1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pendidikan yang terlaksana melalui hubungan atau interaksi pendidikan antara peserta didik dan pendidik, merupakan
peristiwa dan sekaligus upaya yang istimewa dan unik. Istimewa karena dengan pendidikan itulah individu-individu manusia dipersiapkan untuk
menjalani kehidupannya, dan diarahkan serta dimungkinkan untuk mencapai tujuan kehidupannya. Upaya pendidikan diwujudkan melalui
digerakkannya oleh pendidik energi pembelajaran dengan muatan materi pembelajaran menjadi proses pembelajaran. Proses pembelajaran
yang dikehendaki adalah pelayanan unggul terhadap peserta didik untuk mencapai optimasi perkembangan mereka. Pelayanan unggul demikian
itu dilandaskan pada pendekatan dan konstruk yang tepat, meliputi berbagai komponen yang jelas, sistematik, dinamis, efektif dan efisien.
Kewibawaan sebagai dua pilar dasar proses pembelajaran dijabarkan dan diaplikasikan dalam wujud perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang menjamin terintegrasikannya berbagai komponen yang dimaksudkan itu.
Menurut Sardiman 1986;20 belajar merupakan proses untuk perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu
mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai psiko-fisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Adapun menurut Sardiman 1986, tujuan belajar
diantaranya : 1.
Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. 2.
Untuk memahami penanaman konsep dan keterampilan Pemahaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan
suatu keterampilan. Baik keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.
Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada
keterampilan gerakpenampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena
tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak,
menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan
suatu masalah atau konsep. 3.
Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak
didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan
berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
Jadi dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdilah 2002, belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu Aunurrahman, 2012;35. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar
adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman individu
dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Menurut Muhibbin
2005:144, faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu: 1.
Faktor internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaankondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: a
aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah yaitu makanan, minuman, pola tidur dan sebagainya.
b aspek psikologis yang bersifat rohaniah yaitu tingkat
kecerdasaninteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
2. Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa. a
Lingkungan Sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman
sekelas dapat
mempengaruhi semangat
belajar seorang
siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.lingkungan sosial
yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,
praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga letak rumah, semuanya dapat
memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b Lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa. 3.
Faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh
terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran tersebut.
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk melakukan observasi proses pembelajaran matematika di SMP BOPKRI 2
Yogyakarta yang beralamat di Jalan Sultan Agung No. 4 Yogyakarta. Observasi dilakukan pada tanggal 13-19 Februari 2015 di kelas VII yang
terdiri dari 29 orang siswa, dengan siswa laki-laki berjumlah 15 orang dan siswa perempuan berjumlah 14 orang.
Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran matematika terlaksana cukup kondusif. Metode yang digunakan oleh guru adalah metode diskusi.
Sebelum guru memulai kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu guru membahas pekerjaan rumah PR yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya. Akan tetapi guru tidak membahas semuanya, guru hanya menanyakan mana yang belum mengerti kemudian membahasnya bersama-
sama dan beberapa siswa diminta untuk mengerjakan di depan. Setelah selesai membahas PR, kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan
alat-alat pembelajaran yang akan diperlukan. Saat proses pembelajaran, guru terlebih dahulu menjelaskan materi pada pertemuan tersebut lalu
memberi contoh soal. Kemudian guru memberikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan dalam kelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 orang yang
duduk dalam satu bangku. Setelah selesai berdiskusi, guru meminta salah satu siswa dari perwakilan setiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusi
tersebut di papan tulis. Kemudian guru membahas dan mengoreksi hasil diskusi siswa yang dikerjakan di papan tulis. Di akhir kegiatan pembelajaran
guru selalu memberikan pekerjaan rumah PR. Dalam melakukan penilaian, guru memberikan ulangan harian,
ulangan tengah semester UTS dan ulangan akhir semester UAS. Ulangan harian diberikan pada saat materi tiap bab yang diajarkan telah berakhir,
hasil ulangan kadang dikembalikan dan kadang tidak. Namun untuk hasil ulangan tengah semester tidak dikembalikan, karena memang itu
kesepakatan yang telah dibuat oleh pihak sekolah sebagai arsip, namun hasil belajar tetap akan diumumkan di dalam kelas, agar para siswa mengetahui
bagaimana hasil belajar mereka selama ini. Demikan juga disetiap akhir pembelajaran guru selalu memberikan pekerjaan rumah berupa latihan soal
dari buku paket kira-kira sebanyak 5-10 soal, kemudian soal akan dibahas di pertemuan berikutnya.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Ada beberapa siswa yang belum
mengerjakan PR ketika sebelum dimulai kegiatan belajar, guru membahas PR terlebih dahulu. Ketika mengerjakan lembar kerja siswa LKS, siswa
cukup antusias dalam berdiskusi dan ada beberapa siswa yang aktif bertanya, namun ada juga beberapa siswa yang suka ribut sendiri. Ada pula beberapa
siswa yang belum mengerti tetapi malu bertanya kepada guru. Mereka lebih suka bertanya kepada temannya, terutama ketika dalam satu kelompok tidak
ada yang mengerti, mereka bertanya kepada teman-temannya di kelompok lain. Hal ini mengakibatkan siswa sering berjalan-jalan di dalam kelas.
Namun ada pula siswa yang enggan bertanya kepada temannya, mereka hanya duduk di bangkunya dan kadang-kadang tidak mau mengerjakan.
Mereka malah berdiskusi tentang hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran tersebut sehingga cukup menimbulkan keributan di dalam
kelas. Ketika guru bertanya, kadang-kadang mereka tidak bisa menjawab. Terutama yang duduk di barisan belakang. Hal ini juga disebabkan karena
tempat duduk siswa tidak pernah berpindah-pindah. Kemudian setelah selesai berdiskusi, siswa cukup antusias untuk berebut maju ke depan.
Berdasarkan uraian diatas, pada awalnya peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Motivasi dan Minat terhadap
Hasil Belajar Matematika Materi Persamaan Linear Satu Variabel pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, akan tetapi karena sesuatu hal pada semester berikutnya yaitu tahun ajaran 20152016 SMP BOPKRI 2
Yogyakarta sudah tutup sehingga para guru dan siswa semuanya dialihkan ke SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Oleh karena itu, maka peneliti akan
melanjutkan penelitian tersebut di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah