Makna Ekaristi Dalam Hidup Orang Beriman

13 tidak henti-hentinya akan ada di negeri itu. Itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, untuk menerima saudara- saudaramu yang tertindas dan miskin” Ul 15:11. Yesus sendiri menegaskan kata- kata ini “orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu” Yoh 12 : 8. Melayani orang miskin dan orang sakit kita melayani Tuhan Yesus, karena dalam diri mereka kita melayani Yesus. Maka menerima Komuni dalam Perayaan Ekaristi menuntun kita untuk peduli pada sesama yang miskin.

B. Makna Ekaristi Dalam Hidup Orang Beriman

Ekaristi merupakan sakramen paling utama dalam Gereja kita, karena dalam Ekaristi kita merayakan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dalam mengikuti perayaan Ekaristi umat perlu mengetahui tata perayaan yang ada. Dengan mengenal tata Perayaan Ekaristi dapat menumbuhkan penghayatan iman umat dan keterlibat aktif dalam Ekaristi. Oleh karena itu pada bagian ini akan dijelaskan mengenai, pengertian penghayatan Ekaristi dan mengenal tata perayaan yang ada dalam Ekaristi yakni dari Pembuka sampai Penutup.

1. Pengertian Ekaristi

Istilah “Ekaristi” berasal dari bahasa Yunani “Eucharistia” yang berarti Pujian Syukur. Sedangkan Ekaristi berasal dari kata “eucharistia” yang berarti Pujian Martasudjita, 2009: 26. Ekaristi mau mengungkapkan pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus. Dengan pujian syukur, Gereja mengenang kembali Misteri Penebusan Yesus di kayu salib Matasudjita, 2005: 29. Ekaristi dapat diartikan sebagai ungkapan Syukur atas karya penyelamatan Allah yang terjadi melalui perantaraan Yesus Kristus, maka 14 dari itu dalam perayaan Ekaristi harus menekankan segi isi dari apa yang hendak dirayakan, yaitu pujian dan syukur atas karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus dalam diri kita. Segala ungkapan syukur selalu kita tujukan kepada Allah karena pada dasarnya Dia sendirilah yang telah mengutus Putra-Nya untuk datang kedunia demi menyelamatkan kita.

2. Ekaristi sebagai santapan kehidupan

Dalam kehidupan ini yang paling dibutuhkan manusia adalah untuk dapat bertahan hidup adalah makanan. Makanan merupakan kebutuhan paling dasar dari umat manusia, namun dilain pihak dapat menjadi pemersatu atau pemecah suatu komunitas masyarakat. Makanan memiliki makna dan peranan dalam kehidupan umat manusia pada umumnya yakni makanan dan minuman Martasudjita, 2003 :263-265. Roti yang menjadi unsur pokok bagi kehidupan manusia dijadikan simbol yang menjamin kehidupan ilahi. Dalam kisah Manna di padang gurun yang melambangkan “Roti yang turun dari surga dan memberi hidup yang sejati kepada manusia” Kel 16:14-36; Yoh 6:33. Roti tak beragi dikisahkan dalam peristiwa perjamuan Paskah Kel 23:15 merupakan simbol dalam Ekaristi. Roti dijadikan sebagai lambang utama yang dipakai untuk menyakinkan para pendengar mengenai ajaran Yesus Kristus bahwa, Ia sendiri adalah makanan yang utama bagi manusia dalam perjalanan-Nya untuk menuju tanah air surgawi “Akulah roti hidup yang telah turun dari Surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-Nya dan roti yang Aku berikan itu ialah Daging-Ku, yang akan Aku be rikan untuk hidup dunia” Yoh 6:51. Arti pentingnya Ekaristi, seperti pentingnya makan dalam kehidupan manusia. Anak-anak lebih dapat mengerti melalui berbagai gambaran betapa 15 orang bersusah payah untuk mencari makan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Gambaran yang paling dekat adalah orang tua yang bersusah payah untuk dapat memberi makan keluarganya. Dapat juga mengenal orang yang sungguh miskin bahkan cacat juga masih tetap berusaha tidak menyerah pada panas matahari untuk selalu mencari makan demi kelangsungan hidupnya.

3. Makan bersama untuk membentuk persekutuan

Ekaristi sebagai peringatan akan wafat dan kebangkitan Yesus membentuk Gereja sebagai persekutuan, karena semua makan dan minum dari santapan yang satu dan sama, berarti menyatukan diri dengan satu karya keselamatan yang sama yang dilaksanakan Yesus dalam misteri Paskah. Dalam pengalaman banyak orang, hidup bersama dengan orang-orang yang dikasihi dan dicintai merupakan kebahagiaan dan kerinduan yang didambakan oleh setiap orang. Demikian halnya hidup bersama dengan Allah dan sesama merupakan kerinduan seluruh umat manusia. Didalam perayaan Ekaristi kebersamaan dengan Allah dan sesama terwujud dalam diri Yesus. Yesus hadir bagi dunia melalui Gereja. Gereja secara khusus menghadirkan Yesus Kristus dan karya keselamatan dalam Ekaristi Kudus. Seluruh misteri kehidupan bersama dengan Kristus dan manusia mengalami kepenuhannya dalam diri Kristus dirayakan dan dihadirkan bagi umat beriman di dalam perayaan Ekaristi. Maka perayaan Ekaristi dapat dipandang sumber dan puncak seluruh kehidupan umat Kristiani LG, art. 11 “Dalam perayaan Ekaristi, semua kegiatan yang lain memperoleh sumber rahmat dan kekuatannya dan sekaligus terarah dan mengalir kepada- Nya”. Martasudjita, 2003 : 26. 16 Dalam perayaan Ekaristi kebersamaan dengan Allah dan sesama dialami oleh setiap umat. Dalam acara makan bersama yang mempersatukan dan bahkan menjadi puncak pertemuan seluruh anggota keluarga dan komunitas.

