperlihatkan juga jalur-jalur wewenang, kekuasan, tanggung jawab dan menunjuk pula jaringan komunikasi formal. Dapat dikatakan bahwa komunikasi formal adalah komunikasi terbatas karena dalam bentuk ini komunikasi hanya dapat dilakukan antar personal tertentu berdasarkan kepangkatan atau posisi atau jabatan masing-masing di dalam organisasinya.

Jika seorang administrator pendidikan hendak bekerja dengan efektif hendaklah membangun sistem komunikasi formal yang baik. Struktur komunikasi harus menjamin bahwa informal dan pikiran-pikiran akan mengalir bebas kesemua arah ditentukan baik ke atas, ke bawah dan ke samping. Saluran-saluran itu hendaknya dipahami oleh setiap anggota organisasi. Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek dan sesingkat mungkin. Hendaknya sedapat mungkin bagi semua anggota bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima.

Komunikasi organisasi informal ialah “Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi.”19

Sistem komunikasi formal selalu dilengkapi dengan jaringan komunikasi yang informal. Informal cenderung pada tujuan pribadi dari pada tujuan-tujuan organisasi. Karena itu sistem informal mungkin sejalan dan mungkin tidak dengan sistem komunikasi formal. Keselarasan antara dua sistem tergantung pada betapa tujuan-tujuan organisasi selaras dengan tujuan-tujuan pribadi dan sikap


(38)

23

para anggotanya. Jika tujuan-tujuan organisasi dan pribadi itu sejalan, mungkin sekali informaasi informal digunakan. Apabila tidak, komunikasi informal bisa menghalang halangi bahkan menggantikan informasi formal.

Sistem informasi informal adalah sistem komunikasi yang paling menguntungkan. Sistem komunikasi informal dalam organisasi harus diakui kehadirannya dan sama pentingnya, yang kadang-kadang lebih efektif. Penyampaian informasi yang bersifat rahasia tidak diperkecil, artinya dipandang sebagai gambaran yang diharapkan suatu organisasi.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Administrasi Pendidikan “Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut: (1) komunikasi ke dalam, yakni proses penyampaian atau permintaan informasi antar personal dilingkungan satu organisasi. (2) komunikasi ke luar, yakni proses penyampaian atau permintaan informasi antar personal dalam suatu organisasi dengan personal atau badan diluar organisasi tersebut”.20

Kominikasi ke dalam terdiri dari beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

1. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal yakni proses penyampaian informasi yang dilakukan antar pejabat yang tidak sama hirarki jabatannya dalam satu sub sistem, terdiri dari :

a. Komunikasi ke bawah

Yakni penyampaian informasi dari pejabat/personal yang kedudukannnya lebih tinggi kepada pejabat yang kedudukannya lebih rendah. Komunikasi ini antara lain dilakukan dengan memberikan perintah/intruksi, petunjuk-petunjuk, penjelasan-penjelasan, peringatan-peringatan dan keterangan-keterangan dalam rangka mewujudkan beban kerja suatu sub sistem dalam suatu organisasi.

b. Komunikasi ke atas

Yakni penyampaian informasi dari jabatan/personal yang kedudukannya lebih rendah kepada pejabat/personal yang kedudukannya lebih tinggi dalam satu sub sistem. Komunikasi ini antara lain dilakukan dalam bentuk

20


(39)

dan bahkan juga keluhan-keluhan. 2. Komunikasi Horizontal

Yakni proses penyampaian dan permintaan informasi antar pejabat/personal yang jabatannya setingkat dalam satu organisasi, yang dilakukan berupa rapat-rapat, diskusi, konsultasi dan lain-lain.

3. Komunikasi Diagonal

Menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Administarasi pendidikan mengemukakan bahwa komunikasi diagonal “yakni proses penyampaian dan permintaan informasi antar pejabat/personal yang tidak sama tingkat jabatannya antar sub sistem yang berlainan dilingkungan organisasi”.21

4. Faktor-faktor Penghambat Komunikasi

Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menimbulkan gangguan komunikasi sehingga tujuan komunikasi tidak tercapai. Pada dasarnya hambatan itu dapat terjadi karena diatorasi, penghilangan sebagai isi informasi, terlalu banyak informasi, waktu, penerimaam pesan, dan juga hambatan fisik.

Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi “ Faktor-faktor penghambat organisasi dalam komunikasi itu ada empat, yaitu: hambatan sosio-antro-psikologis, hambatan sematis, hambatan mekanis, hambatan ekologis”22.

1. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis

Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor sosiologis, antropologis dan psikologis.

a. Hambatan Sosiologis

Seorang sosiolog Jerman bernama Ferdinand Tonnies mengklarifikasikan kehidupan manusia dalam masyarakat menjadi dua jenis pergaulan yang ia namakan Gemeinschafi dan Gesellschaft. Gemeinschft adalah pergaula

21

Hadari Nawawi, Administrasi…, h. 49

22


(40)

25

hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tidak rasional, seperti dalam kehidupan rumah tangga, sedangkan Gesellschft adalah pergaulan hidup yang bersifat dimanis, rasional, bukan pribadi, seperti pergaulan dikantor atau dalam organisasi.

Berkomunikasi dalam Gameinschft dengan istri atau anak tidak akan banyak menjumpai banyak hambatan karena sifatnya personal atau pribadi sehingga dapat dilakukan dengan santai, lain dengan komunikasi dalam

Gasellschaft. Seseorang yang bagaimanapun tingginya kedudukan yang ia jabat, ia akan menjadi bawahan orang lain. Seorang kepala desa mempunyai kekuasaan didaerahnya, tetapi ia harus tunduk kepada camat, camat akan lain sikapnya ketika berkomunikasi dengan bupati, dan seterusnya,

b. Hambatan Psikologis

Dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikan tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan siapa disini bukan nama yang sandang, melainkan ras apa, bangsa apa atau suku apa. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kedudukannya, gaya dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.

c. Hambatan Psikologis

Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikasi. Komunikasi sulit untuk berhasill apabila komunikasi sedang sedih, binggung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya.

2. Hambatan Sematis

Faktor sistematis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab salah ucap atau tulis dapat menimbulkan salah pengertian atau salah tafsir.


(41)

Hambatan mekanis ini dijumpai pada penggunaan media yang digunakan dalam kelancaran komunikasi. Banyak contoh yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti suara telpon yang kurang jelas, ketika hurup yang buram, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, dan lain-lain.

4. Hambatan Ekologis

Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh hambatan, ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain.

Demikianlah dengan pelaksanaan komunikasi antara kepala sekolah dengan para personal (guru), maka akan merasakan manfaat dari komunikasi yang telah disebutkan diatas, dengan demikian diharapkan terjadinya ilkim organisasi yang menyenangkan.

B. Hakikat Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja

Dalam buku motivasi dan pemotivasian dalam manajemen ”istilah motivasi (motivation) berasal dan bahasa latin yaitu movere, yang berarti menggerakan (to move) 23. ”Motivasi juga didefinisikan sebagai suatu kondisi yang menggerakan manusia kearah suatu tujuan tertentu”24.

Motivasi adalah “suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu kegiatan yang berlangsung secara sadar” 25. Adapun pengertian motivasi kerja adalah motivasi dalam sebuah lingkup organisatoris yang merupakan proses dengan apa seseorang pemimpin merangsang pihak lain untuk bekerja dalam rangkan mecapai tujuan organisasi.

23

J. Winardi, Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004). Cet .ke-3, h. 1.

24

Anwar Prabu Mankunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3.

25

Handari Nawawai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang Kompetetif, (Yogyakarta: Gajah Mada Mada University Press, 2000), h.351.


(42)

27

Pendapat lain mengenai motivasi kerja adalah motivasi kerja sebagai suatu kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Menurut Ernest J. Mc Cormick dalam buku A. Anwar Prabu Mangkunegara mengemukakan bahwa “ motivasi kerja adalah sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja”26

Berdasarkan pengertian motivasi kerja diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah kegiatan yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan setiap tindakan yang disebut kerja.

Dalam motivasi, walaupun sudah memiliki komitmen dan persepsi yang baik terhadap suatu pekerjaan tetapi pada dasarnya ada tiga unsur mendasar yang melahirkan suatu motivasi. Menurut Siagian ada tiga unsur utama dalam pembentukan motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan.

