Bentuk Sediaan Obat Rute Pemberian obat

kebutuhan klinis pasien dalam periode tertentu dengan harga terjangkau untuk pasien Nastiti, 2011. Penentuan dosis obat seharusnya dilakukan secara individual yang disesuaikan dengan berat badan, meskipun beberapa formulasi dapat digunakan. Setelah ditentukan dosis obat, dilihat juga rute pengunaan obat. Rute penggunaan obat terdiri dari rute oral per oral, injeksi, kulit per kutan, dan melalui rute transdermal. Rute penggunaan obat disesuaikan dengan tujuan terapi lokal atau sistematik, kerja obat cepat atau lambat, stabilitas obat dalam lambung atau usus, keamanan relatif, rute yang sesuai dengan kondisi penderita. Selain itu, juga perlu dipertimbangkan bentuk sediaan obat yang akan diberikan Putra, 2012.

1. Bentuk Sediaan Obat

Terdapat macam-macam bentuk sediaan obat menurut Ansel dan Howard 1989, yaitu: a. Pulvis serbuk Pulvis merupakan campuran kering bahan obat atau zat aktif yang dapat dihaluskan yang ditujukan untuk penggunaan oral atau untuk pemakaian luar. b. Pulveres Pulveres merupakan serbuk yang dibagi ke dalam bobot yang kurang lebih sama, yang selanjutnya dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. c. Tablet Tablet merupakan sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler atau cembung. Tablet biasanya mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. d. Pilulae Pil Pil merupakan bentuk sediaan padat, bundar dan kecil yang mengandung obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Penggunaan pil saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur dengan banyaknya penggunaan tablet dan kapsul. e. Kapsul Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam air. f. Solutiones Larutan Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut. Biasanya dilarutkan di dalam air dan cara penggunaannya diminum larutan oral dan kulit larutan topikal. g. Suspensi Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut dan terdispersi dalam fase cair. h. Emulsi Emulsi merupakan sediaan berupa campuran dari fase cairan dalam sistem dispersi dan distabilkan oleh zat pengemulsi. i. Unguenta Salep Salep merupakan sediaan semi padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. j. Suppositoria Suppositoria merupakan sediaa padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atatu uretra. Suppositoria dapat meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

2. Rute Pemberian obat

Bentuk sediaan obat dapat melalui beberapa rute pemberian tergantung dengan tujuan pengobatan yang diinginkan, seperti: a. Bentuk sediaan obat melalui rute oral per oral Bentuk sediaan obat yang digunakan dalam rute oral yaitu tablet, kapsul, pulveres, sediaan cair seperti sirop, suspensi atau emulsi oral. Penggunaan obat melalui rute oral bertujuan untuk memperoleh efek sistemik dan memperoleh efek lokal pada obat yang tidak larut atau tidak diabsorpsi dalam rute ini, seperti obat- obat cacing dan antasida yang digunakan untuk menetralkan kelebihan asam lambung. Bentuk sediaan oral digunakan untuk memberikan efek pengobatan yang lama. Kekurangan penggunaan obat pada rute oral per oral yaitu menghasilkan respon yang lebih lama dibandingkan dengan rute lainnya, tidak dapat digunakan pada penderita yang koma atau muntah-muntah, dan kemungkinan obat dapat rusak oleh reaksi asam lambung atau enzim-enzim pencernaan Syamsuni, 2006. b. Bentuk sediaan obat melalui rute rektal Bentuk sediaan obat melalui rute rektal digunakan untuk tujuan lokal atau sistemik dalam bentuk larutan lavement clysma enema, padat suppositoria, atau setengah padat unguentum salep. Kelebihan rute rektal yaitu menghindari obat yang dapat rusak jika melalui usus, dapat digunakan pada penderita yang muntah-muntah, koma, atau penderita yang susah menelan obat, dan obat tidak mengalami detoksikasi, biotransformasi, atau metabolisme yang mengakibatkan obat menjadi tidak aktif. Kerugian rute rektal adalah penggunaan yang tidak menyenangkan atau kurang nyaman Syamsuni, 2006. c. Bentuk sediaan obat melalui rute parenteral Bentuk sediaan parenteral dapat berupa larutan, suspensi, emulsi, dan serbuk steril dalam air atau minyak. Kelebihan dari bentuk sediaan obat melalui rute parenteral yaitu obat dapat terhindar dari inaktivasi dalam saluran gastrointestinal, menghasilkan efek obat yang cepat, mendapatkan kadar obat yang tepat sesuai yang diharapkan, dapat digunakan pada penderita yang susah menelan. Kekurangan menggunakan rute parenteral adalah jika terjadi kesalahan pemberian obat maka efek toksik sulit dinetralkan, selain itu harga obatnya lebih mahal dibandingkan obat oral karena sediaan harus dibuat steril Syamsuni, 2006. d. Bentuk sediaan obat melalui rute kulit Bentuk sediaan obat ini bertujuan untuk menghasilkan efek lokal dan bukan sistemik. Bentuk sediaannya dapat berupa salep, krim, pasta, lotion, dan serbuk tabur Syamsuni, 2006. e. Bentuk sediaan obat yang digunakan pada membran mukosa Bentuk sediaan obat yang digunakan pada membran mukosa, yaitu bentuk sediaan untuk mukosa mulut dan tenggorokan, bentuk sediaan untuk mata, bentuk sediaan untuk hidung, bentuk sediaan untuk telinga, dan , bentuk sediaan yang digunakan melalui mulut seperti sublingual obat diletakkan dibawah lidah, bukal obat diletakkan antara pipi dan gusi yang bertujuan menghasilkan efek yang lebih cepat dibandingkan rute peroral Syamsuni, 2006. f. Bentuk sediaan obat melalui rute implantasi Bentuk sediaan obat melalui rute implantasi berupa obat steril yang ditanam dibawah kulit dengan tujuan memberikan efek sistemik jangka panjang yang membutuhkan dosis lebih kecil dibandingkan dengan dosis obat melalui oral Syamsuni, 2006.

C. Interaksi obat

Dokumen yang terkait

Profil Peresepan Obat Pada Pasien Rawat Jalan Jamkesmas Dari Poli Kardiovaskular Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari–Maret 2011

3 101 74

POTENSIAL INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI Potensial Interaksi Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta Tahun 2011.

0 2 13

POTENSIAL INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD “X” Potensial Interaksi Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta Tahun 2011.

0 2 13

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.

7 45 147

Studi pustaka interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013.

1 7 142

Studi pustaka interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Oktober-Desember 2013 - USD Repository

0 0 140

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 - USD Repository

0 1 205

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember tahun 2013 - USD Repository

0 0 144

Prevalensi dan evaluasi interaksi farmakokinetik peresepan racikan pada pasien rawat jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Desember 2013 - USD Repository

0 3 100

Prevalensi dan evaluasi interaksi farmakokinetik resep racikan pada lima PUSKESMAS di Kabupaten Sleman periode Desember 2013 - USD Repository

0 0 113