Pengaruh motivasi belajar dan minat belajar terhadap hasil belajar Matematika materi persamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

(1)

i ABSTRAK

Irenne Larasati. 2015. Pengaruh Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Persamaan Linear Satu Variabel pada Siswa Kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana motivasi belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (2) bagaimana minat belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (3) bagaimana hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (4) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan linear satu variabel. (5) pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan linear satu variabel

Jenis penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif kuantitatif yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah motivasi belajar dan minat belajar siswa, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar siswa. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 21 siswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner motivasi belajar siswa dan minat belajar siswa, serta tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Sedangkan validasi butir dengan uji coba. Butir soal yang tidak valid direvisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,672, dan berdasarkan opini sebesar 0,680, kuesioner minat berdasarkan fakta sebesar 0,720, dan berdasarkan opini sebesar 0,595, dan tes hasil belajar 0,519.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan (1) Motivasi belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta cukup baik. (2) Minat belajar siswa kelas VII-VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta cukup baik. (3) Hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta cukup baik. (4) Ada pengaruh antara motivasi belajar dan hasil belajar matematika, dengan besar kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika sebesar 9,42%. (5) Ada pengaruh antara minat belajar dan hasil belajar, dengan besar kontribusi minat belajar terhadap hasil belajar matematika sebesar 8,24%.


(2)

ii ABSTRACT

Irenne Larasati. 2015. The Influence of Students Motivation Learning and

Attention Learning Toward The Student’s Learning Achievement on The

Topic of Linear Equation One Variable on The Class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aim to determine (1) how was the motivation learning of students on the class VII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (2) how was the attention learning of students on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (3) how was the learning achievement of students on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta (4) the influence between motivation learning and learning achievment of students on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (5) the influence between attention learning and learning achievement of students on the class VII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

This research belongs to descriptive quantitative qualitative. The subject of this research were students on the class VII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. This research using some instruments. They were, motivation quisionnaire, attention quisionnaire, and the student’s achievement test. The content validity was obtained through the expert. The validity of the content was gotten by try out. The statements or questions which ware not valid will be revised. Reliability of the learning motivation quisionnaire based on the fact was 0,672, based on the opinion was 0,680, attention quisionnare based on the fact was 0,720, based on the opinion was 0,595 , and the learning achieve ment test was 0,519.

The result of this research show that (1) student’s motivation learning on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta belongs to moderate. (2) student’s attention learning on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta belongs to moderate. (3) student’s learning achievement on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta belongs to moderate. (4) there is an influence between motivation learning and learning achievement, which motivation learning’s constribution is 9,42%. (5) there is an influence between attention learning and learning achievement, which motivation learning’s constribution was 8,24%.


(3)

i

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERSAMAAN LINEAR

SATU VARIABEL PADA SISWA KELAS VII-C SMP BOPKRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Irenne Larasati NIM : 101414069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan Kerendahan Hati dan Penuh Syukur Skripsi ini

kupersembahkan untuk :

Keluargaku tercinta : Bapak, Ibu, adik dan saudara-saudaraku yang selalu

mendoakan dan memberikan dukungan.

Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat dan doa.

Teman-teman seperjuangan PMAT 10 yang saling mendukung dan bekerja

sama.


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

Irenne Larasati. 2015. Pengaruh Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Persamaan Linear Satu Variabel pada Siswa Kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana motivasi belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (2) bagaimana minat belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (3) bagaimana hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (4) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan linear satu variabel. (5) pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan linear satu variabel

Jenis penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif kuantitatif yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah motivasi belajar dan minat belajar siswa, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar siswa. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 21 siswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner motivasi belajar siswa dan minat belajar siswa, serta tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Sedangkan validasi butir dengan uji coba. Butir soal yang tidak valid direvisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,672, dan berdasarkan opini sebesar 0,680, kuesioner minat berdasarkan fakta sebesar 0,720, dan berdasarkan opini sebesar 0,595, dan tes hasil belajar 0,519.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan (1) Motivasi belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta cukup baik. (2) Minat belajar siswa kelas VII-VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta cukup baik. (3) Hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta cukup baik. (4) Ada pengaruh antara motivasi belajar dan hasil belajar matematika, dengan besar kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika sebesar 9,42%. (5) Ada pengaruh antara minat belajar dan hasil belajar, dengan besar kontribusi minat belajar terhadap hasil belajar matematika sebesar 8,24%.


(10)

viii ABSTRACT

Irenne Larasati. 2015. The Influence of Students Motivation Learning and Attention Learning Toward The Student’s Learning Achievement on The Topic of Linear Equation One Variable on The Class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aim to determine (1) how was the motivation learning of students on the class VII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (2) how was the attention learning of students on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (3) how was the learning achievement of students on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta (4) the influence between motivation learning and learning achievment of students on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. (5) the influence between attention learning and learning achievement of students on the class VII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

This research belongs to descriptive quantitative qualitative. The subject of this research were students on the class VII C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. This research using some instruments. They were, motivation quisionnaire, attention quisionnaire, and the student’s achievement test. The content validity was obtained through the expert. The validity of the content was gotten by try out. The statements or questions which ware not valid will be revised. Reliability of the learning motivation quisionnaire based on the fact was 0,672, based on the opinion was 0,680, attention quisionnare based on the fact was 0,720, based on the opinion was 0,595 , and the learning achieve ment test was 0,519.

The result of this research show that (1) student’s motivation learning on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta belongs to moderate. (2) student’s attention learning on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta belongs to moderate. (3) student’s learning achievement on the class VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta belongs to moderate. (4) there is an influence between motivation learning and learning achievement, which motivation learning’s constribution is 9,42%. (5) there is an influence between attention learning and learning achievement, which motivation learning’s constribution was 8,24%.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Alam, Fakultas Kegurusan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungannya.

3. Bapak Drs. Sukardjono, M.P.d selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan dukungan kepada penulis dengan sabar dan penuh perhatian.

4. Ibu Dra. Yetti Yuliati Soebari selaku kepala SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang sebelumnya telah memberikan kesempatan serta izin untuk mengadakan observasi.

5. Bapak Saptopaliatno, S.Pd selaku wakil kepala sekolah dan guru matematika di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada


(12)

x

penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut serta bimbingan, dan bantuan selama proses penelitian.

