Rukun dan Syarat Rahn

E. Rukun dan Syarat Rahn

Di antara rukun dan syarat gadai adalah sebagai berikut: 1. Rahin a. Harus baligh dan berakal sehat, karena itu tidak sah rungguhan anak kecil, orang gila, dan lain-lain. Adapaun wali dibolehkan menggadai harta untuk kepentingan atau kemaslahatan orang-orang yang berada dibawah perwalianya. b. Harus layak untuk melakukan transaksi pemilikan. Setiap orang yang sah melakukan jual beli, ia juga sah untuk melakukan gadai seperti juga jual beli yang merupakan pengelolaan harta. Rahin juga hendaknya ahli tasharruf berhak membelanjakan harta. c. Harus kehendak sendiri tanpa paksaan orang lain. 2. Sighat Akad 1. Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga suatu waktu dimasa depan. 2. Mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberian hutang seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat dengan syarat tertentu atau dengan suatu waktu tertentu atau dengan waktu di masa depan. 3. Marhun Bih Hutang 1. Harus merupakan hak yang wajib diberikan atau diserhakan pemiliknya. 2. Memungkinkan pemanfaatanya. Bila sesuatu yang menjadi hutang itu tidak bisa dimanfaatkan, maka tidak sah. 3. Harus dikuantifikasikan atau dapat dihitung jumlahnya. Bila tidak dapat diukur atau tidak dapat dikuantifikasi, rahn ini tidak sah. 4. Marhun Barang Para ulama sepakat, syarat yang berlaku pada barang yang bisa diperjual- belikan. Syarat-syarat barang rahn antara lain: 1. Harus bisa diperjual-belikan. 2. Harus berupa barang yang bernilai. 3. Marhun, harus bisa dimanfaatkan secara syariah tidak berbentuk barang yang diharamkan. 4. Harus diketahui keadaan fisiknya. 5. Harus dimiliki oleh rahin. 36 Mengenai syarat sah gadai dijelaskan oleh Ibnu Rusyd dalam bukunya Bidayatul Mujtahid. Menurutnya syarat sah gadai ada dua macam, yakni pertama, syarat sah yang disepakati pada garis besarnya para ulama, dan kedua, syarat yang keperluaya masih diperselisihkan. Mengenai syarat yang disepakati pada garis besarnya, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa syarat itu ialah penguasaan atas barang. 37 Hal tersebut berdasarkan firman Allah SWT: EEE 1 3ﻡ 4 5 EEE F 3 G G Artinya: ‘’.......maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh orang yang berpiutang. “Q.S. Al-Baqarah 2 : 283 3 D 5 ; C , + : 3 4 4 3 6 . 99, Sedangkan syarat yang diperselisihkan oleh para ulama, berikut ini pendapat mereka beserta dalilnya: 1. Fuqaha Zahiri Mereka berpendapat bahwa di antara syarat gadai ialah gadai yang telah gadai tersebut dilaksanakan dalam keadaan tidak didapatkan penulis. Mereka berpendapat bahwa gadai itu dibolehkan kecuali dalam keadaan tidak didapatkan penulis. Dalinya adalah firman Allah SWT: EEE 1 0ﺕ ﺕ 54 3ﻡ EEE F 3 G G Artinya: “.......sedang kamu tidak mendapati seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh orang yang berpiutang...” Q.S. Al-Baqoroh 2 :283 2. Imam Malik Ia berpendapat bahwa syarat sah gadai adalah kelangsungan penguasaan barang, artinya penerima gadai berhak menguasai barang gadai selama rahin belum melunasi hutangnya. Jika barang gadai kembali beralih kepada kekuasaan orang yang menggadaikan dengan jalan peminjaman ariyah, penitipan atau lainya, maka akad gadai tersebut tidak mengikat lagi, sedangkan imam Syafii berpendapat bahwa kelangsungan penguasaan tidak menjadi syarat sahnya gadai. 38

BAB III GAMBARAN UMUM BPRS PNM AL-MA’SOEM