Implementasi penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian dan masa kerja : studi kasus pada SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen se-Kabupaten Sleman.

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DITINJAU

DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen

se-Kabupaten Sleman Sirilus Christianto Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (2) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja; (3) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (4) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja.

Penelitian ini dilakukan di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman dengan populasi sebanyak 677 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, dan SMK YAPEMDA. Sampel yang diambil sebanyak 63 guru. Ditarik dengan teknik purposive sampling. Data diambil dengan kuesioner menggunakan statistik deskriptif, one way anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian (asymp. sig sebesar 0,545 dan Fhitung sebesar 0,612); (2) tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja (asymp. sig sebesar 0,661 dan Fhitung sebesar 0,416); (3) ada perbedaan dalam mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian (asymp. sig sebesar 0,016 dan Fhitung sebesar 4,469); (4) tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja (asymp. sig sebesar 0,106 dan Fhitung sebesar 2,328).


(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ASSESMENT AND LEARNING PROCESS BASED ON THE CURRICULUM OF 2013 PERCEIVED FROM THE

EMPLOYMENT STATUS AND YEARS OF SERVICE A Case Study in the Vocational High School

in the Expertise of Management and Business Skills in Sleman Regency

Sirilus Christianto Sanata Dharma University

2016

The objective of this research is to find out the difference: (1) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (2) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service; (3) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (4) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service.

This research was conducted in some Vocational High Schools majoring in Management and Business Skills in Sleman Regency with a population of 677 people. This research was conducted in SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, and SMK YAPEMDA. The samples were as many as 63 teachers. The samples were taking by the technique of purposive sampling. The data was taken with a questionnaire using descriptive statistics, one-way ANOVA.

The result of this research shows that: (1) there is no difference in the implementation of assesment based on the curriculum 2013 perceived from the employment status (asymp. sig 0,545 and Fcount 0,612); (2) there is no difference in the implementation of assesment based on the curriculum 2013 perceived from the years of service (asymp. sig 0,661 and Fcount 0,416); (3) there is a difference in the implementation of learning process based on the curriculum 2013 perceived from the employment status (asymp. sig 0,016 and Fcount 4,469); (4) there is no difference in the implementation of learning process based on the curriculum 2013 perceived from the years of service (asymp. sig 0,106 and Fcount 2,328).


(3)

IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES

PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA

KERJA

Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Sirilus Christianto

NIM: 111334020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Maha Pengasih

Kedua Orang Tuaku

Untuk Mbah Kakung di Surga

Dan Saudara-saudaraku yang terkasih


(7)

MOTTO

Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda

Hal yang paling indah adalah bisa melakukan sesuatu

dengan kemampuan sendiri

Ketekunan merupakan unsur terbesar dalam meraih

kesuksesan


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DITINJAU

DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA Studi Kasus Pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen

se-Kabupaten Sleman Sirilus Christianto Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (2) implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja; (3) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian; (4) implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja.

Penelitian ini dilakukan di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman dengan populasi sebanyak 677 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, dan SMK YAPEMDA. Sampel yang diambil sebanyak 63 guru. Ditarik dengan teknik purposive sampling. Data diambil dengan kuesioner menggunakan statistik deskriptif, one way anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian (asymp. sig sebesar 0,545 dan Fhitung sebesar 0,612); (2) tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja (asymp. sig sebesar 0,661 dan Fhitung sebesar 0,416); (3) ada perbedaan dalam mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian (asymp. sig sebesar 0,016 dan Fhitung sebesar 4,469); (4) tidak ada perbedaan dalam mengimplementasikan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja (asymp. sig sebesar 0,106 dan Fhitung sebesar 2,328).


(11)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ASSESMENT AND LEARNING PROCESS BASED ON THE CURRICULUM OF 2013 PERCEIVED FROM THE

EMPLOYMENT STATUS AND YEARS OF SERVICE A Case Study in the Vocational High School

in the Expertise of Management and Business Skills in Sleman Regency

Sirilus Christianto Sanata Dharma University

2016

The objective of this research is to find out the difference: (1) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (2) the implementation of assesment based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service; (3) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the employment status; (4) the implementation of learning process based on the curriculum of 2013 perceived from the years of service.

This research was conducted in some Vocational High Schools majoring in Management and Business Skills in Sleman Regency with a population of 677 people. This research was conducted in SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Tempel, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YPKK 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, SMK Ma’arif 1 Sleman, SMK Muhammadiyah 1 Tempel, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMK YPKK 3 Sleman, and SMK YAPEMDA. The samples were as many as 63 teachers. The samples were taking by the technique of purposive sampling. The data was taken with a questionnaire using descriptive statistics, one-way ANOVA.

The result of this research shows that: (1) there is no difference in the implementation of assesment based on the curriculum 2013 perceived from the employment status (asymp. sig 0,545 and Fcount 0,612); (2) there is no difference in the implementation of assesment based on the curriculum 2013 perceived from the years of service (asymp. sig 0,661 and Fcount 0,416); (3) there is a difference in the implementation of learning process based on the curriculum 2013 perceived from the employment status (asymp. sig 0,016 and Fcount 4,469); (4) there is no difference in the implementation of learning process based on the curriculum 2013 perceived from the years of service (asymp. sig 0,106 and Fcount 2,328).