6. Seluruh siswa kelas VII-A dan VII-C yang telah bekerja sama dengan baik dalam pelaksanaan pembuatan skripsi ini.

7. Orang tuaku, Bapak Antonius Susetya dan Ibu Sri Wahyuni serta adikku Laurensius Denis Wicaksono. Terima kasih atas doa dan dukungan yang senantiasa diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman terdekatku Benedieta Ekalona Yuliani, Lusiana Sandra Oey, Theodora Novarinatha, Yuli Dasmiyati, Bernadeta Ivana Devi, Desyka dan seluruh mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Pendidikan Matematika. 9. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 17 Februari 2016 Penulis


(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Pembatasan Masalah ...8

D. Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Penelitian ...10

F. Batasan Istilah ...10

G. Manfaat Penelitian...11

BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar ...12

B. Mengajar ...23

C. Motivasi ...25

D. Minat ...26

E. Hasil Belajar ...27

F. Materi Pembelajaran: Persamaan Linear Satu Variabel ...27


(14)

xii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subyek Penelitian ... 38

D. Obyek Penelitian ... 38

E. Variabel Penelitian... 38

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen, Uji Coba Instrumen ... 39

H. Metode Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Kelayakan Analisis Data ... 64

B. Deskripsi Data ... 65

C. Inferensi ... 74

D. Pembahasan ... 80

E. Keterbatasan Penelitian ... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Validitas Uji Coba Kuesioner Motivasi Fakta ... 42

Tabel 3.2 Validitas Uji Coba Kuesioner Motivasi Opini ... 45

Tabel 3.3 Validitas Uji Coba Kuesioner Minat Fakta ... 48

Tabel 3.4 Validitas Uji Coba Kuesioner Minat Opini... 51

Tabel 3.5 Validitas Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 54

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Motivasi Berdasarkan Fakta ... 57

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Motivasi Berdasarkan Opini ... 58

Tabel 4.1 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 65

Tabel 4.2 Statistik Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 4.3 Interval Kuesioner Motivasi... 67

Tabel 4.4 Data Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 68

Tabel 4.5 Statistik Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 69

Tabel 4.6 Interval Kuesioner Minat ... 70

Tabel 4.7 Data Kuesioner Hasil Belajar Siswa ... 71

Tabel 4.8 Statistik Tes Hasil Belajar Siswa ... 72


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...35

Gambar 4.1 Histogram Kuesioner Motivasi ...68

Gambar 4.2 Histogram Kuesioner Minat ...71


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran A.1 Kisi-kisi Motivasi & Minat ... 88

Lampiran A.2 Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan Fakta ... 89

Lampiran A.3 Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan Opini ... 91

Lampiran A.4 Kuesioner Minat Belajar Berdasarkan Fakta ... 93

Lampiran A.5 Kuesioner Minat Belajar Berdasarkan Opini ... 95

Lampiran A.6 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel ... 97

Lampiran A.7 Soal Tes Hasil Belajar ... 98

Lampiran A.8 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ... 100

LAMPIRAN B Lampiran B.1 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 104

Lampiran B.2 Reliabilitas Soal ... 106

Lampiran B.3 Hasil Validitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Fakta ... 108

Lampiran B.4 Reliabilitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Fakta ... 110

Lampiran B.5 Hasil Validitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Opini...114

Lampiran B.6 Reliabilitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Opini... 116

Lampiran B.7 Hasil Validitas Kuesioner Minat Berdasarkan Fakta...119

Lampiran B.8 Reliabilitas Kuesioner Minat Berdasarkan Fakta...121

Lampiran B.9 Hasil Validitas Kuesioner Minat Berdasarkan Opini...124

Lampiran B.10 Reliabilitas Kuesioner Minat Berdasarkan Opini...126

Lampiran B.11 Uji Normalitas Ketiga Variabel...129

Lampiran B.12 Uji Korelasi Spearman Rank...132

LAMPIRAN C Lampiran C.1 Lembar Jawab Tes Hasil Belajar...134

Lampiran C.2 Lembar Jawab Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Fakta...138


(18)

xvi

Lampiran C.3 Lembar Jawab Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Opini...140 Lampiran C.4 Lembar Jawab Kuesioner Minat Belajar Siswa Berdasarkan

Fakta...142 Lampiran C.5 Lembar Jawab Kuesioner Minat Belajar Siswa Berdasarkan

Opini...144 Lampiran C.6 Dokumentasi Penelitian...146 Lampiran C.7 Surat Izin Penelitian... 147


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pendidikan yang terlaksana melalui hubungan atau interaksi pendidikan antara peserta didik dan pendidik, merupakan peristiwa dan sekaligus upaya yang istimewa dan unik. Istimewa karena dengan pendidikan itulah individu-individu manusia dipersiapkan untuk menjalani kehidupannya, dan diarahkan serta dimungkinkan untuk mencapai tujuan kehidupannya. Upaya pendidikan diwujudkan melalui digerakkannya oleh pendidik energi pembelajaran dengan muatan materi pembelajaran menjadi proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dikehendaki adalah pelayanan unggul terhadap peserta didik untuk mencapai optimasi perkembangan mereka. Pelayanan unggul demikian itu dilandaskan pada pendekatan dan konstruk yang tepat, meliputi berbagai komponen yang jelas, sistematik, dinamis, efektif dan efisien. Kewibawaan sebagai dua pilar dasar proses pembelajaran dijabarkan dan diaplikasikan dalam wujud perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menjamin terintegrasikannya berbagai komponen yang dimaksudkan itu.

Menurut Sardiman (1986;20) belajar merupakan proses untuk perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan


(20)

misalnya dengan membaca, mengamati mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Adapun menurut Sardiman (1986), tujuan belajar diantaranya :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan.

2. Untuk memahami penanaman konsep dan keterampilan

Pemahaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan. Baik keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.

Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak,


(21)

menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

Jadi dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdilah (2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu (Aunurrahman, 2012;35).

Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Muhibbin (2005:144), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni


(22)

dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: a) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yaitu makanan,

minuman, pola tidur dan sebagainya.

b) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) yaitu tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

a) Lingkungan Sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

b) Lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat


(23)

belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran tersebut.

Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk melakukan observasi proses pembelajaran matematika di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Sultan Agung No. 4 Yogyakarta. Observasi dilakukan pada tanggal 13-19 Februari 2015 di kelas VII yang terdiri dari 29 orang siswa, dengan siswa laki-laki berjumlah 15 orang dan siswa perempuan berjumlah 14 orang.

Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran matematika terlaksana cukup kondusif. Metode yang digunakan oleh guru adalah metode diskusi. Sebelum guru memulai kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu guru membahas pekerjaan rumah (PR) yang diberikan pada pertemuan


(24)

sebelumnya. Akan tetapi guru tidak membahas semuanya, guru hanya menanyakan mana yang belum mengerti kemudian membahasnya bersama-sama dan beberapa siswa diminta untuk mengerjakan di depan. Setelah selesai membahas PR, kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan alat-alat pembelajaran yang akan diperlukan. Saat proses pembelajaran, guru terlebih dahulu menjelaskan materi pada pertemuan tersebut lalu memberi contoh soal. Kemudian guru memberikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan dalam kelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 orang yang duduk dalam satu bangku. Setelah selesai berdiskusi, guru meminta salah satu siswa dari perwakilan setiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusi tersebut di papan tulis. Kemudian guru membahas dan mengoreksi hasil diskusi siswa yang dikerjakan di papan tulis. Di akhir kegiatan pembelajaran guru selalu memberikan pekerjaan rumah (PR).

