Peranan pelajaran komuni pertama bagi peserta terhadap penghayatan ekaristi di lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten.

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi ini mengambil adalah “Peranan Pelajaran Komuni Pertama Bagi Peserta Terhadap Penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten“. Penulis memilih judul ini karena keprihatinan penulis dengan anak-anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan juga yang sudah kuliah yang suka di luar Gereja pada saat Perayaan Ekaristi hari Minggu. Dan lebih parahnya lagi anak-anak usia sekolah dasar tersebut bersama orang tua mereka. Padahal untuk usia di atas sekolah dasar, mereka pastinya sudah pernah mendapatkan pelajaran Komuni Pertama. Mungkinkah pelajaran Komuni Pertama yang telah mereka dapatkan tidak memberikan dampak apa-apa. Begitu juga dengan penghayatan Ekaristi, merekapun tidak dapat merasakannya dan juga melakukannya.

Komuni Pertama adalah istilah untuk penerimaan komuni yang pertama kalinya oleh seseorang yang telah dibaptis secara Katolik. Penghayatan Ekaristi adalah suatu cara, tindakan dan gaya hidup kita yang menggambarkan semangat kita akan Yesus Kristus yang dijiwai dan dipimpin oleh Roh Kudus di dalam Perayaan Ekaristi. Dengan adanya pelajaran komuni pertama ini diharapkan pendamping memberikan pengetahuan yang memadahi tentang Perayaan Ekaristi dan bagaimana peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khidmat. Sehingga diharapkan untuk ke depannya peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan penghayatan Ekaristi yang mendalam.

Dalam Gereja Katolik pelajaran komuni pertama berperan penting bagi penghayatan ekaristi umat di dalam Perayaan Ekaristi. Pelajaran komuni pertama merupakan usaha memberikan kesaksian iman guru agama terhadap anak peserta pelajaran komuni pertama, yang bermaksud menghayati imannya, khususnya dalam rangka menyambut komuni untuk pertama kalinya di dalam Perayaan Ekaristi. Pelajaran komuni pertama membantu peserta dan juga umat untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Di dalam pelajaran komuni pertama ini banyak hal yang diajarkan seperti tata perayaan ekaristi, susunan liturgi, roti hidup, kitab suci dan sebaginya. Gereja Katolik mewajibkan bagi setiap anak untuk mengikuti pelajaran komuni pertama sebelum menerima Roti dan Anggur untuk pertama kalinya. Tujuan Gereja mewajibkan pelajaran komuni pertama adalah peserta mendapatkan pengathuan tentang Gereja dan tentang agama Katolik secara lebih mendalam. Setelah itu diharapkan supaya semakin menghayatai Perayaan Ekaristi dengan berbagi hal yang diberikan lewat pelajaran komuni pertama.

Penulis mengusulkan susunan acara rekoleksi untuk peserta pelajaran komuni pertama. Di dalamnya terdapat materi-materi tentang makna Perayaan Ekaristi, Tata Perayan Ekaristi, Sarana dan prasarana di dalam Perayaan Ekaristi. Di dalamnya sudah terdapat satuan pendampingan.


(2)

ABSTRACT

The title of this thesis took was " Lessons role First Communion For Participants Of the Eucharist at St. Francis Xavier Parish Environmental Administrative Santa Maria Queen Bayat, Klaten ".The author chose this title because it concerns the author with children of primary school age, junior high school, high school and even college are like outside the church during Sunday Mass. And worse of children of primary school age are with their parents. Whereas for the age of elementary school, they certainly had never received First Communion lessons. Could the First Communion lessons they have learned not to affect anything. So also with living the Eucharist, they would not be able to feel it and also do so.

First Communion is a term for the reception of communion first time by someone who has been baptized Catholic. Living the Eucharist is a way, action and lifestyle that we will describe the spirit of Jesus Christ, who inspired and led by the Holy Spirit in the Eucharist. With the lessons of this first communion expected memadahi companion gives knowledge about the Eucharist and how participants can follow the solemn Eucharistic celebration. So expect to future participants can follow the celebration of the Eucharist with a deep appreciation of the Eucharist. In the first communion of the Catholic Church plays an important lesson for the appreciation of the people in the Eucharistic celebration of the Eucharist. First Communion is a business lesson testify faith religious teachers of the children who participated in lessons first communion, which intend to live the faith, especially in order to receive communion for the first time in the Eucharist. First communion lessons help participants and also the people to change lives for the better. In the first communion this lesson taught many things like grammar Eucharist, liturgical arrangement, the bread of life, scripture and sebaginya. The Catholic Church requires that for each child to attend classes first before receiving communion bread and wine for the first time. The purpose of the Church requires first communion lesson is that participants get pengathuan of the Church and of the Catholic religion in more depth. After it is expected that more menghayatai Eucharist by sharing things that are given through the lesson first communion. The author proposes arrangement recollection event for participants lesson first communion. In it there are materials about the meaning of the Eucharist, Tata Perayan Eucharist, facilities and infrastructure in the Eucharist. In it is contained assistance unit.


(3)

PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI

DI LINGKUNGAN SANTO FANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU

BAYAT, KLATEN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Veronica Demitia Sandhy Parestu NIM: 101124009

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

SKRIPSI

PERANAN PELAJARAN KOMUNIPERTAPIA BAGIPESERTA

TERIADAP PENGIIL4YATAN EKARISTI

DI LINGKUNGAN SANTO FANSISCUS XAVERIUS

PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MEARIA RATU

BAYAT,KLATEN

01eh:

ヽreronica lDclllitia Sandhy Parcstu NIⅣl:101124009

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Dro C.Putranto,SJ Tanggal,29 Maret 2015


(5)

Ketua Sekretaris Anggota

SKRIPSI

PERANAN PELAJARAN KOMIM PERTAMA BACIPESERTA

TERIIADAP PENGHAYATAN EKARISTI

DI… GKUNGANSANTO FAN創

CUS mmRIus

PAROKIADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU

BAYAT,KLATEN

E)ipcrsiapkan dan ditulis olch

ヽアcronica Dcllnitia Sandhy Parcstu l■iINIi 1 0i124009

Telall dipcrtallankan di dcp〔 J■ Panitia Pcnguli

padatangsa1 05 Mci 2015 dan dinyatakan rllemenuhi syarat

SUStINAN PANITIA PENGUJI

Nma

:IDrs.F.X.Heryatno W.VtF.,S.J.,M.Ed. :1・()seph itristianto,SFKク M.Pd. :1.Dr.C.PIranto,SJ

2.Yoscph Kttstianto,S「K,市1.Pd.

3.DIs.L.33mbang Hcndarto Y.,Ⅳ I.Hul■.

Yogyakartaっ 05 ⅣIci 2015

「 akultas Iくeguruan dan llIIlu Pcndidikan Universitas Sanata Dhalllla


(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya skripsi ini dipersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus

Bapak Ig. Dibya D.T dan Ibu Emiliana Sarwini, Agustina Dewi Kurnia Mahardika,


(7)

v MOTTO

“Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyedikan

rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen” (Ams 6:6-8)


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Sγa menyatakan dengan sesllnggnya bahwa skripsi yang saya tulis ini udak memuat karya atau bagiall karya orang lain,kecuali yang tclah disebutkan dalaln

h雌圧l daEl daftar p畝 a scbagaimtta l、

崚 ‐laya iLttab。

Yogyakarta 5 Mei 2015 Penulis

Veronica Demitia Sandhy Parestu


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAII UNTUK KEPENTINGAN AKADEⅣ

ES

Yang bemnda tangall di bawah ini,saya mahasiswa UlllVersitas Sanata

Dham■a Yogyakam:

: Veronica Demitia SandhY Parestu No.MahasiSWa :101124009

Dcmi pengcmbangan ilmu pengctahuan, sara mCmberikan kCpada Perpu償 よaan Univcrsitas Sanata DharIIla katta ilmitt Sal‐a Jtt bqiudul “Pcranall Pellaran Komuni Peiama Btti Pescrta Tcrhadap Pen山 町atall Ⅸ

aristi

di Lingkangan Sallto Fransiscus XⅣc五us,Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bttat“,bCSc武a perangkat yang diperlllkan(bila ad→.Saya membcFI厳 k叩灘a Pcrpusttkaall■IniveFSitaS Sanata Dharrna hak untuk mcnympan, Inengalihkan

dalam bCntuk media lain, mcngelolanya dalaln bentuk pangkalall data, mcndist五busikan sccara terbatas dan mempublikasinya di inteFllet atau FnCdia laill untuk kcpentingan akadcmis tanpa pcrlu izlll d五 saya maupun membcrlkan rOyallv kepada saya sclama tetap mcncantumkan nama saya sё bagai penulis.

Dclllikian pcm)・ataan ini sayaしuat dcngan sCbCnarnya.

E)ibuat di Yogyakarta,05 Mei2015

Yang mcnyatakan,

(VCrOlliCa Demitia Sandhy Parcstlll


(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini mengambil adalah “Peranan Pelajaran Komuni Pertama bagi pesera Terhadap Penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat “. Penulis memilih judul ini karena keprihatinan penulis dengan anak-anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan juga yang sudah kuliah yang suka di luar Gereja pada saat Perayaan Ekaristi hari Minggu. Dan lebih parahnya lagi anak-anak usia sekolah dasar tersebut bersama orang tua mereka. Padahal untuk usia di atas sekolah dasar, mereka pastinya sudah pernah mendapatkan pelajaran Komuni Pertama. Mungkinkah pelajaran Komuni Pertama yang telah mereka dapatkan tidak memberikan dampak apa-apa. Begitu juga dengan penghayatan Ekaristi, merekapun tidak dapat merasakannya dan juga melakukannya.

Komuni Pertama adalah istilah untuk penerimaan komuni yang pertama kalinya oleh seseorang yang telah dibaptis secara Katolik. Penghayatan Ekaristi adalah suatu cara, tindakan dan gaya hidup kita yang menggambarkan semangat kita akan Yesus Kristus yang dijiwai dan dipimpin oleh Roh Kudus di dalam Perayaan Ekaristi. Dengan adanya pelajaran komuni pertama ini diharapkan pendamping memberikan pengetahuan yang memadahi tentang Perayaan Ekaristi dan bagaimana peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khidmat. Sehingga diharapkan untuk ke depannya peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan penghayatan Ekaristi yang mendalam.

Dalam Gereja Katolik pelajaran komuni pertama berperan penting bagi penghayatan ekaristi umat di dalam Perayaan Ekaristi. Pelajaran komuni pertama merupakan usaha memberikan kesaksian iman guru agama terhadap anak peserta pelajaran komuni pertama, yang bermaksud menghayati imannya, khususnya dalam rangka menyambut komuni untuk pertama kalinya di dalam Perayaan Ekaristi. Pelajaran komuni pertama membantu peserta dan juga umat untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Di dalam pelajaran komuni pertama ini banyak hal yang diajarkan seperti tata perayaan ekaristi, susunan liturgi, roti hidup, kitab suci dan sebaginya. Gereja Katolik mewajibkan bagi setiap anak untuk mengikuti pelajaran komuni pertama sebelum menerima Roti dan Anggur untuk pertama kalinya. Tujuan Gereja mewajibkan pelajaran komuni pertama adalah peserta mendapatkan pengathuan tentang Gereja dan tentang agama Katolik secara lebih mendalam. Setelah itu diharapkan supaya semakin menghayatai Perayaan Ekaristi dengan berbagi hal yang diberikan lewat pelajaran komuni pertama.

