endometriosis dengan nyeri ringan-sedang dibandingkan kelompok dengan derajat nyeri berat.
49
Nyeri sering dikaitkan dengan beberapa mekanisme, antara lain : efek langsung atau tidak langsung pada perdarahan lokal pada implant
endometriosis, pengaruh dari inflamasi dan sitokin pada rongga peritoneum dan juga iritasi ataupun infiltrasi langsung pada syaraf di dasar
panggul. Serabut syaraf diperitoneum ini dapat distimulasi oleh bahan- bahan inflamasi seperti prostaglandin, TNF-
α, EGF, TGF-β, dimana sitokin-sitokin ini banyak sekresi oleh makrofag yang aktif pada
endometriosis.
14, 50
Nyeri juga dipengaruhi oleh produksi prostaglandin lokal oleh lesi endometriosis yang dipengaruhi oleh estrogen lokal dari
proses aromatase. Pada endometrium wanita dengan endometriosis, ada peningkatan sedikit aktivitas COX-2 dan aktivitas enzim aromatase dapat
dideteksi. Pada jaringan endometriosis ektopik, terdapat abnormalitas molekuler yang jelas, termasuk kadar COX-2 dan enzim aromatase yang
tinggi. Peningkatan PGE
2
dalam jaringan endometrium dan endometriosis dapat menyebabkan kram menstrual yang berat dan nyeri pelvis kronik.
Kadar estradiol jaringan akan tinggi, karena estradiol diproduksi berlebihan oleh enzim aromatase dan tidak dimetabolisme karena
defisiensi aktivitas 17β-hydroxysteroid dehydrogenase 2.
6
4.4 Perbandingan Kadar VEGF Serum Non Endometriosis dengan Endometriosis berdasarkan Stadium
Universitas Sumatera Utara
Stadium Endometriosis
VEGF Serum pgmL CI 95
p value Mean
Median SD
Lower Upper
Non endometriosis
182.22 221.10
57.23 161.92 202.51
0.02 2 Ringan
280.54 257.90
74.05 188.58 372.49
3 Sedang 393.31
339.95 115.10 310.97 475.64
4 Berat 504.07 479.80
193.64 407.78 600.37
Uji Kruskal Wallis.
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa ditemukan adanya perbedaan yang bermakna secara signifikan dari keseluruhan subjek
penelitian kasus endometriosis dan non endometriosis dengan nilai p adalah 0,02. Tampak adanya peningkatan rerata dari tiap-tiap stadium
dimana pada stadium 4 berat didapatkan rerata kadar VEGF serum yang paling tinggi 504,07±193,64. Namun jika dilakukan uji post-hoc Mann-
Whitney U untuk melihat antara stadium mana yang memiliki perbedaan bermakna, ternyata hanya antara non endometriosis dan masing-masing
stadium endometriosis yang mempunyai perbedaan secara bermakna terhadap rerata kadar serum VEGF. Sedangkan jika dibandingkan
masing-masing stadium, misalkan antara stadium 2 dibandingkan stadium 3, atau stadium 2 dibandingkan stadium 4 dan stadium 3 dibandingkan
stadium 4 maka tidak dijumpai perbedaan bermakna antara masing- masing stadium. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5.
4.5 Perbandingan Kadar VEGF Serum Untuk Masing-Masing Stadium
Universitas Sumatera Utara
Stadium Endometriosis Mean VEGF Serum
pgmL p value
Non Endometriosis vs Std. 2 Non Endometriosis vs Std. 3
Non Endometriosis vs Std. 4 Std. 2 vs Std. 3
Std. 2 vs Std. 4 Std. 3 vs Std. 4
182,22 vs 280,22 182,22 vs 393,31
182,22 vs 504,07 280,54 vs 393,31
280,54 vs 504,07
393,31vs 504,07 0,01
0,0001 0,0001
0,178 0,09
0,108 Uji Post-hoc Mann-Whitney U.
Perkembangan dan pertumbuhan sel endometriosis tergantung pada pembentukan pembuluh darah ke lesi endometriosis untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi kehidupan sel. VEGF yang dihasil dari sel glandular epitel dan stroma endometrium ektopik ini
berperan penting pada histogenesis endometriosis itu sendiri. Selain berperan pada angiogenesis, VEGF dapat menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Peningkatan permeabilitas ini akan menyebabkan keluarnya produk fibrin ke ekstraselular. Produk fibrin ini akan
meningkatkan penarikan makrofag sehingga meningkatkan sekresi TNF- α
yang akan menstimulasi angiogenesis dan implantasi sel endometriosis. Sel endometriosis yang aktif ini secara siklik akan menghasilkan
konsentrasi VEGF yang tinggi, dimana bersama dengan Matrix Metalloproteinase-1 MMP-1 dan Matrix Metalloproteinase-9 MMP-9
akan memicu perluasan implantasi dan perlengketan yang lebih luas.
18, 51, 52
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna jika dibandingkan rerata kadar serum VEGF dari masing-
masing stadium. Hal yang sama ditemukan pada penelitian-penelitian
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya, dimana penilaian skor AFS endometriosis yang dikaitkan dengan perlengketan pelvik akibat endometriosis terutama pada
endometriosis derajat berat ternyata mempunyai korelasi yang negatif. Disebutkan bahwa peningkatan kadar VEGF berhubungan dengan
menurunnya pembentukan perlengketan pelvik.
53
Hal yang sama ditemukan oleh Garcia-Manero M. dkk, bahwa tidak ditemukan perbedaan
bermakna kadar serum VEGF berdasarkan stadium endometriosis.
49
Oleh Gagnea D. dkk, Kim JG. dkk, dan Othman ER. dkk, juga menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar serum VEGF
berdasarkan stadium endometriosis dan skor AFS. Pada penelitian yang dilakukan tersebut stadium endometriosis dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu stadium I-II Minimal-Ringan dan stadium III-IV Sedang- Berat.
15 54, 55
4.6 Perbandingan Kadar VEGF Serum berdasarkan Stadium Stadium