Katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.

(1)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul: KATEKESE SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA dipilih berdasarkan fakta bahwa pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B masih memprihatinkan. Kenyataan yang penulis alami selama di Lingkungan Santo Longinus Naisau B menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese jumlah umat yang hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendamping. Selain itu juga model, metode dan media yang digunakan kurang menarik dan kurang relevan sesuai dengan situasi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B dan mengupayakan suatu kegiatan yang menarik dan melibatkan umat dalam pelaksanaan katekese tersebut.

Tujuan dari penulisan skripsi adalah sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan penghayatan iman umat. Untuk itu penulis berusaha memperoleh data mengenai gambaran pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B untuk membantu umat menghayati imannya serta memberikan satu model kegiatan yang cocok dan menarik untuk membantu umat agar mereka semakin aktif dalam proses pelaksanaan katekese.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para tokoh umat dan pemberian kuesioner kepada umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi pendamping katekese dan umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B.

Hasil dari penelitian terungkap bahwa pelaksanaan katekese yang dilakukan selama ini terasa kurang menarik dan monoton. Oleh karena itu, penulis mengusulkan salah satu model sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat. Kegiatan tersebut adalah katekese model pengalaman hidup. Penulis mengusulkan model ini karena model ini sungguh melibatkan peserta, bersifat dialogal dan partisipatif. Katekese model ini bertujuan membantu umat agar mereka semakin aktif selama proses pelaksanaan dan mampu menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari.


(2)

ABSTRACT

The title of this thesis is: CATECHESIS AS AN EFFORT TO IMPROVE THE FAITH OF THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT LONGINUS NAISAU B SAINT CAECILIA PARISH IN KOTAFOUN-ATAMBUA. This title was selected based on the fact that the implementation of catechesis in the community of Saint Longiunus Naisau B is needed to be concerned. The fact that the author experienced in the community of Saint Longiunus Naisau B showed that there were only few people attending the meeting. In the process of catechesis, they tend to be passive and only to listen to the catechist word’s. In addition the models, media and methods that were used are not attractive and not relevant situation of people in the community of Saint Longiunus Naisau B. The fact prompted the author to further investigate the implementation process of catechesis in the neighborhood of Saint Longinus Naisau B and pursue an activity of interest and involving people in the implementation of the catechesis.

The aim of this thesis is as contribute ideas to improve the appreciation of the faith community. The author tried togather data about the picture of the implementation of the catechesis in the community of Saint Longinus Naisau B to help people live their faith and provide a model of suitable and interesting activities to help people to become more active in the implementation process of catechesis.

Based on the purpose of the writing, the author conducted research through interviews to the leaders of the people and giving questionnaires to the people in the community of Saint Longinus Naisau B. In addition, the author utilized the literature to increase the information that can be used as a contribution to the leaders and the people in the community of Saint Longinus Naisau B.

The results of the study revealed that the catechesis was done during this times unattractive and monotonous. Therefore, the author proposes a model of catechesis to increase the faith of the community. That is a model of life experientid catechesis. The author proposes this model because this model actually involves participants, is dialogic and participatory. Catechesis of this model aims to help people to become more active during the process and are able to live their faith in everyday life.


(3)

KATEKESE SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN

PENGHAYATAN IMAN UMAT DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Yosefina Serfiana Mea NIM: 101124025

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

 Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa mencintaiku dengan tulus.  Almamaterku Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

 Keluargaku dan semua pihak yang telah mendukung selama kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini.


(7)

v MOTTO

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5)


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Skripsi yang berjudul: KATEKESE SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA dipilih berdasarkan fakta bahwa pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B masih memprihatinkan. Kenyataan yang penulis alami selama di Lingkungan Santo Longinus Naisau B menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese jumlah umat yang hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendamping. Selain itu juga model, metode dan media yang digunakan kurang menarik dan kurang relevan sesuai dengan situasi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B dan mengupayakan suatu kegiatan yang menarik dan melibatkan umat dalam pelaksanaan katekese tersebut.

Tujuan dari penulisan skripsi adalah sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan penghayatan iman umat. Untuk itu penulis berusaha memperoleh data mengenai gambaran pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B untuk membantu umat menghayati imannya serta memberikan satu model kegiatan yang cocok dan menarik untuk membantu umat agar mereka semakin aktif dalam proses pelaksanaan katekese.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para tokoh umat dan pemberian kuesioner kepada umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi pendamping katekese dan umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B.

Hasil dari penelitian terungkap bahwa pelaksanaan katekese yang dilakukan selama ini terasa kurang menarik dan monoton. Oleh karena itu, penulis mengusulkan salah satu model sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat. Kegiatan tersebut adalah katekese model pengalaman hidup. Penulis mengusulkan model ini karena model ini sungguh melibatkan peserta, bersifat dialogal dan partisipatif. Katekese model ini bertujuan membantu umat agar mereka semakin aktif selama proses pelaksanaan dan mampu menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari.


(11)

ix ABSTRACT

The title of this thesis is: CATECHESIS AS AN EFFORT TO IMPROVE THE FAITH OF THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT LONGINUS NAISAU B SAINT CAECILIA PARISH IN KOTAFOUN-ATAMBUA. This title was selected based on the fact that the implementation of catechesis in the community of Saint Longiunus Naisau B is needed to be concerned. The fact that the author experienced in the community of Saint Longiunus Naisau B showed that there were only few people attending the meeting. In the process of catechesis, they tend to be passive and only to listen to the catechist word’s. In addition the models, media and methods that were used are not attractive and not relevant situation of people in the community of Saint Longiunus Naisau B. The fact prompted the author to further investigate the implementation process of catechesis in the neighborhood of Saint Longinus Naisau B and pursue an activity of interest and involving people in the implementation of the catechesis.

The aim of this thesis is as contribute ideas to improve the appreciation of the faith community. The author tried togather data about the picture of the implementation of the catechesis in the community of Saint Longinus Naisau B to help people live their faith and provide a model of suitable and interesting activities to help people to become more active in the implementation process of catechesis.

Based on the purpose of the writing, the author conducted research through interviews to the leaders of the people and giving questionnaires to the people in the community of Saint Longinus Naisau B. In addition, the author utilized the literature to increase the information that can be used as a contribution to the leaders and the people in the community of Saint Longinus Naisau B.

The results of the study revealed that the catechesis was done during this times unattractive and monotonous. Therefore, the author proposes a model of catechesis to increase the faith of the community. That is a model of life experientid catechesis. The author proposes this model because this model actually involves participants, is dialogic and participatory. Catechesis of this model aims to help people to become more active during the process and are able to live their faith in everyday life.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa memberkati, membimbing dan mencurahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“KATEKESE SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN

PENGHAYATAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat keterlibatan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan setia mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang membagun. Oleh karena ini, secara istimewa penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu membimbing, menuntun penulis dengan penuh kesabaran, kesetiaan, memberi masukan dan motivasi dalam seluruh proses penulisan skripsi ini sampai selesai.

2. Drs. L. Bambang Hendarto. Y. M. Hum, selaku dosen penguji II, yang memberi semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen penguji III, yang memberikan semagat dan perhatian kepada penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi.


(13)

xi

4. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang memberikan pelayanan dan mendampingi penulis selama belajar sampai terselesainya skripsi ini.

5. Romo Paulus Wiryono SJ, Pater Saverius Adir OFM, Bapak Emanuel Bele Bau dan segenap keluarga besar Baku Peduli, atas segala dukungan baik secara materi maupun motivasi yang diberikan kepada penulis sampai saat ini. 6. Keluarga tercinta: bapak Maternus Mau, ibu Lusia Muti, kakak dan adik

tercinta yang selalu mendoakan, memberikan seluruh cinta, pengorbanan, perhatian dan dukungan sepenuhnya bagi penulis selama proses perkuliahan sampai terselesainya skripsi ini.

7. Bapak Marselus Asa dan ibu Maria Yasinta Bano serta kakak-adik tercinta. Terimakasih untuk segala cinta, pengorbanan tulus dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama ini.

8. Bapak Yohanes Teku sebagai ketua Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan juga umat kepada umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B yang bersedia meluangkan waktu dan membantu penulis selama proses penelitian sampai terselesainya skripsi ini. 9. Alfridus Melkianus Tsiompah, yang selalu setia memberikan motivasi,

perhatian, kasih sayang, cinta dan pengorbanan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini serta menjadi seseorang yang sangat berarti bagi penulis.

10.Segenap sahabat-sahabat tercinta mahasiswa angkatan 2010 yang telah mendukung dan berdinamika bersama dalam suka dan duka sehingga menciptakan keluarga besar IPPAK yang penuh dengan persaudaraan.