Dalam melakukan penilaian, guru memberikan ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS) dan ulangan akhir semester (UAS). Ulangan harian diberikan pada saat materi tiap bab yang diajarkan telah berakhir, hasil ulangan kadang dikembalikan dan kadang tidak. Namun untuk hasil ulangan tengah semester tidak dikembalikan, karena memang itu kesepakatan yang telah dibuat oleh pihak sekolah sebagai arsip, namun hasil belajar tetap akan diumumkan di dalam kelas, agar para siswa mengetahui bagaimana hasil belajar mereka selama ini. Demikan juga disetiap akhir pembelajaran guru selalu memberikan pekerjaan rumah berupa latihan soal


(25)

dari buku paket kira-kira sebanyak 5-10 soal, kemudian soal akan dibahas di pertemuan berikutnya.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Ada beberapa siswa yang belum mengerjakan PR ketika sebelum dimulai kegiatan belajar, guru membahas PR terlebih dahulu. Ketika mengerjakan lembar kerja siswa (LKS), siswa cukup antusias dalam berdiskusi dan ada beberapa siswa yang aktif bertanya, namun ada juga beberapa siswa yang suka ribut sendiri. Ada pula beberapa siswa yang belum mengerti tetapi malu bertanya kepada guru. Mereka lebih suka bertanya kepada temannya, terutama ketika dalam satu kelompok tidak ada yang mengerti, mereka bertanya kepada teman-temannya di kelompok lain. Hal ini mengakibatkan siswa sering berjalan-jalan di dalam kelas. Namun ada pula siswa yang enggan bertanya kepada temannya, mereka hanya duduk di bangkunya dan kadang-kadang tidak mau mengerjakan. Mereka malah berdiskusi tentang hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran tersebut sehingga cukup menimbulkan keributan di dalam kelas. Ketika guru bertanya, kadang-kadang mereka tidak bisa menjawab. Terutama yang duduk di barisan belakang. Hal ini juga disebabkan karena tempat duduk siswa tidak pernah berpindah-pindah. Kemudian setelah selesai berdiskusi, siswa cukup antusias untuk berebut maju ke depan.

Berdasarkan uraian diatas, pada awalnya peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Motivasi dan Minat terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Persamaan Linear Satu Variabel pada


(26)

Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, akan tetapi karena sesuatu hal pada semester berikutnya yaitu tahun ajaran 2015/2016 SMP BOPKRI 2 Yogyakarta sudah tutup sehingga para guru dan siswa semuanya dialihkan ke SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Oleh karena itu, maka peneliti akan melanjutkan penelitian tersebut di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Guru membagi kelompok hanya berdasarkan tempat duduk.

2. Beberapa siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, terlihat dari adanya beberapa siswa yang tidak membawa alat yang diperlukan untuk belajar seperti jangka, penggaris dan busur. Padahal guru sudah mengumumkannya selama 3 pertemuan berturut-turut.

3. Ada beberapa siswa yang belum mengerjakan PR.

4. Ada beberapa siswa yang sering ribut dan berjalan-jalan di kelas. 5. Ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan

latihan soal.


(27)

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak masalah yang telah diidentifikasi karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada masalah mengenai Pengaruh Motivasi dan Minat terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Persamaan Linear Satu Variabel pada Siswa Kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana motivasi belajar matematika siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta?

2. Bagaimana minat belajar matematika siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta?

3. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta?

4. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta?

5. Bagaimana pengaruh minat terhadap hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta?


(28)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Motivasi belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. 2. Minat belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. 3. Hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

4. Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

5. Pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta

F. Batasan Istilah 1. Belajar

Belajar merupakan proses untuk perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. 2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang dilaksanakan.

3. Minat

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.


(29)

4. Motivasi

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat atau tidak sesuatu.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, setelah melakukan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

G. Manfaat Hasil Penelitian 1. Untuk Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman di kemudian hari dalam menyusun karya ilmiah dan menerapkan metode pembelajaran di kelas.

2. Untuk Sekolah

Dapat menambah informasi dan acuan dalam menerapkan metode pembelajaran yang paling tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika.

3. Khasanah Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmiah bagi pembaca dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian khususnya pada permasalahan yang sama.


(30)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Aunurrahman (2012;35) pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur. Meskipun kita melihat ada perbedaan-perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Burton, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning

Activities”. Merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam Aunurrahman (2012), H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Selain itu, James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,


(31)

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Jika dapat disimpulkan dari sejumlah pandangan dan definisi tentang belajar (Wragg,1994), beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut;

Pertama, belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.

Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman-pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.

Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan aspek emosional. Perubahan-perubahan pada aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu singkat, akan tetapi seringkali rentang dalam waktu yang lama. Perubahan hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir.


(32)

Teori belajar dapat membantu guru untuk memahami bagaimana peserta didik belajar. Pemahaman tentang cara belajar dapat membantu proses belajar lebih efektif, efisien, dan produktif. Berdasarkan teori belajar, guru dapat merancang dan merencanakan proses pembelajarannya. Teori belajar juga dapat menjadi panduan guru untuk mengelola kelas serta membantu guru mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai (Ridwan Abdullah Sani, 2013;2). Adapun menurut Aunurrahman (2012), beberapa teori belajar diantaranya :

1. Teori Behaviorisme

Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu kepadanya.

Behaviorisme menekankan pada apa yang dilihat, yaitu tingkah laku, dan kurang memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Skiner beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati secara langsung adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya (Semiawan, 2002:3).

Menurut aliran psikologi ini proses belajar lebih dianggap sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang terjadi selama itu di dalam diri siswa yang belajar.

2. Teori Kognitivisme

Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagai pembahasan juga sering disebut model kognitif (cognitive


(33)

model) atau model perseptual (perceptual model). Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku. Teori ini menekankan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kognitivisme adalah teori belajar mengenai pengetahuan.

3. Teori Belajar Gagne

Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasi. Menurut Gagne cara berpikir orang tergantung pada; (a) keterampilan apa yang telah dimilikinya, (b) keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. Dengan demikian menurut Gagne di dalam proses belajar terdapat dua fenomena, yaitu meningkatnya keterampilan intelektual sejalan dengan meningkatnya umur serta latihan yang diperoleh individu, dan belajar akan lebih cepat bilamana strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.


(34)

1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencangkup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah.