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga melalui kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; 4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan, saran bahkan masukan disaat penulis sedang kesusahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Untuk semua dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, terimakasih untuk ilmu dan pengetahuan serta bantuan yang telah penulis dapatkan selama belajar di Universitas Sanata Dharma;

6. Untuk kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan doa maupun materi selama kuliah;


(13)

7. Untuk teman-teman HIMAPENSI terimakasih telah berdinamika selama kuliah di Universitas Sanata Dharma;

8. Untuk Dina, Alfon, Mega, Elin, Resa, dan Vriska terimakasih banyak selalu mengingatkan saya untuk dikerjakan skripsinya;

9. Untuk teman-teman kost grinjing yang sekarang sudah menyebar entah kemana terimakasih untuk tempat tidur saat istirahat menunggu kuliah; 10.Untuk teman-temanku semua Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 baik

yang sudah lulus maupun yang belum terima kasih atas waktu yang telah kita jalani bersama selama kuliah di Sanata Dharma;

11.Untuk Astrid, terimakasih ya selalu mengingatkan untuk terus ketemu pak muhadi;

12.Untuk Mbak Agnes, Mas Anto, dan Mas Agus yang selalu ga pernah henti mengingatkan skripsi untuk dikerjakan.

13.Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki berbagai kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi juga dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan maupun yang berkepentingan. Demikian skripsi dibuat agar dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Yogyakarta, 12 April 2016


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian... 8

BAB II : KAJIAN TEORITIK... 10


(15)

1. Pengertian Kurikulum ... 10

2. Komponen Kurikulum ... 13

3. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia ... 15

4. Peranan Kurikulum ... 20

5. Fungsi Kurikulum ... 21

B. Kurikulum 2013 ... 24

1. Konsep Dasar Kurikulum 2013 ... 24

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ... 26

3. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 29

4. Tujuan Kurikulum 2013 ... 30

5. Keunggulan Kurikulum 2013 ... 31

C. Penilaian Dalam Kurikulum 2013 ... 32

1. Pengertian Penilaian ... 32

2. Jenis-jenis Penilaian ... 33

3. Prinsip dan Pendekatan Penilaian ... 34

4. Teknik Penilaian ... 37

D. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 44

1. Pengertian Belajar ... 44

2. Karakteristik Pembelajaran ... 44

3. Perencanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 46

4. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 49

E. Status Kepegawaian dan Implementasi Kurikulum... 53

F. Masa Kerja dan Implementasi Kurikulum... 55

G. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 56

H. Kerangka Berpikir ... 57

I. Perumusan Hipotesis ... 59


(16)

A. Jenis Penelitian ... 61

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 61

C. Subjek dan Objek Penelitian... 62

D. Populasi dan Sampel ... 62

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 65

F. Teknik Pengumpulan Data ... 67

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 72

H. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 88

A. Deskripsi Data ... 88

B. Analisis Data... 135

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 145

BAB V : PENUTUP ... 154

A. Kesimpulan ... 154

B. Keterbatasan Penelitian ... 155

C. Saran ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 157


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis-jenis Penilaian Yang Dilakukan Oleh Pendidik, Satuan

Pendidikan dan Pemerintah ... 33

Tabel 2.2. Kompetensi Inti Sikap Spritual (KI 1) Dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan... 39

Tabel 2.3. Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kelas X, XI, XII Sekolah Menegah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan ... 41

Tabel 2.4. Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4) Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan ... 43

Tabel 2.5. Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, Dan Keterampilan ... 45

Tabel 3.1. Data SMK se-Kabupaten Sleman ... 63

Tabel 3.2. Data SMK Negeri dan Swasta Sebagai Sampel Penelitian ... 65

Tabel 3.3. Skoring Variabel Status Kepegawaian ... 66

Tabel 3.4. Skoring Variabel Masa Kerja ... 66

Tabel 3.5. Skala likert unruk pertanyaan bersifat positif dan negatif... 67

Tabel 3.6. Daftar Kisi-kisi Kuesioner ... 68

Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 74

Tabel 3.8. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 (Pertama) 75 Tabel 3.9. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 (Kedua) .. 76

Tabel 3.10. Reliability Statistics Tabel 3.7 ... 79

Tabel 3.11. Reliability Statistics Tabel 3.9 ... 79


(18)

Tabel 3.13. Rumus Unsur Tabel Persiapan ANOVA ... 85

Tabel 4.1. Data Responden Penelitian... 89

Tabel 4.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 89

Tabel 4.3. Data Responden Berdasarkan Status Kepegawaian ... 90

Tabel 4.4. Data Responden Berdasarkan Status Sekolah ... 90

Tabel 4.5. Data Responden Berdasarkan Penerima Sertifikasi Guru ... 91

Tabel 4.6. Data Responden Berdasarkan Frekuensi Masa Kerja ... 91

Tabel 4.7. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 93

Tabel 4.8. Nilai-nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Akuntansi se-Kabupaten Sleman ... 94

Tabel 4.9. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok... 95

Tabel 4.10. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 96

Tabel 4.11. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 97

Tabel 4.12. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 98

Tabel 4.13. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 99

Tabel 4.14. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 100


(19)