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……… vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. KATEKESE DEMI MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT ………... 7

A. Pokok-pokok Katekese ... 8

1. Arti Katekese ... 8

2. Tujuan Katekese ... 11

3. Konteks Katekese ... 14

4. Isi Katekese ... 16

5. Model-model Katekese ... 18


(16)

xiv

1) Model Pengalaman Hidup ... 19

2) Model Biblis ... 20

3) Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup ... 21

b. Metode Katekese ... 22

c. Media Katekese ... 23

6. Pelaku Katekese ... 24

B. Penghayatan Iman ... 26

1. Pengertian Iman ... 26

2. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa ... 27

3. Menghayati Iman Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 28

BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA ... 31

A. Gambaran Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua .... 31

1. Letak Geografis Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua ... 31

2. Jumlah Umat dan Keadaan Umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua 33

3. Gambaran Kegiatan Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun- Atambua ... 34

4. Persoalan-persoalan yang Dihadapi oleh Umat Lingkungan Santo Longinus Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua... 36

B. Penelitian Tentang Pelaksanaan Katekese untuk Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua ... 38

1. Latar Belakang Penelitian ... 38

3. Tujuan Penelitian ... 39

4. Jenis Penelitian ... 40

5. Tempat dan Waktu Penelitian... 40

6. Responden Penelitian ... 41

7. Instrumen Penelitian ... 41


(17)

xv

C. Laporan Hasil Penelitian Pelaksanaan Katekese di Lingkungan

Santo Longinus Naisau B ... 44

1. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner Tertutup terhadap 40 Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B .... 44

a. Identitas Responden ... 44

b. Gambaran Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... 45

c. Tanggapan Umat Dalam Mengikuti Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... 52

2. Laporan Hasil Penelitian Melalui Wawancara terhadap 10 Tokoh Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... 55

D. Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... 58

E. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 62

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B ... 64

A. Latar Belakang Penyusunan Program ... 64

B. Alasan Penyusunan Program ... 66

C. Tujuan Pelaksanaan Program ... 66

D. Pemilihan Tema dan Tujuan Program ... 67

E. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 68

F. Matriks Program Katekese ... 71

G. Salah Satu Contoh Satuan Persiapan ... 73

BAB V. PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 84

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian ... (1)


(18)

xvi

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian kepada Umat Lingkungan Santo

Longinus Naisau B ... (3) Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden ... (8) Lampiran 5: Pertanyaan Wawancara kepada Tokoh Umat di

Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... (12) Lampiran 6: Transkip Hasil Wawancara dengan 10 Tokoh Umat

Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... (14) Lampiran 7: Teks Lagu untuk Kegiatan Katekese ... (18) Lampiran 8: Teks Cerita dan Teks Kitab Suci... (19)


(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN A.SINGKATAN KITAB SUCI

Gal : Galatia

Kis : Kisah Para Rasul Mrk : Markus

Rm : Roma

Yak : Yakobus

B.SINGKATAN DOKUMEN GEREJA

AA : Apostolicam Actuositatem: Dokumen Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awan, 18 November 1965

CT : Catechesi Tradendae: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang

katekese masa kini, 16 Oktober 1979

DV : Dei Verbum: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi 18 November 1965

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

LG : Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964

PUK : Petunjuk Umum Katekese: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, Juli 2000


(20)

xviii C. SINGKATAN LAIN

Art : Artikel

KK : Kepala Keluarga PNS : Pegawai Negeri Sipil SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Katekese merupakan bagian utuh dari kegiatan pastoral dan misioner Gereja secara keseluruhan yang mencakup seluruh komponen yang ada di paroki atau tempat tertentu antara lain seperti keluarga, komunitas paroki, sekolah-sekolah dan organisasi-organisasi Katolik lainnya. Komunitas yang ada itu saling bekerjasama untuk menyusun sebuah program pembinaan iman yang secara matang-matang dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sepenuh hati demi pengembangan iman umat yang berlangsung secara berkelanjutan.

Katekese sesungguhnya merupakan kegiatan mewartakan Yesus Kristus atau kabar gembira bagi umat secara berkelanjutan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka merasa terbantu untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus. Hal ini ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae, art. 20 bahwa “yang menjadi tujuan katekese ialah “mengembangkan iman yang bertumbuh dari hari ke-hari menuju kepenuhan yang semakin memantapkan hidup beriman bagi kaum muda maupun kaum dewasa yang merangsang pengetahuan maupun penghayatan iman”. Artinya katekese mencakup seluruh proses pengajaran, pendalaman, dan pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang dewasa dalam iman, dalam konteks kultural tertentu. Telaumbanua (1999: 87) mengemukakan gagasan katekese umat sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat atau


(22)

kelompok. Para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara sempurna.

Katekese sebagai salah satu usaha mengkomunikasikan nilai-nilai Kristiani, tidak boleh lepas dari situasi komunitas karena katekese berasal dari hidup umat, menjadi tanggungjawab seluruh umat, dan demi pengembangan iman setiap umat. Komunitas merupakan tempat pokok umat menghayati dan mengembangkan imannya. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa yang menjadi pusat utama dalam katekese adalah Yesus Kristus sendiri. Kristus menjadi tujuan, pelaku, sumber dan pola katekse.

Dalam membantu mengembangkan iman umat diperlukan sebuah metode katekese yang baik, yaitu metode yang cocok dengan situasi umat sehingga membantu umat untuk mampu mengungkapkan imannya serta mampu mewujudkan iman tersebut dalam tindakan konkret dalam keluarga, lingkungan, maupun dalam bermasyarakat sesuai tuntutan zaman modern ini. Misalnya, katekese yang dikenal dengan model pengalaman hidup. Model ini menekankan pentingnya partisipasi aktif para peserta dalam katekese. Artinya, partisipasi itu berdasarkan pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka (Heryatno, 2008:70). Oleh karena itu, semua umat harus bekerjasama dengan melibatkan seluruh kegiatan inti dari seluruh komponen dan daya yang ada dalam komunitas paroki secara menyeluruh.

Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B adalah salah satu medan pastoral kaum awam, khususnya para katekis dalam membina iman anak-anak,


(23)

kaum muda, dan orang dewasa demi perkembangan iman umat setempat. Kegiatana pembinaan iman yang dilaksanakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua hanya berbentuk ibadat sabda, rosario dan ziarah. Sedangkan katekese sama sekali tidak diprioritaskan karena katekis tidak memiliki kemampuan mengorganisir atau tidak mengetahui metode katekese yang bisa digunakan sesuai dengan realita yang terjadi dalam kehidupan umat. Hal ini juga menjadi sulit bagi umat untuk merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang sudah mereka hayati, seperti persaudaraan, kepedulian, gotong royong yang bisa diinterpretasikan dengan nilai-nilai Injil. Artinya, mereka menghayati tetapi tidak mengetahui makna yang secara mendalam karena kurangnya komunikasi iman. Karena itu, pemahaman mengenai katekese harus mendapat prioritas bagi para pewarta iman, khususnya katekis. Seorang katekis harus memiliki kemampuan memimpin dengan metode yang variatif sehingga dapat membantu umat untuk bisa menggali pengalaman hidupnya. Dengan demikian, tujuan membantu umat mengembangkan penghayatan iman mereka melalui ketekese dapat tercapai. Iman perlu dihidupkan secara terus menerus melalui perjumpaan dan pengungkapan yang terlaksana lewat komunikasi iman.

Oleh karena itu, penulis ingin menawarkan pemikiran dalam bentuk skripsi, yakni pembahasan tentang katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Artinya, penulis ingin memberikan gambaran umum mengenai katekese dan metode-metode yang perlu diketahui oleh para pendamping katekese. Melalui katekese seluruh umat dapat didorong untuk


(24)

semakin menghayati imannya dan berjuang demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka. Penulis merumuskan judul skripsi sebagai berikut: “Katekese Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun

Atambua”. Penulis meyakini bahwa pastoral katekese sesungguhnya menjadi alat

untuk mengkomunikasikan seluruh pengalaman hidup umat dan membantu meningkatkan penghayatan iman mereka.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penulisan ini, sebagai berikut:

1. Apa itu pokok-pokok katekese dan penghayatan iman?

2. Sejauhmana kegiatan katekese dilaksanakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua telah berhasil untuk meningkatkan penghayatan iman umat?

3. Katekese macam apa yang cocok digunakan untuk meningkatkan penghayatan iman umat.

C.Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tentang pokok-pokok katekese dan penghayatan iman

2. Mengetahui sejauhmana kegiatan katekese dilaksanakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua telah berhasil


(25)

untuk meningkatkan penghayatan iman umat.

3. Membantu umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua untuk meningkatkan penghayatan iman mereka dengan adanya program baru.

D.Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini antara lain:

1. Bagi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua menjadi acuan bagi umat dalam memahami katekese serta membantu mereka untuk meningkatkan imannya.

2. Sebagai inspirasi dan refleksi bagi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua yang membutuhkan sosok seorang katekis yang mampu membantu mengembangkan iman umat akan Yesus Kristus.

3. Bagi Penulis

Semakin menambah pengetahuan mengenai katekese

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif analisis, dimana penulis akan berusaha untuk menggambarkan suatu masalah berdasarkan penelitian kualitatif, kemudian menganalisisnya. Penulis juga memanfaatkan studi pustaka dari berbagai macam buku dan literatur yang relevan serta mendukung bahan penulis.


(26)

F. Sistematika Penulisan

Judul skiripsi yang penulis pilih adalah katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Penulis menguraikannya menjadi lima bab sebagai berikut:

bab I yaitu Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II penulis menguraikan pokok-pokok katekese antara lain arti katekese, tujuan katekese, konteks katekese, isi katekese, model-model katekese dan pelaku katekese.

Bab III berisi Pelaksanaan katekese, gambaran pembinaan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua antara lain letak geografis, jumlah umat dan keadaan umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B, gambaran kegiatan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat Lingkungan Santo Longinus Paroki Santa Sesilia Kotafoun Atambua.

Bab IV penulis menguraikan usulan program katekese untuk meningkatkan penghayatan iman umat.

Bab V berisi kesimpulan yang merangkum bab I sampai bab IV dan saran untuk paroki, para pendamping katekese, ketua lingkungan dan, seluruh umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.


