1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu pelaku usaha yang memiliki eksistensi penting namun kadang d
ianggap “terlupakan” dalam percaturan kebijakan di negeri ini adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM.Padahal jika kita mengenal lebih jauh dan
dalam, peran UMKM bukanlah sekedar pendukung dalam kontribusi ekonomi nasional.UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan
strategis, yaitu sebagai mesin penyerap tenaga kerja terbesar dan juga berperan penting dalam ekspor.
1
Meski proporsi UMKM mendominasi struktur perekonomian nasional serta memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perekonomian
nasional, tetapi kesempatan atau akses mereka terhadap sumber pembiayaan yang berasal dari institusi perbankan dan keuangan formal masih sangat
terbatas.Mereka dianggap sebagai kelompok yang tidak bankable sehingga tidak layak menerima kucuran kredit. Perkreditan perbankan yang selama ini harus
dihadapi UMKM yaitu:
2
1. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan, baik dalam hal jumlah
maupun waktu.
1
Marzuki Alie, “Urgensi Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro Bagi Penguatan Usaha Menengah, Kecil dan Mikro,” makalah disampaikan pada Kongres Nasional BMT dan RAT
ke-9 Inkopsyah BMT, diselenggarakan di Surabaya, 12 Maret 2013, slide ke-5.
2
Ibid., slide ke-7.
2
2. Kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan kelayakan usaha.
3. Persoalan pembiayaan UMKM yang berlaku di Bank Konvensional selama ini adalah relatif tingginya tingkat suku bunga yang dibebankan.
4. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya, sehingga
meskipun dimasa lalu pemerintah telah memberikan berbagai skim kredit bagi UMKM, tetap saja skim-skim tersebut tidak terjangkau.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi bagi UMKM agar dapat menjangkau sumber pembiayaan.Lembaga keuangan yang dapat langsung
menjawab kebutuhan masyarakat diperankan oleh Lembaga Keuangan Mikro LKM.Walaupun masih mencari bentuk dan belum terjamah pembinaan dan
penataan secara memadai, keberadaan LKM sering dipandang sebagai solusi akibat ketidakberhasilan sistem perbankan dalam menutup kesenjangan sektor
bankable dan non-bankable. Lembaga Keuangan Mikro yang akhir-akhir ini tumbuh pesat adalah
lembaga keuangan syari ’ah yang penyelenggaraannya sesuai dengan prinsip-
prinsip syari ’at islam. LKM Syari’ah menjadi sebuah alternatif dari solusi
pembiayaan UMKM. Keunggulan yang terdapat pada LKM Syari ’ah antara lain:
3
1. Keberpihakan kepada sektor riil terutama usaha menengah kebawah. 2. Tidak mengharapkan bunga SBI sebagaimana bank-bank konvensional
lainnya.
3
Ali Said, “Kendala dan Tantangan Pengusaha UMKM dalam Mengakses Pembiayaan” http:www.ekonomisyariah.orgdownloadartikelMateri20Microfinance20syariah20Ali20
Said20220new.pdf, di akses pada tanggal 6 Juni 2013.
3
3. Ikut mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat dengan mengangkat taraf ekonomi rakyat ke arah yang lebih baik.
4. Pendekatan feasible dan bukan bankable dapat diterapkan melalui lembaga ini.
5. LKMSyari ’ah yang tersebar di berbagai wilayah yang sangat potensial bagi
penguatan UMKM. Salah satu LKM Syari
’ah yang sedang berkembang pada saat ini adalah BMT Baitul Maal wat Tamwil.BMT sebagai lembaga keuangan perlu
mengkomunikasikan setiap produk yang mereka tawarkan yaitu dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Pemasaran adalah proses manajerial
dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai.
4
Secara umum, pemasaran lembaga keuangan adalah suatu proses untuk menciptakan dan
mempertukarkan produk atau jasa lembaga keuangan yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah. Untuk dapat mengetahui bagaimana
sumber pembiayaan BMT tersebut dapat dikenal dan diminati oleh nasabah agar menggunakan produk pembiayaan BMT yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan nasabah, maka diperlukan strategi bauran pemasaran. Philip Kotler mendefinisikan marketing mix sebagai perangkat variabel-
variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya dalam pasar sasaran.