Tabel 4.15. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 101 Tabel 4.16. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 101 Tabel 4.17. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 102 Tabel 4.18. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 103 Tabel 4.19. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan... 104 Tabel 4.20. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan ... 105 Tabel 4.21. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 106 Tabel 4.22. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 107 Tabel 4.23. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 108 Tabel 4.24. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 108 Tabel 4.25. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 109 Tabel 4.26. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 110 Tabel 4.27. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum


(20)

2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 111 Tabel 4.28. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 112 Tabel 4.29. Deskripsi Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum

2013 di SMK YAPEMDA ... 113 Tabel 4.30. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Penilaian berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 113 Tabel 4.31. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 115 Tabel 4.32. Nilai-nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian

Bisnis dan Manajemen se-Kabupaten Sleman ... 116 Tabel 4.33. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 117 Tabel 4.34. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 118 Tabel 4.35. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 119 Tabel 4.36. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 119 Tabel 4.37. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 120 Tabel 4.38. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran


(21)

Tabel 4.39. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 122 Tabel 4.40. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman ... 122 Tabel 4.41. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 123 Tabel 4.42. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman ... 124 Tabel 4.43. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan ... 125 Tabel 4.44. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 2

Moyudan... 126 Tabel 4.45. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 127 Tabel 4.46. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 127 Tabel 4.47. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1 Tempel ... 128 Tabel 4.48. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1

Tempel ... 129 Tabel 4.49. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah Cangkringan ... 130 Tabel 4.50. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran


(22)

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah

Cangkringan ... 131 Tabel 4.51. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 132 Tabel 4.52. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman ... 132 Tabel 4.53. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 133 Tabel 4.54. Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YAPEMDA ... 134 Tabel 4.55. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel

Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013

Ditinjau dari Status Kepegawaian Guru ... 135 Tabel 4.56. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel

Implementasi Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013

Ditinjau dari Masa Kerja ... 136 Tabel 4.57. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel

Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum

2013 Ditinjau dari Status Kepegawaian Guru ... 137 Tabel 4.58. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel

Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum

2013 Ditinjau dari Masa Kerja ... 138 Tabel 4.59. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas ... 139 Tabel 4.60. Hasil Uji Beda Data Implementasi Penilaian Berdasarkan


(23)

Tabel 4.61. Hasil Uji Beda Data Implementasi Penilaian Berdasarkan

Masa Kerja ... 142 Tabel 4.62. Hasil Uji Beda Data Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Status Kepegawaian Guru ... 143 Tabel 4.63. Hasil Uji Beda Data Implementasi Proses Pembelajaran


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian (Kuesioner dan Lembar Jawab) ... 161 Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 170 Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas ... 181 Lampiran 4 Analisis Data Penelitian... 190 Lampiran 5 tabel t, r, dan F ... 214 Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ... 217


(25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menetapkan pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan nasional didasarkan pada Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada era modern saat ini dimana semua sistem berkembang dengan pesatnya khususnya dalam pendidikan, setidaknya terdapat tiga aspek yang memiliki peranan cukup signifikan dalam dunia pendidikan yaitu kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian. Dalam perspektif


(26)

kebijakan pendidikan nasional pengertian kurikulum dapat dilihat dalam undang-undang No. 20 Tahun 2001 (SISDIKNAS) pasal 1 ayat (9), ialah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Hidayat, 2013:22). Rustaman mengatakan proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Hidayat, 2013:118). Sedangkan, penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Kunandar, 2013:35).

Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu hal yang seharusnya dicapai oleh guru. Guru memiliki peran yang cukup signifikan dalam perkembangan peserta didik. Sebagai pelaksana kurikulum guru harus mampu membimbing dan mendampingi siswa mulai dari proses pembelajarannya di kelas sampai kepada proses penilaian.

Hidayat juga menekankan bahwa penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik. Penilaian yang mengarah pada kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi, serta penjenjangan penilaian. Penilaian bertujuan memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik saat kegiatan pembelajaran


(27)

berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik (2013:119).

Sejak Indonesia merdeka pada zaman orde baru sampai era reformasi saat ini, kurikulum telah mengalami perubahan yaitu pada tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004, dan tahun 2006, serta yang terbaru kurikulum tahun 2013. Dalam perkembangan dunia pendidikan, kurikulum memang mengalami banyak perubahan maupun perkembangan. Perubahan kurikulum ini dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja dalam dunia pendidikan. Kurikulum 2013 berorientasi pada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum: antara lain ditegaskan bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Secara konseptual kurikulum 2013 dicita-citakan untuk menghasilkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya.

Implementasi kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal diantara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan menuntut kerjasama yang kompak diantara para anggota tim. Kerjasama antara para guru sangat penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir ini mengalami perubahan yang sangat pesat. Implementasi kurikulum


(28)

2013 akan dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai tahun ajaran 2013 (Juli 2013) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV untuk SD, kelas VII SMP, dan kelas X SMA. Semula, kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada 30% SD, dan 100% SMP, SMA, dan SMK, sehingga tahun 2016 semua sekolah diharapkan sudah menggunakan dan mengembangkan kurikulum baru, baik negeri maupun swasta (Mulyasa, 2013:9).