(27)

BAB II

KATEKESE DEMI MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT

Pada bab sebelumnya penulis sudah membahas alasan penulis memilih tema skripsi katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Selain itu tujuan, manfaat dan metode penulisan skripsi ini juga sudah diungkapkan. Dalam bab yang kedua penulis akan membahas pokok-pokok katekese.

Bila dilihat dari situasi konkret hidup umat katekese sangat berperan sebagai jalan bagi umat untuk saling memperkembangkan imannya. Supaya iman umat sungguh hidup, menggerakkan, dan memberi daya hidup maka umat harus menghayati iman dalam hidup sehari-hari karena iman berkembang sepanjang hidup. Oleh karena itu, kita memerlukan pembinaan iman yang dihidupi secara terus menerus sepanjang hayat melalui sarana pendidikan berkelanjutan dalam iman (homili, katekese, sakramen-sakramen). Katekese merupakan bagian utuh dari kegiatan pastoral Gereja secara keseluruhan yang mencakup seluruh unsur yang ada di paroki atau tempat tertentu antara lain seperti koinonia, liturgia, kerygma dan diakonia demi pengembangan iman yang berlangsung secara berkelanjutan. Semua unsur ini dapat dilaksanakan oleh seluruh umat dengan cara yang sepenuh hati serta saling bekerjasama sehingga perkembangan iman umat semakin dewasa dan mencapai pada kepenuhan hidup yakni bersatu dengan Yesus Kristus.


(28)

Dalam bab dua ini penulis akan menguraikan tentang pokok-pokok katekese dengan menggunakan Dokumen-dokumen Gereja antara lain Petunjuk Umum Katekese dan Katekese Umat. Penulis juga menggunakan pandangan dari para ahli. Selain itu penulis juga membahas tentang penghayatan iman dalam kehidupan sehari-hari. Uraian pokok-pokok katekese meliputi: arti katekese, tujuan katekese, konteks katekese, isi katekese, model-model katekese dan pelaku katekese

A.Pokok-pokok katekese 1. Arti Katekese

Pengertian katekese mengalami perkembangan sesuai dengan situasi dan keadaan umat. Ini tentu dikarenakan seluruh umat sebagai subyek katekese tidak dapat dipisahkan dari lingkungan tempat mereka tinggal yang mengalami perubahan terus menerus. Supaya lebih jelas di bawah ini akan dipaparkan beberapa rumusan katekese menurut Dokumen-dokomen katekese, Petunjuk Umum Katekese dan pandangan menurut para ahli.

Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik tentang katekese masa kini Catechesi Tradendae mendefinisikan katekese sebagai:

Pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18).

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa katekese merupakan pembinaan iman bagi semua orang antara lain anak-anak, kaum muda dan orang dewasa. Pembinaan iman yang diberikan khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang umumnya diberikan secara organis dan sistematis. Pembinaan iman yang


(29)

dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus dapat membantu mereka untuk semakin berkembang dalam iman, mampu merefleksikan pengalaman imannya dalam kehidupannya serta mampu menjadi saksi Kristus dalam kehidupannya. Melalui kesaksiannya, mereka saling membantu, terbuka dan saling mendengarkan sehingga iman mereka semakin diteguhkan dan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Petunjuk Umum Katekese mengemukakan:

Katekese sebagai komunikasi Wahyu Ilahi, pada akarnya diinspirasikan oleh pedagogi Allah, sebagaimana diperlihatkan dalam Kristus dan dalam Gereja. Oleh sebab itu, ia mendapat karakteristiknya yang menentukan dan di bawah bimbingan Roh Kudus, dia menyusun sebuah sintesis untuk memberi semangat agar memiliki pengalaman iman yang benar, dan karena itu suatu perjumpaan seorang anak dengan Allah (PUK, art 143).

Rumusan ini dapat diartikan katekese sebagai pedagogi Ilahi dan Allah adalah pendidiknya. Pedagogi Ilahi juga disebut sebagai pendidikan Yesus Kristus. Yesus sendirilah yang menjadi pusat dan jantung hati katekese. Pendidikan Ilahi merupakan pendidikan iman yang sungguh otentik yang akan membantu umat mengembangkan imannya sepanjang hidup. Jadi melalui katekese umat dibantu untuk memahami karya Allah dan semakin mengenal, mengasihi dan bersatu dengan hidup-Nya (PUK 138 & 140).

Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II menyajikan suatu rumusan sebagai berikut:

Katekese merupakan komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara anggota jemaat. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikan rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna (Komkat KWI, 1995: 14).

Rumusan tersebut menggambarkan katekese sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat. Melalui komunikasi


(30)

atau tukar pengalaman iman, umat saling bersaksi tentang iman mereka sehingga mereka saling memperkaya, menguatkan dan memotivasi satu sama lain. Supaya komunikasi iman dapat berjalan dengan baik maka pendamping katekese harus menciptakan suasana yang kondusif artinya berdialog dalam suasana terbuka, santai, ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan sehingga iman mereka masing-masing diteguhkan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa rumusan katekese di atas dapat dilihat bahwa inti pokoknya sama yakni mewartakan Yesus Kristus.

Groome sebagaimana dikutip oleh Heryatno (2003: 7 ) menegaskan bahwa katekese total adalah katekese yang mencakup semua unsur hidup dan kegiatan umat yang dilakukan oleh semua umat dengan sepenuh hati. Artinya seluruh kegiatan misalnya koinonia (persekutuan umat), liturgia (perayaan iman), diakonia (pelayanan), dan kerygma (pewartaan) harus dilaksanakan dengan total berarti tidak setengah-setengah melainkan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Seluruh umat secara bersama-sama melaksanakan semua unsur tersebut dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab maka mereka semakin menemukan dan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka.

Setyakarjana (1976: 38) menyajikan suatu rumusan katekese yaitu:

Usaha saling tolong menolong terus-menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup Kristiani yang dewasa.

Rumusan di atas dapat diartikan bahwa katekese merupakan usaha saling tolong menolong antara semua umat beriman yang secara bebas memilih Kristus menjadi pola hidupnya. Dalam kegiatan ini semua umat memiliki peran dalam pengembangan iman dengan harapan seluruh umat mempunyai tugas yang sama


(31)

yakni pengembangan iman umat. Karena perkembangan iman berlangsung sepanjang hidup, maka dibutuhkan pembinaan iman yang permanen. Oleh karena itu umat harus saling bekerjasama dalam mengartikan, memaknai dan menjalani hidup sehari-hari menurut pola Kristus atau sesuai dengan ajaran-Nya. Dengan saling bekerjasama maka iman umat semakin dewasa dan mampu mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut penulis katekese dimengerti sebagai komunikasi iman antara peserta satu dengan yang lain secara terus-menerus dalam rangka mendewasakan iman demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan mereka. Katekese merupakan usaha bersama-sama seluruh umat yang ikut bekerjasama dalam mengembangkan imannya sehingga iman mereka sungguh dihayati dalam hidupnya baik dalam keluarga, sekolah, lingkungan maupun masyarakat.

2. Tujuan Katekese

Tujuan utama katekese adalah untuk membantu umat beriman agar semakin bersatu dengan hidup Yesus Kristus. Artinya umat menjalin hubungan yang personal dengan pribadi Yesus Kristus sehingga mereka dapat meneladani dan menemukan Yesus Kristus dalam setiap pengalaman hidup.

Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae memaparkan bahwa tujuan katekese ialah :

Bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengund angnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra degan-Nya. Hanya Dialah yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Trituggal Kudus (CT, art. 5).


(32)

Rumusan di atas dapat diartikan bahwa tujuan katekese tidak hanya menghubungkan umat dengan Yesus Kristus melainkan mengundang mereka untuk bersatu dengan Yesus Kristus, menjadikan Yesus sebagai yang utama dalam hidup mereka. Menjadikan Yesus dalam hidup kita berarti selalu mengandalkan kekuatan-Nya dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Bersatu dengan Yesus Kristus berarti pula bersatu dengan Bapa yang mengutus-Nya, dengan bantuan Roh Kudus yang mendorong perutusan-Nya, dengan Gereja yang adalah tubuh-Nya dan dengan seluruh umat manusia yang diselamatkan-Nya. Dengan demikian umat pun akan terbantu agar semakin bersatu kepada Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Umat akan terdorong untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari sehingga terjadi pembaharuan hidup atau perubahan dalam hidupnya (Telaumbanua, 2005: 9). Berkat karya rahmat Allah, manusia diubah menjadi ciptaan baru. Menjadi ciptaan baru juga berarti pertobatan hati yang jujur sehingga umat semakin mencintai, mengenal dan mengandalkan pribadi Yesus sebagai pedoman hidupnya. Menjadikan Yesus dalam hidup kita berarti bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Kita sebagai pengikut-Nya diharapkan

berani menyatakan “ya” kepada Kristus, setia mengikuti-Nya dan

mengandalkan-Nya dalam kehidupan kita.

Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II menjelaskan bahwa tujuan komunikasi iman ialah:

 Supaya dengan terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari;

 Bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;


(33)

 Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;  Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas

mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;  Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup

kita di tengah masyarakat (Komkat KWI, 1995: 15).

Maksud dari rumusan di atas bahwa dengan bantuan Roh Kudus kita dapat memaknai setiap pengalaman dimana itu merupakan sebuah anugerah dari Tuhan. Dengan memaknai pengalaman-pengalaman yang terjadi maka kita mengalami perubahan dalam hidup, bertobat terus-menerus, membuka diri makin peka pada kehadiran-Nya dan makin peduli pada hidup sesama serta semakin terlibat aktif menggerja maupun di tengah masayarakat. Dan akhirnya sampai pada kedewasaan iman dengan mencintai, mengimani dan mengandalkan-Nya sebagai pedoman hidup sehingga kita semakin mantap, mampu menjadi saksi Kristus melalui pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari.