Penulis mengusulkan susunan acara rekoleksi untuk peserta pelajaran komuni pertama. Di dalamnya terdapat materi-materi tentang makna Perayaan Ekaristi, Tata Perayan Ekaristi, Sarana dan prasarana di dalam Perayaan Ekaristi. Di dalamnya sudah terdapat satuan pendampingan.


(11)

ix

ABSTRACT

The title of this thesis took was "The Role of First Communion Lesson Of Living the Eucharist at St. Francis Xavier Parish Environmental Administrative Santa Maria Queen Bayat". The author chose this title because it concerns the author with children of primary school age, junior high school, high school and even college are like outside the church during Sunday Mass. And worse of children of primary school age are with their parents. Whereas for the age of elementary school, they certainly had never received First Communion lessons. Could the First Communion lessons they have learned not to affect anything. So also with living the Eucharist, they would not be able to feel it and also do so.

First Communion is a term for the reception of communion first time by someone who has been baptized Catholic. Living the Eucharist is a way, action and lifestyle that we will describe the spirit of Jesus Christ, who inspired and led by the Holy Spirit in the Eucharist. With the lessons of this first communion expected memadahi companion gives knowledge about the Eucharist and how participants can follow the solemn Eucharistic celebration. So expect to future participants can follow the celebration of the Eucharist with a deep appreciation of the Eucharist. In the first communion of the Catholic Church plays an important lesson for the appreciation of the people in the Eucharistic celebration of the Eucharist. First Communion is a business lesson testify faith religious teachers of the children who participated in lessons first communion, which intend to live the faith, especially in order to receive communion for the first time in the Eucharist. First communion lessons help participants and also the people to change lives for the better. In the first communion this lesson taught many things like grammar Eucharist, liturgical arrangement, the bread of life, scripture and sebaginya. The Catholic Church requires that for each child to attend classes first before receiving communion bread and wine for the first time. The purpose of the Church requires first communion lesson is that participants get pengathuan of the Church and of the Catholic religion in more depth. After it is expected that more menghayatai Eucharist by sharing things that are given through the lesson first communion. The author proposes arrangement recollection event for participants lesson first communion. In it there are materials about the meaning of the Eucharist, Tata Perayan Eucharist, facilities and infrastructure in the Eucharist. In it is contained assistance unit.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peranan Pelajaran Komuni Pertama Terhadap Penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius, Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat “. Penyusunan skripsi ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari banyak hal yang masih kurang dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi tatabahasa ataupun dalam pembahasan materi karena keterbatasan penulis. Kritik dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata dengan tidak mengurangi rasa hormat dan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing utama, yang dengan sabar telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dan lebih semangat dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal sampai akhir penulisan skripsi.


(13)

xi

2. Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji, yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen penguji, yang terus memberikan semangat, mendampingi, dan memberikan masukan kepada penulis.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar di prodi IPPAK.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan PUSKAT yang telah memberi dukungan dan pelayanan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ig Dibya Dwi Tyasnanta dan Ibu Emiliana Sarwini yang memberikan semangat dan dukungan moral, material, dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, atas persaudaraan, perhatian, dukungan dan perjuangan selama masa perkuliahan.

8. Umat lingkungan Santo Fransiscus Xaverius, atas waktu, perhatian, dan kerjasamanya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik. 9. Untuk semua orang yang belum penulis sebutkan namanya satu persatu, yang

telah membantu dalam bentuk semangat.

Saran dan kritik yang membangun, penulis harapkan guna melengkapi segala kekurangan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan


(14)

xii

berkontribusi dalam upaya meningkatkan penghayatan ekaristi melalui pelajaran komuni pertama.

Yogyakarta, 5 Mei 2015 Penulis


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KOMUNI PERTAMA ... 9

A. Komuni Pertama ... 9

1. Makna Komuni Pertama ... 8

2. Pelajaran Komuni Pertama ... 11

3. Unsur – Unsur Pelajaran Komuni Pertama ... 14

a. Pendamping Komuni Pertama atau Guru Agama ... 14

b. Buku Pegangan dalam Proses Pendampingan Komuni Pertama ... 16

c. Peserta Pelajaran Komuni Pertama ... 18


(16)

xiv

1. Makna Penghayatan Ekaristi ... 18

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Penghayatan Ekaristi ... 20

a. Diri kita ... 20

b. Peran dan Tugas Imam ... 22

c. Tata Gerak dan Sikap Tubuh ... 23

d. Saat Hening pada saat Perayaan Ekaristi ... 24

e. Makna Nyanyian dalam Perayaan Ekaristi ... 25

3. Bagian-bagian dalam Perayaan Ekaristi dan cara menghayatinya ... 27

a. Ritus Pembuka ... 27

b. Liturgi Sabda ... 29

c. Liturgi Ekaristi ... 31

d. Ritus Penutup ... 35

BAB III PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATA EKARISTI DI LINGKUNGAN SANTO FRANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU BAYAT, KLATEN ... 37

A. Gambaran Umum Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 37

1. Sejarah Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 37 2. Letak Geografis Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 39

3. Jumlah Umat Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten... 40

4. Perkembangan Umat Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten... 40

a. Letak Geografis Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 41

b. Jumlah Umat Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius 41 c. Kehidupan Menggereja Umat Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius ... 42 B. Penelitian Peranan Pelajaran Komuni Pertama Terhadap


(17)

xv

Penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius

Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 42

1. Tujuan Penelitian ... 42

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

3. Metode Penelitian ... 43

4. Responden Penelitian ... 43

5. Istrumen Penelitian ... 44

a. Skala Likert ... 44

b. Wawancara ... 45

6. Variabel Penelitian ... 45

C. HASIL PENELITIAN ... 47

1. Hasil Penelitian Variabel I (Sudah Komuni) dan Pembahasannya ... 47

a. Pembahasan Tabel Pertama Variabel pertama tentang Penghayatan Ekaristi bagi umat yang sudah menerima Sakramen Ekaristi ... 50

2. Hasil Penelitian Variabel I (Belum Komuni ) dan Pembahasannya ... 58

a. Pembahasan Tabel Kedua Variabel pertama tentang Penghayatan Ekaristi bagi umat yang belum menerima Sakramen Ekaristi ... 60

3. Hasil Wawancara Variabel II ... 67

4. Kesimpulan Penelitian ... 70

BAB IV KESIMPULAN, SARAN DAN REFLEKSI PASTORAL ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran -saran... 76

C. Refleksi Pastoral... 77

BAB V USULAN PROGRAM ... 82

1. Latar belakang ... 82

2. Alasan pelaksanaan program ... 82

3. Tujuan pelaksanaan usulan program ... 83

4. Rundown rekoleksi ... 84


(18)

xvi

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 112

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Instrumen yang telah diisi ... (2)

Lampiran 3 : Panduan Wawancara ... (3)

Lampiran 4 : Hasil Wawancara ... (4)


(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

B. Singkatan Dokumen Gereja

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963

C. Singkatan Lain

DSA : Doa Syukur Agung TPE : Tata Perayaan Ekaristi KHK : Kitab Hukum Kanonik

Komkat KAS : Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perayaan Ekaristi merupakan ungkapan iman Gereja. Dalam Perayaan Ekaristi tersebut, umat disatukan dalam Kristus. Semua umat diajak untuk terlibat di dalamnya. Sebagaimana Gereja tak bisa lepas dari dunia, begitu juga Ekaristi tidak bisa terlepas dari dunia dan peran serta umat di dalamnya.

Bagi kebanyakan anak-anak pergi ke Gereja itu hanya sebagai kewajiban atau semata-mata hanya mentaati perintah orang tua mereka saja. Anak-anak belum memiliki pemahaman bahwa pergi ke Gereja itu suatu kebutuhan yang mendasar untuk perkembangan iman mereka. Selain itu, dalam diri anak-anak tersebut juga belum tertanam sikap perlu untuk mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi. Mereka merasa belum mampu atau takut untuk berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi. Mereka bahkan senang duduk di barisan paling belakang dan juga berada di halaman Gereja untuk bercerita dengan teman-teman yang lain. Ini merupakan suatu keprihatinan yang besar bagi Gereja. Anak-anak yang menjadi harapan dan tumpuan hidup Gereja ini perlu diarahkan serta didampingi untuk dapat menghayati Perayaan Ekaristi sejak dini sebelum terlambat, karena merekalah generasi penerus Gereja di masa mendatang.

Anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga katolik, pada umumnya dibaptis ketika masih bayi. Melalui baptisan, yakni pencurahan air Baptis, Tuhan sedang membersihan dan mengampuni dosa-dosa kita dan menjadikan kita


(21)

sebagai anak-anak Allah (Martasudjita, 2002:60). Ini merupakan tanggungjawab dari setiap orang tua Katolik untuk membaptiskan anak-anaknya ketika masih bayi. Iman anak mereka selanjutnya harus dibina terus menerus dan jangan dibiarkan begitu saja, supaya anak tersebut semakin bertanggungjawab terhadap imannya. Selain mengajak ke Gereja setiap hari Minggu, orang tua juga harus mendampingi anaknya terus-menerus untuk mempersiapkan lebih matang penghayatan iman anak mereka dari segi-segi yang lain, misalnya dengan mengajari berdoa, menyambut komuni dan menerima Sakramen Krisma. Mengajak anak-anak untuk lebih menghayati dan menjaga sikapnya pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi bukanlah hal yang mudah, namun juga bukanlah hal yang sulit untuk diusahakan. Kesulitan yang ditemui oleh para orang tua adalah anak-anak mereka lebih memilih duduk bersama dengan teman-teman ketika mengikuti Perayaan Ekaristsi di Gereja.

Perayaan Ekaristi mengenangkan Allah yang sedang mempersatukan kita dengan peristiwa penebusan Yesus Kristus dalam bentuk simbol yang amat istimewa, yakni Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur (Martasudjita, 2002:60). Antusiasme anak untuk benar-benar menghayati Perayaan Ekaristi dan menerapkannya dalam sikap ketika mengikuti Misa/Perayaan Ekaristi sangatlah rendah. Langkah awal yang dapat diusahakan supaya anak dapat menghayati Perayaan Ekaristi yakni dengan cara memperkenalkan Perayaan Ekaristi pada anak sejak dini. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengajak anak menghayati Perayaan Ekaristi adalah dengan


(22)

pendampingan komuni pertama di Gereja. Setiap tahun Gereja mengadakan program pendampingan calon penerima Komuni Pertama.

