Buyback artinya ada opsi yang dibeli kembali oleh emiten yang mengeluarkan saham tersebut. Opsi ini menjadi suatu tawaran yang menarik dan
menjanjikan di masa depan. Strategi buyback ini sering digunakan oleh emiten untuk meningkatkan harga.
G. Penelitian Terdahulu
Andrian Lorand Manurung 2008 melakukan penelitian dengan judul “Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk” menyimpulkan
bahwa : 1.
Hasil harga saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang divaluasi dengan Dividend Discounted Model DDM pertumbuhan supernormal periode
2002 – 2003 dinilai wajar, sedangkan periode 2004 – 2006 dinilai tidak wajar dan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang divaluasi dengan PE Ratio
periode 2002 – 2006 dinilai wajar. 2.
Harga wajar saham PT Telekomunikasi, Tbk yang dihitung dengan DDM pertumbuhan supernormal dan PE Ratio tidak memiliki beda yang signifikan
terhadap harga pasar saham.
Erawan 2002 melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Harga Saham Pada Sektor Industri Rokok Yang Go Public Selama
Tahun 1995-1999 Dengan Menggunakan Analisa Fundamental Price Eaning Ratio PER” menemukan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
1. Berdasarkan harga wajar saham PT.BAT Indonesia,Tbk maka dapat
disimpulkan bahwa nilai pasar untuk saham BAT Indonesia selama bulan Januari hingga April 2000 lebih tinggi overvalued dibandingkan dengan nilai intrinsik
dari saham tersebut. Sedangkan untuk periode Mei hingga Juli 2000, saham BAT Indonesia jika dilihat memiliki harga pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya
undervalued. Pada bulan Agustus 2000 harga pasar saham BAT Indonesia mengalami kesamaan nilai correctly valued dengan nilai intrinsik saham
tersebut. 2.
Penilaian Harga Saham PT Gudang Garam dan PT HM Sampoerna dapat disimpulkan bahwa saham-saham perusahaan tersebut selama periode Januari
hingga Agustus 2000 memiliki nilai pasar yang lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai intrinsik saham PT.Gudang Garam dan PT.HM Sampoerna.
3. Saham untuk PT Gudang Garam dan PT.HM sampoerna layak untuk
dijadikan investasi karena bila nilai intrinsik saham tersebut lebih besar dari harga pasarnya maka investasi akan menghasilkan keuntungan bagi investor. Sedangkan
saham PT.BAT Indonesia tidak layak untuk dijadikan investasi karena harga saham yang tidak stabil dan harga saham yang selalu tinggi.
I Putu Darma Putra 2009 mengadakan penelitian dengan judul “ Analisis Valuasi Saham pada PT Indofood Sukses Makmur
Tbk, PT Gudang Garam Tbk, dan PT Unilever Tbk” dengan kesimpulan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
1. Dari perhitungan yang telah dilakukan maka estimasi nilai intrinsik
saham ketiga perusahaan tersebut periode 30 Juni 2009 adalah sebagai berikut. Saham INDF Jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh
sebesar Rp 258,45 dengan pendekatan Relative Valuation diperoleh sebesar Rp 2.032,61 dan dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar
Rp 214,60. Sedangkan untuk saham GGRM Jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh sebesar Rp 1.980,17 dengan pendekatan Relative
Valuation diperoleh sebesar Rp 27.423,61 dan dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar Rp 2.280,63. Dan yang terakhir untuk saham
UNVR Jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh sebesar Rp 8.157,79 dengan pendekatan Relative Valuation diperoleh sebesar Rp 446,96
dan dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar Rp 2.873,06.
2. Saham INDF dan GGRM berada dalam kondisi Overvalued jika dihitung
dengan pendekatan Discounted Cash Flow dan Capital Asset Pricing Model. Namun jika dihitung dengan menggunakan pendekatan Relative Valuation saham
INDF dan GGRM berada dalam kondisi Undervalued. Sedangkan untuk saham UNVR jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow, Relative
Valuation, dan Capital Asset Pricing Model berada dalam kondisi Overvalued.
Triyanti Fabrina Simamora 2009 mengadakan penelitian dengan judul “Penilaian Kewajaran Harga Saham Dengan Pendekatan
Universitas Sumatera Utara
Analisis Fundamental Pada Sektor Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia BEI” dengan menyimpulkan bahwa :
1. Harga saham Indosat,Tbk yang divaluasi dengan DDM pertumbuhan
supernormal periode 2003 sampai 2007 dinilai tidak wajar demikian juga halnya dengan PBV rasio menunjukkan bahwa harga saham Indosat,Tbk tahun 2003-
2007 tidak wajar. 2.
Harga saham PT Telekomunikasi yang divaluasi dengan DDM pertumbuhan supernormal periode 2003 dinilai wajar sedangkan periode 2004-
2007 dinilai tidak wajar dan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang divaluasi dengan PBV periode 2003-2007 dinilai tidak wajar.
3. Harga wajar saham Indosat,Tbk yang dihitung dengan DDM
pertumbuhan supernormal memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham.
4. Harga wajar saham Indosat,Tbk berdasarkan PBV memiliki beda yang
signifikan terhadap harga pasar saham. 5.
Harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang dihitung dengan DDM pertumbuhan supernormal tidak memiliki beda yang signifikan
terhadap harga pasar saham. 6.
Harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk berdasarkan PBV memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yakni :
A. Ruang Lingkup Penelitian