Katekese sebagai salah satu bentuk karya pewartaan Gereja, yang bertujuan membantu umat beriman agar makin mengenal, mengasihi dan mengikuti Yesus Kristus di dalam hidup mereka. Melalui katekese umat mengalami dan menyadari bahwa seluruh pengalaman hidup kita ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh Kudus untuk mengantar kita kepada Allah Bapa.

Tujuan katekese menurut Heryatno (2003: 7) dalam Groome:

Merupakan gerakan mengkomunikasikan harta kekayaan iman Gereja supaya dapat membentuk dan membantu jemaat memperkembangkan imannya pada Yesus Kristus baik secara personal maupun kelompok demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kenyataan dunia.

Rumusan tujuan katekese di atas dapat dipahami sebagai usaha untuk mengkomunikasikan harta kekayaan iman Gereja yakni Sabda Allah yang hidup. Umat merindukan dan membutuhkan Sabda Allah yang hidup dalam dirinya


(34)

sebagai penggerak sehingga umat mampu untuk memaknai pengalaman pergulatan mereka dan memperkembangkan kerohanian mereka. Pendamping harus menciptakan susana kekeluargaan agar tercipta suasana yang nyaman dan terbuka sehingga setiap pribadi (jiwa) dapat merasa teduh dan bebas mengkomunikasikan pengalaman imannya dengan berpedoman pada harta kekayaan iman Kristiani dalam berefleksi.

Melalui katekese diharapkan umat saling berefleksi dan berkomunikasi tentang Sabda Allah dan pengalaman hidup sehari-hari. Dengan berefleksi secara terus-menerus maka imannya akan Yesus Kristus semakin hidup dalam diri masing-masing maupun dalam kelompok demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Amalorpavadas (1972: 8) merumuskan tujuan katekese sebagai berikut: membangun, memelihara, dan memperkembangkan iman, sambil membaharui, memperdalam dan membuatnya semakin bersifat pribadi dan berbuah dalam tindakan. Katekese diharapkan dapat membantu umat beriman dalam memperkembangkan imannya terus-menerus dan diharapkan iman umat berbuah pada tindakan nyata dalam setiap pengalaman hidup.

3. Konteks Katekese

Dilihat dari perkembangan zaman yang terus berkembang saat ini, konteks pelaksanaan katekese dapat dimulai dari dua hal yang mendasar yaitu hidup umat sebagai konteks, arah dan dasar wilayah setempat. Berikut penulis akan membahas secara rinci mengenai dua komponen dasar tersebut sebagai berikut: a. Hidup Umat


(35)

Dalam katekese yang menjadi konteks katekese adalah hidup umat atau kondisi historis hidup mereka. Hidup umat inilah yang menjadi tempat utama untuk menghayati iman dan untuk mencari dan menemukan kehendak Allah. Dengan penuh kasih setia Allah hadir berkarya di tengah-tengah hidup manusia. Maka dari itu, kenyataan historis hidup umat menjadi bagian pokok katekese. Dengan demikian seorang pendamping katekese harus terlebih dahulu mengetahui dan mengenal situasi umat setempat.

Dengan mengenal situasi umat di sekitarnya maka ketika memberikan pendalaman iman pun sesuai dengan kebutuhan umat karena tujuan katekese sendiri adalah membantu umat untuk memahami dan menyadari realitas hidupnya dan mendorong mereka untuk mengembangkan imannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengambil bagian secara aktif di dalam pergumulan hidup sesama supaya semakin banyak orang mengalami cinta kasih Allah. Situasi umat setempat menjadi proses katekese itu sendiri dan umat adalah pusatnya. Karena katekese berasal dari umat, oleh umat dan untuk pembangunan hidup umat. Dengan demikian katekese harus berhubungan dengan kenyataan hidup umat sehingga umat sungguh menghayati imannya di dalam seluruh segi kehidupannya. b. Arah dan Dasar Keuskupan Setempat

Di dalam arah dasar setiap keuskupan tentu mempunyai visi-misi dan cita-cita tertentu yang memberi arah pelayanan dan pembangunan bagi umat setempat. Misalnya gambaran Gereja yang hendak dibangun, cita-cita untuk beriman di tengah masyarakat. Artinya Gereja keuskupan setempat ingin membangun dan mengembangkan diri menjadi Gereja umat Allah yang dibangun. Dengan harapan agar umat memiliki iman yang dewasa, mendalam dan memasyarakat serta


(36)

menghayati imannya sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penghayatan dan perwujudan iman dalam kehidupan sehari-hari, umat diharapkan saling bekerjasama dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah seperti yang diwartakan dan dilaksanakan oleh Yesus Kristus. Dengan mengenal situasi umat maka katekese berperan sebagai salah satu usaha untuk mewujudkan cita-cita yang telah dibangun oleh keuskupan/paroki setempat tersebut.

Dari uraian konteks katekese di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan katekse harus benar-benar bertolak dari situasi hidup umat sehingga isi katekese yang akan diwartakan dapat menjawab kebutuhan umat.

4. Isi Katekese

Secara singkat Paus Yohanes Paulus II mengemukakan isi katekese adalah sebagai berikut:

Karena katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga tidak dapat lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri secara menyeluruh. Satu-satunya amanat, yakni Warta Gembira Keselamatan, yang telah didengar sekali atau ratusan kali, dan telah diterima setulus hati, dalam katekese terus menerus didalami melalui refleksi dan studi sitematis, melalui kesadaran akan gema-pantulannya dalam kehidupan pribadi seseorang, suatu kesadaran yang meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan selaras, yakni perihidup Kristen dalam masyarakat dan dunia (CT, art. 26). Rumusan di atas dapat dijelaskan bahwa isi katekese adalah warta gembira penyelamatan Yesus Kristus yang telah didengar dalam katekese melalui sharing pengalaman dan refleksi kritis yang didalami dan melalui studi sistematik. Kabar gembira yang diterima harus didalami dan dihayati terus-menerus dalam kehidupan setiap orang sepanjang hidupnya. Karena dengan menghayati secara


(37)

terus-menerus maka ia semakin mantap, total mengimani Yesus Kristus dengan mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat sekitarnya.

Isi katekese tidak lain adalah hidup Yesus Kristus. Artinya yang dialami dalam proses katekese adalah seluruh ajaran dan tindakan pribadi Yesus Kristus. Pesan yang disampaikan dalam katekese berpusat pada pribadi Yesus Kristus dengan dinamika batinnya memperkenalkan dimensi Tritunggal dari pesan yang sama. Di sini pendamping katekese dan umat bukan menyampaikan ajarannya sendiri, melainkan kebenaran dan ajaran tentang Yesus Kristus (CT, 6) dan dalam katekese yang ditekankan adalah Kristus sebagai cahaya bagi hidup manusia dan merupakan jawaban atas masalah-masalah mendasar hidup manusia (Adisusanto, 2012: 61-62).

Kristus adalah inti hidup orang Kristiani dan inti pewartaan itu sendiri. Jantung hati katekese adalah Yesus Kristus. Iman umat yang kokoh akan Yesus menjadi penggerak untuk menyelenggarakan katekese. Menyadari bahwa yang disampaikan dalam katekese adalah kabar gembira Sabda Allah, maka umat diundang untuk bertobat dengan tulus dan menghayati imannya secara terus- menerus, serta memberikan kesaksian konkret di tengah kehidupan bersama.

Petunjuk Umum Katekese menegaskan bahwa:

Katekese akan selalu menarik intinya dari Sabda Allah yang hidup yang diteruskan dalam Tradisi dan Kitab Suci, karena Tradisi dan Kitab Suci membentuk suatu harta Sabda Allah yang tunggal dan kudus, yang dipercayakan kepada Gereja (PUK, 94 & 95).

Dari keterangan di atas dapat diartikan bahwa yang menjadi isi katekese adalah Sabda Allah yang hidup. Sabda Allah itu adalah Yesus sendiri yang diteruskan atau diwariskan dalam Tradisi dan Kitab Suci. Melalui Tradisi dan Kitab Suci


(38)

sabda itu diungkapkan, direnungkan dan dihayati dalam pribadi setiap orang. Dengan menghayati Sabda Allah secara terus-menerus maka sabda itu akan selalu bersinar, hidup dalam pribadi setiap orang baik personal maupun kelompok. Pelaku katekese diharapkan dapat meneruskan pesan Yesus Kristus kepada semua orang yang telah mengambil keputusan untuk mengikuti-Nya.

Groome sebagaimana dikutip oleh Heryatno (2003: 7) mengungkapkan bahwa isi katekese bersumber dari pedagogi Ilahi yang disebut sebagai pendidikan Yesus Kristus. Artinya Yesus sendirilah yang menjadi pusat dan jantung hati katekese. Yesus jugalah yang menjadi pendidik utamanya. Jadi dalam katekese, yang dikomunikasikan adalah pribadi Yesus Kristus. Cara Yesus mengajar, membina dan memperkembangkan iman para murid-Nya. Dengan harapan umat semakin meneladani Yesus Kristus dan menjadikan-Nya sebagai pedoman hidup mereka. Sedangkan menurut Huber (1981: 19) isi katekese juga tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri. Kita berkumpul untuk bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada manusia dan pengantara manusia dalam menanggapi Sabda Allah. Berbicara mengenai katekese berarti berbicara tentang Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berkumpul untuk berkatekese akan mengkomunikasikan pengalaman imannya akan Yesus Kristus.