Dalam pelaksanaannya banyak permasalahan yang timbul akibat penerapan kurikulum 2013. Kurikulum yang konon kabarnya akan lebih memanusiakan anak didik itu pada kenyataannya justru memberikan beban kepada banyak pihak guru, siswa, orang tua dan juga sekolah. Semua terjadi karena ketidaksiapan, sebagaimana telah banyak dikritisi para pakar pendidikan. Pun saya merasakan sendiri selama lebih kurang enam hari mengikuti pelatihan guru pendamping kurikulum 2013, beragam pertanyaan dari para peserta di antaranya sistem penilaian yang ada dalam kurikulum itu. Setelah mengamati dan mendalami dalam bentuk diskusi kelompok, hampir semua peserta pelatihan merasa kesulitan mengapilkasikan sistem penilaian yang ada dalam kurikulum ini, terutama begitu banyaknya lembaran isian yang harus dikerjakan guru. Sebagai contoh untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial, akan menyita tidak sedikit waktu guru. Ditambah lagi penilaian pengetahuan dan keterampilan yang juga membutuhkan waktu tidak sedikit, tentunya akan menjadi beban bagi guru. Sebagai contoh, untuk seorang guru sertifikasi dengan jam


(29)

wajib 24 jam, perinciannya misalnya pelajaran bahasa Inggris untuk 24 mengampu enam rombongan belajar dikalikan setiap rombongan belajar ada 30 siswa, maka akan ada 180 siswa yang menjadi tugas guru tersebut. Dengan empat aspek penilaian, kita tinggal kalikan saja 180 siswa kali empat. Pertanyaannya, akankah guru mampu melakukan itu secara maksimal. Ditambah lagi tugas tambahan guru yang menjadi wali kelas misalnya, penilaiannya akan semakin banyak terutama adanya penilaiaan deskriptif pada rapor. Tentu ini akan semakin sulit. Lain lagi masalah, misalnya digunakan sistem aplikasi dalam penilaian rapor, tidak semua wali kelas melek komputer. Jadi, intinya hal ini akan jadi masalah utama selain masalah-masalah lain yang dikeluhkan guru.

(http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/14/123153/kurikul

um-2013-kebingungan-guru-dan-beban-siswa/#.VrCCBUDz8SI)

Melihat permasalahan diatas, dapat kita lihat bahwa tidak semua guru mampu mengimplementasikan Kurikulum 2013. Seperti halnya berikut ini, Selain itu, lanjutnya, kurikulum 2013 juga memiliki sisi positif lainnya. Misalnya sisi paradigma karena mengemas mata pelajaran menjadi lebih maknawi dalam kehidupan sehari-hari dengan model pembelajaran tematik integratif dan pendekatan saintifik. "Kemudian, dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran murid aktif, guru sebagai fasilitator maupun motivator, semua aspek kehidupan bisa menjadi sumber pembelajaran, serta melahirkan manusia pembelajar," paparnya. Meski demikian, kurikulum 2013 juga memiliki sisi negatif. Pertama, ujar Tyas,


(30)

kurikulum 2013 penuh kontradiksi. Mau melahirkan manusia yang kreatif, kritis, inovatif, tapi penuh materi yang normatif karena ada penambahan jam belajar agama. "Kedua, berharap proses pembelajaran lebih leluasa tapi ada penambahan jam pelajaran. Ketiga, kurikulum 2013 cocok untuk sekolah yang sudah maju dan gurunya punya semangat belajar tinggi, masyarakat yang sudah terdidik, muridnya memiliki kemampuan dan fasilitas setara, serta infrastruktur telekomunikasi dan transportasi sudah merata sehingga tidak menghambat proses," urai Tyas.

(

http://news.okezone.com/read/2014/11/08/65/1062782/kelebihan-kekurangan-kurikulum-2013)

Melihat status kepegawaian guru yang mana terdiri dari guru PNS, guru yayasan serta guru tidak tetap. Tidak semua guru dalam status tersebut mampu untuk menerapkan implementasi kurikulum 2013. Bahkan hanya sedikit guru yang paham bagaimana cara untuk menerapkan Kurikulum 2013 tersebut. Selain status kepegawaian menjadi sudut pandang, kita juga dapat melihat bahwa tidak semua guru yang masa kerjanya lama paham akan Kurikulum 2013, dan juga mungkin guru yang masa kerjanya lebih sedikit lebih cepat mampu memahami Kurikulum 2013 tersebut.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proses pembelajaran dan penilaian yang diimplementasikan lewat kurikulum 2013. Dalam implementasi kurikulum 2013, penulis meneliti “IMPLEMENTASI PENILAIAN DAN PROSES


(31)

PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN DAN MASA KERJA” .

B. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian mengenai Kurikulum 2013, maka penelitian ini hanya membatasi ruang lingkup mengenai penilaian dan proses pembelajaran ditinjau dari sudut pandang status kepegawaian dan masa kerja guru di sekolah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian?

2. Apakah ada perbedaan implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja?

3. Apakah ada perbedaan implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian? 4. Apakah ada perbedaan implementasi proses pembelajaran


(32)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi penilaian

berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari masa kerja

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi oleh guru tentang pelaksanaan penilaian dan proses pembelajaran. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran yang nyata sejauh mana penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 telah dilaksanakan. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pelaksanaan penilaian dan proses pembelajaran.


(33)

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk merumuskan bahan kebijakan sekolah yang berkaitan atau berhubungan dengan upaya mengoptimalkan kinerja guru, khususnya dalam penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan.

4. Bagi Instansi Pemerintah (DIKPORA Kab. Sleman)

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas guru.


