Variabel Independen Variabel dan Definisi Operasional Variabel

a. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. b. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari: 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation factor VIF. Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Setelah dilakukan uji asumsi klasik maka tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda. Menurut Sanusi 2011 : 134 regresi berganda menyatakan hubungan kausalitas antara dua variabel atau lebih dan memperkirakan nilai variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas. Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e Di mana: Y = Sustainability Report X 1 = Dewan Komisaris X 2 = Dewan Direksi X 3 = Komite Audit a = Konstanta b 1 b 2 b 3 = koefisien regresi e = Variabel Pengganggu

3. Koefisien Determinasi R

2 Menurut Sanusi 2011 koefisien determinasi R 2 sering pula disebut dengan koefisien determinasi majmuk. Koefisien determinasi R 2 ini menjelaskan proporsi variasi dalam variabel terikat Y yang dijelaskan oleh variabel bebas lebih dari satu variabel secara bersama-sama. Persamaan regresi linear berganda semakin baik apabila nilai koefisien determinasi R 2 semakin besar mendekati 1 dan cenderung meningkat nilainya sejalan dengan peningkatan jumlah variabel bebas. 4. Uji Hipotesis a. Uji Signifikansi Seluruh Koefisien Regresi secara Simultan Uji-F Menurut Sanusi 2011 uji ini sering disebut dengan uji model. Uji F yang signifikan menunjukkan bahwa variasi variabel terikat dijelaskan sekian persen oleh variabel bebas sacara bersama-sama adalah benar-benar nyata dan bukan terjadi karena kebetulan. Dengan kata lain, berapa persen variabel terikat dijelaskan oleh seluruh variabel bebas secara serempak, dijawab oleh koefisien determinasi R 2 , sedangkan signifikan atau tidak yang sekian persen itu dijawab oleh uji F. Berdasarkan asumsi ini, nilai koefisien determinasi R 2 dan uji F menentukan baik tidaknya model yang digunakan. Makin tinggi nilai koefisien determinasi R 2 dan signifikan maka semakin baik model itu.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sustainability Report: Studi Empiris Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 16 114

PERAN CORPORATE GOVERNANCE DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010 2011

0 17 191

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PUBLIKASI SUSTAINABILITY REPORT

0 24 121

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA FINANCIAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

1 8 144

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGARUH PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN.

0 2 15

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013.

0 3 17

PENGARUH CARBON ACCOUNTING DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT PADA PERUSAHAAN PROPER DI INDONESIA

0 0 8

Implikasi Karakteristik Perusahaan dan Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report

1 3 13

Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Reporting

0 0 14

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016)

0 0 16