Seperti yang telah diungkapkan di atas, salah satu cara memperkenalkan Perayaan Ekaristi adalah dengan mendaftarkan anak untuk ikut pelajaran Komuni Pertama. Biasanya peserta Komuni Pertama adalah anak-anak yang telah dibaptis sejak bayi sehingga mereka dari kecil tidak mengikuti persiapan katekumenat. Pelajaran komuni Pertama ini juga berfungsi sebagai katekumenat untuk anak-anak yang sudah dibaptis sejak bayi. Gereja menetapkan usia minimal agar bisa mengikuti Pelajaran Komuni Pertama itu adalah usia sembilan tahun atau sudah duduk di kelas empat Sekolah Dasar. Karena pada umur tersebut anak telah memiliki kepekaan terhadap kehidupan bersama dengan orang lain serta masa bertumbuh dalam sikap dan tindakan dalam hubungannya dengan orang lain.

Melihat realitas ini, penulis akan membahas peranan pelajaran Komuni Pertama. Yang melihat dari latar belakang bahwa anak-anak kurang menghayatai Perayaan Ekaristi, padahal mereka sudah mengikuti pelajaran Komuni Pertama. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah Pelajaran Komuni Pertama itu mempunyai peranan untuk lebih menghayati Perayaan Ekaristi dan bahkan dalam penghayatan Iman selanjutnya? Ini untuk menangkal suatu argumentasi, bahwa mengikuti Pelajaran Komuni Pertama itu hanyalah untuk formalitas saja dan syarat untuk menjadi orang katolik. Argumentasi seperti ini harus diluruskan supaya Perayaan Ekaristi menjadi bagian dari hidup orang katolik. Dengan kata lain, bagaimanapun pelajaran Komuni Pertama memainkan peran yang sangat strategis bagi penghayatan Iman yang lebih lanjut. Kemudian, faktor-faktor apa saja yang dapat


(23)

mempengaruhi penghayatan dalam Perayaan Ekaristi, dan apakah pengaruhnya itu langsung atau tidak langsung.

Berdasarkan gambaran situasi anak-anak dalam penghayatan ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, maka penulis tertarik untuk memberi judul karya ilmiah ini “ PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI DI LINGKUNGAN SANTO FRANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU, BAYAT, KLATEN”.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat permasalaahan di atas yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pada beberapa hal, antara lain :

1. Apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam pelajaran komuni Pertama?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penghayatan Ekaristi di dalam Perayaan Ekaristi?

3. Adakah peranan unsur-unsur dalam pelajaran Komuni Pertama terhadap unsur-unsur Penghayatan Ekaristi di dalam Misa Kudus ?

C. Tujuan Penulisan

Melihat rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Memaparkan unsur-unsur dalam Pelajaran Komuni Pertama.

2. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi penghayatan Ekaristi dalam Misa Kudus atau Ekaristi


(24)

3. Mengetahui peranan unsur-unsur pelajaran Komuni Pertama bagi peserta terhadap penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian yang berjudul “Peranan Pelajaran Komuni Pertama terhadap sikap pada saat Perayaan Ekaristi di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat ” adalah sebagai berikut :

1. Supaya penulis memiliki pengalaman, pengetahuan, dan wawasan baru baik dalam Pelajaran Komuni Pertama maupun penghayatan Ekaristi dalam Misa Kudus.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang pentingnya Peranan Pelajaran Komuni Pertama bagi umat di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat. 3. Memberikan sumbangan saran untuk para Katekis untuk memberikan Pelajaran

Komuni Pertama yang inovatif dan kreatif supaya meningkatkan penghayatan Ekaristi bagi peserta.

E. Metode Penulisan

Metode Penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis. Penelitian ini bertujuan untuk membuat menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta serta sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983:75). Melalui metode ini penulis akan memaparkan, menguraikan serta menganalisis keadaan peserta pelajaran komuni pertama di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten yang berkaitan dengan peranan pelajaran Komuni Pertama terhadap penghayatan Ekaristi. Data yang dibutuhkan dikumpulkan menggunakan


(25)

angket berskala yang jawabannya bersifat tertutup. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis oleh penulis demi terwujudnya penghayatan ekaristi.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai sebuah gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan ini

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan ini berisi gambaran umum tentang isi skripsi yang meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, menfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

BAB II KOMUNI PERTAMA DAN PENGHAYATAN EKARISTI

Bagian ini menguraikan dua hal yaitu yang pertama komuni pertama dan yang kedua penghayatan ekaristi. Bagian yang pertama berisi membahas tentang makna Komuni Pertama, pelajaran komuni pertama dan unsur-unsur dalam pelajaran komuni pertama.

Bagian yang kedua berisi membahas tentang makna penghayatan Ekaristi, faktor-faktor yang mempengaruhi penghayatan Ekaristi dan cara-cara menghayati Ekaristi.

BAB III PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI DI LINGKUNGAN SANTO FRANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU BAYAT KLATEN

Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu gambaran umum Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten dan


(26)

Penelitian mengenai peranan pelajaran komuni pertama bagi peserta terhadap penghayatan ekaristi. Di dalam bagian yang pertama terdiri dari sejarah Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Letak Geografis paroki, jumlah umat, dan perkembangan umat di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius. Di dalam perkembangan umat di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius sendiri masih ada tiga hal yang dibahas yaitu, letak geografis lingkungan Santo Fransiscus Xaverius, jumlah umat lingkungan, dan kehidupan menggereja umat di lingkungan Santo Fransiscus Xaverius.

Bagian yang kedua berisi tentang penelitian peranan Komuni Pertama bagi Peserta di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius yang terdiri dari tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian dan variabel penelitian.

Bagian ketiga berisi hasil penelitian variabel pertama yang sudah komuni dan juga yang belum komuni. Kemudian, juga ada hasil wawancara untuk variabel kedua.

BAB IV KESIMPULAN, SARAN DAN REFLEKSI PASTORAL

Di dalam bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dari skripsi yang penulis buat, refleksi pastoral dan juga memaparkan saran untuk pendampingan komuni pertama di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten.


(27)

BAB V USULAN PROGRAM

Bab ini berisikan tentng usulan program yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi pada saat Perayaan Ekaristi dan di kehidupan sehari-hari.


(28)

BAB II

KOMUNI PERTAMA

Di dalam Bab II ini penulis akan membahas tentang Komuni Pertama dan penghayatan Ekaristi. Bab II ini dibagi menjadi dua bagian yaitu Komuni Pertama dan penghayatan Ekaristi. Karena kedua variabel ini saling berkaitan. Dengan adanya pelajaran komuni pertama ini diharapkan pendamping memberikan pengetahuan yang memadahi tentang Perayaan Ekaristi dan bagaimana peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khidmat. Sehingga diharapkan untuk ke depannya peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan penghayatan Ekaristi yang mendalam. Pada bagian pertama di dalamnya terdapat makna komuni pertama, pelajaran komuni pertama, dan unsur-unsur dalam pelajaran komuni pertama. Dan kemudian di bagian kedua akan dibahas tentang penghayatan Ekaristi yang di dalamnya terdapat makna penghayatan ekaristi dan faktor-faktor mempengaruhi penghayatan Ekaristi.

A. KOMUNI PERTAMA

1. Makna Komuni Pertama

Komuni pertama diberikan kepada orang dewasa pada Misa Kudus pertama sesudah Pembaptisan. Bagi anak-anak, Komuni Pertama merupakan semacam tahap inisiasi, saat anak yang sudah lama dibaptis, untuk pertama kali dan dengan meriahnya diperbolehkan untuk mengambil bagian secara penuh dan sakramentali dalam Perayaan Ekaristi (Heuken,2005:19). Kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa Komuni Pertama adalah istilah untuk penerimaan komuni yang


(29)

pertama kalinya yakni roti dan anggur yang telah dikonsekrasi oleh seorang Imam atau Pastor. Menurut peraturan Gereja, Komuni Pertama untuk anak-anak hanya boleh diterima oleh anak-anak yang sudah dibaptis dan dipersiapkan untuk menyambut atau menerima Komuni Kudus. Biasanya dilaksanakan pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dan jatuh pada bulan Juni. Di dalam Perayaan Ekaristi, komuni menjadi bagian terpenting di mana umat berpartisipasi dalam peristiwa karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang dikenangkan dan didoakan di dalam Doa Syukur Agung (DSA).

Istilah komuni sendiri adalah penerimaan roti dan anggur untuk umat di dalam Perayaan Ekaristi sesudah doa berkat atas roti dan piala oleh Imam atau pemimpin perjamuan korban. Di dalam Perayaan Ekaristi, Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur. Makna komuni yang lain adalah partisipasi umat beriman secara sakramental (dalam rupa roti dan atau anggur) dalam peristiwa karya penebusan Kristus yang tadi dikenangkan atau dihadirkan pada saat DSA yang diucapkan Imam atau diamini oleh umat (Martasudjita, 2005:397). Kehadiran nyata Kristus itu menjadi sumber kehidupan Gereja. Umat berpartisipasi penuh dalam Ekaristi dengan menyambut komuni. Tanpa menerima komuni, partisipasi umat belum terungkap secara sakramental. Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi tanda ikatan antar umat sendiri.

Untuk dapat menerima komuni, anak-anak harus sudah dapat menggunakan akal budinya dan mempunyai cukup pengertian dan telah dipersiapkan dengan saksama sehingga mereka dapat memahami misteri Ekaristi dan mampu


(30)

menyambut komuni dengan iman dan hormat (KHK kan. 914). Sebelum menerima Sakramen Ekaristi untuk pertama kalinya atau yang biasa disebut dengan Komuni Pertama, anak-anak harus selalu didahului dengan pengakuan dosa dan absolusi sakramen. Ini dimaksudkan agar anak-anak itu pada saat menerima Tubuh dan Darah Kristus mereka bersih dari dosa dan siap dengan budi dan hati untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus.

2. Pelajaran Komuni Pertama

Persiapan Komuni Pertama adalah masa yang secara khusus untuk membina para calon Komuni Pertama selama beberapa bulan sambil melibatkan orang tua serta seluruh keluarga melalui katekese, latihan dan praktek liturgi beberapa pokok iman dijelaskan secara sistematis dan dirayakan bersama-sama sebelum penerimaan Komuni Pertama (Muller, 2003:7). Dapat diambil kesimpulan Pelajaran Komuni Pertama adalah usaha memberikan kesaksian iman guru agama terhadap anak peserta pelajaran komuni pertama, yang bermaksud menghayati imannya, khususnya dalam rangka menyambut komuni untuk pertama kalinya di dalam Perayaan Ekaristi.

Sebagai pendidikan iman dan pendidikan nilai, persiapan komuni pertama bertujuan agar anak-anak lebih mengerti dan menghayati Komuni Pertama untuk selanjutnya dapat menerapkan dalam perilaku dan sikapnya sehari-hari. Persiapan Komuni Pertama berfungsi sebagai pengantar. Mempersiapkan kehidupan Kristiani, menginisiasikan dirinya sebagai anggota Gereja, agar anak mengerti bagaimana menjadi orang Katolik yang baik. Pendidikan iman dalam persiapan komuni pertama bukanlah yang pertama dan terakhir, tetapi pendidikan iman


(31)

sudah lama dilakukan dalam keluarga sejak awal. Berkaitan dengan tujuan persiapan komuni pertama sebagai persiapan penerimaan Ekaristi supaya akhirnya anak secara sadar mengikuti dan ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi (Sumarno 2009:42).