(34)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Umum Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum

Arifin (2011:2-3) berpendapat bahwa secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya

“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Dalam bahasa Perancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yng harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Curriculum is the entire school program and all the people involved in. Program tersebut berisi mata pelajaran-mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. The curriculum has mean the subject taught in school or the course of study (Ragan, 1966).

Arifin (2011:3) menjelaskan bahwa ada beberapa implikasi dari pengertian tradisional: (a) kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata


(35)

pelajaran adalah warisan budaya dan pengalaman-pengalaman masa lampau yang mengandung nilai-nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda. Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua aspek kehidupan dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (b) peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran, (c) mata pelajaran hanya dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah, (d) tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.

Menurut A. Ferry T. Indratno kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah maka kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan (Yamin, 2012:15).

Gerakan kurikulum modern sebenarnya sudah ada di Amerika sejak tahun 1950-an. Pada saat itu B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai a sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting. Pengertian ini menunjukkan kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya, J. Galen Saylor dan William M. Alexander mengemukakan the curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground or out of school. Pengertian ini lebih luas lagi dari pengertian sebelumnya, kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman melainkan semua upaya


(36)

sekolah untuk memengaruhi peserta didik belajar, baik di kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah. Akhirnya, Harold B.Alberty et.al. juga memahami kurikulum sebagai all of the activities that are provided for the students by the school (Arifin, 2011:3-4).

Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/ materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas yaitu semua kegiatan dan pengalaman belajar serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai pendidikan. Segala sesuatu yang dimaksud disini merupakan hidden curriculum, misalnya fasilitas sekolah, lingkungan yang aman, bersih, indah dan berbunga, suasana keakraban, kerja sama yang harmonis dan saling mendorong dalam proses pembelajaran, serta media dan sumber belajar yang memadai (Arifin, 2011:4-5).

Sedangkan menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.


(37)

2. Komponen Kurikulum

Arifin (2011:82-94) mengembangkan komponen kurikulum menjadi komponen tujuan, komponen isi/ materi, komponen proses, dan komponen evaluasi.

Tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, karena akan mengarahkan dan memengaruhi komponen-komponen kurikulum lainnya. Dalam penyusunan suatu kurikulum, perumusan tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan suatu negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau falsafah negara, karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan negara. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal (TK/ RA, SD/ MI, SMP/ MTs, SMA/ MA) maupun pendidikan nonformal (lembaga kursus, pesantren). Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran, seperti bidang studi Pendidikan Agama Islam, IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok bahasan, sedangkan tujuan pembelajaran khusus (instructional objective) adalah tujuan dari setiap subpokok bahasan.

Isi/ materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan


(38)

pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: (a) logika, yaitu pengetahuan tentang benar-salah, berdasarkan prosedur keilmuan, (b) etika, yaitu pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan moral, dan (c) estetika, yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seni. Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum tersebut, maka pengembangan isi kurikulum harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik dalam proses pembelajaran, dan (b) berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pemilihan isi kurikulum dapat juga mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: (a) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (b) sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, (c) bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia kerja, bangsa dan negara, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang, dan (d) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. Pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum (SK/ KD), karakteristik materi pelajaran, dan tingkat perkembangan yang dapat digunakan guru dalam


(39)

menyampaikan isi kurikulum, antara lain: (a) strategi ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi yang sebelumnya telah diolah sendiri, sementara siswa lebih banyak menerima materi yang telah jadi, (b) strategi pembelajaran heuristik (discovery dan inquiry), (c) strategi pembelajaran kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok, dan (d) strategi pembelajaran individual.

Untuk mengetahui efektifitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat hubungannya dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan mata pelajaran atau meliputi semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam maupun di luar sekolah.

3. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

Hidayat (2013:1-18) menjabarkan bahwa semenjak Indonesia merdeka sejak tahun 1945 telah mengalami perubahan kurikulum, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,2004, dan 2006.

Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka adalah merupakan rencana pelajaran atau dalam bahasa Belanda disebut leer plan. Zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan


(40)

dan pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter. Setelah rencana pelajaran 1947. Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat.

Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang menjadi ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari, silabus mata pelajarannya jelas, seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

Menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga


(41)

pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu; daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral.

Kurikulum 1964 masih mengalami perubahan yaitu menjadi kurikulum 1968, hal ini dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum ini menjadi citra sebagai produk Orde Lama. Kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini terletak pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.

Pembaruan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum 1975/ 1976. Kurikulum 1975 untuk SD/ SMP dan SMA sedangkan Kurikulum 1976 untuk Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah Menengah Kejuruan (STM, SMEA). Komponen yang terkandung dalam Kurikulum 1975 memuat: (a) tujuan institusional baik SD, SMP, dan SMA/ SPG/ SMEA/ STM, yaitu tujuan yang hendak dicapai lembaga pendidikan dalam melaksanakan program pendidikannya, (b) struktur program kurikulum, yaitu kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah, (c) garis-garis besar program pengajaran, yang didalamnya terdapat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran.


(42)

Dalam perkembangannya Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri sebagai berikut: (1) berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional), (2) pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA), (3) materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral, (4) menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, (5) materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa, (6) menggunakan pendekatan keterampilan proses.