Dalam sebuah organisasi, kerja karyawan tidak bisa terlepas dari fungsi organisasi tersebut, karyawan merupakan bagian dari organisasi sehingga ia akan melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya guna mencapai tujuan organisasi. Sekolah merupakan sebuah organisasi yang didalamnya terdapat individu yang terdiri dari unsur kepala sekolah, tata usaha dan murid. Guru sebagai salah satu unsur sekolah memiliki motivasi kerja sesuai dengan tugas dan kewajiban utama yakni mengajar.

Apabila pegawai/guru merasa sanggup untuk mengebangkan karirnya disertai dengan kesempatan yang ada akan lahirlah suatu motivasi yang tinggi yang akan membuat pegawai/guru bekerja dengan semangat, bertanggung jawab, dan persaan puas yang akan membawa hasil yang memuaskan.

26

Anwar Prabu Mankunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 94.


(43)

Dalam melakukan suatu pekerjaan/perbuatan yang bersifat sendiri, seorang selalu didorong oleh motif-motif tertentu baik yang objektif maupun subjektif. Adapun motivasi kerja itu mempunyai jenis sebagai berikut:

1) Motivasi Intrinstik, yakni kondisi yang mendorong terjadinya suatu perbuatan/kegiatan yang berada di dalam kegiatan itu sendiri. Kondisi itu berbentuk kesadaran mengenai arti dan manfaat suatu perbuatan/kegiatan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Missal: beramal, berbuat kebaikan, berprestasi karena tanggung jawab, menyalurkan dan mengembangkan bakat yang sifatnya tidak mengharapkan pamrih material atau non material.

2) Motivasi Ekstrinsik, yakni kondisi yang mendorong terjadinya suatu kegiatan yang berada diluar kegiatan itu sendiri, misal: pemberian hadiah, insentif, pujian, situasi kerja yang menyenangkan.27

Kedua jenis motivasi tersebut dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai kinerjanya, oleh karena itu prestasi kerja karyawan harus dihargai, karena penghargaan memiliki arti dan pengaruh yang sangat besar bagi setiap orang sebagai pendorong dalam mengembangkan kemampuan dan keahliannya, sehingga dapat memberikan hasil kerja yang optimal.

3. Fungsi Motivasi

Motivasi sangat penting dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan berhasilnya suatu tujuan. Menurut Alisuf Sobri, fungsi motivasi adalah :

a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan

b. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai

c. Penseleksi perbuatan selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai28

27 Hadari Nawawi. H. M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 51.

28


(44)

29

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Hal-hal yang mempengaruhi motivasi seseorang ada bermacam-macam ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain:

1) Hidup layak dan rasa aman

Hidup layak bukan berarti mewah, tetapi standar hidup yang tidak memaksa guru harus hidup dalam kekurangan dalam hal keuangan. Hidup layak berarti dapat menjamin makanan, pakaian, perumahan bagi keluarga dan dapat mengenyam apa yang dinamakan cukup yang berlaku bagi umum29. Rasa aman meliputi: “adanya jaminan sakit, terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok, gaji yang tidak terlambat, suasana yang tidak tertekan” 30.

2) Kondisi kerja yang menyenangkan

Pengertian yang menyenangkan dapat berbeda-beda tapi umumnya adalah tempat kerja yang menarik, kebersihan dan kerapian, perlengkapan yang up todate.

3) Rasa diikut sertakan

Guru sebagaimana manusia lainnya ingin diikut sertakan dalam kelompok dimana ia bekerja. Hasrat untuk bergabung ini pendorong untuk mencapai prestasi kerja yang baik31. Untuk itu maka seorang kepala sekolah harus mengikutsertakan guru dalam kegiatan sekolah.

4) Perlakuan yang wajar dan jujur

Dalam menjalankan tugasnya sebagai sebuah kelompok yang solid guru yang mampu bekerjasama. Sebab jika kelompok merah hanya anggota tertentu saja yang mendapat perhatian dari kepala sekolah maka akan menurunkan motivasi kerja yang lainnya. Guru tidak menghendaki diskriminasi dan pilih kasih, sering kali pembagian tugas menjadi sumber ketidak puasan.

5) Rasa mampu

29

Piet . A. Sehartian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 276.

30

Piet. A. Sehartian, Prinsip dan Teknik…,h. 277.

31


(45)

mampu berprestasi. Misalnya kepala sekolah mengakui bahwa guru mampu dalam menunaikan tugas, mampu memberi sumbangan dalm kelompok kerja, pemimpin mengakui guru mampu berkembang dalam jabatan mereka.