Arah yang dituju adalah anak-anak siap untuk menerima Komuni. Dan juga supaya dengan pelajaran Komuni pertama tersebut dapat membantu dalam penghayatan Ekaristi. Di dalam proses ini guru agama yang memiliki peran sangat penting. Karena, guru agama dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan untuk menyambut komuni pertama secara sistematis. Persiapan yang sistematis itu harus mempunyai keterampilan dan kemampuan guru agama untuk dapat mengolah lebih lanjut bahan-bahan yang sudah ada, supaya dapat disampaikan kepada peserta dengan lebih sederhana dan dapat dipahami oleh peserta dengan penuh tanggungjawab.

Peserta pelajaran komuni pertama kurang lebih berumur 9-10 tahun . Pada umur ini, anak-anak mulai keluar dari lingkungan rumah, lebih menjalin relasi dengan teman sebaya. Pada umur ini Gereja mempunyai pendapat bahwa anak sudah mampu untuk mendapat, menangkap dan mengolah pendidikan iman yang diberikan secara khusus. Tahap selanjutnya peserta diharapkan supaya mampu menghayati kebersamaannya dalam merayakan Ekaristi sebagai peristiwa bersama untuk merayakan cinta kasih yang dianugerahkan oleh Yesus Kristus. Pelajaran komuni pertama pembinaan iman yang penting bagi anak untuk lebih memperdalam pengetahuan iman yang mereka ketahui sebelum menerima Sakramen Ekaristi.


(32)

Di dalam setiap pertemuan guru agama berperan sebagai pendamping dan juga teman yang dapat bersahabat dengan peserta pelajaran komuni pertama. Sehingga diharapkan peserta dapat dengan mudah menerima pengajaran yang diberikan oleh pendamping. Sebagai seorang pendamping juga harus mempunyai wawasan iman yang luas mengenai pokok-pokok ajaran iman Gereja yang akan diberikan sebagai dasar pengetahuan megenai Gereja Katolik. Pokok-pokok ajaran iman Gereja haruslah diberikan dengan sederhana supaya anak-anak dapat memahaminya dengan mudah. Pendamping adalah seseorang yang beriman dan membantu anak-anak untuk semakin menghayati imannya, mendorong anak-anak untuk mewujudkan suasana doa dalam setiap acara pertemuan. Maka, doa menjadi unsur pokok dalam setiap pertemuan. Doa adalah wujud syukur kita sebagai manusia dari semua anugerah yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia.

Di dalam pelajaran komuni pertama selain seorang pendamping yang mempunyai peran, ada yang lebih penting lagi yaitu peran orang tua. Orang tua adalah pendamping pertama yang dikenal oleh peserta. Di sini orang tua sebagai seorang Katolik wajib mendidik anak-anaknya menjadi Katolik juga, seperti janji perkawinan yang telah diucapkaan sewaktu menerima sakramen perkawinan. Maka dari itu orang tua wajib memberikan motivasi dan mendorong anaknya untuk mendaftar ikut pelajaran komuni pertama dan juga memberi semangat supaya rajin berangkat pertemuan, rajin mengikuti kegiatan lingkungan, dan kegiatan Gereja. Karena itu peran orang tua sangatlah penting di dalam proses anak mengikuti pelajaran komuni pertama.


(33)

3. Unsur-unsur dalam Pelajaran Komuni Pertama

Untuk mendukung pelajaran Komuni Pertama, dibutuhkan tenaga-tenaga katekis yang siap untuk memberikan katekese kepada para calon penerima sakramen. Mereka akan mengajar, melatih dan meneguhkan untuk menjadi Katolik. Katekis sendiri juga diharapkan memiliki bekal yang cukup agar mampu mendampingi para calon dengan kesungguhan hati. Yang dimaksudkan mendampingi ialah mengajar, meneguhkan, dan bahkan menjadi saksi serta teladan bagi para calon. Dibutuhkan juga sarana-sarana yang menunjang, diantaranya adalah buku pegangan mengajar. Dengan buku yang ada, diharapkan katekis bisa terbantu baik dalam wawasan pengajaran, metode, maupun isi agar pendampingan menjadi optimal. Dan juga dibutuhkan waktu dan kesetiaan para calon untuk mengikuti pendampingan. Waktu menjadi sarana pengendapan sedangkan kesetiaan calon untuk hadir akan menjadi pertanda keseriusan tersebut untuk menjadi Katolik (Komkat KAS, 2012:11). Dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dalam pelajaran komuni pertama adalah hal-hal yang bersangkutan dengan komuni pertama dan Ekaristi yang dapat mempengaruhi daya tangkap peserta komuni pertama supaya dapat memahami, mengetahui dan menerapkan semua hal yang telah dipelajari dan diberikan oleh guru agama atau pendamping yang berkaitan dengan penghayatan ekaristi.

a. Pendamping Komuni Pertama atau Guru Agama

Di dalam buku “Katekese Inisiasi” yang diterbitkan oleh Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang bahwa pendamping komuni pertama atau yang biasa disebut guru agama adalah pendamping yang diperlukan dalam pelajaran komuni


(34)

pertama. Pendamping pelajaran komuni pertama ini adalah seorang beriman yang dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan menyambut komuni pertama secara matang dan terorganisir. Persiapan yang matang dan terorganisir ini memerlukan keterampilan dan kemampuan seorang pendamping untuk mengolah lebih lanjut bahan-bahan, sehingga akan terwujud dalam hal penyampaian materi secara sederhana dan mudah dimengerti oleh peserta. Seorang pendamping yang bertanggungjawab haruslah mengetahui nilai-nilai strategis dari peserta, supaya dapat masuk dalam pola pikir peserta dengan mudah. Seperti dalam hal umur, peserta lebih peka dengan kehidupan bersama dengan teman sebayanya. Pertumbuhan sikap dan tindak dalam hubungannya dengan teman sebaya, tampak lebih dominan. Pendamping dapat membantu peserta untuk mengembangkan pengertian penghayatan tentang cinta kasih yang dapat dilihat dalam kebersamaan dengan teman sebaya. Selanjutnya diharapkan bahwa peserta mampu untuk menghayatai kebersamaannya dalam merayakan Ekaristi itu sebagai peristiwa bersama untuk merayakan cinta kasih yang dihadiahkan oleh Yesus Kristus.

Seorang pendamping komuni pertama yang kreatif adalah harus dapat memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Dengan cara pada saat memberikan pengajaran dapat disisipkan ayat-ayat Kitab Suci dan juga maknanya. Ini diharapkan supaya peserta mengenal, mengetahui isinya dan juga tahu bagaimana membuka Kitab Suci yang benar sesuai dengan bab dan ayat. Pendamping juga dapat menggunakan berbagai macam metode yang ada dalam mengajar. Seperti bercerita, ceramah, permainan, kuis, lomba cerdas cermat, menggunakan alat


(35)

peraga, menggunakan LCD dan masih banyak yang lain. Dengan berbagai macam metode yang digunakan, peserta tidak mudah bosan dengan materi yang diberikan karena selalu baru dan juga sesuai dengan semangatnya peserta.

Seorang pendamping mempunyai tugas untuk mempersiapkan dan mendampingi peserta untuk menerima komuni pertama. Setiap peserta pastilah mempunyai orang tua masing-masing, di sini orang tua juga mempunyai peran untuk mendampingi peserta pada saat di rumah. Maka, kerjasama antara pendamping atau guru agama, orang tua dan, peserta sangatlah diperlukan. Misalnya, apabila peserta diberikan tugas oleh pendamping untuk menghafalkan doa orang tua dengan setia membantu untuk mempersiapkannya. Apabila peserta diberi tugas untuk berdoa bersama keluarga, orang tua juga harus mendukung dengan cara mengajak anak-anaknya untuk berdoa bersama. Orang tua juga harus mendorong dan memberi semangat anaknya untuk pergi ke Gereja pada hari Minggu, untuk mengikuti kegiatan di lingkungan bila perlu orang tuanya juga ikut aktif dalam kegiatan di lingkungan tersebut. Usaha-usaha ini semua untuk membantu pendamping komuni pertama mencapai tujuan bersama yaitu mengantarkan peserta untuk menerima komuni pertama dan juga di dalam diri peserta tertanam rasa penghayatan Ekaristi.

b. Buku Pegangan dalam Proses Pendampingan Komuni Pertama

Di dalam setiap pertemuan pastilah menggunakan berbagai buku pegangan yang dipaikai oleh pendamping maupun peserta komuni pertama. Buku pegangan digunakan untuk membantu peserta dan pendamping agar dapat memahami hal-hal apa saja yang akan dipelajari. Buku pegangan juga membantu pendamping


(36)

untuk mengatur atau membuat jadwal untuk pemberian materi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Ada berbagai macam buku yang dapat digunakan pendamping untuk memberikan pelajaran komuni pertama. Dari penerbit kanisius ada tiga buah buku diantaranya “Persiapan Komuni Pertama” karangan Drs. Al. Amin Susanto, “Aku Menerima Komuni Pertama” karangan L. Prasetya, Pr, dan

Yesus Pokok Anggur” karangan Drs. A. Soenarto S.W dkk. Di dalamnya

memuat tentang berbagai macam hal-hal yang diperlukan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang liturgi, roti hidup, tentang Yesus Kristus, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di dalam buku tersebut sudah berisi tentang metode pengajaraan, langkah-langkah pengajaran, berbagai macam nyanyian, permainan, ayat-ayat Kitab Suci dan juga tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh peserta. Ini sangat membantu dalam hal menyampaikan materi. Sebagai pendamping yang bertanggungjawab, sebaiknya memberikan variasi materi yang akan digunakan dalam pendampingan. Mempersiapkan materi dan sarana yang akan dipakai dalam pelajaran komuni pertama itu sifatnya wajib. Supaya pendamping dapat menyampaikan materi dengan lancar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh peserta.

Selain buku pegangan ada juga buku lain yang digunakan dalam pelajaran komuni pertama seperti, Kitab Suci, Madah Bakti, Kidung Adi, Puji Syukur, dll. Buku-buku tersebut membantu peserta untuk lebih memahami tentang ayat-ayat Kitab Suci dan juga mengetahui urutan dalam Perayaan Ekaristi dan juga hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk dapat membantu dalam penghayatan ekaristi.


(37)

c. Peserta Pelajaran Komuni Pertama

Peserta adalah unsur yang paling penting dalam pelajaran komuni pertama untuk mempersiapkan menerima Sakramen Ekaristi. Karena apabila tidak ada peserta yang mengikuti maka, tidak ada gunanya pendamping atau guru agama yang mempunyai wawasan luas dan mempunyai keterampilan dalam mengajar para calon penerima Sakramen Ekaristi. Dan juga buku-buku yang digunakanpun tidak berguna apa-apa, sebab tidak ada yang menggunakan buku tersebut. Semuanya sia-sia belaka tanpa ada partisipasi dari peserta sendiri untuk mengikuti pelajaran komuni pertama.

