Penutup Luka Analisis Gugus Fungsi dengan Spektrofotometri Infra Merah

J. Penutup Luka

Penutup luka yang ideal menurut Eldin, Soliman, Hashem dan Tamer 2008 serta Czaja et. al. 2006 seharusnya adalah penutup luka yang mampu memiliki beberapa fungsi berikut: 1 Menyediakan lingkungan yang lembab bagi luka permukaan penutup luka. 2 Melindungi luka secara fisik dari infeksi bakteri. 3 Steril, murah dan mudah digunakan. 4 Menyerap kelebihan eksudat tanpa kebocoran di permukaan penutup luka. 5 Menyerap bau luka. 6 Melindungi luka secara mekanik dan suhu. 7 Mampu menyediakan pori-pori yang digunakan untuk sirkulasi pergantian udara dan cairan. 8 Secara signifikan mengurangi rasa nyeri pada luka. 9 Tidak toksik, tidak mengandung pirogen, tidak mensensitasi dan tidak menyebabkan alergi baik pada pasien maupun pada staf medis. 10 Tidak menempel di luka dan ketika dilepas tidak menyebabkan rasa nyeri atau trauma pada luka.

K. Analisis Gugus Fungsi dengan Spektrofotometri Infra Merah

Spektrum infra merah pada dasarnya merupakan gambaran dari pita absorbansi spesifik dari gugus fungsional yang mengalami vibrasi karena pemberian energi. Interaksi antara gugus dengan atom yang mengelilinginya dapat menandai spektrum itu dalam setiap senyawa. Analisis kualitatif, dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya absorbsi pada frekuensi tertentu dan merupakan penanda ada tidaknya gugus fungsional tertentu. Penggunaan spektrofotometri infra merah pada bidang kimia organik menggunakan daerah dari 650-4000 cm -1 15,4- 2,5 μm Sastrohamidjojo, 2007. Gugus fungsional dalam molekul dianalisis secara kualitatif dengan melihat bentuk spektrumnya yaitu dengan melihat puncak spesifik yang menunjukkan jenis gugus funsgional. Analisis secara kuantitatif dilakukan berdasarkan hukum Lambert-Beer, ditunjukkan pada Persamaan 2. A = log IoI = a c l ……………………………………………..….. 2 Keterangan : A = absorbansi Io = intensitas sinar masuk I = Intensitas sinar yang ditransmisikan a = koefisien absorpsi M -1 cm -1 c = konsentrasi zat M l = panjang lintasan cm Untuk mengoreksi kesalahan yang timbul akibat adanya overlap puncak absorpsi, maka garis dasar base line dalam spektrum infra merah harus dibuat seperti ditunjukkan pada Gambar 4, I dan Io ditentukan sebagai intesitas transmisi pada garis dasar. Absorbansi A pada frekuensi yang diberikan dalam cm -1 terlihat pada Persamaan 3. Absorbansi A = log Io I = log ACAB ……………………….. 3 Keterangan : AC = Io = intensitas sinar masuk AB = I = intensitas sinar yang ditransmisikan AC dan AB ditentukan dari spektrum infra merah seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Metode mengkonstruksi garis dasar dalam spektrum infra merah Stevens, 2001. Gambar 5 menunjukkan karakteristik serapan dari selulosa bakteri menunjukkan puncak di sekitar daerah 3350 cm -1 yang menunjukkan O-H stretching dan di sekitar daerah 2916,81 cm -1 yang menunjukkan CH stretching. Adanya pita di sekitar daerah 1649,8 cm -1 yang menunjukkan deformasi vibrasi dari molekul air yang terabsorbsi Wonga, Kasapis dan Tan, 2009. Adapun karakteristik serapan dari chitosan ditunjukkan dengan puncak di sekitar 1559,17 cm -1 yang menunjukkan vibrasi stretching dari gugus amino chitosan dan di sekitar daerah 1333,5 cm -1 yang menunjukkan vibrasi dari C-H. Adanya pita di sekitar 3367,1 cm -1 menunjukkan vibrasi simetrik dari amina NH. Adanya puncak disekitar daerah 2927,41 cm -1 menunjukkan vibrasi C-H. Adanya puncak disekitar daerah 896,73 cm -1 dan 1154,19 cm -1 berkaitan dengan struktur sakarida dari chitosan . Adanya puncak yang melebar di sekitar daerah 1080,91 cm -1 menunjukkan vibrasi stretching C-O de Souza Costa-Junior, Pereira dan Mansur, 2009; Rao, Naidu, Subha, Sairam dan Aminabhavi, 2006. Gambar 5. menunjukkan contoh spektra inframerah dari selulosa bakteri dan chitosan. Gambar 5. Spektra inframerah dari selulosa bakteri dan chitosan Anicuta, Dobre, Stroescu dan Jipa, 2010. Berdasarkan Gambar 5, maka perlu dibuat suatu tabel korelasi serapan dari spektra IR. Korelasi ini perlu dibuat untuk memudahkan dalam menginterpretasikan gugus-gugus fungsi dari spektra IR yang didapatkan. Hasil korelasi dari gugus-gugus fungsi ini disajikan pada Tabel II. Tabel II. Hasil korelasi dari serapan inframerah selulosa dan chitosan Kode Serapan Selulosa cm -1 Serapan Chitosan cm -1 Keterangan kode Referensi A 3430 3430 –OH and –NH stretching Stefanescu, Daly, Negulescu 2011 B 2919 2919 –CH stretching C 1659 1637 C=O stretching D - 1597 –NH bending amide II E 1422 1422 –CH and –NH bending vibrations F 1374 1378 –CH 3 bending vibrations G 1158 1154 Anti-symmetric stretching of the C –O–C bridge H 1067 1072 Skeletal vibrations involving the C –O stretching

L. Foto Permukaan dengan Teknik Scanning Electron Microscopy

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri acetobacter xylinum dari limbah ketela pohon (Manihot utilissima Pohl.) dengan penambahan kitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan.

1 1 136

Aktivitas antimikroba sediaan biomaterial selulosa bakteri dari limbah ketela rambat ( Ipomoea batatas Poir) dengan penambahan kitosan terhadap Staphylococcus aureus.

0 1 115

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri Acetobacter xylinum dari limbah air cucian beras dengan penambahan kitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan.

0 2 133

Aktivitas antimikroba sediaan biomaterial selulosa bakteri dari limbah ketela rambat ( Ipomoea batatas Poir) dengan penambahan kitosan terhadap Staphylococcus aureus

0 2 113

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri acetobacter xylinum dari limbah ketela pohon (Manihot utilissima Pohl.) dengan penambahan kitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan

0 0 134

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri Acetobacter xylinum dari limbah ketela rambat (Ipomea batatas Poir) dengan penambahan chitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan

0 11 181

PENGARUH VARIASI BIOMATERIAL SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum DARI LIMBAH AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR.

0 0 1

PENGARUH VARIASI BIOMATERIAL SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum DARI SUBSTRAT UBI JALAR (Ipomoea batatas) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR.

0 0 1

PENGARUH VARIASI BIOMATERIAL SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum DARI LIMBAH CAIR KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR.

0 0 1

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri Acetobacter xylinum dari limbah air cucian beras dengan penambahan kitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan - USD Repository

0 0 131