4. Tuhan sebagai tuan perjamuan sekaligus santapan Gereja

Perayaan Ekaristi secara khusus dipercayakan oleh Yesus Kristus kepada Gereja. Di dalam kristus, Gereja mendapat cara dan jalan untuk masuk kedalam misteri penyelamatan Allah dengan Ekaristi. Sebab melalui Liturgi, terutama dalam kurban Ilahi Ekaristi, terlaksanalah karya penebusan kita” SC. art. 2 Pada perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, penyelamat kita mengadakan korban Ekaristi Tubuh dan DarahNya. Dengan demikian Ia mengabadikan korban salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja Mempelai-Nya yang terkasih kenangan wafat dan kebangkitan-Nya : Sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan paskah. Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikaruniai jaminan kemuliaan yang akan datang. SC, art. 47. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa, Ekaristi sebagai lambang kesatuan yang menunjuk pada maksud dari penganugerahan Ekaristi oleh Kristus, yakni agar Gereja memiliki kebersamaan dan kesatuan dengan Allah melalui Dia dalam Roh Kudus dan dengan warga Gereja sendiri. Dengan merayakan Ekaristi sebagai sakramen keselamatan Allah SC, art 5, LG, art. 48, GS, art. 42, Gereja menghadirkan Kristus. Hal ini juga diungkapkan dalam SC, art.2 “Sebab melalui liturgila h, terutama dalam kurban Ilahi Ekaristi, terlaksana karya penebusan kita”. Ekaristi adalah suatu perayaan perjamuan yang sifatnya persaudaraan, yang menjadi jawaban iman, tanggapan manusia atas Allah yang terlebih dahulu menawarkan keselamatan atas kehidupan manusia. 17 Upacara-upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan Gereja sebagai sakramen kesatuan, yakni umat Kudus yang berhimpun dan diatus dibawah para Uskup. Maka upacara-upacara itu menyangkut seluruh tubuh Gereja dan menampakkan serta mempengaruhinya, sedangkan masing-masing anggota disentuhnya secara berlainan, menurut keaneka tingkatan, tugas, serta keikutsertaan aktual mereka SC, art. 26 Artikel ini mengungkapkan bahwa Ekaristi adalah perayaan seluruh Gereja bukan suatu perayaan pribadi. Berapapun jumlah peserta yang hadir dalam sebuah perayaan Ekaristi tetap merupakan perayaan Ekaristi yang sah, apabila telah dirayakan sesuai dengan kehendak Gereja, maka Ekaristi merupakan perayaan seluruh Gereja. Melalui perayaan Ekaristi ini, umat diajak untuk menyadari bahwa dirinya adalah anggota Gereja. Demikian juga kesadaran ini diharapkan dimiliki anak-anak, sehingga dapat menyadari bahwa perayaan Ekaristi merupakan perayaan seluruh Gereja dan dirinya merupakan bagian dari Gereja tersebut, maka kehadirannya sangat dirindukan oleh Gereja. Dengan demikian kerinduan untuk selalu hadir dalam perayaan Ekaristi akan tumbuh dengan sendirinya dalam diri anak.

5. Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja

Ekaristi dalam Gereja merupakan sumber dan puncak kehidupan Kristiani KGK 1407, karena dalam Ekaristi terdapat seluruh kekayaan Rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, lewat Tubuh-Nya sendiri yang oleh Roh Kudus dijadikan hidup dan pemberi hidup, Ia menawarkan hidup-Nya kepada manusia. Demikianlah Gereja selalu mengarahkan pandangannya kepada Tuhan. Disanalah Gereja menemukan kepenuhan pernyataan Kasih Tuhan yang tak terbatas SC, art. 10. Sakramen Ekaristi dikatakan sebagai sakramen Utama Iman Katolik 1996 18 :401 ajaran tersebut sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II yang menyatakan bahwa, Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani hal ini dijelaskan dalam LG, art. 11 yang berbunyi sebagai berikut : Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam Komuni Suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesuda memperoleh kekuatan dari tubuh kristus dalam perjamuan Suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen maka luhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan. Konsili Vatikan II mengacu pada, sebutan “Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani” yang tidak dapat memisahkan Ekaristi dengan khidupan sehari-hari. Ekaristi menjadi sumber hidup, karena dalam Ekaristi semua sakramen pengudusan ditanamkan dalam diri manusia supaya berakar dan tumbuh dalam kerukunan dan cinta kasih manusia. Namun Ekaristi juga sebagai pusat dan puncak hidup Gereja karena pada akhirnya tujuan kegiatan kerasulan Gereja adalah persatuannya dengan Kristus. Semua bidang kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya. Dengan demikian dalam Ekaristi manusia memperoleh kekuatan hidup dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan menggereja bersama. Ekaristi merupakan suatu perjamuan yang bersumber dari perjamuan terakhir, dimana Yesus karena ketaatan-Nya pada Bapa dan cinta-Nya kepada manusia mengorbankan diri demi keselamatan manusia dalam Rupa Roti dan Anggur yang melambangkan Tubuh dan Darah-Nya. Dalam perjamuan Ekaristi kita mengenang wafat dan kebangkitan Kristus. Dalam hal ini Kristus bertindak 19 sebagai tuan rumah sekaligus hidangannya, sehingga semua umat beriman yang hadir dapat mengalami kebersamaan hidup yang penuh dan utuh dengan Allah dan sesamanya Martasudjita, 2003 : 267.

C. Permasalahan Penghayatan Ekaristi