B. PENGHAYATAN EKARISTI

1. Makna Penghayatan Ekaristi

Penghayatan Ekaristi adalah suatu cara, tindakan dan gaya hidup kita yang menggambarkan semangat kita akan Yesus Kristus yang dijiwai dan dipimpin oleh Roh Kudus di dalam Perayaan Ekaristi. Ketika kita berbicara tentang penghayatan ekaristi, kita akan berbicara mengenai gaya atau cara hidup menghayati liturgi di dalam konteks seluruh hidup menurut pimpinan Roh Kudus sendiri. Penghayatan Ekaristi menunjuk pada penghayatan liturgi yang sungguh menjadi sumber dan puncak seluruh kehidupan umat Kristiani. Hal yang pokok dalam penghayatan ekaristi adalah mengambil bagian dalam perayaan. Komuni berarti ikut serta dalam perayaan secara sakramental atau melalui tanda dan sarana dengan Doa Syukur Agung, yang mengungkapkan iman gereja akan Wafat dan kebangkitan Kristus.


(38)

Ekaristi adalah puncak dari semua Sakramen yang merupakan perayaan bersama. Pusatnya bukanlah roti dan anggur , melainkan Kristus yang karena iman hadir dalam seluruh umat. Penghayatan Ekaristi itu mengacu pada bagimana sikap dan tindakan kita dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Seperti dengan mengikuti Perayaan Ekaristi tidak terlambat datang dan tidak pulang terlebih dahulu sebelum Misanya selesai. Menggunakan baju yang rapi, tidak ngobrol dengan orang lain, tidak boleh menggunakan handphone (HP) untuk SMS maupun BBM, menghafalkan doa-doa yang sering didoakan pada saat Perayaan Ekaristi, berdoa dengan khidmat. Sebenarnya penghayatan ekaristi itu lebih kepada sikap dan tindakan kita dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Apakah itu sadar atau tidak sadar, atau apakah itu dengan paksaan dan hanya ikut-ikutan yang lain saja. Tetapi yang terpenting itu adalah menghayatai Perayaan Ekaristi dengan sadar, tanpa paksaan, sesuai dengan hati nurani diri kita sendiri supaya apa yang kita lakukan dapat membekas di hati kita dan imbas lainnya adalah di kehidupan kita sehari-hari dengan sesama. Kehidupan kita lebih tertata dan tidak mementingkan diri sendir saja dan kita juga dapat menjadi teladan bagi sesama kita.

Sebenarnya di dalam Perayaan Ekaristi sendiri, kita hanyalah merayakan segala tidakana dan perbuatan Allah di dalam Kristus yang senantiasa kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Segala suka duka, kesulitan, keberhasilan yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari menjadi bagian yang nyata dari kehidupan kita bersama Allah di dalam Kristus (Martasudjita, 2002:26).


(39)

Dengan demikian, hidup kita di dalam Perayaan Ekaristi dan hidup kita sehari-hari saling meresapi dan tidak saling terpisahkan. Penghubung antara hidup di dalam Perayaan Ekaristi dan hidup kita sehari-hari adalah hidup iman kita sendiri akan Tuhan yang hadir dan senantiasa menyertai dan bersama dengan kita. Di dalam hidup Perayaan Ekaristi kita, iman akan Tuhan yang hadir dan menyertai hidup kita itu diungkapkan secara nyata dan sadar. Tetapi di dalam kehidupan sehari-hari itu iman diungkapkan atau diwujudkan dalam tindakan dan aksi nyata dan konkret, walaupun dari kita sendiri tidak menyadari secara sungguh-sungguh iman tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghayatan Ekaristi

Hidup iman seseorang amat menetukan dalam seluruh penghayatan liturginya. Meskipun orang menguasai segala teori liturgi, mengerti seluruh makna dan simbol-simbol liturgi, cakap dalam segala urutan dan rangkaian perayaan liturgi, tetapi apabila hidup iman orang itu dangkal dan tidak mendalam, maka sangat mungkin liturginya kurang mengena dan tidak menyapanya (Martasudjita, 2002:10). Di bawah ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penghayatan Ekaristi seseorang :

a. Diri Kita

Salah satu faktor yang penting ialah persiapan diri kita. Kalau orang tidak bisa menikmati perayaan liturgi, janganlah pertama-tama menyalahkan orang lain, petugasnya, imamnya, lagu-lagunya, dan seterusnya. Harus diakui bahwa faktor petugas dan hal-hal macam itu tentu mempengaruhi penghayatan liturgi kita. Namun, faktor persiapan diri kita sendiri amat sangat penting untuk bisa


(40)

menghayatai liturgi dengan sukacita dan hidup (Martasudjita, 2002:37). Sebaik apapun dekorasinya, seindah apapun baju yang dikenakan oleh petugas liturginya, sebaik apapun petugas kor nya, tapi walaupun diri kita sendiri sebagai umat yang hadir dengan hati yang kacau, bisa dipastikan Perayaan Ekaristi tersebut tidak dapat mengena pada hidup kita.

Kita sebagai umat beriman diharapkan berpartisipasi secara sadar aktif dan penuh khidmat di dalam seluruh perayaan Ekaristi dari awal persiapan, pada saat pelaksanaan, dan juga pada saat pengalaman iman di dalam kehidupan kita sehari-hari (SC 48). Melalui kehadiran dan partisipasi kita di dalam seluruh perayaan ekaristi itu sendiri, umat beriman berpatisipasi aktif. Umat mengikuti Perayaan Ekaristi dari awal hingga akhir karena Perayaan Ekaristi adalah satu kesatuan dan merupakan tindakan ibadat (SC 56). Keikutsertaan umat secara sadar dan aktif di dalam sebuah Perayaan Ekaristi tersebut dilaksankan menurut tindakan, tugas, serta keikutsertaan mereka (SC 26). Ini mempunyai arti bahwa semua umat itu mempunnyai tugas dan peranan masing-masing. Di dalam “Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR)” dari antara umat dapat diambil untuk mempunyi peran dan tugas seperti, ada yang menjadi prodiakon, misdinar, lektor, pemazmur, petugas kor, koster, petugas musik, kolektan, dan sebagainya (PUMR 100-107).

Kemudian, partisipasi umat sendiri adalah terdapat pada bagian aklamasi dan jawaban-jawaban umat terhadap salam dan doa-doa imam (PUMR 35), pernyataan tobat, syahadat, doa umat, doa Bapa Kami (PUMR 36). Umat sebaiknya juga ikut terlibat dalam menyanyikan dan mengucapkan sebagai berikut : nyanyian pembuka, kemuliaan, refren Mazmur Tanggapan, bait pengantar injil


(41)

(dengan atau tanpa alleluia), nyanyian persiapan persembahan, kudus, aklamasi anamnese, nyanyian pemecah hosti, madah pujian sesudah komuni, dan nyanyian penutup (PUMR 36).

b. Peran dan Tugas Imam

Dalam Perayaan Ekaristi seorang Imam berperan secara khas untuk membawakan pribadi Kristus atau bertindak in persona Christi, tetapi juga sekaligus menjadi saksi dan pelayan seluruh Gereja. Memimpin Perayaan Ekaristi adalah tugas utama seorang Imam (PUMR 92). Maka para Imam hendaknya merayakan Ekaristi setiap hari sebab itu dapat berguna bagi kehidupan imamat dan rohaninya sendiri tetapi juga demi keselamatan umat (PUMR 19). Di dalam Perayaan Ekaristi, Imam bertugas untuk membawakan doa-doa pemimpin atau

doa-doa presidensial. Doa-doa tersebut mencakup pertama-tama dan utama, yaitu

Doa Syukur Agung (PUMR 31). DSA adalah merupakan puncak dari seluruh ibadat. Kemudian Imam juga membawakan tugas untuk mendoakan doa-doa presidensial yang lain, seperti doa pembuka, doa persiapan persembahan, dan doa sesudah komuni. Doa tersebut diucapkan oleh imam kepada Allah atas nama semua umat beriman yang hadir, dan melalui imam Kristus sendiri yang memimpin himpunan umat (PUMR 30). Doa presidensial harus didoakan dengan suara yang lantang dan dengan ucapan yang jelas supaya umat mudah mendengar doanya dengan jelas. Selama Imam mendoakan doa-doa presidensial tersebut, tidak diperbolehkan adanya doa atau nyanyian atau juga iringan musik (PUMR 32). Imam juga mempunyai wewenang untuk menyampaikan sejumlah ajakan yang terdapat di dalam TPE (PUMR 31). Di dalam perumusannya, Imam juga


(42)

boleh menyesuaikan dengan daya tangkap umat. Imam juga dipersilahkan untuk memberikan kata pengantar yang singkat pada saat ritus pembuka, sebelum masuk ke liturgi sabda, liturgi Ekaristi, dan sebelum berkat pengutusan pada ritus penutup. Imam juga wajib mendoakan doa-doa pribadi di dalam hati pada bagian tertentu, seperti doa sebelum pemakluman Injil, doa pada persiapan persemabahan, dan doa sebelum serta sesudah Komuni Imam (PUMR 33).

c. Tata Gerak dan Sikap Tubuh

Di dalam buku PUMR 2000 terdapat pedoman tata gerak dan sikap tubuh untuk para petugas liturgi dan semua umat beriman. Seluruh tata gerak dan sikap tubuh harus dilaksankan menurut tiga patokan :

1). Tata gerak dan sikap tubuh memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan yang anggun dari Perayaan Ekaristi.

2). Tata gerak dan sikap tubuh itu mengungkapkan dengan baik pemahaman yang tepat dan penuh atas aneka bagian perayaannya.

3). Tata gerak dan sikap tubuh itu membuat umat bisa sungguh berpartisipasi secara aktif.

Tata gerak dan sikap tubuh yang dilakukan oleh umat secara bersama-sama atau serempak akan mengungkapan kesatuan umat. Di dalam PUMR dianjurkan agar umat berdiri pada saat ritus pembuka, yakni dari awal nyanyian pembuka sampai dengan doa pembuka selesai, pada saat bait pengantar Injil, Injil, Syahadat dan doa umat (PUMR 43). PUMR menganjurkan agar umat duduk selama bacaan-bacaan sebelum Injil dan selama Mazmur Tanggapan, selama homili, selama persiapan persembahan, dan selama saat hening sesudah komuni.


(43)

Pada saat Doa Syukur Agung umat memang dianjurkan untuk berdiri, namun dapat juga berlutut pada saat memasuki kisah dan kata-kata institusi atau berlutut sejak sesudah kudus sampai DSA selesai.

