11
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Tinjauan Umum Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum Pengertian kurikulum menurut Arifin 2011:2-3 berpendapat bahwa
secara etimologis, istilah kurikulum curriculum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Dalam bahasa Perancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti
berlari to run. Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh
medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya.
Curriculum is the entire school program and all the people involved in. Program tersebut berisi mata pelajaran courses yang harus ditempuh oleh
peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SDMI enam tahun, SMPMTs tiga tahun, SMASMKMA tiga tahun dan seterusnya. Dengan
demikian secara terminologis istilah kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan oleh peserta
didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. Arifin 2011:3 menjelaskan bahwa ada beberapa implikasi dari
pengertian tradisional, yaitu: a kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, yang merupakan budaya dan pengalaman masa lampau yang
mengandung nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda. Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua aspek kehidupan dan sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan; b peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran; c mata
pelajaran hanya dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah; dan yang terakhir d tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.
Menurut A. Ferry T. Indratno kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi
pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah, maka kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral bagi keberhasilan
pendidikan Yamin, 2012:15. Sementara pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial isimateri yang telah
disusun secara ilmiah baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas yaitu semua kegiatan dan pengalaman belajar serta segala sesuatu yang berpengaruh
terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai pendidikan. Segala
sesuatu yang dimaksud disini merupakan hidden curriculum misalnya fasilitas sekolah, lingkungan yang aman, bersih, indah, berbunga, suasana keakraban,
kerja sama yang harmonis untuk saling mendorong dalam proses pembelajaran yang disertai menggunakan media dan sumber belajar yang memadai Arifin,
2011:4-5.
2. Komponen Kurikulum Dalam kurikulum harus memiliki beberapa komponen pendukung dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan, hal ini bertujuan agar pendidikan yang dijalani oleh suatu lembaga pendidikan dapat mengembangkannya secara baik.
Menurut Arifin 2011:82-94 terdapat 4 empat komponen kurikulum, yaitu: a. Komponen Tujuan
Tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, karena akan mengarahkan dan memengaruhi komponen kurikulum lainnya. Dalam
penyusunan suatu kurikulum, perumusan tujuan kurikulum harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen yang lainnya. Tujuan
pendidikan suatu negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau falsafah negara, karena pendidikan merupakan alat
untuk mencapai tujuan negara. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan
pendidikan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal
TKRA, SDMI, SMPMTs, SMAMA maupun pendidikan non formal lembaga kursus, pesantren. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin
dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran seperti bidang studi Pendidikan Agama Islam, IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan
sebagainya. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok bahasan, sementara tujuan pembelajaran khusus
instructional objective adalah tujuan dari setiap subpokok bahasan.
b. Komponen Isimateri Isimateri kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan
pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu: 1 logika, merupakan pengetahuan tentang benar-salah berdasarkan prosedur keilmuan; 2 estetika, merupakan
pengetahuan tentang indah-jelek yang ada nilai seni; dan 3 etika, merupakan pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan moral. Berdasarkan
pengelompokan isi kurikulum harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip, diantaranya sebagai berikut: 1 mengandung bahan kajian atau topik-topik
yang dapat dipelajari peserta didik dalam proses pembelajaran; dan 2 berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata
pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pemilihan isi kurikulum juga dapat mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: 1
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; 2 sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik; 3 bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat,
dunia kerja, bangsa dan negara untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang, dan 4 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. c. Komponen Proses
Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik di
dalam sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah
melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode
mengajar, media pembelajaran, dan sumber belajar lainnya. Pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum SKKD,
karakteristik materi pelajaran, dan tingkat perkembangan yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan isi kurikulum, antara lain: 1
startegi ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi yang sebelumnya telah diolah sendiri, sementara siswa lebih banyak
menerima materi yang telah jadi; 2 strategi pembelajaran heuristik yaitu discovery
dan inquiry; 3 strategi pembelajaran kelompok kecil berupa kerja kelompok dan diskusi kelompok, serta 4 strategi pembelajaran
secara individual. d. Komponen Evaluasi
Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dalam upaya memperbaiki penyempurnaan kurikulum diperlukan komponen evaluasi. Evaluasi
kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang
harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga
sangat erat hubungannya dengan definisi kurikulum sebagai kumpulan mata pelajaran yang meliputi semua kegiatan dan pengalaman anak di
dalam maupun di luar sekolah.