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dalam Kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut: (1) pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan, (2) pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/ isi), (3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia, (4) dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial, (5) dalam pengajaran suatu


(43)

mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/ pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, (6) pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks, dan (7) pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

Usaha pihak pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus-menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi Kurikulum 2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 23 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang


(44)

memenuhi unsur edukatif, dan (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan. Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi.

4. Peranan Kurikulum

Prof. Dr. Soedijarto, M.A. mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri. Soedijarto lebih jauh mengatakan bahwa pencapaian itu akan bisa diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan efisien, efektif, dan relevan. Agar tujuan tersebut tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat, baik secara infrastruktur maupun superstruktur (Yamin, 2012:36).


(45)

Menurut Hamalik (2007:11-13) terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif, dan peranan kreatif. Peranan konservatif dalam kurikulum memiliki suatu tanggung jawab yaitu mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Peranan kritis dan evaluatif, memiliki peranan dalam kebudayaan yang senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam kurikulum peranan kreatif dinilai berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang. 5. Fungsi Kurikulum

Dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru), kurikulum mempunyai fungsi sebagai berikut: (a) fungsi preventif, yaitu mencegah kesalahan para pengembang kurikulum terutama dalam melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana kurikulum, (b) fungsi korektif, yaitu mengoreksi dan membetulkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pengembang kurikulum dalam melaksanakan kurikulum, dan (c) fungsi konstruktif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dan pengembang kurikulum untuk membangun kurikulum yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Sementara, Hilda Taba (1962) mengemukakan terdapat tiga fungsi kurikulum, yaitu (a) sebagai transmisi, yaitu mewariskan nilai-nilai


(46)

kebudayaan, (b) sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan atau rekonstruksi sosial, dan (c) sebagai pengembangan individu (Arifin, 2011:12).

Arifin (2011:13-16) mengatakan bahwa fungsi kurikulum dapat juga ditinjau dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut: (a) fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan, (b) fungsi kurikulum bagi kepala sekolah, (c) fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan, (d) fungsi kurikulum bagi guru, (e) fungsi kurikulum bagi pengawas, (f) fungsi kurikulum bagi masyarakat, (g) fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan.

Fungsi kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional, termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan yang ada dibawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat diwujudkan dalam bentuk program, yaitu kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Fungsi kurikulum merupakan pedoman untuk mengatur dan membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun kokurikuler. Pengaturan kegiatan ini penting agar tidak terjadi tumpang tindih, seperti jenis program pendidikan apa yang sedang dan akan dilaksanakan.

Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan meliputi: (a) fungsi kesinambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus mengetahui dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga dapat dilakukan penyesuaian kurikulum, (b) fungsi penyiapan tenaga, yaitu bilamana sekolah


(47)

tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, maka sekolah tersebut perlu mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil, baik mengenai kemampuan akademik, kecakapan atau keterampilan, kepribadian maupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga sebagai faktor kunci (key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksana kurikulum. Guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum itu sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan.

Bagi pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan. Pengawas juga perlu mencari data dan informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat implementasi kurikulum dalam hubungannya dengan peningkatan mutu guru, kelengkapan sarana pendidikan, pemantapan sistem administrasi, bimbingan dan konseling,


(48)

keefektifan penggunaan perpustakaan, dan lain-lain. Implikasinya pengawas harus menguasai kurikulum yang berlaku.

Melalui kurikulum, masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah. Masyarakat yang cerdas dan humanis akan selalu (a) memberikan bantuan, baik moril maupun materil dalam pelaksanaan kurikulum, (b) memberikan saran-saran dan pendapat sesuai dengan keperluan (c) berperan secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung.

Instansi atau perusahaan manapun yang mempergunakan tenaga kerja lulusan suatu lembaga pendidikan tentu menginginkan tenaga kerja yang bermutu tinggi dan mampu berkompetisi agar dapat meningkatkan produktivitasnya. Biasanya para pemakai kurikulum melakukan seleksi yang ketat dalam penerimaan calon tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak membantu pemakai lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja yang andal, energik, disiplin, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dan berkualitas.

B. Kurikulum 2013

1. Konsep Dasar Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:66-68) menjelaskan dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata dilapangan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah melakukan penataan kurikulum. Kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan adalah kurikulum


(49)

2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau (competency based curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk pengembangan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam sebuah jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut: (a) pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, (b) pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. (c) kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (d) nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. (e) sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka- tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan dari luar. (f) minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkap kompetensi tertentu.


(50)

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: (a) tantangan internal, (b) tantangan eksternal, (c) penyempurnaan pola pikir, (d) penguatan tata kelola kurikulum, (e) penguatan materi.

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan


(51)

teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; (2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya); (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja


(52)

dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); (5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; (7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar Mata Pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menegah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: (1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; (2) penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan (3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.


(53)

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: (a) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; (b) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; (c) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; (d) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (e) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata Pelajaran; (f) kompetensi inti kelas

menjadi unsur pengorganisasi (organizing

elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; (g) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).


(54)

4. Tujuan Kurikulum 2013

Mengacu pada penjelasan UU No. 20 tahun 2003, bagian umum

dikatakan bahwa: “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-

undang ini meliputi:…, 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,…” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa “Kompetensi lulusan

merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah

disepakati.” maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “Melanjutkan Pengembangan Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara terpadu” (Mulyasa, 2013:65).