Dengan ketentuan tata gerak dan sikap badan yang disarankan oleh PUMR tersebut, konferensi Uskup boleh melaksankan penyesuaian atau penyelarasan sesuai dengan keadaan dan ciri khas dari masing-masing daerah di Indosesia atau ciri khas dan tradisi dari masing-masing bangsa (PUMR 43). Pada PUMR bab IX dengan jelas tercantum bahwa Konferensi Uskup diperbolehkan mengadakan penyesuaian terhadap tata gerak dan sikap badan, termasuk masalah duduk, berdiri, berlutut dan soal salam damai. Pemberian wewenang kepada Konferensi Uskup ini dilatarbelakangi dengan situasi Gereja atau Kapel di Indonesia yang sangat beragam sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing.

d. Saat Hening pada saat Perayaan Ekaristi

Saat hening selama Perayaan Ekaristi menjadi bagian yang menjadi perhatian khusus di dalam PUMR. Ini berkaitan dengan situasi dan praktek di berbagai tempat yang kurang diperhatikan pada saat hening selama Perayaan Ekaristi. Misalnya saja, pada saat para petugas sedang mempersiapkan diri suasana di sakristi malahan menjadi gaduh dan ribut, ketika Perayaan Ekaristi belum dimulai ada beberapa umat yang berbisik-bisik dan bercanda di dalam Gereja, ada juga umat yang tidak menon-aktifkan HP-nya dan ketika misa berlangsung HP-nya berbunyi sangat nyaring. Seharusnya ini ditegaskan kembali untuk menciptakan suasana hening, PUMR menganjurkan agar suasana


(44)

keheningan itu tidak hanya diciptakan di dalam gedung Gereja dan sakristi saja, tetapi sudah diterapkan di sekitar gedung gereja (PUMR 45).

Arti dari suasana hening di dalam Perayaan Ekaristi itu ada banyak dan itu mempunyai makna yang berbeda-beda. Misalnya, hening pada saat sebelum doa pembuka mempunyai makna untuk menyampaikan ujud doa pribadi masing-masing dan nantinya akan dipersatukan dalam doa pembuka yang didoakan oleh Imam. Kemudian, hening pada saat sebelum pernyataan tobat mempunyai makna untuk mawas diri dan merenungkan kasih Allah dan tanggapan kita yang tidak sesuai melalui dosa dan kesalahan kita. Saat hening pada saat sesudah bacaan dan homili ialah untuk merenungkan Firman Tuhan. Kemudian, saat hening sesudah komuni dimaksudkan untuk bersyukur, memuji nama Tuhan, dan mengucapkan doa permohonan pribadi di kala Tuhan sendiri datang dalam wujur Hosti Suci di dalam komuni.

e. Makna Nyanyian dalam Perayaan Ekaristi

Musik mempunyai kedudukan yang amat penting di dalam liturgi. Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Conciliumpada bab IV yang berbicara tentang musik (bab IV: SC 112-121). Dari dokumen Konstitusi Liturgi Sacrosanctum

Conciliumtersebut, kita dapat mengambil tiga kesimpulan tentang makna musik

di dalam Perayaan Ekaristi :

1). Musik merupakan bagian dari liturgi tersendiri. Ini mempunyai arti bahwa musik bukanlah sebuah iringan belaka atau hanya sekedar tambahan saja, melainkan “bagian liturgi meriah yang penting atau integral” (SC 112).


(45)

2). Musik memperjelas misteri Kristus. Karena musik liturgi menjadi sarana untuk memuliakan Allah dan menguduskan umat beriman (SC 112). Melalui kata-kata di dalam nyanyian dan melodinya, umat dibantu untuk mendalami misteri Kristus dan juga menghayati kehadiran Kristus di dalam Perayaan Ekaristi.

3). Musik dan nyanyian dapat membantu umat untuk berpartisipasi secara aktif di dalam Perayaan Ekaristi dengan ikut menyanyikan lagu-lagunya. Di dalam dokumen Konsili Vatikan II meminta partisipasi umat secara sadar dan aktif (SC 14).

Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Conciliumno 116 mengatakan :

Gereja memandang nyanyian Gregorian sebagai nyanyian khas bagi Liturgi Romawi. Maka dari itu-bila tiada pertimbangan-pertimbangan yang lebih penting – nyanyian Gregorian hendaknya diutamakan dalam upacara-upacara Liturgi. Jenis-jenis lain Musik Liturgi, tertutama polifoni, sama sekali tidak dilarang dalam perayaan ibadat suci, asal saja selaras dengan jiwa upacara Liturgi, menurut ketentuan pada art. 30.

Di dalam PUMR memberikan kemungkinan penggunaan musik yang khas sesuai tradisi dari suatu bangsa dan juga tergantung dari kemampuan bermusik yang dimiliki oleh umat sendiri (PUMR 40). Namun di dalam PUMR disarankan untuk musik dan nyanyian gregorian tetap mempunyai tempat yang utama. PUMR tidak menyarankan untuk selalu menggunakan nyanyian pada setiap Perayaan Ekaristi. Pada saat Perayaan Ekaristi harian, tidak perlu semua nyanyian dinyanyikan. Tetapi, pada saat Perayaan Ekaristi Hari Minggu dan Hari Raya wajib hendaknya nyanyian-nyanyian tersebut diupayakan untuk dinyanyikan. Tim liturgi dan petugas liturgi wajib mengetahui nyanyian-nyanyian apa saja yang


(46)

wajib dinyanyikan dan tidak wajib dinyanyiakan. Bisa melihat pedomannya di dalam PUMR 37 :

 Sebagian merupakan ritus atau kegiatan tersendiri, seperti Kemuliaan, mazmur tanggapan, bait pengantar Injil (dengan atau tanpa alleluya),

Kudus, aklamasi anamnesis, madah syukur sesudah komuni;

 Sebagian lagi mengiringi ritus lain, seperti nyanyian pemecahan roti

(Anak domba Allah), dan nyanyian komuni.

PUMR 40 mengatakan bahwa penggunaan nyanyian dalam perayaan Ekaristi harusnya dijunjung tinggi. Maka, nyanyian pembuka ini penting untuk membantu umat dalam mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam Perayaan Ekaristi. Nyanyian pembuka juga dapat membantu membangun kesatuan umat dan mengiringi perarakan masuk para petugas ke panti imam.

3. Bagian-bagian dalam Perayaan Ekaristi dan cara menghayatinya

Kini Tuhan Yesus hadir di dalam Perayaan Ekaristi, yaitu dalam Sabda-Nya (Liturgi Sabda) dan dalam rupa roti dan anggur (Liturgi Ekaristi). Maka dari itu, kita harus memahami Perayaan Ekaristi dalam detail-detailnya supaya kita dapat menghayatinya dan Perayaan Ekaristi tersebut menjadi bermakna bagi kita. Kita akan mendalami satu demi satu bagian-bagian Perayaan Ekaristi.

a. Ritus Pembuka

Sikap umat pada saat menyambut perarakan para petuga liturgi serta Imam adalah berdiri. Berdiri merupakan sikap hormat dan penuh perhatian terhadap kehadiran Tuhan. Fungsi lagu pembuka adalah untuk menyatukan pikiran dan suara umat dalam satau kesatuan kata, nada, dan irama. Ketika imam dan para petugas liturgi menundukan kepala di hadapan altar, kita juga harus ikut


(47)

menundukan kepala dan berdoa di dalam hati, “Ya Tuhan, aku hadir di sini, memenuhi panggilan-Mu” (Supranto, 2012:5).

Tanda Salib dalam ritus pembuka pada Perayaan Ekaristi menunjuk pada pengakuan iman. Pengakuan bahwa keselamatan terjadi melalui Salib Kristus. Kekutan dan kemenangan orang Kristiani terletak pada Salib Kristus. Tanda Salib dengan mengucapkan seruan Tritunggal menunjuk pada inti iman yang diakui dan dinyatakan pada pembaptisan.

Pernyataan tobat biasanya menyanyiakan Tuhan Kasihanilah Kami atau menyatakan seruan tobat “Saya Mengaku”. Kata Tuhan dan Kristus dalam pernyataan tobat itu merupakan ungkapan pujian kepada Tuhan Yesus, sedangkan “Kasihanilah Kami” merupakan permohonan akan belas kasih dan kerahiman Allah. Pada saat pernyataan tobat, biasanya kita menebahkan dada sebanyak tiga kali, ini merupakan ungkapan kesedihan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Setelah pernyataan tobat, imam akan mengucapkan absolusi dengan tangan terkatup, tanpa memberikan berkat Salib dan umat tidak perlu membuat Tanda Salib karena absolusi ini tidak bersifat sakramental.

Menyanyiakan madah Kemuliaan dengan sepenuh hati dan dengan sadar. Madah kemuliaan akan terasa agung dengan menyanyikan setulus hati supaya bisa masuk ke dalam relung hati sehingga kita akan merasakan bulu kuduk berdiri.

Doa Pembuka merupakan peralihan dari ritus pembuka ke liturgi Sabda. Doa pembuka didoakan oleh Imam sendiri. Imam mendoakan doa pembuka dengan merentangkan tangan ini melambangkan bahwa Gereja sedang berdoa. Ajakan Imam, yaitu “Marilah Kita berdoa” ini dijiwai oleh umat ketika imam


(48)

melakukannya dengan cara yang simpatik, yaitu dengan membuka tangan dan bahkan dengan senyuman. Saat hening pada doa pembuka, imam dan umat sedang menyadari kehadiran Allah dan mengungkapan doa-doa atau ujud pribadi di dalam hati. Dan pada akhir doa pembuka umat berkata “Amin” ini menunjukan bahwa umat menyetujui. Oleh karena itu, doa pembuka menjadi doa setiap umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi.

b. Liturgi Sabda

Allah sendiri yang berbicara dalam Liturgi Sabda, kita harus mempersiapkan diri sebagai ungkapan hormat kepada Allah. Persiapan sebelum misa adalah disarankan umat untuk membaca dan merenungkan bacaan pada saat Perayaan Ekaristi. Kemudian mengambil satu ayat untuk diucapkan berulang-ulang di dalam hati. Pada saat Perayaan Ekaristi umat duduk/berdiri, ini sebagai ungkapan pendengar yang baik yang memperhatiakan setiap sabda yang keluar dari mulut Allah. Berusaha menangkap pesan Allah lewat homili yang disampaikan imam. Setelah dialog pembacaan Injil, ada pembuatan tanda salib di dahi, mulut dan dada disertai doa sebagai berikut : doa pada waktu membuat tanda salib di dahi “Sucikanlah pikiranku, ya Tuhan, supaya aku dapat memikiran dan merenungkan Sabda-Mu”; doa pada waktu membuat tanda salib di mulut “Sucikanlah mulut-ku, ya Tuhan, supaya aku dapat mewartakan Sabda-Mu”; doa pada waktu membuat tanda salib di dada “Sucikanlah hatiku, ya Tuhan, supaya akau dapat meresapkan Sabda-Mu ke dalam hatiku” (Supranto, 2012:22).


(49)

Mazmur Tanggapan dinyanyikan di dalam Perayaan Ekaristi setelah mendengarkan bacaan pertama. Makna Mazmur Tanggapan adalah tanggapan umat atas Sabda Allah yang baru saja diwartakan. Hendaknya umat ikut menyanyi pada saat ulangan atau refren. Ini berupa pujian atas karya-karya keselamatan Allah. Mazmur tanggapan harus bersumber pada Kitab Suci, itulah sebabnya mengapa Mazmur Tanggapan tidak bisa diganti dengan lagu-lagu yang lain. Sebab belum tentulah lagu tersebut isinya sesuai dengan bacaan saat itu.