5. Model-model Katekese

Dalam kegiatan katekese banyak model yang ditawarkan sesuai dengan situasinya. Metode, media katekese yang digunakan pun harus sesuai dengan


(39)

keadaan setempat. Di bawah ini penulis akan menjelaskan secara rinci mengenai model-model katekese, metode katekese, dan media katekese:

a. Model-model Katekese 1) Model Pengalaman Hidup

Katekese model pengalaman hidup adalah model katekese yang bertitik tolak dari pengalaman hidup umat yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, pekerjaan maupun dalam hidup bermasyarakat. Katekese model pengalaman hidup bertujuan membantu umat untuk memahami, menyadari kehadiran Allah dalam hidupnya dan mampu untuk tampil menjadi saksi Allah bagi sesama. Untuk mencapai semua itu, katekese model pengalaman hidup mempunyai langkah-langkah: introduksi, penyajian pengalaman umat, pendalaman pengalaman umat, pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja, pendalaman Kitab Suci, rangkuman pendalaman Kitab Suci, penerapan dalam hidup konkret dan penutup (Sumarno, 2012: 12).

Proses pelaksanaan katekese model pengalaman hidup ini langkah awalnya diambil dari peristiwa konkret dicocokkan dengan tema pertemuan yang sedang digunakan. Peristiwa yang digunakan bisa pengalaman hidup umat bisa juga mengambil seluruh peristiwa dari koran atau surat kabar, lagu, cerita rakyat dll. Kemudian pengalaman itu diungkapkan atau disharingkan dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.

Pembagian kelompok ini sesuai dengan banyaknya umat yang ada. Supaya pengalaman umat dapat diungkapkan dengan jelas maka pemandu katekese harus menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah


(40)

supaya umat berani berbicara secara terbuka, dan santai untuk mensharingkan pengalaman imannya (Lalu, 2007: 12). Selama proses pendalaman pengalaman hidup, pendamping katekese mengajak umat untuk mengaktualisasikan pengalaman-pengalaman yang dibahas pada saat itu dengan pengalaman konkret umat. Kemudian pendamping katekese merangkum semua hasil yang disharingkan oleh umat. Tugas seorang pendamping katekese adalah sebagai pengarah dan pemudah.

Langkah berikutnya pendamping katekese membagikan pesan Kitab Suci kepada umat. Dalam membaca teks Kitab Suci ini bisa satu orang atau bergantian. Kemudian umat diberi kesempatan untuk merenungkan kembali ayat-ayat yang ada dalam Kitab Suci dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pendalaman. Pendamping membantu umat untuk mengungkapkan pesan inti menurut mereka sendiri sehubungan dengan tema. Setelah itu pendamping membuat rangkuman sesuai dengan apa yang sudah disharingkan oleh umat lalu menghubungkannya dengan pesan inti yang telah dipersiapkannya berdasarkan sumber-sumber yang sudah diolah sehubungan dengan tema sehingga umat semakin diperkaya dengan informasi baru demi perkembangan imannya.

Setelah mereka mendalami teks Kitab Suci, pendamping menuntun mereka untuk mengolah pengalaman hidup yang mereka alami dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat sesuai dengan pesan Kitab Suci. Setelah merefleksikan pesan Kitab Suci dan menghubungkan dengan pengalaman hidup, kemudian dalam saat hening umat diajak merenungkan serta membuat niat-niat pribadi maupun bersama dari katekese ini untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.


(41)

2) Model Biblis

Katekese model biblis merupakan katekese yang bertitik tolak dari Kitab Suci yang dipilih oleh pendamping pada saat melaksanakan pertemuan katekese atau sesuai panduan yang sudah ada berdasarkan kebutuhan umat setempat. Dalam pelaksanaan katekese model biblis ini umat diajak untuk merenungkan Sabda Tuhan kemudian dihubungkan dengan pengalaman umat. Dengan demikian umat dapat merenungkan dan mensharingkan dalam kelompok kecil atau kelompok besar.

Setelah umat mensharingkan pengalamannya pendamping membuat rangkuman dari jawaban mereka terutama inti pesan teks yang berhubungan dengan tema dan menghubungkannya dengan hasil persiapan pribadi dan memberikan kesempatan kepada umat untuk menghubungkan pesan Kitab Suci dengan pengalaman hidup sesuai dengan tema (entah masa lalu atau sekarang). Kemudian pendamping mengajak umat untuk merefleksikan serta memikirkan niat-niat pribadi maupun kelompok untuk dilaksanakan dalam kehidupan konkret sehari-hari. Akhirnya, pendamping menutup kegiatan katekese dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan proses dengan tema dan tujuan serta doa bersama atau nyanyian bersama sesuai dengan tema Kitab Suci yang diambil.

Dalam diktat PPL PAK Paroki dikatakan bahwa langkah-langkah katekese model biblis sebagai berikut: pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci, pendalaman teks Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan dalam hidup peserta dan penutup (Sumarno, 2012: 13).


(42)

3) Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup

Model katekese ini merupakan gabungan dari model biblis dan model pengalaman hidup. Karena katekese model campuran ini bertitik tolak dari pengalaman hidup umat sekaligus pengalaman Kitab Suci. Model ini pada umumnya berlangsung dalam langkah-langkah pokok sebagai berikut: pembacaan Kitab Suci oleh salah satu umat atau bergiliran kemudian pendamping memberikan kesempatan kepada umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci. Setelah mereka merenungkan pesan Kitab Suci pendamping mengajak umat untuk melihat video atau cerita sebagai sarana untuk membangkitkan umat untuk menanggapinya baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Pendamping memberikan kesempatan kepada umat untuk membuat niat-niat yang akan ditindaklanjuti dalam kehidupan sehari-hari. Setelah umat mensharingkan niatnya pendamping dapat merangkum keseluruhan isi yang telah tercapai selama katekese ini dan diakhiri dengan doa penutup dan lagu penutup (Sumarno 2012: 24).

b. Metode Katekese

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan katekese harus sesuai dengan situasi umat setempat. Maka seorang pendamping harus terlebih dahulu mengetahui keadaan umat sehingga tema yang digunakan dalam katekse dapat mengena, menarik minat umat dan menjawab persoalan umat.

Macam-macam metode katekese yang digunakan oleh umat antara lain: tanya jawab, sharing pengalaman, informasi, refleksi pribadi, diskusi kelompok dan komunikasi. Dari semua metode katekese yang ada ini bisa digunakan dalam


(43)

katekese asalkan sesuai dengan keadaan peserta katekese. Dalam situasi katekese sekarang ini alasan penggunaan metode atau pendidikan menyarankan agar penyaluran kekayaan katekese lebih baik diatur dengan cara tertentu sesuai dengan keadaan umat. Bahasa yang digunakan sebaiknya sesuai kebutuhan umat (anak-anak, kaum muda, orang dewasa dll) untuk menyampaikan isi ajaran Kristiani (CT, art. 31).

c. Media katekese

Metode yang digunakan dalam katekese akan berguna apabila didukung oleh media yang digunakan. Sekarang ini dunia memasuki zaman baru yaitu zaman media komunikasi dan informasi. Sesuai dengan perkembangan zaman manusia juga ikut berkembang dalam hal budaya yakni budaya bermedia.

Dalam berkatekese media merupakan hal yang sangat penting yang mendukung kelancaran katekese dalam membantu umat mengkomunikasikan imannya. Dengan demikian seorang pemandu harus kreatif menggunakan sarana yang menarik untuk mewartakan kabar gembira bagi semua orang. Berikut adalah macam-macam media yang bisa digunakan dalam katekese antara lain: Cerita bergambar, video, slide, cergam, boneka. Media-media ini sungguh menarik minat umat karena selain terbantu untuk mengungkapkan pengalaman iman umat dalam hidupnya, iman umat juga seamakin diteguhkan lewat video-video, cergam atau slide-slide yang sangat memotivatif dan inspiratif. Umat juga tidak bosan dan tidak mengantuk bahkan rajin untuk menghadiri kegiatan katekese. Selain itu umat dapat dibantu untuk sampai pada pengalaman konkretnya, umat merasa terinspirasi setelah melihat video tersebut. Oleh karena itu seorang pendamping


(44)

dituntut untuk kreatif dalam mencari media katekese yang menarik agar umat pun aktif dan terlibat dalam kegiatan katekese dan semakin menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah arus zaman yang semakin berkembang ini.

6. Pelaku Katekese

Pelaku katekese tidak hanya menjadi tanggungjawab para katekis atau kaum religius semata melainkan merupakan tanggungjawab seluruh umat beriman (uskup, para imam, orang tua, biarawan-biarawati, dan katekis awam) sebagai konsekuensi menerima sakramen baptis. Melalui baptisan semua orang Katolik dipanggil dan dimampukan untuk menjadi murid-murid Yesus yang aktif mengambil bagian dalam misi Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Setiap umat juga dipenuhi Roh Kudus (Kis 2:3-4) dan diutus oleh Yesus (Mrk 16:15-16).

Katekese menjadi jalan bagi umat untuk saling memperkembangkan imannya. Dengan semakin menghayati imannya dan memupuk semangat persaudaraan, seluruh hidup umat diharapkan bersifat kateketis dan setiap anggota juga diharapkan dapat menjadi “katekis”. Artinya di dalam hidupnya yang sungguh beriman, umat dapat saling membantu memperkembangkan iman mereka. Yang satu dengan yang lain saling mengkomunikasikan iman mereka pada Yesus Kristus.