Dalam tujuannya, Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan menjelaskan bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan


(55)

penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran (Mulyasa, 2013:66).

5. Keunggulan Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:163-164) mengharapkan implementasi Kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena Kurikulum 2013 yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan.

Pertama, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.

Kedua, Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.


(56)

C. Penilaian Dalam Kurikulum 2013 1. Pengertian Penilaian

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaiaan bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaiaan peserta didik secara profesional terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (3) pelaporan hasil penilaiaan peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif (Kunandar, 2014:35).

Menurut Permendikbud tersebut standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/ madrasah (Kunandar, 2014:35).

Kunandar (2014:35) mengatakan penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar.


(57)

2. Jenis-jenis Penilaian

Pihak-pihak yang dapat melakukan penilaian hasil belajar peserta didik ada tiga, yakni pendidik (guru), satuan pendidikan (sekolah), dan pemerintah. Penilaian oleh pendidik adalah penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh pendidik (guru) secara berkesinambungan yang bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian oleh pendidik merupakan penilaian pertama setelah peserta didik menjalani proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru harus dapat diuji keakuratannya melalui penilaian oleh satuan pendidikan dan pemerintah. Artinya, hasil penilaian oleh guru akan sebanding atau relatif sama dengan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dan pemerintah. Peserta didik yang dinyatakan kompeten pada suatu materi tertentu melalui penilaian oleh guru, selayaknya kompeten juga melalui penilaian oleh satuan pendidikan dan pemerintah (Kunandar, 2014:78).

Tabel 2.1

Jenis-jenis Penilaian Yang Dilakukan Oleh Pendidik, Satuan Pendidikan Dan Pemerintah

Penilaian Jenis Unsur yang

terlibat Ruang Lingkup Materi Pendidik Ulangan harian (penilaian

proses akhir KD) Pendidik Kompetensi dasar Pendidik

(koordinasi satuan pendidikan)

Ulangan Tengah Semester (penilaian akhir beberapa SK/akhir sebuah SK)

Pendidik Beberapa KD

Ulangan Akhir Semester ganjil (komprehensif, seluruh


(58)

kompetensi dalam satu semester)

Ulangan kenaikan kelas/akhir

semester genap Pendidik

SKL yang dipelajari pada tahun yang bersangkutan

Satuan Pendidikan

Ujian tingkat kompetensi Pendidik

 Dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh pemerintah.

 Ujian tingkat kompetensi pada akhir kelasVI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat6) dilakukan melalui UN.

Ujian sekolah Pendidik

 Mata pelajaran kelompok iptek yang tidak di ujikan dalam UN.

 Aspek kognitif agama dan akhlak mulia serta

kewarganegaraan dan kepribadian.

Pemerintah

Ujian Mutu Tingkat

Kompetensi Pemerintah

 Dilakukan dengan metode survei oleh pemerintah pada akhir kelas II (tingkat1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat5).

Ujian Nasional Pemerintah Seluruh SKL

(Kunandar, 2014:81) 3. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian menjabarkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai


(59)

berikut: (a) objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai, (b) terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan, (c) ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya, (d) transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat di akses oleh semua pihak, (e) akuntabel, berarti dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya, (f) edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan dan ketuntasan belajar (Kunandar, 2014:44-45). a. Penilaian Acuan Patokan (PAP). Artinya semua kompetensi perlu dinilai

dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

b. Ketuntasan Belajar, ditentukan dengan kriteria minimal ideal sebagai berikut:

1) Untuk KD pada KI-III dan KI-IV, seorang peserta didik dinyatakan belum tuntas belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai <75 dari hasil tes formatif; dan dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai


(60)

kompetensi dasar yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai >75 dari hasil tes formatif.

2) Untuk KD pada KI-I dan KI-II, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang di pelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai >75 dari hasil tes formatif.

3) Untuk KD pada KI-I dan KI-II, ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan memerhatikan aspek sikap pada KI-I dan KI-II untuk seluruh mata pelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada kategori baik menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Implikasi dari kriteria ketuntasan belajar tersebut adalah sebagai berikut: 1) Untuk KD pada KI-III dan KI-IV: jika jumlah pesetta didik yang

mengikuti remedial maksimal 20%, maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian bimbingan secara individual, misalnya bimbingan perorangan oleh guru dan tutor sebaya;

2) Untuk KD pada KI-III dan KI-IV: jika jumlah peserta didik yang mengikuti remedial lebih dari 20% tetapi kurang dari 50% maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian tugas terstruktur baik secara kelompok dan tugas mandiri. Tugas yang diberikan berbasis pada berbagai kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan meningkatkan kemampuan peserta didik mencapai kompetensi dasar tertentu;

3) Untuk KD pada KI-III dan KI-IV jika jumlah peserta didik yang mengikuti remedial lebih dari 50%, maka tindakan yang dilakukan


(61)

adalah pemberian pembelajaran ulang secara klasikal dengan model dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif berbasis pada berbagai kesulitan belajar yang dialami peserta didik yang berdampak pada peningkatan kemampuan untuk mencapai kompetensi dasar tertentu; 4) Untuk KD pada KI-III dan KI-IV bagi peserta didik yang memperoleh

nilai 75 atau lebih dari 75 diberikan materi pengayaan dan kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya ke kompetensi dasar berikutnya; dan 5) Untuk KD pada KI-I dan KI-II pembinaan terhadap peserta didik yang

secara umum profil sikapnya belum berkatagori baik dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan orang tua).