3. Perkembangan Kurikulum di Indonesia Menurut Hidayat 2013:1-18 semenjak Indonesia merdeka pada tahun
1945 hingga saat ini kurikulum dalam dunia pendidikan mengalami banyak perubahan. Perubahan yang terjadi yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Kurikulum yang pertama lahir setelah Indonesia merdeka adalah kurikulum pada tahun 1947 atau rencana pelajaran
1947. Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual.
Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Setelah Rencana
Pelajaran 1947, kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan pada tahun 1952. Pada tahun 1952 pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum untuk jenjang Sekolah Dasar yang lebih merinci pada setiap mata
pelajaran yang diberi nama dengan Rencana Pelajaran Terurai 1952 bertujuan untuk membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem Pendidikan Nasional. Ciri dari kurikulum 1952 ini memiliki setiap rencana pelajaran sehari-hari, silabus
mata pelajaran jelas, dan seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964
atau kurikulum 1964. Dalam pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah pemerintah mempunyai keinginan agar
rakyat mendapatkan pengetahuan akademik pada jenjang SD sebagai pembekalan, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
yaitu; daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral. Penyempurnaan kurikulum 1964 masih mengalami perubahan yaitu menjadi kurikulum 1968, hal ini
dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum ini menjadi citra sebagai produk
Orde Lama yang menekankan pada pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah jam pelajaran pada kurikulum 1968 adalah 9 mata pelajaran yang menitikberatkan pada materi apa saja yang diberikan kepada
siswa untuk setiap jenjang pendidikan. Dari segi tujuan pendidikan kurikulum 1968 diarahkan untuk membentuk manusia yang berdasarkan pada Pancasila
sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan, keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Pembaharuan penyempurnaan kurikulum terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum 19751976. Kurikulum 1975 untuk SD SMP dan SMA sementara
kurikulum 1976 untuk Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah Menengah Kejuruan STM, SMEA. Komponen yang terkandung dalam kurikulum 1975
memuat tentang: a tujuan institusional baik SD, SMP, dan SMA SPG SMEA STM yaitu tujuan yang hendak dicapai lembaga pendidikan dalam
melaksanakan program pendidikannya; b struktur program kurikulum, yaitu
kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah; dan c garis-garis besar program pengajaran, yang didalamnya terdapat hal-hal
yang berhubungan dengan program pengajaran. Dalam perkembangannya kurikulum 1975 dianggap sudah tidak relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat, tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum
1984 memiliki ciri sebagai berikut: a berorientasi kepada tujuan pembelajaran instruksional; b pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik
melalui cara belajar siswa aktif atau CBSA; c materi pelajaran yang dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral; d menanamkan pengertian
terlebih dahulu sebelum diberikan latihan; e materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa; dan f menggunakan pendekatan
keterampilan proses. Kurikulum 1984 dalam proses pembelajaran lebih menekankan pada pola
pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar sehingga kurang memperhatikan muatan isi pelajaran. Kurikulum 1994 dibuat sebagai
penyempurnaan dari kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ciri-ciri
yang dimiliki oleh kurikulum 1994, diantaranya: a pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan; b pembelajaran di sekolah
lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat dan berorientasi kepada materi pelajaranisi; c kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang
memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa seluruh Indonesia;
d dalam pelaksanaan kegiatan hendaknya guru memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa untuk aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial; e dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan konseppokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa;
f pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks; dan g
pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Penyempurnaan kurikulum 1994 yang dilakukan oleh
pemerintah merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran.