2) Strategi Kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jala mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat, dan berpikir. 3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu

dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relavan.

4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi

tingkah laku seseorang yang didasari oleh emisi, kepercayaan-kepercayaan dan faktor intelektual.

Lebih jauh menurut Gagne, belajar tidak merupakam sesuatu yang terjadi secara alamiah, akan tetapi hanya akan terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu; (a) kondisi-kondisi internal, antara lain menyangkut kesiapan peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari, (b) eksternal, merupakan situasi belajar yang secara sengaja diatur oleh pendidik dengan tujuan memperlancar proses belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa teori belajar Gagne adalah keterampilan individu dalam menyerap informasi.


(35)

4. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing.

5. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian/unsur. Menurut aliran teori belajar itu, seseorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu.

6. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Ilmu Jiwa Asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya.

Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal, yaitu: a) Teori Konektionisme

b) Teori Conditioning

7. Teori Perkembangan Jean Piaget

Menurut Jean Piaget (dalam Nur, 1998:11), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal.


(36)

Perkembangan sebagian bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan di mana anak belajar sangat menentukan proses perkembangan kognitif anak.

Pola perilaku atau berpikir yang digunakan anak-anak dari orang dewasa dalam menangani objek-objek di dunia disebut skemata. Pengamatan mereka terhadap suatu benda mengatakan kepada mereka sesuatu hal tentang objek tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori belajar Jean Piaget merupakan perkembangan pola perilaku atau berpikir untuk berinteraksi dengan lingkungan.

8. Teori Konstruktivisme

Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme merupakan kegiatan belajar yang aktif karena subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri apa yang mereka pelajari.


(37)

9. Teori Bruner

Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh informasi, siswa harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekadar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari suatu struktur materi (Woolfolk, 1997:317).

Jadi dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdilah (2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu (Aunurrahman, 2012;35)

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.


(38)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah (2003:144), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

a)Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.


(39)

b)Aspek Psikologis

Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan/inteligensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.

1) Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa

Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

2) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

3) Bakat siswa

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam


(40)

arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

4) Minat siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

5) Motivasi siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

a)Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.lingkungan sosial yang lebih


(41)

banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

b)Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Dari penjelasan mengenai faktor internal dan faktor eksternal tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam belajar harus sehat jasmani dan rohani.

B. Mengajar

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.


(42)

Mengajar diartikan sebagai suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu mendorong siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja, akan tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang disiapkan (Aunurrahman, 2012;34).

Menurut Herman Hudojo (1988;5) mengajar adalah suatu kegiatan di mana pengajar menyampaikan pengetahuan/pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik. Pernyataan ini dapat yang baik sehingga dapat terjadi proses pembelajaran yang baik.

Menurut Muhibbin Syah (1995;181) pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.

Arifin (1978) mendefinisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.


(43)

Berdasarkan pendapat para tokoh si atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa mengajar adalah menyampaikan informasi dari guru kepada siswa mengenai materi pelajaran agar siswa dapat memahami apa yang dipelajari tersebut.

C. Motivasi

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009;26) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Adapun fungsi motivasi diantaranya merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik.

Menurut Muhibbin Syah (2003;151) pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman,1986; Reber,1988).

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Motivasi Intrinsik, yaitu hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.


(44)

Misalnya perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.

b) Motivasi ekstrinsik, yaitu hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua dan guru.

D. Minat

Menurut Slameto (2003:180) menyatakan bahwa minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak terdapat minat atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu.

Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat, tujuan belajar tidak akan tercapai


(45)

Adapun antara minat dan motivasi memiliki hubungan yang erat. Jika seseorang memiliki motivasi terhadap sesuatu maka akan timbul minatnya terhadap sesuatu tersebut. Minat belajar dan motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Diantaranya melalui penanaman konsep materi pembelajaran yang tepat, membuat siswa terlibat secara aktif dan latihan yang dilakukan berulang-ulang. Kemudian peningkatan minat belajar dan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

E. Hasil belajar

Menurut Herman Hudojo (1988;144) seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental, bukan kegiatan motorik, walaupun kegiatan motorik ini dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut.

Dalam kegiatan mental itu, orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari; inilah merupakan hasil belajar.


(46)

F. Persamaan Linear Satu Variabel

a. Mengenal Persamaan Linear Satu Variabel 1) Pernyataan dan Kalimat Terbuka

Menurut Marsigit (2002;100), Kalimat matematika telah jelas benar atau pun telah jelas salah dinamakan pernyataan. Adapun kalimat matematika yang belum jelas benar atau salah dinamakan kalimat terbuka. Untuk memahami perbedaan antara pernyataan dan kalimat terbuka, perhatikan tiga kalimat berikut:

a. Ada bilangan prima genap b. 4 + 4 = 6

c. x + 3 = 5

Kalimat (a) merupakan kalimat yang jelas benar karena memang ada bilangan prima yang genap, yaitu 2. Kalimat (b) merupakan kalimat yang jelas salah karena 4 + 4 ≠ 6. Adapun kalimat (c) merupakan kalimat yang belum jelas benar atau salah karena jika x diganti dengan 2 maka kalimat tersebut benar, yaitu 2 + 3 = 5. Akan tetapi, jika x diganti dengan 9 maka kalimat tersebut menjadi salah. Pada contoh tersebut, kalimat (a) dan kalimat (b) merupakan pernyataan. Sedangkan (c) adalah kalimat terbuka.

2) Pengertian Persamaan Linear Satu Variabel

a) Persamaan adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda “=” pada kedua ruasnya.


(47)

berpangkat satu.

c) Persamaan linear satu variabel (PLSV) adalah persamaan linear yang hanya memiliki satu variabel.

Contoh 2.1 :

Perhatikan lima kalimat berikut. a. 9 – 2x = 5

b. a + b = 3 c. t2 + 4 = 20 d. y + 11 ≥ 30 e. 4 + z ≠ 3

Kalimat (a), (b) dan (c) dinamakan persamaan karena ruas kiri dan ruas kanan pada kalimat matematika tersebut dihubungkan oleh tanda “=”. Adapun kalimat (d) dan (e) bukan persamaan karena ruas kiri pada kalimat matematikanya tidak dihubungkan oleh tanda “=”. Kemudian, perhatikan persamaan (a) dan (b). Variabel pada kedua persamaan tersebut semuanya perpangkat satu, yaitu x, a dan b. Persamaan yang berpangkat satu dinamakan persamaan linear.

Bentuk umum persamaan linear satu variabel (PLSV) adalah ax + b = 0 dengan a dan b adalah bilangan real.