5
Dalam hal ini, bagaimanastrategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh BMT dalam
4
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999, h. 4.
5
Philip Kotler, Dasar-Dasar Manajemen, Alih Bahasa: Wilhemus W. Bakowatun, Jakarta: FEUI, 1987, cet. ke-8, h. 23.
4
menyampaikan maksud dari strategi pemasaran mereka untuk dapat diterima dan dimengerti oleh nasabah.
Variabel dari bauran pemasaran diantaranya: Variabel Produk
Suatu perusahaan seringkali menjual atau memasarkan tidak hanya satu macam produk saja akan tetapi banyak macamnya. Begitu pula dengan
LKM Syari ’ah, mereka memiliki berbagai macam produk pembiayaan yang
ditawarkan kepada
masyarakat, diantaranya
produk pembiayaan
murabahah, ijarah, mudharabah dan musyarakah. Variabel Harga
Dalam praktik perbankan syari ’ah, variabel harga dapat dilihat dari
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam pengajuan pembiayaan, jumlah pembayaran angsuran maupun margin keuntungan atau
bagi hasil yang harus dibayarkan, potongan bagi hasilmargin keuntungan untuk nasabah yang melunasi sebelum jatuh tempo maupun denda
keterlambatan pembayaran angsuran. Variabel Promosi
Promosi adalah alat-alat yang dapat dipergunakan untuk mempromosikan suatu produk, diantaranya iklan atau advertensi, promosi
penjualan, publisitas dan personal selling. Variabel Tempat
Setelah produk yang dipasarkan didesain dengan bagus, disertai dengan harga yang menarik dan didukung oleh promosi yang menggebu,
5
maka perlu diimbangi dengan penyediaan tempatsaluran distribusi agar produk tersebut mudah diperoleh oleh konsumen.
Dengan diterapkannya strategi Bauran Pemasaran oleh LKM Syari ’ah
tersebut seharusnya bisa menguntungkan nasabah, terutama UMKM yang membutuhkan sumber pembiayaan karena syarat-syarat dan prosedur pengajuan
pembiayaan di LKM Syari ’ah lebih mudah jika dibandingkan dengan perbankan
pada umumnya. LKM Syari ’ah itu sendiri tentu memahami situasi dan kondisi di
sekitar mereka dimana banyak sekali pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang berada di tempat tersebut, sehingga UMKM dengan mudah menjangkau
sumber pembiayaan dan memperoleh informasi-informasi penting mengenai LKM Syari
’ah tersebut. Namun ada juga nasabah yang memilih untuk menggunakan produk dan
jasa tanpa mempertimbangkan bauran pemasaran yang diterapkan oleh LKM Syari
’ah. Ada faktor lain yang mempengaruhi mereka dalam memilih produk di LKM Syari
’ah tersebut seperti kepuasan pribadi karena telah menggunakan produk syari
’ah, berharap mendapatkan pahala karena telah menggunakan prinsip syari
’ah, ada kerabat yang bekerja di LKM Syari’ah terkait sehingga nasabah memilih untuk menggunakan produk di LKM Syari
’ah tersebut dan masih banyak lagi faktor-faktor lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis nasabah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yaitu nasabah yang
mempertimbangkan bauran pemasaran LKM Syari ’ah dan yang tidak. Penelitian
ini bermaksud untuk meneliti apakah bauran pemasaran yang diterapkan oleh
6
LKM Syari ’ah berpengaruh terhadap aksesibilitas UMKM dalam menjangkau
sumber pembiayaan.Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP
AKSESIBILITAS UMKM
DALAM MENJANGKAU
SUMBER PEMBIAYAAN LKMSYARI
’AH STUDI KASUS PADA BMT MASJID AL- AZHAR PASAR MINGGU
”.
B. Identifikasi Masalah