Bait pengantar Injil masih berkaitan dengan isi Injil yang akan dibacakan. Umat juga ikut menyanyikan pada saat antifon Alleluia. Ketika Bait Pengantar Injil dinyanyikan, maka umat harus berdiri. Ini merupakan sikap hormat kepada Kristus yang hadir dan berbicara melalui Injil. Berdiri juga merupakan sikap kesiapan umat untuk menyambut Tuhan yang akan bersabda di dalam Injil.

Homili merupakan bagian tak terpisahkan dari Liturgi Sabda. Homili merupakan penjelasan dari bacaan pertama, kedua dan Injil. Homili merupakan tugas istimewa Imam, bukan prodiakon, bukan juga frater.

Syahadat atau Aku Percaya merupakan tanggapan umat terhadap bacaan-bacaan yang baru saja didengarkan. Dengan mengucapkan atau menyanyikan syahadat, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok iman Katolik sebelum merayakan di dalam Liturgi Ekaristi. Ketika mengucapkan “... yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria ...” ; ini mengandung arti bahwa kita menyadari akan kasih Allah yang telah menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita (Supranto, 2012:33).


(50)

Doa umat mengakhiri liturgi Sabda. Dalam doa umat, umat bersama berdoa agar kita mampu mengamalkan Sabda-Nya dan sungguh menjadi serupa dengan Kristus, pembawa damai. Doa umat ditunjukkan untuk kepentingan Gereja dan Dunia, tetapi bukannya untuk kepentingan sendiri. Di siapkan satu kesempatan bagi umat untuk berdoa dalam hati untuk ujub-ujub pribadi. Sebab apabila tidak didokan di dalam hati maka suasana Perayaan Ekaristi menjadi riuh dan tidak khidmat lagi.

c. Liturgi Ekaristi

Sesudah liturgi sabda, kita memasuki liturgi Ekaristi. Di dalamnya sabda Allah dihadirkan untuk menjadi pengajaran bagi orang-orang beriman. Dalam liturgi Ekaristi juga Tubuh Kristus dihadirkan untuk menjadi makanan kekal bagi kita. Ada tiga bagian di dalam liturgi Ekaristi yaitu, persiapan persembahan, Doa Syukur Agung, Komuni.

Waktu persiapan persembahan merupakan saat kolekte dan segala masalah serta kegembiraan kita diserahkan bersama roti dan anggur kepada Imam di Altar. Pada saat bahan persembahan diarak, lagu persembahan dinyanyikan sampai bahan persemabahan sampai di Altar. Apabila tidak ada nyanyian persembahan dapat menggunkan iringan instrumen yang lembut untuk mencipatakan suasana yang hening. Perarakan persembahan adalah melambangkan pada saat Yesus diarak menuju kalvari untuk mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban keselamatan.

Doa Syukur Agung merupakan puncak dari Perayaan Ekaristi. DSA dimulai dengan prefasi yang berarti di hadapan hadirat Tuhan. Pertama Imam


(51)

berkata : “Tuhan bersamamu/Tuhan besertamu” dan umat menjawab “Dan bersama rohmu/dan sertamu juga”. Kemudian imam berkata “Marilah kita mengarahkan hati kepada Tuhan”. Umat menjawab “Sudah kami arahkan”. Kemudian imam bersyukur dengan berkata “Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita”. Umat menjawab “sudah layak dan sepantasnya”. Prefasi diakhiri dengan nyanyian kudus. Ini mempunyai maksud untuk mengungkapkan kegembiraan yang luar biasa atas keajaiban Allah bagi umat-Nya.

Doa Syukur Agung terdiri dari beberapa bagian penting, yang pertama adalah Epiklese, yaitu doa mohon turunnya Roh Kudus agar mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Umat tidak perlu membuat tanda Salib ketika Imam memberkati atas roti dan anggur tarsebut. Yang kedua adalah Doa

Konsekrasi, ini merupakan kata-kata Yesus pada saat perjamuan malam terakhir.

Dengan kata-kata konsekrasi tersebut, roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Sebaiknya umat memandang Tubuh dan Darah Kristus yang diangkat oleh imam dengan sikap menyembah-Nya sambil mengulangi dalam hati pernyataan iman Santo Thomas : “Ya, Tuhanku dan Allahku”. Dan pada saat imam berlutut umat dapat berdoa di dalam hati: “Tuhan, terima kasih karena Engkau telah mengasihiku dengan memberikan nyawa-Nya kepadaku”. Yang ketiga Aklamasi / Seruan Anamnese, anamnese merupakan tanggpan umat atas terjadinya mukjizat perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kemudian yang keempat doa persembahan atau doa korban. Gereja mempersembahkan kepada Allah Bapa persembahan Kristus yang mendamaikan kita dengan-Nya. Imam juga berdoa agar yang menerima Tubuh dan Darah


(52)

Kristus dipenuhi dengan rahmat dan berkat. Yang kelima adalah Doa Permohonan. Di dalam doa permohonan ini yang paling pokok adalah berdoa untuk persatuan. Berdoa juga untuk Paus, Uskup, semua anggota gereja, dan diri kita sendiri. Keenam adalah Doksologi. Imam berkata “Dengan pengantaraan Kristus ...”. umat menjawab “Amin” yang berarti tanda persetujuan serta partisipasinya di dalam rangkaian Doa Syukur Agung (Supranto, 2012: 42-48).

Doa Bapa Kami merupakan persiapan dalam penyambutan komuni. Ada hubungan antara doa Bapa Kami dengan komuni. Karena di dalam doa Bapa Kami terdapat kata-kata “Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami”. Rezeki bagi orang Kristiani adalah Tubuh Kristus sendiri. Permohonan pengampunan dan damai merupakan persiapan yang paling pantas untuk menyambut Tubuh Kristus, sehingga doa Bapa Kami berhubungan erat dengan “Doa Damai”. Di dalam Doa Damai umat mempunyai niat untuk mengampuni orang lain yang bersalah terhadap kita dan meminta ampun kepada orang lain terhadap kesalahan yang telah kita perbuat. Pada saat Doa Damai ingatlah siapa saja yang membutuhkan pengampunan kita dan kepada siapa saja kita akan meminta ampun. Setelah Doa Damai kita kemudian memberikan salam damai dengan saling bersalaman dengan orang di kiri, kanan, depan dan belakang kita sebagai tanda persatuan dan pengampunan sebelum menerima komuni.

Pemecahan Roti dan Persiapan Komuni, Imam memecahkan Hosti dengan diiringi lagu atau mendaraskan Anak Domba Allah. Anak Domba Allah menggambarkan sengsara dan kemenengan Kristus sebab Dialah Anak Domba


(53)

Paskah yang baru. Setelah memecahkan Hosti, Imam memperlihatkan-Nya kepada umat dan berkata “Inilah Anak Domba Allah Yang Menghapus Dosa Dunia. Berbahagialah kita yang diundang dalam Perjamuan Tuhan”. Bersama dengan Imam, umat menjawab : “Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”. Jawaban tersebut di ambil dari perikop Kitab Suci tentang seorang perwira yang meminta Yesus untuk menyembuhkan hambanya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (Mat, 8:8). Setelah Imam meletakkan Hostinya kembali, umat dapat berdoa di dalam hati :”Semoga Tuhan melihat iman dalam hatiku sehingga mengabulkan permohonanku”. Dan kemudian disambung dengan berdoa secara pribadi di dalam hati.

Pada saat kita akan menyambut komuni atau berjalan menuju Tubuh Kristus kita dapat berdoa: “Tuhan, ini aku, datang menyambut-Mu ...” atau “Tuhan, mari masuklah ke dalam hatiku ...”. Pada saat menerima Tubuh Kristus, umat menjawab Amin. Artinya adalah bersyukur telah menyambut Tuhan Yesus sendiri sebagai tamu Agung yang masuk ke dalam diri kita dan bersatu dengan tubuh dan jiwa kita. Setelah menerima komuni umat dapat berdoa di dalam hati dengan berkata: “Engkaulah Tuhanku, Enagkaulah Rajaku, aku menyembah-Mu, Tuhan. Aku mengasihi Engkau”. Kemudian kita bersyukur kepada Tuhan sebab Ia telah datang dan masuk di dalam diri kita melalui Komuni Suci. Kita juga memohon ampun untuk semua dosa dan kesalahan kita: “Tuhan ajarilah aku untuk menghindari dosa demi kasiku kepada-Mu”. Kita juga meminta kepada Tuhan


(54)

untuk menguduskan kita dan semua manusia serta agar kita dapat mengasihi. Dan yang terakhir kita juga berdoa agar Tuhan Yesus dapat dikenal dan dikasihi oleh sebanyak mungkin orang.

Liturgi Ekaristi diakhiri dengan Doa sesudah komuni. Imam mendoakan Doa sesudah komuni dan umat menjawab Amin. Inti dari doa sesudah komuni adalah bersyukur atas Ekariati yang telah dirayakan, memohon berkat agar kita dapat bertekun dalam perutusan dan memohon agar nantinya diperkenankan mengikuti perjamuan di Surga.

d. Ritus Penutup

Ritus penutup mempunyai fungsi untuk menutup semua rangkaian Perayaan Ekaristi dan juga menghantar umat untuk melaksakan perutusannya di dalam kehidupan sehari-hari yang menyucikan dunia di mana umat berada. Ritus penutup terdiri dari pengumuman, berkat dan pengutusan, serta perarakan keluar.

Yang pertama adalah mendengarkan pengumuman. Di dalam pengumuman berisikan hal-hal penting, kegiatan-kegiatan umat di suatu paroki. Pengumuman tidak perlu panjang-panjang, hanya hal-hal yang perlu diumumkan saja menyangkut kepentingan bersama.

Yang kedua adalah Berkat dan Pengutusan, ini dimulai dengan sapaan Imam kepada umat “Tuhan sertamu” dan umat menjawab “dan setamu juga”. Kemudian Imam memberkati umat dengan menyebut nama Allah Tritunggal, maknanya adalah kehadiran dan penyertaan Allah merupakan berkat yang sesungguhnya, bagi umat untuk menjalankan pengutusannya di dalam dunia


(55)

nyata. Ada tiga bentuk pengutusan yaitu, bertumbuh di dalam iman, bertumbuh di dalam persaudaraan, bertumbuh dalam pelayanan kasih.

Setelah memberikan hormat dan mencium Altar, Imam dan semua petugas liturgi keluar dari panti imam menuju sakristi dengan diiringi lagu penutup. Perarakan keluar ini mempunyai maka bahwa kita pulang dan meninggalkan Gereja dengan membawa sebuah tugas bersama, yaitu memberi arti kehidupan kita sehari-hari.

Inilah tadi beberapa cara untuk dapat menghayati ekaristi di dalam Perayaan Ekaristi. Dengan cara-cara tersebut diharapkan kita semakin mencintai Tuhan melalui Perayaan Ekaristi. Dengan adanya pelajaran komuni pertama pendamping dapat memberikan pengetahuan tentang cara-cara menghayati Perayaan Ekaristi. Sehingga anak-anak akan dapat menghayatai Perayaan Ekaristi sesuai dengan usianya. Fokus pembahasannya adalah apakah pelajaran komuni pertama mempunyai peranan terhadap penghayatan ekaristi pada saat Misa Kudus.