Penyelesaian:

1. Jika a ≠ 0 maka kedua ruas boleh dikalikan x = maka HP = { }


(48)

2. Jika a = 0 dan b ≠ 0 maka HP = { } 3. Jika a = 0 dan b = 0 maka HP = { R }

Persamaan linear (1) hanya memiliki satu variabel, yaitu x sehingga persamaan (2) termasuk persamaan linear satu variabel.

Bentuk umum persamaan linear satu variabel (PLSV) adalah ax +b = 0 dengan a dan b adalah bilangan real.

Contoh 2.2:

Tentukan persamaan yang merupakan persamaan linear satu variabel dari persamaan berikut!

a. 2p – 2 = 15 b. t 2r = 8 c. 3h2 = 16 Penyelesaian:

a. 2p – 2 = 15 merupakan persamaan linear satu variabel karena pangkat variabel p adalah satu.

b. t 2r = 8 bukan merupakan persamaan linear satu variabel karena memiliki dua variabel, yaitu t dan r.

c. 3h2 = 16 bukan merupakan persamaan linear satu variabel karena pangkat variabelnya, yaitu h adalah 2.

b. Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel. 1. Mencari Persamaan Linear Satu Variabel


(49)

Menentukan penyelesaian suatu persamaan sama saja dengan mengganti variabel yang terdapat pada persamaan itu dengan sebuah bilangan agar persamaan tersebut menjadi benar. Dapat dengan menggunakan cara substitusi (penggantian) untuk menemukan penyelesaian suatu persamaan linear satu variabel.

Contoh 2.3:

Tentukan penyelesaian dari persamaan berikut! a. x + 11 = 20

b. a – 6 = 7 c. 7y = 21 Penyelesaian:

a. Untuk menemukan penyelesaian persamaan x + 11 = 20, kita harus mengganti variabel x pada persamaan tersebut dengan sebuah bilangan agar diperoleh pernyataan yang benar. Maka akan diperoleh penyelesaian x + 11 = 20 adalah x = 9. Mengapa? Karena jika kita mengganti x dengan 9 maka kita akan

memperoleh pernyataan benar 9 + 11 = 20.

Jadi, penyelesaian persamaan x + 11 = 20 adalah x = 9.

b. Jika kita mengganti variabel a pada a – 6 = 7 dengan 13, maka kita akan memperolah pernyataan yang benar, yaitu 13 – 6 = 7. Oleh karena itu, penyelesaian persamaan a 6 = 7 adalah a = 3. c.Dengan cara yang sama, akan diperoleh penyelesaian persamaan 7y = 21 adalah y = 3 karena jika kita ganti variabel y pada


(50)

persamaan tersebut adalah 3, maka akan diperoleh pernyataan benar 7 x 3 = 21.

Jadi, penyelesaian persamaan 7y = 21 adalah y = 3. 2. Keekuivalenan pada Persamaan Linear Satu Variabel.

Pada suatu persamaan, selalu terdapat ruas kiri dan ruas kanan. Kedua ruas tersebut dipisahkan oleh tanda “=”. Suatu persamaan akan tetap ekuivalen jika kita melakukan operasi-operasi berikut. a) Menambah kedua ruas dengan bilangan yang sama.

b) Mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama.

c) Mengalikan kedua ruas dengan bilangan sama yang tidak nol. d) Membagi kedua ruas dengan bilangan sama yang tidak nol. Contoh 2.4:

Tentukan penyelesaian dari persamaan linear satu variabel : 9y – 15 – 8 .

Jawab:

9y 15 = 2y – 8

9y 15 + 8 = 2y – 8 + 8 (kedua ruas ditambah 8) 9y 7 = 2y

9y 2y 7 = 2y 2y (kedua ruas dikurangi 2y) 7y – 7 = 0

7y – 7 + 7 = 0 + 7 (kedua ruas ditambah 7) 7y = 7


(51)

= (kedua ruas dibagi 7) y = 1

c. Penerapan Persamaan Linear Satu Variabel

Menurut Husein Tampomas (2006), persamaan linear satu variabel banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk menghitung luas sawah, kebun, dan kolam ikan. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaan persamaan linear satu variabel untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Contoh 2.5:

Suatu bilangan 6 lebih besar daripada bilangan kedua. Jumlah kedua bilangan itu adalah 14. Tentukan kedua bilangan tersebut.

Penyelesaian:

Misalnya, bilangan kedua adalah x, maka bilangan pertama adalah x + 6. Jumlah kedua bilangan itu adalah 14. Dengan demikian,

x + (x + 6) = 14

2x + 6 = 14

2x + 6 – 6 = 14 – 6 kedua ruas dikurangi 6  2x = 8


(52)

x = 4

Dengan demikian, bilangan pertama adalah 4 + 6 = 10 dan bilangan kedua adalah 4.

Contoh 2.6:

Seorang ayah umurnya 24 tahun lebih tua dari umur anaknya. Dalam 8 tahun umur ayah menjadi dua kali umur anaknya. Carilah umur mereka sekarang!

Penyelesaian :

Misalnya umur anaknya sekarang = m tahun, maka umur ayahnya = (m + 24) tahun.

Sehingga (m + 24) + 8 = 2 (m + 8) m + 32 = 2m + 16

m 2m = 16 – 32  - m = - 16 m = 16

Jadi, umur anak = 16 tahun dan umur ayahnya = 16 + 24 = 40 tahun. Contoh 2.7:

Fauzan menanam modalnya Rp. 4.500.000,00 sebagian dengan tingkat bunga tunggal 2% dan sisanya 3%. Berapakah jumlah uang yang


(53)

ditanamkan untuk tiap-tiap tingkat bunga 2% dan 3% apabila total pendapatan tahunan dari penanaman modal adalah Rp 120.000,00 Penyelesaian:

Misalnya modal yang ditanamkan dengan bunga tunggal 2% adalah x rupiah, maka modal yang ditanamkan dengan bunga tunggal 3 % adalah (4.500.00 – x) rupiah.

2% x + 3% x (4500000 x) = 120000 0,02x + 135000 0,03x = 120000 -0,01x = 120000 – 135000

-0,01x= -15000 x = 1500000

Jadi, jumlah uang yang ditanamkan untuk tiap-tiap tingkat bunga tunggal 2% dan 3% berturut-turut Rp 1.500.000,00 dan Rp 3.000.000,00.

G. Kerangka Berpikir/Hipotesis

Minat Belajar

Motivasi Belajar


(54)

Dari landasan teori di atas peneliti dapat menerka bahwa hasil belajar dipengaruhi banyak faktor internal maupun eksternal anatara lain model pembelajaran, motivasi dan minat siswa.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika siswa memiliki minat belajar dan motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar tinggi.

Keterangan:

p = minat belajar dan motivasi belajar

q = hasil belajar

“Jika minat belajar dan motivasi belajar tinggi, maka hasil belajar baik.” Benar.

