lebih mendalam mengenai makna dari suatu kata yang makna katanya berdekatan atau memiliki kemiripan arti Chaer, 2002:11,12.
2.2.2 Definisi Sinonim
Dalam setiap bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara
sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya Chaer, 2002:82. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal
kesamaan makna sinonim, ketercakupan makna hiponim, kelainan makna homonim, kelebihan makna redundansi.
Secara etimologi, kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘makna’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Secara semantik
Verhaar 1978 mendefinisikan sebagai ungkapan berupa kata, frase, atau kalimat yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain Chaer, 2002:
82. Umpamanya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim, bunga, kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim, mati, wafat,
meninggal, dan mampus adalah empat buah kata yang bersinonim. Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama mirip dengan
satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi makna yang termasuk ke dalam sinonim. Sinonim
atau sinonimi adalah hubungan semantik, yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ajuran lainnya Chaer, 1994 : 299.
Akan tetapi, meskipun bersinonim, maknanya tidak akan persis sama. Hal ini dikarenakan tidak ada sinonim yang maknanya tidak akan persis sama.
Universitas Sumatera Utara
Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang bidang
kegiatan, dan faktor nuansa makna. Dalam bahasa Jepang, 「類義語 ‘ruigigo’」merupakan salah satu objek
kajian semantik. Sinonim merupakan beberapa kata yang maknanya hampir sama. Hal ini juga banyak ditemukan dalam bahasa Jepang, sehingga menjadi salah satu
penyebab kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang Sutedi, 2003 : 129. Dalam buku Sutedi, Momiyama 1998 memberikan beberapa pemikiran tentang
cara mengidentifikasikan suatu sinonim, seperti berikut. a.
Chokkanteki intuitif bahasa bagi para penutur asli dengan berdasarkan pada pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka
secara langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak. b.
Beberapa kata jika diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan menjadi satu kata, misalnya kata oriru, kudaru, sagaru, dan furu dalam bahasa Indonesia
bias dipadankan dengan kata turun. c.
Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna yang kecil. Misalnya, pada frase 「階段を上がる ‘kaidan o
agaru’」dan 「階段を上る ‘kaidan o noboru’」 sama-sama berarti menaiki tangga.
d. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bias digunakan secara
bersamaan sekaligus. Misalnya, kata 「 光 る ‘hikaru’ 」 dan 「 輝 く ’kagayaku’ 」 kedua-duanya berarti bersinar, bisa digunakan secara
Universitas Sumatera Utara
bersamaan seperti pada 「星が光り輝いている ‘hoshi ga hikari kagayaite iru’」bintang bersinar cemerlang.
Cara yang pertama bagi orang asing masih sangat sulit, karena adanya keterbatasan kemampuan berbahasa Jepang. Kecuali mereka yang sudah lama
menetap di negara pemakai bahasa tersebut dan kemampuannya sudah sejajar dengan penutur asli. Cara yang paling mudah dilakukan orang asing, yaitu cara
yang kedua, kendatinyapun akan melahirkan suatu pandangan yang berbeda. Misalnya ada dua kata yang bagi penutur asli mungkin saja tidak dirasakan
sebagai suatu sinonim, tetapi bagi orang asing ketika dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi satu kata, yaitu kata memakai.
Bagaimanapun juga verba-verba tersebut bisa dianggap sebagai verba yang bersinonim. Sinonim dalam bahasa Jepang bisa ditemukan tidak hanya pada
verba, tetapi pada nomina, adjketiva, bahkan ungkapan dan partikel pun bisa terjadi. Oleh karena itu, penganalisaan terhadap perbedaan dan persamaan makna
suatu sinonim perlu dilakukan, dan hal ini juga merupakan objek kajian semantik.
2.2.3 Pilihan Kata