Hal ini juga ditegaskan oleh Groome sebagaimana dikutip Heryatno (2003: 8) bahwa yang menjadi pelaku katekese adalah seluruh umat yang sekaligus juga menjadi peserta katekese, semua umat belajar dan mengajar, tidak lagi dipisahkan secara kaku antara pihak yang belajar dan lainnya hanya mengajar. Oleh karena itu semua umat diharapkan tidak hanya mendengarkan saja


(45)

dari katekis atau mendengarkan Sabda Allah tetapi mampu memberikan kesaksian imannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Petunjuk Umum Katekese memaparkan bahwa:

Katekese adalah tanggung jawab seluruh komunitas Kristiani. Sesungguhnya, inisiasi Kristen, “hendaknya tidak menjadi karya para katekis dan imam semata, melainkan karya seluruh komunitas beriman”. Penerusan pendidikan iman merupakan persoalan yang menyentuh seluruh komunitas oleh karena itu katekese merupakan suatu kegiatan mendidik yang timbul dari tanggung jawab khusus setiap anggota komunitas,dalam sebuah konteks hubungan yang kaya, sehingga para katekumen dan menerima katekese dimasukkan secara aktif dalam kehidupan komunitas (PUK, art. 220).

Rumusan di atas dapat dimengerti bahwa katekese adalah tanggungjawab seluruh komunitas. Sesungguhnya katekese tidak hanya menjadi tanggungjawab para katekis atau kaum religius semata melainkan merupakan tanggungjawab seluruh umat beriman lewat partisipasi dan komunikasinya sehingga iman setiap individu semakin berkembang.

Menyangkut pelaku katekese umat PKKI II mencatat:

Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi maupun kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok basis, maupun di sekolah atau perguruan tinggi (Lalu, 2007: 92).

Maksud dari beberapa rumusan tersebut tidak jauh berbeda dengan rumusan sebelumnya. Apabila dibandingkan antara satu dengan yang lain mempunyai ciri khas atau penekanan tersendiri namun intinya tetap sama yaitu yang bertanggung jawab atau menjadi pelaku katekese adalah tidak hanya para imam dan katekis semata melainkan seluruh umat mengambil bagian untuk menghayati imannya dengan tetap berpegang teguh kepada Kristus sebagai pola hidup mereka baik


(46)

dalam hidup pribadi maupun kelompok.

Meskipun pelaksanaan katekese menekankan peranan umat tetapi kehadiran katekis atau pemandu tidak dapat dikesampingkan. Karena di dalam katekese, katekis berperan sebagai fasilitator, sahabat umat dalam peziarahan hidup dan sekaligus sebagai pengarah. Katekis diharapkan membantu jemaat dalam memaknai pergulatan hidup di dalam terang iman agar mereka mendapat inspirasi yang selalu segar demi terwujudnya perkembangan iman secara terus-menerus.

B. Penghayatan Iman 1. Pengertian Iman

Pembahasan mengenai iman tidak terlepas dari wahyu. Karena dilihat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan diri-Nya kepada manusia, wahyu merupakan pertemuan Allah dengan manusia yang menanggapi wahyu sekaligus menyerahkan diri kepada Allah. Pertemuan inilah yang disebut iman.

Konstitusi Dei Verbum Dokumen Konsili Vatikan II mengatakan bahwa:

Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran, wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV, art. 5).

Di dalam konstitusi Dei Verbum art 5 dikatakan bahwa kepada Allah yang memberi wahyu, manusia harus menyatakan ketaatan iman yaitu penyerahan diri secara total kepada Allah. Penyerahan diri secara total kepada Allah mencakup hubungan manusia seutuhnya. Karena itu orang harus bertumbuh dan berkembang dalam iman. Agar orang dapat bertumbuh dan berkembang dalam iman setiap orang membutuhkan rahmat Allah.


(47)

Iman Kristiani adalah penyerahan diri seutuh-utuhnya kepada Allah dalam dan melalui Yesus Kristus berkat penjiwaan Roh Kudus (Budi Purnomo, 1998: 22). Iman tidak akan pernah terjadi tanpa campur tangan karya Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memampukan manusia mempunyai iman sejati. Justru oleh Roh Kudus kita mampu berseru, ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15). Roh Kuduslah yang senantiasa menyempurnakan iman melalui karunia-karunia-Nya sehingga iman tumbuh dan berkembang menjadi iman sejati.

Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas, menyapa manusia dengan kasih, membebaskan manusia dari kegelapan dosa dan maut dan akhirnya membangkitkan kita manusia kehidupan yang kekal. Allah menyapa, menjumpai, dan menyerahkan diri hanya untuk manusia. Hal ini menjadi sebuah perjumpaan yang menandakan suatu persahabatan mesra antara manusia dan Allah. Allah dengan penuh kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia. Maka dengan menjadi sahabat, Allah tetap menginginkan suatu tanggapan dan jawaban dari manusia akan sapaan-Nya atau wahyu yang mau menjalin hubungan mesra antara manusia dan Allah. Allah menyatakan memberikan kelimpahan cinta kasih kepada manusia dan tinggal memberikan jawaban yang tulus dari hati apakah mau menerima pemberian Allah itu (KWI, 1996: 127-128).

2. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa

Iman Kristiani yang dewasa merupakan perpaduan antara segi kognitif (kepala), afektif (hati), dan psikomotoris (tindakan). Supaya sungguh hidup,


(48)

menggerakkan, dan memberi daya hidup, kita semua harus menghayati iman dalam hidup sehari-hari.

Iman Kristiani dikatakan semakin dewasa jika sampai pada tindakan-tindakan nyata perwujudan dengan karya kerasulan seperti yang tertulis dalam Dekrit Apostolicam Actuositatem, dokumen Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam artikel 9 yang berbunyi:

Kaum awam menunaikan kerasulan mereka yang bermacam-macam dalam Gereja maupun masyarakat. Dalam kedua tata hidup itu terbukalah pelbagai bidang kegiatan merasul. Yang lebih penting di antaranya akan kami uraikan di sini, yakni: jemaat-jemaat gerejawi, keluarga, kaum muda, lingkungan sosial, tata nasional, dan internasional. Karena zaman sekarang ini kaum wanita semakin berperan aktif dalam seluruh hidup masyarakat, maka sangat pentinglah bahwa keikut-sertaan mereka diperluas, juga di pelbagai bidang kerasulan Gereja.

Dalam Dekrit tentang Kerasulan Awam artikel 9 ini sangat jelas terlihat kedewasaan iman Kristiani yaitu dengan iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata menjawab semua kebutuhan dan permasalahan iman baik itu dalam lingkup jemaat-jemaat, keluarga, kaum muda, bahkan sampai pada kegiatan pelayanan untuk menjawab permasalahan sosial baik itu dalam skala nasional maupun internasional.

3. Menghayati Iman dalam Kehidupan Sehari-hari

Beriman berarti percaya kepada Allah, menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sehingga dalam situasi dan kondisi apapun kita merasa kuat, teguh, tabah dalam menghadapi segala persoalan bahkan penganiayaan, tantangan dan persoalan. Percaya kepada Tuhan sebagai andalan hidup kita.

Iman menuntut kesetiaan dan keterlibatan dalam segala hal dan orang sepanjang hidup terikat kepada-Nya. Oleh karena itu iman tidak hanya


(49)

menyangkut akal budi tetapi seluruh dari manusia: cipta, rasa, karsa dan karya. Orang beriman yang menerapkan imannya dalam kehidupan sehari-hari akan semakin kokoh tidak mudah putus asa, tahan banting oleh tantangan, kesulitan dan ancaman. Iman itu tetap dihayati, digumuli dan diperjuangkan.

Orang Kristiani yang telah menerima pewahyuan Allah dalam bentuk iman, menghayatinya secara konkret, penghayatan iman tersebut melalui dua cara yaitu: a. Pengungkapan iman yaitu tindakan orang Kristiani yang diwujudkan melalui

hal-hal yang khas Kristiani, misalnya doa rosario, doa bersama, perayaan Ekaristi, tradis-tradisi Gereja termasuk ajaran-ajaran iman, komunitas iman yang tertulis maupun lisan. Perjumpaan dengan pengungkapan iman terlaksana melalui komunikasi tentang isi iman dan diharapkan dari komunikasi tersebut akan sampai pada keprihatinan yang mendalam sehubungan dengan penghayatan imannya terhadap Yesus Kristus (Banawiratma & Suharyo, 1986: 47-48).

b. Perwujudan iman merupakan tindakan lebih lanjut dari manusia yang telah mempercayakan hidupnya pada Yesus Kristus lewat perbuatan-perbuatan nyata setiap hari dalam hubungan dengan sesamanya. Seperti kata Santo Yakobus: “iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak 2:26). Ini merupakan suatu usaha dari orang Kristiani untuk memperjuangkan dan membantu sesamanya berdasarkan hati nurani.

Kedua bentuk penghayatan iman di atas merupakan tantangan yang harus dihadapi orang Kristiani yang mau mengembangkan imannya lebih dalam lagi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa iman tidak cukup hanya diungkapkan melalui upacara-upacara gerejani, tetapi iman harus


(50)

dilaksanakan dan nampak dalam perbuatan sehari-hari. Iman hanya bisa dibuktikan dalam kasih yang menjadi nyata lewat perbuatan yakni mengasihi sesama disekitar kita. Iman yang hidup “bekerja oleh kasih” (Gal 5:6).