6) Pengakuan dan Penghargaan

Salah satu penyebab orang mau bekerja ialah timbul hasrat untuk diakui oleh pemimpin, teman sejawat, orang tua, masyarakat, dengan adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain akan meningkatkan motivasi guru untuk lebih baik dalam melaksanakan tugas.

7) Ikut ambil bagian dalam pembentukan policy sekolah

Guru ingin mengambil bagian dalam menentukan policy sekolah. Keinginan untuk diikutsertakan merupakan penghargaan bahwa guru merasa keberadaannya diakui. Ikut ambil bagian dalam menyusun dan menentukan kebijakan sekolah mempunyai manfaat, guru merasa bahwa saran, gagasan bermanfaat bagi kemajuan sekolah, sehingga guru akan lebih berkreatifitas lebih baik.

C. KERANGKA BERFIKIR

Disadari atau tidak dalam kesehariannya manusia selalu melakukan komunikasi, baik komunikasi dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain, dengan kata lain, bahwa komunikasi sudah seperti halnya manusia membutuhkan oksigen untuk bernafas. Karena komunikasi adalah hal yang sudah biasa dilakukan, kebanyakan tidak menyadari bahwa kita telah melakukan kesalahan-kesalahan dalam berkomunikasi. Untuk itulah diperlukannya sebuah komunikasi yang mampu membangun kerja sama antara satu orang dengan orang lain, yakni dengan adanya efektivitas komunikasi sehingga antara individu satu dengan yang lainnya akan saling memahami, saling terbuka, saling toleransi, saling mengisi dan saling memberi. Dengan demikian potensi dari masing-masing individu akan semakin berkembang.


(46)

31

Dimana efektivitas komunikasi kepala sekolah adalah apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi dalam organisasi khususnya sekolah, proses komunikasi ini lebih kepada komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru yang melalui hukum komunikasi yang efektif meliputi: rasa hormat dan saling menghargai, empaty, pesan yang dmpaikan dapat diterima oleh penerima pesan, sifat keterbukaan, rendah hati. Agar pesan itu dapat diterima dengan baik, maka dalam berkomunikasi pun harus baik pula.

Motivasi kerja guru adalah kegiatan yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan yang meliputi: hidup layak dan rasa aman, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikut sertakan, perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan. Oleh sebab itu dengan adanya efektivitas komunikasi kepala sekolah diharapkan motivasi kerja guru pun akan baik pula, dan hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik sehingga mencapai tujuan pendidikan.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, dapat diajukan kerangka kesimpulan efektivitas komunikasi kepala sekolah mempunyai daya pengaruh terhadap perilaku anggotanya. Bila perilakunya positif maka motivasi kerjanya harus positif , hal ini terjadi pada semangatnya dalam mengajar.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan pada kerangka teori dan kerangka berfikir diatas mengenai hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai berikut:

“Terdapat hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru”

Bila hipotesis ini dijabarkan lebih lanjut, maka tingginya motivasi kerja guru disebabkan oleh efektivitas komunikasi kepala sekolah, untuk itu diajukan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) sebagai berikut:


(47)

dengan Peningkatan Motivasi Kerja Guru di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan

Ho. : Tidak terdapat hubungan antara Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah dengan Peningkatan Motivasi Kerja Guru.


(48)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penlitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ada pengaruh hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di sekolah MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2010.

Tempat penelitian yaitu di MA Darul Ma’arif yang berlokasi di Jl. RS Patmawati Cipete Jakarta Selatan.

C. Metode Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu hubungan efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, penelitian korelasi merupakan penelitian yang akan melihat hubungan antara variabel X dan variabel Y dan dimaksud untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan


(49)

Menurut Hadari Nawawi dalam buku Margono mengatakan bahwa "Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, peristiwa yang dimiliki karekteristik tertentu dalam suatu penelitian”1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru MA Darul Ma’arif yang berjumlah 20 orang.

“Sampel yang digunakan adalah sampel teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan anggota sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”2 hal ini disebabkan jumlah populasi relatif kecil yaitu 20 guru.

E. Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi, dalam buku Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa ”Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi”3.

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu efektivitas komunikasi kepala sekolah sebagai variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan motivasi kerja guru sebagai variabel terikat atau dependent variabel (Y).

F. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa tekhnik pengumpulan data, yaitu:

1.Wawancara

Wawancara adalah “Cara untuk mengumpulkan bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan Tanya jawab lisan secara sepihak, bertatap muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.”Wawancara ini penulis lakukan dengan kepala sekolah guna memperoleh informasi atau keterangan tentang hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.

1

Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet ke-6, h. 118.

2

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2004),Cet. Ke 6, h. 61.

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.ed. Revisi 6, h. 116.


(50)

35

2. Angket

Angket adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui., ”Angket atau koesioner ini, penulis susun dan sebarkan kepada semua guru MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan yang berjumlah 20 orang.

G. Instrumen Penelitian

1. Variabel Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah a) Definisi Operasional

Efektivitas komunikasi kepala sekolah merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari satu orang ke orang lain dalam ruang lingkup organisasi, sehingga menimbulkan efek pengaruh bagi perilakunya. sampainya informasi yang diberikan sehingga menimbulkan umpan balik (feeddack) terhadap penerimanya dalam ruang lingkup organisasi, khususnya sekolah. Proses komunikasi ini lebih kepada komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru.

Tabel. 1

Kisi – kisi Instrument Efektivitas Komunikasi Kepala Sekolah

NO Variabel Dimensi Indikator Item Valid Tidak valid 1. Variabel X

Komunikasi Efektif

ƒEfektivitas Komunikasi

ƒ Rasa hormat dan saling menghargai ƒ Empaty ƒ Pesan yang

disampaikan dapat

diterima oleh

2, 13, 16

6, 9, 15 1, 4, 3,

5, 11 13,16, 6,9,15, 4,5 2 1,3,11


(51)

pesan ƒ Sifat

keterbukaan ƒ Rendah hati

7, 8,19, 20 10,12,14

, 17

7,8,20

10,12,1 4,17,

19

Skala yang digunakan dalam variabel efektivitas komunikasi kepala sekolah yaitu dengan skala likert. Kuesioner pendapatan menyediakan empat alternatif jawaban yakni

1) Selalu 2) Sering

3) Kadang-kadang 4) Tidak pernah

Karena datanya yang diperoleh bersifat kuantitatif, untuk menganalisisnya jawaban kuesioner diberi skor 4,3,2,1 untuk pernyataan positif, sedangkan skor 1,2,3,3 untuk pernyataan yang bersifat negatif.

Tabel. 2 Skala Penilaian

No Alternatif Jawaban Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)

1 Selalu 4 1

2 Sering 3 2

3 Kadang-kadang 2 3


(52)

37

2. Variabel Motivasi kerja guru

Motivasi kerja guru adalah motivasi yang timbul dalam diri seorang guru dapat menggerakan semangat guru melakukakan aktivitas tertentu. Dorongan tersebut dapat memberikan semangat guru untuk selalu meningkatkan kemampuan kerjanya agar dapat mengatasi berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi.

Tabel. 3 Motivasi Kerja Guru

NO Variabel Variabel Indikator Item valid Tidak valid 2. Variabel Y

Motivasi Kerja Guru

ƒ Motivasi kerja guru

ƒ Hidup layak dan rasa aman. ƒ Kondisi kerja yang menyenangk an.

ƒ Rasa diikut sertakan. ƒ Perlakuan yang wajar dan jujur. ƒ Rasa mampu. ƒ Pengakuan dan penghargaan 11,12, 13 2,14, 15,16 5,9, 10,8 1,3,4,6, 7,18,20 17 19 11,13 2,1416, 5,9 1,6,7,1 8,20 19 12 15 10 3,4,8 17


(53)

yaitu dengan skala likert. Kuesioner pendapatan menyediakan empat alternatif jawaban yakni

1) Selalu 2) Sering

3) Kadang-kadang 4) Tidak pernah

Karena datanya yang diperoleh bersifat kuantitatif, untuk menganalisisnya jawaban kuesioner diberi skor 4,3,2,1 untuk pernyataan positif, sedangkan skor 1,2,3,4 untuk pernyataan yang bersifat negatif.

Tabel. 4 Skala Penilaian

No Alternatif Jawaban Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)

1 Selalu 4 1

2 Sering 3 2

3 Kadang-kadang 2 3


(54)

39

H. Analisis Uji Instrumen 1. Uji Validitas

“Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang ingin diukur”.4 Dalam penelitian ini, untuk mengukur validitas, digunakan rumus korelasi product moment.5 Adapun maksud mengukur validitas instrumen adalah untuk mengetahui apakah butir-butir pernyataan dalam instrumen yang digunakan pada penelitian ini valid atau tidaknya valid (drop).

