penyembuhan luka juga akan terlambat. Hal ini dikarenakan IMT Indeks Masa Tubuh pasien bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka post operasi SC tetapi hanya salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka Puspitasari, Ummah, Sumarsih, 2011.
H. Landasan Teori
Kitosan dapat dimanfaatkan di berbagai bidang biokimia, obat-obatan atau farmakologi, pangan dan gizi, pertanian, mikrobiologi, penanganan air limbah,
industry-industri kertas, tekstil membrane atau film, kosmetik dan lain sebagainya Suhardi, 1992. Kitosan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan
antimikroba, karena mengandung enzyme lysosim dan gugus aminopolisakarida yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan efisiensi daya hambat kitosan terhadap
bakteri tergantung dari konsentrasi pelarut kitosan. Kemampuan kitosan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan karena kitosan memiliki polikation
bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang Tanbury, Peter, Allan, 1984.
Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata mengandung beberapa senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai antiinflamasi,
antihistamin, antibakteri, dan antijamur. Beberapa senyawa utama yang dilaporkan memiliki aktivitas farmakologi seperti yang disebutkan diatas adalah senyawa
golongan xanton. Ho, Huang, Chen, 2002 melaporkan senyawa xanton yang diisolasi dari kulit buah manggis telah menunjukan aktivitas farmakologi.
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokan ke dalam gel fase tunggal dan
fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karbomer atau dari gom alam seperti tragakan Sharma, 2008. Gel
segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang
berambut Hamzah, 2007.
Kitosan yang dihasilkan dari kulit udang akan mempercepat proliferasi sel kulit, kulit manggis akan memberikan senyawa antimikroba, gel sebagai bentuk
sediaan akan menjadi zat pembawa yang membantu proses absorbsi dalam kulit. Kombinasi ini diharapkan membentuk suatu gel yang dapat digunakan untuk
mempercepat proses penyembuhan luka yang baik, dan mempunyai sifat antibakteri.
I. Hipotesis
Gel kitosan limbah kulit udang windu Peneaus monodon dengan penambahan ekstrak kulit manggis sebagai material gel anti luka pada tikus jantan galur Wistar
memiliki karakteristik yang baik sebagai gel anti luka dan pemberian gel dengan lama pemberian yang dilakukan dalam penelitian ini mampu meningkatkan proses
penyembuhan jaringan kulit yang terluka.
30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul “ Pengaruh Pemberian Gel Kitosan dari Kulit Udang Windu Peneaus monodon dengan Penambahan Ekstrak Kulit Manggis sebagai
Penyembuh Luka pada Tikus Galur Wistar Jantan” merupakan jenis penelitian yang bersifat eksperimental murni sederhana dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel utama dan variabel pengacau.
1. Variabel utama : Variabel utama dalam penelitian ini meliputi
a. Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak kulit manggis dalam gel.
b. Variabel tergantung : Kemampuan gel kitosan dengan ekstrak kulit
manggis dalam penyembuhan kulit yang terluka yang diamati secara kualitatif dan kuantitatif, kualitas dari gel kitosan yang terbuat dari kulit
udang dan ekstrak kulit manggis. 2. Variabel pengacau :
Variabel pengacau dalam penelitian ini meliputi : a. Variabel pengacau terkendali : tempat pengambilan limbah udang yang
digunakan, subjek hewan uji, umur subjek hewan uji, jenis kelamin hewan