Jadi iman tanpa penghayatan merupakan ungkapan yang tidak bermakna. Di samping pengungkapan dan penghayatan iman harus diwujudkan lewat kehidupan konkret sehari-hari, baik di tengah keluarga, lingkungan maupun masyarakat.


(51)

BAB III

GAMBARAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-

ATAMBUA

Pada bab II telah diuraikan tentang katekese demi meningkatkan penghayatan iman umat. Pemahaman secara teoritis tentang pokok-pokok katekse demi mengembangkan iman umat melalui Dokumen-dokumen Gereja dan dari pandangan para ahli sungguh membantu umat untuk semakin memahami tentang katekese dan mampu menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan sehari-hari.

Dalam bab III ini, penulis membahas tentang penelitian pelaksanaan katekese untuk meningkatkan penghayatan iman umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Penulis memulai dengan memberikan gambaran umum pembinaan iman umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua yang terdiri dari letak geografis lingkungan, jumlah umat dan keadaan umat, kegiatan pembinaan iman serta masalah-masalah yang dihadapi oleh umat.

A.Gambaran Situasi Pembinaan Iman Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

1. Letak Geografis Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

Paroki Santa Sesilia Kotafoun terletak di desa Naisau, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Belu. Batas-batas paroki kotafoun yaitu sebagai berikut:

- Sebelah Utara Paroki Santo Nikolaus Biudukfoho


(52)

- Sebelah Barat Paroki Santa Maria penyelenggara segala rahmat Kiupukan - Sebelah Timur Paroki Salib Suci Wehae

- Sebelah Selatan Paroki St. Yohanes Rasul Rafau

Paroki Santa Sesilia Kotafoun terdiri dari 4 wilayah/stasi yaitu wilayah Asmanulea berada di Kecamatan Sasitamean, wilayah Naitnenas berada di Kecamatan Sasitamean, wilayah Naisau berada di Kecamatan Sasitamean dan wilayah Biudukfoho berada di Kecamatan Sasitamean. Paroki Santa Sesilia Kotafoun terbagi atas 7 lingkungan antara lain adalah: Lingkungan Santo Longinus Naisau A & B, Yosef, Yohanes, Petrus, Paulus dan Yeremia.

Letak setiap wilayah di atas dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit khususnya wilayah Paroki Santa Sesilia Kotafoun dan sekitarnya. Karena wilayahnya termasuk wilayah perbukitan yang sulit dijangkau oleh kendraan bermotor bahkan pada saat musim hujan hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Paroki Santa Sesilia Kotafoun merupakan wilayah yang menjangkau daerah pedesaan dan daerah perbukitan maka air menjadi masalah yang cukup serius bagi sebagian besar umat Paroki Santa Sesilia Kotafoun. Banyak umat mengandalkan kebutuhan air dari telaga tadah hujan. Karena sifatnya tadah hujan tidak semua telaga berisi air setiap saat. Namun, tiap warga sudah mengantisipasi dengan membuat penampungan tadah hujan di rumah masing-masing. Hanya di daerah dataran rendah air relatif lebih mudah didapatkan dengan dibuat sumur. Beruntung bahwa 3 tahun yang lalu pemerintah telah menyediakan penyaluran pipa air ke permukiman penduduk dari sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan seperti di sungai-sungai terdekat. Walaupun demikian, kebutuhan


(53)

air tetap menjadi persoalan yang utama, baik untuk kebutuhan rumah sehari-hari maupun untuk kebutuhan bercocok tanam.

Seperti daerah-daerah lain, umat Paroki Santa Sesilia Kotafoun mengikuti pola tanaman pangan dengan menyesuaikan siklus musim. Di saat musim penghujan, mereka dapat menanam jagung singkong dan tanaman palawija (kacang, dan lain-lain). Memang, di tengah kondisi pertanian yang diombang-ambingkan harga serta pupuk dewasa ini hasil olah pertanian tidak memberikan keuntungan ekonomis yang dapat diandalkan. Namun, tidak ada pilihan lain yang lebih menjanjikan di luar pertanian. Untuk mendukung peruntungan ekonomi mereka memelihara sapi dan kambing yang lebih dimaksud untuk deposito. Hewan peliharaan tersebut seringkali dimanfaatkan untuk kebutuhan yang mendesak seperti nikah, acara adat istiadat, dan lain-lain.

2. Jumlah Umat dan Keadaan Umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

Berdasarkan data sensus anggota yang tercatat pada tahun 2013, Jumlah KK umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B ada 67 KK yang terdiri dari 350 jiwa. Jumlah umat seluruhnya antara lain anak-anak, remaja sampai dengan mereka yang sudah tua.

Dari data umat terakhir, jumlah umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B tercatat ada 350 jiwa dengan 67 KK. Secara ekonomi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B berada dalam ekonomi menengah ke bawah karena sebagian besar umat bekerja sebagai petani dan beternak. Hasil pertanian tersebut tidak hanya dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga sehari-hari tetapi bisa dijual untuk keperluan lain misalnya untuk menyekolahkan anaknya, sedangkan golongan


(54)

kedua adalah umat yang hidup sebagai pedagang dan wiraswasta. Mereka berdagang sayuran dan palawija namun lebih banyak yang bersifat musiman dan golongan berikutnya adalah sebagian kecil yang bekerja sebagai PNS, pensiunan, karyawan yang memiliki penghasilan tetap.

Lingkungan Santo Longinus Naisau B merupakan salah satu lingkungan yang letaknya di pedesaan sehingga bahasa yang digunakan dalam hidup sehari-hari adalah bahasa daerah atau bahasa setempat. Karena Lingkungan Santo Longinus Naisau B letaknya masih di pedesaan maka kerukunan, persaudaraan, kekeluargaan dan gotong royong masih kental atau masih mewarnai pola hidup umat. Mereka saling terbuka, saling membangun relasi yang baik dan terlibat dalam kegiatan bersama tanpa memandang status atau golongan.

3. Gambaran Kegiatan Pembinaan Iman Umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

Umat yang ada di Lingkungan Santo Longinus Naisau B mempunyai beberapa kegiatan yang digunakan sebagai wadah untuk memperkembangkan iman mereka. Kegiatan pembinaan iman yang ada di Lingkungan Santo Longinus Naisau B antara lain seperti rosario, doa bersama, ibadat sabda, ziarah, kegiatan koor, devoso-devosi dan ekaristi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh umat lingkungan Santo Longinus Naisau B ini ada beberapa yang memang menjadi kegiatan rutin, namun ada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan atau diikuti pada saat acara tertentu baik di paroki sendiri maupun di paroki lain.

Kegiatan rutin itu adalah kegiatan yang memang sering diikuti atau sudah menjadi tradisi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Kegiatan rutin misalnya doa rosario, ziarah dan ekaristi. Sedangkan kegiatan yang tidak rutin


(55)

adalah kegiatan yang waktu pelaksanaannya tidak pasti atau tidak terjadwal. Kegiatan tidak rutin misalnya ibadat sabda, dan kegiatan koor. Terkait dengan peribadatan, di tingkat lingkungan yang diadakan rata-rata satu bulan sekali sebagian besar digunakan untuk ibadat sabda yang diikuti oleh orang tua sedangkan para remaja biasanya jarang mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan karena mereka masih mengenyam pendidikan di kota.

Pada mulanya umat bersemangat mengikuti kegiatan yang ada untuk mengembangkan iman mereka, namun akhir-akhir ini semangat mereka menurun dengan berbagai alasan dan tantangannya. Terkadang kegiatan yang ada terlaksana tetapi umat yang hadir pun hanya orang-orang tertentu yang biasanya mengikuti kegiatan pembinaan iman. Umat menjadi kurang bersemangat mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan karena banyak faktor yang menjadi kendala dalam hidup mereka antara lain cuaca yang tidak mendukung (musim hujan), kurangnya biaya untuk kebutuhan pokok sehari-hari, biaya untuk menyekolahkan anaknya, terjadi permusuhan antar saudara, keluarga yang kurang harmonis, kurangnya pengetahuan dan pemahaman umat tentang iman dan masih banyak yang belum disebutkan.

Kendala-kendala di atas harus diperhatikan dan mencari solusinya karena apabila diabaikan maka hidup umat menjadi suram dan tidak ada perubahan di dalam diri mereka baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat khususnya dalam mengembangkan iman mereka. Perubahan tidak hanya bagi umat tetapi lingkungan setempat pun menjadi tidak berkembang dan maju. Hal ini membuat umat sulit mengembangkan dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Umat seharusnya menyadari bahwa dengan mengikuti kegiatan yang ada di


(56)

lingkungan maupun paroki sangat penting untuk mengembangkan iman mereka sehingga imannya semakin hidup, semakin sabar, kuat dalam menghadapi segala macam persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

Semua kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti memang diharapkan membawa perkembangan bagi mereka. Terutama kegiatan yang diikuti di lingkungan lain diharapkan juga bisa memberi inspirasi dan semangat untuk mereka supaya mau mengembangkan lingkungan sendiri.

4. Persoalan-persoalan yang Dihadapi oleh Umat Lingkungan Santo Longinus Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

Keadaan umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B cukup baik, tetapi di lingkungan ini masih ada persoalan dan keprihatinan yang dialami umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Persoalan yang dialami umat tidak hanya berkaitan dengan hal-hal religius saja melainkan dalam bidang ekonomi, sosial dan pendidikan.