Kurikulum 2004 merupakan penyempurnaan kurikulum 1994 yang dijadikan sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan
dari sentralistik
menjadi desentralistik
sebagai konsekuensi
logis dilaksanakannya UU No. 23 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum 2004 diberi nama dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK yang
menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan
untuk melakukan
kompetensi atau tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Kurikulum Berbasi Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: a menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal; b berorientasi pada hasil belajar learning
outcomes dan keberagaman; c penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; d sumber belajar
bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; dan e penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum
dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP sebagai kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di setiap satuan
pendidikan. Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih bercirikan tercapainya paket-paket
kompetensi. 4. Peranan Kurikulum
Menurut Hamalik 2007:11-13 terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu a peranan konservatif, memiliki suatu tanggung
jawab mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda; b peranan kritis dan evaluatif, sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan
yang ada melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan; serta c peranan kreatif, melakukan berbagai kegiatan kreatif
dan konstruktif untuk menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang maupun masa mendatang.
5. Fungsi Kurikulum Dilihat dari sisi pengembang kurikulum atau guru, kurikulum memiliki
beberapa fungsi sebagai berikut: a fungsi preventif, yaitu mencegah kesalahan para pengembang kurikulum terutama dalam melakukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan rencana kurikulum; b fungsi korektif, yaitu mengoreksi dan membetulkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
pengembang kurikulum dalam melaksanakan kurikulum; dan c fungsi konstruktif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dan
pengembang kurikulum untuk membangun kurikulum yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Menurut Arifin 2011:13-16 mengatakan bahwa
fungsi kurikulum dapat juga ditinjau dalam berbagai perspektif, antara lain: a Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan, merupakan alat untuk
membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi dan tujuan Pendidikan Nasional termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan yang
ada dibawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat diwujudkan dalam bentuk program, yaitu kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilaksanakan
oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran; b Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah, merupakan pedoman untuk
mengatur dan membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun kokurikuler. Pengaturan kegiatan ini
sangat penting agar tidak terjadi tumpang tindih, seperti jenis program pendidikan apa yang sedang dan akan dilaksanakan;
c Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan meliputi fungsi kesinambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus
mengetahui dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga dapat dilakukan penyesuaian kurikulum, dan fungsi penyiapan tenaga, yaitu
bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga yang terampil mempelajari yang diperlukan mengenai kemampuan akademik,
kecakapan atau keterampilan, kepribadian maupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial;
d Fungsi kurikulum bagi guru, merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga
sebagai faktor kunci key factor dalam keberhasilan suatu kurikulum. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai jika guru tidak dapat
memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, artinya guru tidak hanya berfungsi sebagai
pengembang kurikulum tetapi juga sebagai pelaksana kurikulum. Guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan
perkembangan kurikulum,
perkembangan IPTEK,
perkembangan masyarakat, perkembangan psikologi belajar, dan perkembangan ilmu
pendidikan; e Fungsi kurikulum bagi pengawas merupakan pedoman, patokan, atau
ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum dapat digunakan oleh pengawas untuk menyempurnakan atau memperbaiki usaha
pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan. Pengawas
juga perlu mencari data dan informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat implementasi kurikulum dengan meningkatkan mutu guru,
kelengkapan sarana pendidikan, pemantapan sistem administrasi, bimbingan konseling, dan keefektifan penggunaan perpustakaan.
Implikasinya pengawas harus menguasai kurikulum yang berlaku; f Fungsi kurikulum bagi masyarakat, dapat mengetahui pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah. Masyarakat yang cerdas dan humanis
akan selalu memberikan bantuan, baik moril maupun materil dalam pelaksanaan kurikulum, memberikan saran-saran dan pendapat sesuai
dengan keperluan, dan berperan secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung; serta
g Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan, akan menggunakan lulusan menjadi tenaga kerja yang bermutu tinggi dan mampu berkompetisi agar
dapat meningkatkan produktivitasnya. Biasanya para pemakai kurikulum melakukan seleksi yang ketat dalam penerimaan calon tenaga kerja. Studi
kurikulum akan banyak membantu pemakai lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja yang handal, energik, disiplin, bertanggung jawab, jujur,
ulet, tepat, dan berkualitas dalam bekerja.
B. Kurikulum 2013