“Jika minat belajar dan motivasi belajar tinggi, maka hasil belajar tidak baik.” Salah

“Jika minat belajar dan motivasi belajar rendah, maka hasil belajar tidak baik." Benar.

“Jika minat belajar dan motivasi belajar rendah, maka hasil belajar baik.” Salah

q

p 1 0

p 0 1


(55)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif kuantitatif. Penelitian deskripsi merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan sesuai dengan kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan menurut kualitas masing-masing variabel pada siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dalam mengikuti pembelajaran matematika. Setelah ada hasil penelitian akan dilakukan pendalaman. Sedangkan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan perhitungan statistik untuk mengetahui bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP BOPKRI 1 di kelas VII-C semester genap tahun ajaran 2015/2015, dimulai dengan waktu observasi di kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta pada tanggal 13-19 Februari 2015 dan pengambilan data di SMP BOPKRI 1 pada tanggal 25 Januari-6 Februari 2016. Sekolah ini beralamat di Jalan Mas Suharto No. 48, Danurejan, Yogyakarta. Sekolah ini memiliki 12 kelas, yaitu kelas VII, kelas VIII dan kelas IX masing-masing memiliki kelas pararel sebanyak 4 kelas. Guru mata pelajaran matematika disekolah tersebut berjumlah 5 orang.


(56)

. C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa-siswi kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 orang, dengan siswa laki-laki berjumlah 15 orang dan siswa perempuan berjumlah 9 orang.

D. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah minat belajar, motivasi belajar dan hasil belajar.

E. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa 3. Definisi operasional diusulkan setelah variabel untuk:

a. Motivasi adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes motivasi yang dirancang secara khusus.

b. Minat adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes minat yang dirancang secara khusus.

c. Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa untuk mengikuti tes hasil belajar yang dirancang secara khusus.


(57)

F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan variabel-variabel diatas dapat dituangkan dalam instrumen seperti dibawah ini:

1. Variabel bebas

Untuk variabel minat dan motivasi, instrumen yang digunakan adalah kuisioner minat dan motivasi dengan dua jenis yaitu fakta dan opini. Kuisioner tersebut terdapat dalam lampiran.

2. Variabel Terikat

Untuk variabel tes hasil belajar, instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen, Uji Coba Instrumen 1. Validitas

Setiap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji validitasnya untuk mengetahui kevalidan suatu instrumen yaitu validitas isi dan validitas butir. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Validitas yang digunakan peneliti yaitu: a. Validitas isi

Validitas isi adalah mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas isi dilakukan oleh pertimbangan pakar. Dalam hal ini diperiksakan kepada dosen pembimbing dan guru matematika.


(58)

b. Validitas butir

Validitas butir adalah adalah korelasi antara skor butir Xi ke Xt. Validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan

Rumus korelasi Product Moment dari Pearson seperti dibawah ini:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

: koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

: skor butir ke i : skor total = y

: besarnya sampel : skor item nomor : skor total

Kriteria Penolakan:

Suatu butir dikatakan valid apabila hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan r Product Moment dari Pearson dengan = 0,3

i. Jika > maka butir soal tersebut valid

ii. Jika maka butir soal tersebut tidak valid, oleh karena itu harus direvisi.


(59)

2. Reliablitas

Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini diperoleh dengan mengolah data hasil uji coba instrumen soal dengan menggunakan rumus alpha:

= ∑ ) Keterangan :

: reliabilitas instrumen

: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ : jumlah varians butir

: varians total

Instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,05

(Arikunto, 2006:276)

3. Uji Coba Instrumen

Sebelum peneliti melakukan penelitian langsung di kelas VII-C SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, peneliti melakukan uji coba terlebih dahulu di kelas VII-A. Uji Coba dilakukan pada tanggal 26-29 Januari 2016. Uji coba dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas soal sebelum digunakan dalam penelitian yang sebenarnya.

Berikut ini hasil dari uji coba yang dilakukan peneliti di kelas VII-A:


(60)

1. Motivasi Belajar

a) Motivasi Belajar Berdasarkan Fakta

TABEL 3.1 Validitas Uji Coba Kuesioner Motivasi Fakta

Peneliti membuat 20 pernyataan, dan terdapat 10 pernyataan yang tidak valid. Diantaranya:

2) Saya bertanya pada guru bila kurang jelas dalam menerima pelajaran. 5) Saya mencatat setiap penjelasan matematika yang disampaikan oleh guru.

7) Saya bertanya kepada teman jika ada yang belum mengerti. 10) Saya malu bertanya jika ada yang belum paham dalam pelajaran Butir Soal Hasil Korelasi Validitas

1 0,411 Cukup Valid

2 0,207 Sangat rendah Tidak Valid

3 0,468 Cukup Valid

4 0,558 Cukup Valid

5 0,306 Rendah Tidak Valid

6 0,451 Cukup Valid

7 0,057 Sangat rendah Tidak valid

8 0,466 Cukup Valid

9 0,580 Cukup Valid

10 0,0138 Sangat rendah Tidak valid

11 0,719 Tinggi Valid

12 0,031 Sangat rendah Tidak valid

13 0,605 Tinggi Valid

14 0,760 Tinggi Valid

15 0,277 Rendah Tidak valid

16 0,557 Cukup Valid

17 0,072 Sangat rendah Tidak valid

18 0,076 Sangat rendah Tidak valid

19 -0,035 Sangat rendah Tidak valid


(61)

matematika.

12) Saya tidak perlu belajar matematika.

15) Saya senang mengerjakan latihan soal matematika. 17) Saya belajar matematika bersama teman-teman. 18) Saya tidak tenang dalam belajar matematika. 19) Saya senang berdiskusi dalam kelompok.

20) Belajar mandiri membuat saya lebih mengerti matematika. Kesepuluh pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian direvisi menjadi :

2) Saya bertanya kepada guru apabila ada yang kurang jelas dalam menerima pelajaran matematika.

5) Saya mencatat setiap materi yang disampaikan oleh guru. 7) Saya bertanya pada teman jika ada yang belum mengerti dalam pelajaran matematika.

10) Saya malu bertanya apabila ada yang belum mengerti dalam pelajaran matematika.

12) Saya merasa tidak perlu belajar matematika.

15) Saya merasa senang ketika mengerjakan soal matematika. 18) Saya merasa tidak tenang dalam belajar matematika.

19) Saya senang berdiskusi dalam kelompok ketika belajar matematika. 20) Saya lebih senang belajar sendiri karena membuat saya lebih mengerti matematika.