Setiap butir perhitungan hasilnya akan dikonsultasikan dengan “r: tabel, dengan ketentuan jika ”r” hitung lebih besar dari ”r” tabel (rhitung >r tabel) maka

butir tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk menjaring data yang dibutuhkan.

2. Uji Realibilitas

“Realibilitas sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan seebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.6 Untuk menguji realibilitas instrument agar dapat dipercaya, maka digunakan rumus Alpha.

Langkah-langkah perhitungan realibilitas instrument kedua variabel adalah sebagai berikut:7

a. Membuat lembar kerja berdasarkan skor butir yang diperoleh b.Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus:

( )

N N x x b

− = 2 2 2 σ 4

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet.ke-9. h. 167.

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek...h. 170.

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 178.

7


(55)

( )

2 2 2 N N Y Y t

− =

σ

d.Menghitung realibilitas dengan rumus:

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =

t b k k r 2 2 11 1 1 σ σ Keterangan: 11

r : relialibilitas

K : banyaknya butir pertanyaan

b

σ2

: jumlah varians butir

t

σ2

: jumlah varians total

I. Tehnik Analisis Data

1. Tehnik analisa data digunakan penulis adalah mencari angka indeks korelasi

product moment antara variabel X dan variabel Y dengan rumus:

N∑XY– (∑X) (∑Y) rxy =

[N∑X2 – (∑X)2] [N∑Y2 - (∑Y)2] Keterangan :

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment N : Number of Cases

XY : Jumlah hasil perkalian antara sekor X dan sekor Y

X : Jumlah seluruh sekor X

Y : Jumlah seluruh sekor Y8

8


(56)

41

2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product moment

secara kasar (sederhana). Dalam memberikan interprestasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy). Pada umumnya digunakan pedoman atau ancar-ancar sebagai berikut:9

Tabel. 6

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Besarnya “r” Product Moment (rxy)

Interpretasi

0,00-0,20 Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara Variabel X dan Variabel Y)

0,20-0,40 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau

rendah.

0,40-0,70 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau

cukupan.

0,70-0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90-1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau

sangat tinggi.

9


(57)

Dengan kriteria pengujian : Jika rhitung (rxy) > rtabel maka, Ha diterima

(ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y). Jika rhitung (rxy) < rtabel maka Ho diterima (tidak ada

hubungan antara variabel X dengan variabel Y).

3. Uji Signifikansi

Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antar dua variabel yang diperoleh signifikan. Uji signifikansi korelasi menggunakan Rumus:10

2

1 2

r n r thitung

− − =

Keterangan :

t hitung = Skor signifikansi koefisien korelasi

r = Koefisien korelasi product moment

n = Banyaknya sampel

Selanjutnya harga thitung yang sudah diperoleh dikonsultasikan dengan

ttabel dengan derajat kebebasan (dk) n-2 pada taraf signifikan 5% maupun pada

taraf signifikansi 1%. Dengan demikian, jika harga thitung lebih kecil dari ttabel

maka, dapat di interpretasikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru. Sebaliknya, jika harga thitung lebih besar dari ttabel, maka dapat di interpretasikan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru.

10

S. Margono. Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004). Cet ke-4, h. 209.


(58)

43

Dengan kriteria pengujian : Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak, Ha diterima

(ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y).

Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak. Ho diterima

(tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y).

4. Uji koefisien determinasi

Menghitung koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus koefisien determinasi.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Latar Belakang Berdirinya MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan

Darul Ma’arif didirikan ketika Pencanangan Gong Pertama Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang diadakan setiap tanggal 1 Rabi’ual Awwal (1954) di kediaman KH. Dr. Idham Kholid di Jl.Mangunsarkoro Jakarta Pusat, beberapa orang ulama Nahdlatul Ulama (NU) diantaranya KH. Hasbiallah Klender, KH. Ishak Yahya Gandaria dan KH. Mohammad Naim Cipete serta al-Habib Ali Abdurrahman al-Habsyi Kwitang meminta kepada KH. Dr. Idham Kholid yang pada saat itu adalah seorang Menteri Pertahanan Ad. Interim untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang akan mencetak kader-kader ulama berkualitas di masa datang. Permintaan tersebut dijawab oleh KH. Dr. Idham Kholid dengan membeli sebidang tanah dari H.Naumar Cipete Jakarta Selatan pada tahun 1955, kemudian diwakafkan dan didirikanlah sebuah lembaga pendidikan yang berbentuk Pondok Pesantren Modern bernama Darul Ma’arif.