4. Teknik Penilaian

Kunandar (2014:96-97) berpendapat bahwa tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik harus dinilai atau diukur dengan instrumen atau alat ukur yang tepat dan akurat. Tepat artinya instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk menilai hasil belajar peserta didik sesuai dengan karakteristik materi atau tuntutan kompetensi tertentu. Karakteristik materi meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Instrumen suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif (pengetahuan) tentu berbeda dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Akurat artinya hasil penilaian atau pengukuran hasil belajar peserta didik dapat memberikan informasi yang benar tentang tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, guru atau calon


(62)

guru harus memahami berbagai teknik penilaian dan sekaligus terampil menyusun berbagai teknik penilaian sesuai dengan kebutuhan.

a. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Sikap

Kunandar (2014:104-105) menjelaskan bahwa sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebesamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran satuan pendidikan harus memerhatikan ranah afektif.

Dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap, baik sikap spiritual (KI 1) maupun sikap sosial (KI 2) tidak diajarkan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Artinya kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki Kompeensi Dasar (KD), tetapi tidak dijabarkan dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui PBM yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Namun meskipun kompetensi sikap spiritual dan sosial harus terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan yang


(63)

ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni: (1) menerima atau memerhatikan (receiving atau attending), (2) merespons atau menanggapi (responding), (3) menilai atau menghargai (valuing), (4) mengorganisasi atau mengelola (organization), dan (5) berkarakter (characterization) (Kunandar, 2014:109).

Tabel 2.2

Kompetensi Inti Sikap Spritual (KI 1) Dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan

KOMPETENSI INTI KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII 1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

agama yang

dianutnya

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

agama yang

dianutnya 2. Menghayati dan

mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleren, damai), santun, responsif dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam

pergaulan dunia

2. Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleren, damai), santun, responsif dan pro

aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam

pergaulan dunia

2. Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleren, damai), santun, responsif dan pro

aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam

pergaulan dunia (Kunandar, 2014:107)


(64)

Teknik dan instrumen penilaian kompetensi sikap dilakukan oleh guru melalui: (1) observasi atau pengamatan perilaku dengan alat lembar

pengamatan atau observasi, (2) penilaian diri, (3) penilaian “teman sejawat”

(peer evaluation) oleh peserta didik, (4) jurnal dan (5) wawancara dengan alat panduan atau pedoman wawancara (pertanyaan-pertanyaan) langsung. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidikan dan pada wawancara berupa daftar pertanyaan (Kunandar, 2014:109).

b. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan, atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3). Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar (Kunandar, 2014:165).

Kunandar (2014:168) mengungkapkan dalam ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, yakni: (1) kemampuan menghafal, (2) kemampuan memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mensintesis, dan (6) mengevaluasi.


(1)

216

Tabel F

df Penyebut

df Pembilang

1 2 3 4 5 6 7

60 4,001 3,150 2,758 2,525 2,368 2,254 2,167 61 2,523 2,755 3,148 3,148 3,148 3,148 3,148 62 3,145 3,145 2,753 2,753 2,753 2,753 2,753 63 2,751 2,751 3,143 3,143 3,143 3,143 3,143 64 3,140 3,140 2,748 2,748 2,748 2,748 2,748 65 2,746 2,746 3,138 3,138 3,138 3,138 3,138 66 3,136 3,136 2,744 2,744 2,744 2,744 2,744


(2)

217

LAMPIRAN 6

SURAT IJIN PENELITIAN


(3)

218


(4)

219


(5)

220


(6)

221


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI INSTRUMEN PENILAIAN TERHADAP KESESUAIAN PELAKSANAAN Implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari instrumen penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII pada mata pelajaran IPA SMP Negeri se-K

0 2 10

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI INSTRUMEN PENILAIAN TERHADAP KESESUAIAN Implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari instrumen penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII pada mata pelajaran IPA SMP Negeri se-Kecamatan Moj

0 4 15

Implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi siswa: studi kasus pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi se- Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 263

Implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi guru : studi kasus pada guru mata pelajaran akuntansi SMK negeri dan swasta bidang keahlian bisnis dan manajemen program keahlian akuntansi se-Kabupaten Sleman.

0 0 273

Implementasi penilaian hasil belajar oleh pendidik berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi siswa : studi kasus pada SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis Dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 3 317

Implementasi penilaian hasil belajar berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi guru studi kasus pada SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen, program keahlian akuntansi se-Kabupaten Sleman.

0 0 261

Implementasi penilaian hasil belajar berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi siswa : studi kasus pada SMK Negeri bidang keahlian bisnis dan manajemen, program keahlian akuntansi se-kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 236

EVALUASI STANDAR SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI SE-KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PERMENDIKNAS NO 40 TAHUN 2008.

1 6 141

KESIAPAN PROSES PEMBELAJARAN SMK BIDANG STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA SE-KOTA LUBUKLINGGAU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013.

0 0 199

IMPLEMENTASI EMPLOYABILITY SKILLS PADA SMK PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI BIDANG KEAHLIAN BISNIS MANAJEMEN

0 0 9