(62)

Kesepuluh pernyataan tersebut telah disetujui dosen pembimbing. Hitungan validitas terlampir. (Lampiran B.3)

Reliabilitas 1. Varians total: = ∑ ∑ = = 39,98 Varians butir: = ∑ ∑  =

= 0,33 =

= 1,1

 =

= 0,24 =

= 1,55

 =

= 0,51 =

= 0,38

 =

= 0,42 =

= 0,57

 =

= 0,24 =

= 0,54

 =

= 0,46 =

= 1,27

 =

= 0,31 =

= 0,32

 =

= 0,83 =

= 1,55

 =

= 0,31 =

= 0,51

 =

= 1,55 =


(63)

∑ = 14,27

=

)

=(

)(1

) = 0,676

Dari perhitungan diperoleh = 0,676 maka skala tersebut reliabel dengan interpretasi tinggi. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel maka instrumen tersebut siap digunakan pada kelas sampling.

b. Motivasi Belajar Berdasarkan Opini

TABEL 3.2 Validitas Uji Coba Kuesioner Motivasi Opini

P e n e l i t i m

Butir Soal Hasil Korelasi Validitas

1 0,602 Tinggi Valid

2 0,554 Cukup Valid

3 0,588 Cukup Valid

4 0,344 Rendah Valid

5 -0,216 Sangat rendah Tidak valid

6 0,07 Sangat rendah Tidak valid

7 0,495 Cukup Valid

8 0,08 Sangat rendah Tidak valid

9 0,778 Tinggi Valid

10 0,418 Cukup Valid

11 -0,335 Sangat rendah Tidak valid

12 0,677 Tinggi Valid

13 0,728 Tinggi Valid

14 0,517 Cukup Valid

15 0,668 Tinggi Valid

16 0,017 Sangat rendah Tidak valid

17 0,078 Sangat rendah Tidak valid

18 0,263 Rendah Tidak valid

19 0,519 Cukup Valid


(64)

Peneliti membuat 20 pernyataan, dan terdapat 7 pernyataan yang tidak valid, diantaranya:

5) Saya belajar matematika karena kurikulum sekolah mewajibkan. 6) Saya merasa tidak perlu belajar matematika.

8) Saya mengulang membaca catatan atau buku pelajaran matematika yang telah diterangkan.

11) Saya sering mengobrol ketika belajar matematika di kelas. 16) Saya beranggapan jika pelajaran matematika membosankan. 17) Saya merasa kurang yakin ketika mengerjakan latihan soal matematika.

18) Pelajaran matematika menarik bagi saya.

Ketujuh pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian direvisi menjadi:

5) Saya belajar matematika karena diwajibkan oleh sekolah. 6) Saya merasa belajar matematika tidak penting.

8) Saya mempelajari kembali pelajaran matematika yang telah diterangkan di sekolah.

11) Saya mengobrol dengan teman ketika belajar matematika di kelas. 16) Saya merasa pelajaran matematika adalah pelajaran yang

membosankan.

17) Saya kurang yakin dalam mengerjakan latihan soal matematika. 18) Saya tertarik dalam pelajaran matematika.


(65)

Ketujuh pernyataan tersebut telah disetujui dosen pembimbing. Hitungan validitas terlampir. (Lampiran B.5)

Reliabilitas 1. Varians total: = ∑ ∑ = = 45,14 Varians butir: = ∑ ∑  =

= 0,38 =

= 1,15

 =

= 0,49 =

= 1,51

 =

= 0,31 =

= 0,86

 =

= 1,47 =

= 0,41

 =

= 1,23 =

= 0,38

 =

= 0,59 =

= 1,03

 =

= 0,41 =

= 0,93

 =

= 0,93 =

= 0,60

 =

= 1.03 =

= 0,42

 =

= 0,91 =


(66)

∑ = 15,77

=

)

=(

)(1

) = 0,684

Dari perhitungan diperoleh = 0,684 maka skala tersebut reliabel dengan interpretasi tinggi. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel maka instrumen tersebut siap digunakan pada kelas sampling.

2. Minat Belajar

a) Minat Belajar Berdasarkan Fakta

TABEL 3.3 Validitas Uji Coba Kuesioner Minat Fakta

P e n e l i t i m

Butir Soal Hasil Korelasi Validitas

1 -0,590 Sangat rendah Tidak valid

2 0,632 Tinggi Valid

3 0,532 Cukup Valid

4 0,606 Tinggi Valid

5 0,380 Rendah Valid

6 0,267 Rendah Tidak valid

7 -0,115 Sangat rendah Tidak valid

8 0,516 Cukup Valid

9 0,283 Rendah Tidak valid

10 0,129 Sangat rendah Tidak valid

11 0,567 Cukup Valid

12 0,648 Tinggi Valid

13 0,036 Sangat rendah Tidak valid

14 0,663 Sangat rendah Valid

15 0,618 Tinggi Valid

16 0,314 Rendah Tidak valid

17 0,564 Cukup Valid

18 0,700 Tinggi Valid

19 0,177 Sangat rendah Tidak valid


(67)

Peneliti membuat 20 pernyataan, dan terdapat 8 pernyataan yang tidak valid, diantaranya:

1) Saya menyukai pelajaran matematika.

6) Saya mencari materi atau tambahan latihan soal di internet. 7) Saya puas jika hanya mengerjakan satu jenis latihan soal saja. 9) Saya bertanya pada guru jika ada yang belum jelas.

10) Saya berdiskusi dengan teman.

13) Jika saya berhalangan hadir, saya akan pinjam catatan.

16) Hal-hal yang saya pelajari dalam pembelajaran matematika akan bermanfaat bagi saya.

19) Materi pelajaran matematika terlalu sulit bagi saya.

Kedelapan pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian direvisi menjadi:

1) Saya senang belajar matematika

6) Saya mencari materi atau tambahan latihan soal matematika di internet.

7) Saya merasa puas jika hanya bisa mengerjakan satu jenis latihan soal saja.

9) Saya bertanya pada guru jika ada materi matematika yang belum jelas.

10) Saya berdiskusi dengan teman ketika belajar matematika.

13) Jika saya berhalangan hadir, saya akan meminjam catatan kepada teman.


(68)

16) Hal-hal yang saya pelajari dalam belajar matematika bermanfaat bagi saya.