Lembaga tersebut mendapat dukungan penuh dari masyarakat khususnya para ulama Jakarta Selatan dengan bersama-sama membantu dan mengajar para santri seperti KH. Ishak Yahya, KH. Muhammad Naim, KH. Abdul Hamid Abdul Halim Ad-Dary, KH. Abdul Karim Abu Yazid dan dibantu oleh ulama-ulama Mesir seperti Syekh Hasan Bayyumi, Syekh Mus’ad Adib, Syekh Ahmad Sumbati, Syekh Abdul Kodir, Syekh Abdurra’uf dan para guru alumni


(60)

45

Darussalam Gontor seperti KH. Syukron Ma’mun, KH. Lambery Djiddy, KH. Abdul Muhith Fadil. KH. Abdullah Yazidi, KH. Antung Ghozali, KH. Darwisy Djambak, di bawah pimpinan KH. DR. Idham Chalid. Dengan mengedepankan pola pendidikan agama Darul Ma’arif pada saat itu telah turut menciptakan ulama-ulama Jakarta yang cukup kondang di belantika dakwah Islamiyah. Tidak terlalu berlebihan rasanya untuk diakui bahwa seorang KH. Zainuddin MZ-pun berangkat dari Darul Ma’arif.

Pada tahun 1959 Darul Ma’arif resmi menjadi sebuah yayasan sosial pendidikan yang mempunyai misi memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada msyarakat sekitar yang notabene etnis Betawi dan mereka yang mempunyai keinginan kuat untuk belajar ilmu agama namun tidak mengenyampingkan ilmu-ilmu umum. Hal ini dibuktikan dengan menyelenggarakan pendidikan SMP, STM dan SMEA (1965) disamping Tsanawiyah dan Aliyah.

Pada tahun 1968 Darul Ma’arif untuk pertama kalinya berhasil meluluskan siswanya mengikuti ujian negeri (extranei) sampai tahun 1978 dan pada tahun-tahun berikutnya ujian mandiri.

Adapun tujuan didirikannya yayasan DArul Ma’arif ini adalah: a. Menciptakan perbaikan dan pertumbuhan perguruan-perguruan.

b. Berusaha untuk menambah kemajuannya dan kecerdasan pelajar-pelajar dalam ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan agama dan masyarakat.

Di samping itu, usaha dari yayasan Darul Ma’arif ini adalah:

a. Mendidik para pelajar yang sedang duduk di bangku sekolah, agarsekembalinya kepada masyarakat dapat memberikan darma baktinya serta berguna untuk agama dan umat.

b. Mengadakan hubungan yang erat dengan masyarakat untuk memupuk perguruan-perguruan yang selalu mengharapkan bantuan moril dan meteril baggi yang menaruh perhatiannya padanya.

c. memberikan bimbingan pada alumni pelajar Islam tentang pendidikan, pengajaran, dan organisasi.


(1)

52


(2)

52

BAB V PENUTUP

Mengenai uraian atau perihal hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan yang telah dibahas pada bab-bab terdahulu, maka dalam bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh, deskripsi data dan pengolahan data statistik maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji hipotesis dalam penelitian ini bahwa peningkatan motivasi kerja guru disebabkan oleh adanya efektivitas komunikasi kepala sekolah, dan rendahnya motivasi kerja guru disebabkan oleh tidak adanya efektivitas komunikasi kepala sekolah, berdasarkan interprestasi data hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang rendah atau lemah antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru di MA Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.

2. Hasil perhitungan korelasi product moment antara variabel X dan variabel Y maka di dapat rxy 0,308 dan pada taraf signifikasi 5% diperoleh rtabel 0,444 sedangkan pada taraf signifikasi 1% diperoleh 0,561, dengan demikian pada taraf signifikasi 5% maupun 1% rhitung


(3)

53

lebih besar dari rtabel (0,308 < 0,444). Ho ditolak sedangkan Ha diterima ini berati terdapat hubungan yang kurang signifikan antara variabel X dengan variabelY.

3. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh angka sebesar 9, 40 % hal ini menunjukan bahwa peningkatan motivasi kerja guru dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi kepala sekolah.

B. Saran

1. Bagi kepala sekolah, hendaknya lebih meningkatkan komunikasinya terutama antarpersonal agar tidak terjadi timbulnya miscomunication antar sesama anggota lembaga sekolah. Kepala sekolah adalah pemimpin organisasi yang ditugaskan sebagai motor penggerak seluruh kegiatan yang dilaksanakan disekolah, baik terhadap kegiatan administrasi maupun supervisi, untuk kelancaran, kemudahan dan kenyamanan dalam bekerja, maka diperlukan adanya komunikasi yang baik, karena pada dasarnya seseorang akan merasa lebih nyaman untuk bekerja jika memiliki hubungan yang harmonis antara rekan maupun atasannya. Dengan faktor tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu motivasi tersendiri bagi guru untuk bekerja agar lebih semangat lagi 2. Untuk para guru dan staf sekolah , hendaknya agar lebih semangat lagi

dalam bekerja sebagai bentuk tanggungjawab terhadap profesi yang disandangnya demi tercapainya tujuan sebuah lembaga, yakni meningkatkan kualitas serta membangun image yang lebih baik.

3. Bagi peneliti lain disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang aspek lain dari hubungan antara efektivitas komunikasi kepala sekolah dengan peningkatan motivasi kerja guru yang lebih luas baik dalam bentuk, ukuran, jenis, sampel ataupun populasi yang berbeda.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

.

Antembun, N. A., Evaluasi Mengajar Kriteria dan Tekhnik-tekhnik, Bandung: Suru Bandung 2000.

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.

_________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2006.

Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Effendi, Onong, Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung:CV. Remadja Karya, 1986

Effendy, Onong ,Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,2004.

G. Robbin, James dan S. Jones, Barbara, Komunikasi yang Efektif, Jakarta: Pedoman Jaya 1986.

Handari Nawawai, H., Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang Kompetetif, Yogyakarta: Gajah Mada Mada University Press, 2000. Mankunegara, Anwar, Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.

__________________, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Margono, S., Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. _________________, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,

2009.

_________________, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.

Nawawi, Hadari, H., Administrasi Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung, 1989. _________________, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung, 1987.


(6)

_________________, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang Kompetetif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002.

Nawawi, Hadari, H., Hadari, Martini, H. M., Kepemimpinan yang Efektif, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.

Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004. Sehartian, Piet, A., Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha

Nasional, 1982

Shadily, Hassan. Ensiklopedi, Jakarta:Ichtar Baru-Van Hoeve.

Siagian, Sondang P., Teori Dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta 2003.

Sobri, Alisuf, H. M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Sudarsono, Saliman, S.H., Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, Jakarta: PT

Rineka Cipta. 1994.

Sudjiono, Anas., Pengantar Statistik Pendidikan , Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 206.

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2004. Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003.

Westra, Pariata, Ed., Ensiklopedi Admonistrasi, Jakarta:CV. Haji Masagung, 1989.

Winardi, J., Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Wursanto, Ig., Etika Komunikasi Kantor, Yogyakarta: PT. Kanisus 1992.  


Dokumen yang terkait

Hubungan Intensitas pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMPN 106 Jakarta

0 4 81

Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA hasanuddin lagoa Jakarta Utara

1 5 86

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA, DAN BUDAYA SEKOLAH DENGAN EFEKTIVITAS KERJA GURU DI SD NEGERI KECAMATAN PADANG TUALANG.

0 11 40

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI KECAMATAN JUWANGI Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Tahun 2011.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI KECAMATAN JUWANGI Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Tahun 2011.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN Hubungan Antara Motivasi Kerja Dengan Profesionalisme Guru.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PROFESIONALISME GURU Hubungan Antara Motivasi Kerja Dengan Profesionalisme Guru.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL, MOTIVASI KERJA DAN HARAPAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI DI KOTA JAYAPURA SELATAN.

0 1 63

Hubungan antara kualitas kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru di SMA Negeri Surakarta bab I

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN PRESTASI KERJA GURU DI SMK PGRI 1 SENTOLO KULONPROGO.

0 0 177