Persoalan pokok dalam hal religius yaitu umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B kurang menghayati iman mereka karena kurangnya komunikasi iman. Hal ini juga menjadi sulit bagi umat untuk merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang sudah mereka hayati, seperti persaudaraan, kepedulian, gotong royong yang bisa diinterpretasikan dengan nilai-nilai Injil. Artinya, mereka menghayati tetapi tidak mengetahui makna yang secara mendalam.

Dalam hal ekonomi umat Lingkungan Santo Naisau B juga mengalami persoalan misalnya sebagian besar bekerja sebagai petani yang hidup mereka masih bergantung dari hasil alam yang bersifat musiman. Pada saat musim tertentu para petani mengalami kemerosotan atau gagal panen yang menyebabkan


(1)

(16)

Secara keseluruhan, mereka mengungkapkan bahwa media yang digunakan dalam pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B kurang mendukung karena medianya tidak variatif.

6. Proses katekese dengan menggunakan media membuat suasana semakin hidup. Sebagian besar responden yang penulis wawancarai menyatakan setuju jika proses katekese dengan menggunakan media membuat suasana semakin hidup.

7. Media apa saja yang selama ini pernah digunakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B?

Media yang selama ini digunakan di Lingkungan santo Longinus Naisau B yakni lagu-lagu dan cerita bergambar yang diambil dari buku panduan adven.

8. Metode katekese apa saja yang paling sering digunakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B?

Metode katekese yang selama ini digunakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B ialah metode ceramah.

9. Metode apa yang paling anda suka dalam pelaksanaan katekese?

Menurut para responden yang penulis wawancarai mengungkapkan bahwa metode katekese yang disukai dalam pelaksanaan katekese yakni metode sharing pengalaman.

10.Bagaimana peran seorang pendamping katekese yang anda harapkan?

Peran seorang pendamping katekese yang diharapkan ialah pendamping yang berperan sebagai pengarah dan pemudah.

11.Sesuai pengalaman anda selama mengikuti proses katekese, suasana seperti apa yang anda alami?

Para responden menyatakan selama mengikuti proses pelaksanaan katekese mereka merasa terlalu serius dan kaku. Karena selama proses katekese berlangsung yang berbicara hanya pendampingnya saja sehingga mereka hanya diam untuk mendengarkan. Ada responden lain menyatakan santai sehingga bisa mengerti dan memahami pencelasan pendamping.


(2)

(17)

12.Bahasa yang disampaikan oleh pendamping dalam berkatekese

Sesuai jawaban responden yang diwawancarai menyatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh pendamping saat memipin katekese tidak sulit karena penyampaiannya jelas dan sederhana. Selain itu juga disesuaikan dengan situasi umat. Artinya sesuai dengan bahasa setempat.

13.Volume suara pendamping harus nyaring, keras dan jelas sehingga umat dapat memahami dan mengerti apa yang disampaikan!

Para responden sangat setuju kalau volume suara pendamping harus nyaring, keras dan jelas sehingga umat dapat mengerti dan memahami bahan yang disampaikan. 14.Menurut anda siapakah yang menjadi pelaku dalam pelaksanaan katekese?

Sebagian besar responden yang penulis wawancarai masih menganggap bahwa yang menjadi pelaku katekese adalah ketua lingkungan dan para biarawan-biarawati. Namun, responden lain sudah menyadari bahwa sebenarnya yang menjadi pelaku katekese adalah seluruh umat.

15.Bahan yang digunakan dalam katekese harus sesuai dengan situasi umat

Para responden menyatakan sangat setuju apabila bahan yang digunakan pendamping dalam katekese harus sesuai dengan situasi umat sehingga bahan yang disampaikan dapat mengena atau menjawab keprihatinan umat setempat.

16.Menurut kesan anda apakah selama ini umat terlibat mengikuti katekese di lingkungan?

Menurut Rp1-Rp6 mengungkapkan bahwa selama mengikuti pelaksanaan katekese

di Lingkungan Santo Longinus Naisau B umat yang terlibat hanya sebagian saja. Tidak semua umat hadir karena berbagai macam kendala yang mempengaruhi mereka sehingga tidak mengikuti pelaksanaan katekese.

17.Apa yang membuat anda semangat mengikuti pelaksanaan katekese?

Yang membuat mereka semangat mengikuti pelaksanaan katekese antara lain untuk menambah pengalaman iman mereka. Selain itu ada yang menyatakan mempunyai kerinduan yang mendalam untuk mendapat bekal iman. Karena


(3)

(18)

dengan mengikuti katekese iman setiap pribadi semakin diteguhkan dan dikembangkan.

18.Apakah anda selalu aktif mensharingkan pengalaman anda selama proses katekse? Secara keseluruhan responden yang diwawancarai menyatakan bahwa kadang-kadang baru mensharingkan pengalaman imannya. Karena kurang diberi kesempatan untuk berpartisipasi. Responden lain menyatakan pasif karena tidak terbiasa sharing.

19.Kesulitan apa yang anda alami dalam mensharingkan pengalaman?

Para responden menyatakan bahwa tidak merasa kesulitan karena sesuai dengan pengalaman nyata. Responden lain masih kesulitan karena kurang percaya diri dan sulit merumuskan kata-kata.

20.Buah-buah apa yang anda dapat setelah mengikuti pelaksanaan katekese di lingkungan?

Selama mengikuti pelaksanaan katekese, mereka merasa semakin mengalami nilai-nilai Kerajaan Allah dalam setiap pengalaman hidupnya. Respondenlain mentakan semakin dekat dengan Tuhan dan semakin diteguhkan.

21.Katekese seperti apa yang menjadi harapan anda?

Para responden mengharapkan katekese yang bermakna bagi umat artinya semakin memperkembangkan iman umat, waktu pelaksanaan katekese tidak terlalu lama sehingga umat tidak merasa bosan, mengantuk dan kaku. Umat mengharapkan agar pendamping lebih kreatif dalam memilih tema dan menerapkan metode sharing pengalaman iman supaya semakin banyak umat yang terlibat.


(4)

(19)

Lampiran 7: Teks lagu untuk Kegiatan Katekese

1. Tuhan DiKau Naungan Hidupku (MB. 378)

Tuhan DiKau naungan hidupku, indahkan doaku Bila hati mengarah pada-Mu, limpahkan rahmat-Mu Aku slalu diincar bahaya.

Sampai akhir nanti, Tuhanlah perisaiku.

Aku percaya akan karya-Mu, diKaulah bentengku Bila diKau menjaga hidupku, amanlah hidupku Mohon embunkan kasih saying-Mu.

Sampai akhir nanti, Tuhanlah perisaiku.

2. Dalam Yesus Kita Bersaudara

Dalam Yesus, kita bersaudara Dalam Yesus, kita bersaudara

Dalam Yesus, kita bersaudara, sekarang dan selamanya Dalam Yesus, kita bersaudara

Dalam Yesus, ada cinta kasih Dalam Yesus, ada cinta kasih

Dalam Yesus, ada cinta kasih, sekarang dan selama-lamanya Dalam Yesus, ada cinta kasih


(5)

(20) Lampiran 8: Teks Cerita dan teks Kitab Suci

“Kesaksian Seorang Katekis”

Di sebuah keluarga ada seorang ibu bernama Agnes dan suaminya bernama Agus. Ia bekerja sebagai seorang guru agama di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta. Selain bekerja sebagai guru, ia juga aktif di gereja yakni mengajar anak sekolah minggu. Ia adalah seseorang yang rajin, sabar dan mencintai orang-orang disekitarnya. Suatu hari suaminya jatuh sakit selama enam tahun lamanya. Ia harus mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Menghadapi semua itu, ia tidak putus asa, takut dan gelisah karena ia percaya bahwa Yesus selalu ada untuknya. Dengan kerendahan hatinya, ia menjalaninya dengan sabar dan iklas, ia menyerahkan seluruh hidupnya dan keluarganya kepada Yesus dan Bunda Maria sebagai penolong, penghibur dan kekuatan dalam hidupnya”.

Injil Yohanes 6:16-21 (Yesus berjalan di atas air)

6:16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu

6:17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka,

6:18 sedang laut bergelora karena angin kencang.

6:19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka.

6:20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!"

6:21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.


(6)

Dokumen yang terkait

Katekese keluarga untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo Paroki Santo Yoseph Medari Yogyakarta.

1 25 209

Katekese model SCP sebagai salah satu usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman umat lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro.

1 7 158

Sumbangan katekese umat dalam rangka meningkatkan penghayatan iman umat Lingkungan Santo Yusuf, Berut, Wilayah Santa Marta, Sumber, Paroki Santa Maria Lourdes, Sumber, Magelang, Jawa Tengah melalui Shared Christian Praxis.

8 70 209

Penghayatan Devosi Jalan Salib sebagai sarana untuk memperkuat iman umat di Wilayah Maria Cordis Rogobelah, Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Jawa Tengah.

4 53 164

Usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

0 9 155

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE SKRIPSI

0 2 188

Upaya menumbuhkan hidup doa dalam keluarga-keluarga kristiani umat lingkungan Santa Maria stasi Majenang paroki Santo Stefanus Cilacap melalui katekese umat - USD Repository

0 0 137

SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 151

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN SKRIPSI

1 2 153

Upaya meningkatkan peranan orang tua sebagai pendidik iman anak melalui katekese di Stasi Santo Mikael Poncowati Paroki Santa Lidwina Bandar Jaya Lampung Tengah - USD Repository

0 4 141