Kemudian, nantinya penulis dapat mempunyai batasan-batasan permasalahan yang akan di teliti. Pertama-tama adalah apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam pelajaran Komuni Pertama. Selanjutnya adalah menemukan ada tidaknya peranan Pelajaran Komuni Pertama terhadap penghayatan ekaristi dan yang terakhir faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dalam penghayatan ekaristi.


(56)

BAB III

PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI DI PAROKI ADMINISTRATIF

SANTA MARIA RATU BAYAT, KLATEN

Di dalam bab III ini, akan dibahas mengenai gambaran umum Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat seperti sejarah, lekat geografis, jumlah umat, dan perkembangan umat di Lingkungan St. Fransiscus Xaverius. Kemudian akan dibahas juga rancangan penelitian tentang pelajaran Komuni Pertama dan penghayatan Ekaristi di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat. Di dalam rancangan tersebut akan dibahas Tujuan Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Responden Penelitian, Instrumen Penelitian dan Variabel Penelitian.

A. Gambaran umum Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat

1. Sejarah Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, bersumber dari wawancara dengan Bp PC. Suwarno dan R. Purwanto.

Hidupnya Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat dimulai dengan adanya baptisan yang pertama kalinya, yaitu Ibu Elisabeth Ngadinah yang dibaptis oleh Romo Van Driessche, SJ pada tanggal 7 Juli 1935. Gereja Bayat tumbuh berkembang dimulai dari beberapa keluarga yaitu keluarga Bp. Max. Somawiharja, keluarga Bp. C. Doyo Sumarto, keluarga Bp. LYS. Mardi Susiswo, keluarga Bp. Karto Suwiryo, keluarga Bp. Karta Talun, keluarga Ibu Pithi,


(1)

langsung menjadi petugas liturgi pada waktu Perayaan Ekaristi.

8. Menjadi petugas liturgi pada saat Perayaan Ekaristi itu sangat melelahkan. 9. Saya merasa kurang pantas untuk

menjadi salah satu petugas liturgi, karena saya kurang siap untuk menjadi petugas liturgi.

10. Saya lebih senang membaca teks misa pada saat bacaan I, II dan Injil sedang dibacakan.

11. Bacaan I, II dan Injil mempunyai makna yang saling berkaitan satu sama lain. 12. Bacaan I, II dan Injil memang wajib

dibacakan di dalam Perayaan Ekaristi. 13. Saya selalu membaca Bacaan I, II dan

Injil sebelum Perayaan Ekaristi dimulai supaya dapat memahami maknanya. 14. Saya merasa lebih menghargai dan

menghormati Tubuh dan Darah Kristus yang saya terima setelah mendapatkan pelajaran Komuni Pertama.

15. Saya selalu berdoa sebelum dan sesudah menerima Komuni.

16. Dengan menyambut Komuni, saya merasakan kehadiran Tuhan sendiri di dalam jiwa dan ragaku.

17. Saya lebih senang bergurau dengan teman sebelum menerima Tubuh Kristus. 18. Doa Syukur Agung (DSA) adalah tahap

perubahan Roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

19. Ketika Doa Syukur Agung (DSA) didoakan saya selalu khusuk mendoakannya.

20. Saya tahu bahwa Doa Syukur Agung (DSA) adalah puncak dari Perayaan Ekaristi.

21. Saya selalu membawa buku Tata Perayaan Ekaristi (TPE) dan ikut membaca pada saat Doa Syukur Agung (DSA) didoakan.

22. Dengan mengikuti Perayaan Ekaristi, saya selalu mengambil makna di dalam bacaan Injil untuk saya terapkan di dalam kehidupan sehari-hari.


(2)

23. Apabila saya tidak mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari minggu, saya merasa ada yang kurang di dalam diri saya. 24. Perayaan Ekaristi membawa damai di

dalam hidup saya.

25. Saya selalu merasa rindu untuk mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari minggu.


(3)

LAMPIRAN 2

INSTRUMEN PENELITIAN

PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI DI LINGKUNGAN ST. FRANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA

RATU BAYAT VARIABEL II

Pertanyaan :

1. Materi pokok apa yang harus dikuasi oleh masing-masing peserta untuk dapat memenuhi kriteria sebagai calon penerima Komuni pertama? 2. Materi apa saja yang diberikan kepada peserta?

3. Doa-doa apa saja yang wajib dihafalkan oleh masing-masing peserta? 4. Adakah silabus yang dibuat untuk Pelajaran komuni pertama ini?

5. Tujuan konkret apa yang harus dicapai dalam pelajaran komuni pertama? 6. Adakah tugas-tugas wajib yang diberikan kepada setiap peserta, seperti

mengikuti kegiatan di gereja dan lingkungan dengan meminta tanda tangan kepada yang bersangkutan?

7. Buku apa saja yang digunakan untuk menunjang materi yang diberikan oleh pendamping komuni pertama?

8. Apakah metode pengajaran yang digunakan berbeda-beda di setiap pertemuan?

9. Adakah hukuman untuk peserta pelajaran komuni pertama yang tidak mengerjakan tugas, mengumpulkan tugas tepat waktu dan tidak dapat menghafalkan doa tepat waktu?


(4)

LAMPIRAN 3

HASIL WAWANCARA VARIABEL II

10. Materi pokok apa yang harus dikuasi oleh masing-masing peserta untuk dapat memenuhi kriteria sebagai calon penerima Komuni pertama?

- Yang pertama adalah peserta benar-benar tahu makna Tubuh dan Darah Kristus. Dengan cara meresapi maknya pada saat Konsekrasi di waktu Perayaan Ekaristi. Supaya peserta ketika sudah menerima Tubuh dan Darah Kristus, mereka tidak main-main lagi.

- Yang kedua adalah Doa. Ini menjadi penting karena pada setiap Perayaan Ekaristi harus mendoakan doa-doa dasar. Yaitu Bapa Kami, Salam Maria, Aku Percaya, Doa Tobat, Sepuluh Perintah Allah. Baik yang bahasa indonesia dan juga bahasa jawa.

- Yang ketiga, peserta harus tahu siapa yang membaptis mereka, harus tahu siapa emban Baptisnya, dan juga diharapkaan para orang tua mempunyai dokumentasi pada saat anak-anaknya dibaptis. Supaya anak-anaknya tahu kalau mereka itu dibaptis dan menjadi bagian dari warga Gereja.

- Yang keempat, peserta harus tahu alasan mengapa mereka di Baptis. Jadi, tidak mudah untuk menyangkal bahwa mereka itu adalah warga Gereja.

11. Materi apa saja yang diberikan kepada peserta?

- Syukur atas pesta ulang tahun nama pelindung/ pesta pelindung.

- Kebersamaan dengan orang lain di sekitanya. Bagaimana orang itu kalau hidupnya hanya sendirian saja, tidak ada orang lain. Kesendirian itu bagaimana.

- Murid-murid Yesus. Yesus memanggil ke duabelas murid-Nya. - Ekaristi.

- Sakramen-sakramen yang akan diterimakan oleh umat. - Nabi-nabi perjanjian lama

- Mengucapkan terima kasih/ syukur. Karena anak-anak zaman ssekarang kurang dapat bersyukur terhadap dirinya sendiri dan anugerah yang Allah berikan.

- Seperti yang ada dlam buku “Persiapan Komuni Pertama” terbitan kanisius.

12. Doa-doa apa saja yang wajib dihafalkan oleh masing-masing peserta? - Doa-doa sehari-hari : Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria, Doa

Tobat, Sepuluh Perintah Allah dengan bahasa Indonesia dan juga bahasa jawa.


(5)

- Tidak menggunakan silabus, tetapi menggunakan catatan pada setiap pertemuannya dirancang akan memasuki materi yang mana. Pelajarannya dimulai bulan Agustus sampai juni diranca untuk 36X pertemuan.

14. Tujuan konkret apa yang harus dicapai dalam pelajaran komuni pertama? - Menerima Sakramen Ekaristi itu sungguh-sungguh dihayati bahwa

Tuhan sendiri itu hadir di dalam rupa Hosti Suci.

- Diceritakan pula bahwa ada suatu pengalaman Iman yang pernah benar-benar terjadi di Paroki Santa Maria Ratu Bayat. Yaitu ada salah satu ibu yang sedang hamil, tetapi beliau tidak percaya bahwa Hosti Suci itu adalah Tuhan Yesus sendiri yang hadir melalui Konsekarasi. Kemudian janin yang ada di dalam kandungan tiba-tiba menjadi kering. Janin tersebut bisa dikeluarkan hanya melalui operasi. Kemudian ibu tersebut di teguhkan iman nya oleh Ibu Guru yang mengajar komuni pertama dan menjadi percaya. Pada saat akan dioperasi seperti mukjizat, janin yang kering tersebut keluar dengan sendirinya. Dan tidak jadi dioperasi.

- Dengan menceritakan pengalaman Iman kepada peserta calon penerima komuni Pertama ini bisa membantu anak untuk percaya. 15. Adakah tugas-tugas wajib yang diberikan kepada setiap peserta, seperti

mengikuti kegiatan di gereja dan lingkungan dengan meminta tanda tangan kepada yang bersangkutan?

- Selalu ada tugas dan wajib dikerjakan oleh setiap peserta. Dan juga selalu ada pekerjaan rumah (PR).

16. Buku apa saja yang digunakan untuk menunjang materi yang diberikan oleh pendamping komuni pertama?

- Buku pegangan guru, buku pegangan anak, Kitab Suci.

- Kitab Suci untuk memperkenalkan kepada peserta dan juga peserta dapat belajar untuk membuka Kitab Suci dengan baik dan benar. 17. Apakah metode pengajaran yang digunakan berbeda-beda di setiap

pertemuan? - Bercerita - Tanya jawab - Peragaan - Tes lisan - pretes

18. Adakah hukuman untuk peserta pelajaran komuni pertama yang tidak mengerjakan tugas, mengumpulkan tugas tepat waktu dan tidak dapat menghafalkan doa tepat waktu?


(6)

- Apabila peserta belum dapat menghafal dengan baik doa-doa yang wajib dihafalkan maka diminta untuk menghafalkan lagi sampai hafal dengan lancar.


Dokumen yang terkait

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo.

4 72 183

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

0 4 197

Peranan lagu rohani ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan perayaan ekaristi bagi kaum muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru.

0 3 146

Katekese model group media sebagai upaya untuk meningkatkan rasa solidaritas kaum Muda Katolik Paroki Administratif Santa Maria Ratu, Bayat, Klaten terhadap kaum miskin.

1 1 182

Peranan katekese persiapan komuni pertama terhadap penghayatan ekaristi bagi anak-anak di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-Ntt.

3 74 161

Penghayatan spiritualitas keterlibatan umat berinspirasi pada Santa Maria dalam hidup menggereja di Paroki Santa Maria Kota Bukit Indah Purwakarta.

0 0 189

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo

1 28 181

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul

0 2 195

Makna ekaristi bagi spiritualitas pelayanan prodiakon Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan - USD Repository

0 0 169

Peranan ekaristi dalam meningkatkan hidup beriman umat kristiani usia 30 tahun ke atas Paroki Administratif Santa Maria Assumpta Cawas - USD Repository

1 0 158