19) Saya merasa kesulitan dalam memahami pelajaran matematika. Kedelapan pernyataan yang telah direvisi tersebut telah disetujui dosen pembimbing. Hitungan validitas terlampir. (Lampiran B.7) Reliabilitas

1. Varians total: = ∑ ∑ = = 35,73 Varians butir: = ∑ ∑  =

= 0,57 =

= 0,51

 =

= 0,49 =

= 0,34

 =

= 0,29 =

= 1,06

 =

= 0,37 =

= 0,49

 =

= 1,34 =

= 0,33

 =

= 0,66 =

= 0,41

 =

= 1,01 =

= 0,55

 =

= 0,31 =


(69)

 =

= 1,22 =

= 0,48

 =

= 0,71 =

= 0,47 ∑ = 11,09

=

)

=(

)(1

) = 0, 725

Dari perhitungan diperoleh = 0,725 maka skala tersebut reliabel dengan interpretasi tinggi. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel maka instrumen tersebut siap digunakan pada kelas sampling.

b) Minat Belajar Berdasarkan Opini

TABEL 3.4 Validitas Uji Coba Kuesioner Minat Opini Butir Soal Hasil Korelasi Validitas

1 0,542 Cukup Valid

2 0,563 Cukup Valid

3 0,540 Cukup Valid

4 0,510 Cukup Valid

5 0,279 Rendah Tidak valid

6 0,440 Cukup Valid

7 0,324 Rendah Valid

8 0,733 Tinggi Valid

9 0,570 Cukup Valid

10 0,467 Cukup Valid

11 0,259 Rendah Tidak valid

12 0,458 Cukup Valid

13 -3,616 Sangat rendah Tidak valid

14 0,504 Cukup Valid

15 0,189 Sangat rendah Tidak valid

16 -0,203 Sangat rendah Tidak valid


(70)

Peneliti membuat 20 pernyataan, dan terdapat 6 pernyataan yang tidak valid, yaitu:

5) Saya cenderung mengulangi materi pelajaran matematika yang saya dapatkan di sekolah.

11) Pelajaran matematika sangat penting bagi saya.

13) Perhatian belajar saya menjadi hilang apabila ada keributan di kelas. 15) Saya bosan belajar matematika.

16) Saya merasa agak kecewa dengan pembelajaran matematika. 19) Saya senang jika guru matematika tidak hadir untuk mengajar di sekolah.

Keenam penyataan yang tidak valid tersebut kemudian direvisi menjadi: 5) Saya mengulangi materi pelajaran matematika yang diberikan di sekolah.

11) Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang penting. 13) Saya kurang bisa berkonsentrasi dalam belajar apabila ada keributan di kelas.

15) Belajar matematika membosankan bagi saya. 16) Saya kecewa dalam belajar matematika.

19) Saya merasa senang apabila guru matematika tidak hadir untuk mengajar di sekolah.

18 0,341 Rendah Valid

19 -0,028 Sangat rendah Tidak valid


(71)

Keenam pernyataan yang direvisi tersebut telah disetujui dosen pembimbing. Hitungan validitas terlampir. (Lampiran B.9) Reliabilitas

1. Varians total: = ∑ ∑ = = 28,80 Varians butir: = ∑ ∑ =  =

= 0,59 =

= 0,36

 =

= 0,21 =

= 0,22

 =

= 0,25 =

= 0,51

 =

= 1,11 =

= 0,58

 =

= 0,42 =

= 1,29

 =

= 0,66 =

= 1,08

 =

= 0,33 =

= 0,40

 =

= 0,95 =

= 0,43

 =

= 0,75 =

= 1,37

 =

= 0,30 =


(72)

∑ = 12,41

=

)

=(

)(1

) = 0, 597

Dari perhitungan diperoleh = 0,597 maka skala tersebut reliabel dengan interpretasi cukup. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel maka instrumen tersebut siap digunakan pada kelas sampling.

3. Tes Hasil Belajar

TABEL 3.5 Validitas Uji Coba Tes Hasil Belajar

Peneliti membuat 10 soal tes hasil belajar untuk diuji cobakan ke siswa, dari keseluruhan soal terdapat 5 soal yang tidak valid dan kemudian di revisi dengan disetujui dosen pembimbing dan guru.

Reliabilitas tes hasil belajar a. Varians Total:

=

=

= 84,506

Butir Soal rit Keterangan Kualifikasi

1 0,394 Valid Cukup

2 0,275 Tidak valid Direvisi

3 0,283 Tidak valid Direvisi

4 0,267 Tidak valid Direvisi

5 0,389 Valid Cukup

6 0,265 Tidak valid Direvisi

7 0,016 Tidak valid Direvisi

8 0,351 Valid Cukup

9 0,766 Valid Tinggi


(73)

b. Varians butir:

=

∑ ∑

=

 =

= 0,20 =

= 0,76

 =

= 0,34 =

= 4,63

 =

= 1,37 =

= 4,31

 =

= 1,72 =

= 14,84

 =

= 1,55 =

= 12,24 ∑ = 41,97

=

)

=(

)(1

) = 0,519

Dari perhitungan diperoleh = 0,519 maka skala tersebut reliabel dengan interpretasi cukup. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel maka instrumen tersebut siap digunakan pada kelas sampling.


(74)

I. Metode Analisis Data 1. Kelayakan Analisis

Pelaksanaan penelitian direncanakan dapat diikuti oleh seluruh siswa di kelas sehingga data yang diperoleh lengkap sejumlah siswa di kelas tersebut. Berikut ini adalah persentase kelayakan analisis data :

% 100

 

n keseluruha siswa

banyak

hadir siswa banyak Persentase

Berdasarkan persentase di atas, data dianggap layak untuk dianalisis apabila data yang didapat dalam pelaksanaan penelitian telah terlaksana lebih dari atau sama dengan

 

 80%.

2. Analisis Data Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan lembar jawab kuesioner motivasi belajar siswa yang dijawab oleh setiap siswa yang hadir dalam pelaksanaan penelitian. Data yang didapat berdasarkan lembar jawab kuesioner dianalisis dengan perhitungan skala Likert sehingga data tersebut adalah data mentah. Jadi data mentah yang diperoleh tersebut dideskripsikan sebagai data kelompok dengan rumusan sebagai berikut:

A = Jumlah skor terbesar


(75)

, 5

B A

C  sehingga didapat lima kriteria motivasi yaitu sebagai berikut :

Rendah Sekali : BxBC

Rendah : BCxB2C Sedang : B2CxB3C Tinggi : B3CxB4C Tinggi Sekali : B4CxB5CA

TABEL 3.6. Kriteria Penilaian Motivasi Berdasarkan Fakta

Pilihan Pernyataan

Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

SS (Sangat Setuju) 5 1

S (Setuju) 4 2

KS (Kurang Setuju) 3 3

TS (Tidak Setuju) 2 4

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5

TABEL 3.7 Kriteria Penilaian Motivasi Berdasarkan Opini

Pilihan Pernyataan

Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif


(1)

142

Lampiran C.4 LEMBAR JAWAB KUISIONER MINAT BELAJAR SISWA BERDASARKAN

FAKTA


(2)

(3)

144

Lampiran C.5 LEMBAR JAWAB KUISIONER MINAT BELAJAR SISWA BERDASARKAN OPINI


(4)

(5)

146

Lampiran C.6 DOKUMENTASI PENELITIAN


(6)